Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gempa Bumi di Indonesia

Gempa bumi merupakan salah satu bencana alam yang


membahayakan bagi jiwa manusia tidak terkecuali di Indonesia. Indonesia
merupakan Negara yang sangat rawan terkena gempa bumi. Hal ini
dikaranakan Indonesia terletak pada wilayah geografis pertemuan tiga
lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia,
dan lempeng Philipina (Lestari,2012). Pergerakan ketiga lempeng tersebut
terjadi setiap saat dan selalu menimbulkan gempa baik berskala kecil
maupun besar.

Gambar 2.1. Lempeng Tektonik (BMKG)

Menurut Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)


gempa bumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di
dalam bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan
pada kerak bumi. Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi
dihasilkan dari pergerakan lempeng-lempeng tektonik. Energi yang

5
dihasilkan dipancarkan kesegala arah berupa gelombang gempabumi
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi. Beberapa
karakteristik gempa bumi menurut BMKG adalah sebagai berikut:

 Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat


 Lokasi kejadian tertentu
 Akibatnya dapat menimbulkan bencana
 Berpotensi terulang lagi
 Belum dapat diprediksi
 Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat
dikurangi

Adanya gempa bumi dengan berbagai karaktersistiknya tentu akan


menimbulkan kerusakan salah satunya pada bangunan tempat tinggal.
Rumah sederhana yang banyak digunakan oleh masyarakat merupakan salah
satu banguanan yang tidak luput dari kerusakan saat terjadi gempa. Oleh
karena itu banyak orang yang saat ini muli mencari alternatif pemabangunan
rumah tahan gempa sehingga dapat terhindar dari kerusakan sat terjadi
gempa bumi.

Bali sendiri bukan daerah yang rawan akan gempa bumi. Berdasarkan
data USGS, setidaknya ada 8 gempa besar yang pernah terjadi di Bali. Salah
satu gempa paling tua yang tercatat terjadi pada 22 November 1815 dan 21
Januari 1917 (Utomo, 2011). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam sejarah
gempa, kejadian tersebut dikatakan besar sebab kekuatannya mencapai 7
SR. Gempa lain terjadi pada 14 Juli 1976, 26 Januari 1977, 21 Mei 1979, 20
Oktober 1979 dan 17 Desember 1979. Magnitude gempa tersebut bervariasi,
mulai dari 5 SR sampai 6,6 SR.

Publikasi I Wayan Sengara dan rekannya dari Institut Teknologi


Bandung menjelaskan bahwa beberapa gempa di Bali tergolong mematikan.
Gempa pada 17 Desember 1979 di Karangasem menyebabkan 400 orang
luka. Adapun gempa pada 29 Maret 1862 di Buleleng mencapai intensitas 7

6
SR. Data NOAA mengungkap bahwa ada beberapa gempa Bali yang
mengakibatkan tsunami. Gempa 22 November 1815 mengakibatkan tsunami
dan menewaskan 1.200 orang. Gempa 13 Mei 1857 juga mengakibatkan
gejolak ombak setinggi 3,4 meter dan gempa 20 Januari 1917
mengakibatkan tsunami setinggi 2 meter (Utomo, 2011).

2.2 Perkembangan Rumah Tahan Gempa di Indonesia

Perkembangan rumah tahan gempa saat ini telah berkembang


dengan sangat cepat. Banyak alternatif yang ditemukan untuk mengurangi
kerusakan yang terjadi akibat gempa bumi. Salah satunya adalah mendesain
bangunan dengan menggunakan standar tahan gempa yang telah ada. Desain
bangunan tahan gempa yang dilakuakan selalu mengikuti tiga prinsip
bangunan tahan gempa yaitu ketika terjadi gempa bumi skala kecil, yakni
gempa berkekuatan kurang dari 4,5 SR, bangunan tidak boleh mengalami
kerusakan. Sedangkan apabila gempa bumi terjadi pada skala sedang
(dengan kekuatan 5.3 SR) maka bangunan boleh mengalami kerusakan
sedikit, yaitu pada elemen non struktural dan tidak boleh terjadi kerusakan
pada elemen struktural. Namun ketika gempa yang terjadi adalah gempa
besar (lebih dari 6.3 SR), maka bangunan boleh mengalami kerusakan baik
pada elemen struktural maupun non struktural, tetapi tidak boleh sampai
runtuh (Faizah, 2012).

Pada gedung-gedung tinggi masalah utama yang sering ditemui


dalam merancang struktur dimasa sekarang adalah keadaan dimana struktur
yang dibangun sifatnya semakin fleksibel. Contohnya adalah seperti
bangunan pencakar langit dan tower, struktur ini sifatnya akan menjadi
semakin fleksibel. Dengan fleksibilitas yang makin besar, level vibrasi yang
tidak diinginkan mungkin saja akan terjadi jika struktur tersebut dikenai
beban lingkungan yang besar (Cahyani, 2012). Oleh karena itu pada
gedung-gedung tinggi untuk mengurangi vibrasi yang besar akibat adanya
beban lingkungan yang besar, dalam hal ini adalah gempa bumi, maka

7
dipasang pengaku yang dikenal dengan nama bracing maupun damper
sebagai menstabilkan arah goyangan pada bangunan.

Namun pada bangunan bertingkat rendah penggunaan bracing sangat


mahal serta penggunaannya tidak efektif. Oleh karena itu salah satu upaya
untuk mengurangi kerusakan akibat gempa bumi terhadap struktur
bertingkat rendah adalah dengan mengembangkan desain struktur
menggunakan sistem isolasi dasar pada bangunan (base isolated structure).
Dengan adanya base isolation, energi yang ditimbulkan oleh getaran tanah
dapat diredam, sehingga menjadi sangat kecil dibandingkan apabila
bangunan didirikan langsung di atas tanah tanpa base isolation (Faizah,
2012).

2.3 Base isolation

Base isolation merupakan salah satu alternatif untuk mengurangi


getaran akibat beban gempa. Base isolation merupakan metode yang relatif
baru di Indonesia, maka bangunan yang menggunakan base isolation belum
cukup banyak digunakan dan diteliti sampai saat ini. Berikut ini adalah
ilustrasi penggunaan base isolation (Faizah, 2012).

8
Gambar 2.2 Penggunaan Base isolation Pada Bangunan (Faizah, 2012)

Faizah, 2012 menjelaskan bahwa konsep dari Base isolation adalah


sebagaimana digambarkan dalam gambar 2.1.a, yaitu bangunan diletakkan
di atas rollers yang bisa bergerak tanpa gesekan. Ketika tanah bergetar,
maka rollers akan bergerak dengan sendirinya dan bangunan di atasnya
tidak ikut bergerak, dan tidak terjadi penyaluran energi dari getaran gempa
ke bangunan. Rollers bisa juga digantikan dengan lapisan fleksibel yang
mampu melawan besarnya gaya ke samping (horisontal), sebagaimana
digambarkan dalam gambar 2.1 b

Dengan adanya base isolation, energi yang ditimbulkan oleh getaran


tanah dapat diredam, sehingga menjadi sangat kecil dibandingkan apabila
bangunan didirikan langsung di atas tanah tanpa base isolation, atau disebut

9
dengan fixed base building (Gambar 2.1 c). Pada gambar tersebut nampak
bahwa bangunan tanpa base isolation akan bergerak dengan kasar (apabila
tanah bergetar), dan akan mengalami simpangan yang sangat besar.

Lapisan fleksibel itu disebut base isolation dan bangunan diatasnya


disebut base-isolated buildings. Keistimewaan dari teknologi ini adalah
memberi kelenturan pada bangunan, karena isolations dirancang untuk
meredam energi dan menambah damping sistem, sehingga dapat
mengurangi seismic respon pada bangunan.

Faizah, 2012 menyatakan bahwa base isolation mulai dikembangkan


sejak tahun 1980-an, dan sekarang sudah digunakan di berbagai negara maju
seperti di Italy, Japan, New Zealand, dan USA. Base isolation juga
digunakan untuk memperkuat bangunan penting yang sudah ada seperti
rumah sakit dan bangunan bersejarah. Saat ini sudah lebih dari 1000
bangunan di seluruh dunia dilengkapi dengan base isolation.

Meskipun banyak bangunan yang telah menggunakan base isolation


namun Thurston, 2006 menyatakan bahwa base isolation konvensional
cukup mahal untuk diaplikasikan dan biaya pemeliharaannya juga cukup
mahal. Oleh karena itu base isolation biasanya hanya digunakan untuk
bangunan yang penting dan perlu dilindungi. Pada bangunan rumah tinggal
sederhana penggunaan base isolation akan menambah biaya pembangunan
maupun pemeliharaan oleh karena itu perlu adanya alternatif bahan base
isolation yang lebih murah untuk bangunan rumah tinggal sederhana

2.4 Sejarah Ban


Pada tahun 1839, Charles Goodyear berhasil menemukan teknik
vulkanisasi karet. Vulkanisasi sendiri berasal dari kata Vulkan yang
merupakan dewa api dalam agama orang romawi. Pada mulanya Goodyear
tidak menamakan penemuannya itu dengan nama vulkanisasi melainkan
karet tahan api. Untuk menghargai jasanya, nama Goodyear diabadikan
sebagai nama perusahaan karet terkenal di Amerika Serikat yaitu Goodyear
Tire and Rubber company yang didirikan oleh Frank Seiberling pada tahun

10
1898. Goodyear Tire & Rubber Company mulai berdiri di tahun 1898 ketika
Frank Seiberling membeli pabrik pertama perusahaan ini dengan
menggunakan uang yang dia pinjam dari salah seorang iparnya. Pada tahun
1845 Thomson dan Dunlop menciptakan ban atau pada waktu itu disebut
ban hidup alias ban berongga udara. Sehingga Thomson dan Dunlop disebut
Bapak Ban. Dengan perkembangan teknologi Charles Kingston Welch
menemukan ban dalam, sementara William Erskine Bartlett menemukan ban
luar (Londong,2011).
Ban pada umumnya terdiri atas dua jenisyakni ban bias dan ban radial
(Londong, 2011). Lebih lanjut londong, 2011 menjelaskan bahwa
Konstruksi ban radial terdiri dari Body ply yang benangnya disusun secara
tegak lurus dengan garis tengah ban sedangkan Konstruksi ban bias terdiri
dari Body ply yang benangnya disusun secara bersilang dengan arah
diagonal antara satu dengan yang lain. Berikut gambar struktur ban radial
dan bias.

Gambar 2.3. Struktur Ban ( Londong, 2012)

2.5 Karet Ban Bekas sebagai Bahan Peredam Getaran

Karet merupakan bahan yang baik bila digunakan sebagai peredam


getaran. Salah satu bahan yang umum digunakan sebagai base isolation
adalah karet (elastomeric base isolation). Lestari, 2012 menyatakan bahwa
mekanisme kerja dari bantalan elastomeric menggunakan karet untuk
mengurangi getaran gempa sedangkan lempengan baja digunakan untuk

11
menambah kekakuan bantalan karet sehingga defleksi dan deformasi
bangunan saat bertumpu di atas bantalan karet tidak besar. Pada dasarnya
cara perlindungan bangunan oleh bantalan elastomeric ini melalui
pengurangan getaran gempa bumi kearah horizontal dan memungkinkan
bangunan untuk begerak bebas saat berlangsung gempa bumi tanpa tertahan
oleh pondasi. Peredam ini bermanfaat untuk menekan kemungkinan
resonansi dari frekuensi isolasi. Saat ini bahan elastometric base isolation
telah banyak digunakan untuk beberapa tipe struktur seperti bangunan
tempat tinggal, bangunan pemerintah, jembatan dll (ÖZDEN, 2006).
Berrikut ini adalah gambar elastometric base isolation.

Gambar 2.4. Elastometric Base Isolation

Namun penggunaan karet sebagai bahan base isolation masih cukup


mahal karena menggunakan karet khusus. Selain itu elastometric base
isolation juga cukup beratkarena adanya lempengan baja pada bagian tengah
karet (ÖZDEN, 2006). Oleh karena itu salah satu alternatif yang digunakan
dalam karya tulis ini adalah penggunaan karet yang berasal dari ban bekas.

Saat ini limbah ban bekas sangat melimpah bila melihat pertumbuhan
pengguna kendaraan. Karet ban bekas yang saat ini dijual dipasaran
diproduksi dari karet sintetis (synthetic rubber) (ÖZDEN, 2006). Karet ban
bekas memiliki kemampuan redaman yang cukup baik. Pemanfaatan karet
yang berasal dari ban bekas sebagai bahan peredam getaran telah digunakan
dalam dunia otomotif. Belo, 2011 menjelaskan bahwa ban bekas dapat

12
dipakai sebagai bahan peredam getaran baik pada bagian setang maupun
sebagai peredam audio.

2.6 Perkembangan Penggunaan Sepeda Motor di Bali

Saat ini perkembangan penggunaan sepeda motor di Bali sangat pesat.


Purwo, 2012 menyatakan bahwa pasar kendaraan roda dua di Bali masih
cenderung naik setiap tahunnya. Pada 2012, pasar motor masih optimis
berada pada angka 14% dengan market share sebesar 74%. Dengan data
tersebut dapat dipastikan jumlah ban bekas yang akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan base isolation juga akan meningkat setap tahunnya.

2.7 Kerangka Berpikir

Bangunan Tahan
Gempa Bumi Kerusakan pada
Gempa
Bangunan Rumah

Base Isolation
Inovasi Base Solusi Bangunan
Mahal dan Jarang
Isolation Tahan Gempa
Digunakan untuk
Base Isolation
Rumah
Base Isolation
Dari Karet Ban
Bekas Sepeda
Motor Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

1. Gempa bumi sering terjadi terutama di Indonesia


2. Bencana alam tersebut menyebabkan kerusakan pada bangunan rumah dari
skala kecil sampai skala besar
3. Melihat kerusakan tersebut, muncul banyak inovasi bangunan tahan gempa
4. Salah satunya penggunaan base isolation pada pondasi rumah

13
5. Tetapi harga base isolation mahal dan jarang digunakan untuk bangunan
rumah
6. Harus ada inovasi untuk menanggulangi harga mahal dari base isolation
yang memiliki manfaat yang besar.
7. Salah satunya adalah pembuatan base isolation dari bahan karet ban bekas
sepeda motor.

2.8 Hipotesis
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir diatas maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut: karet ban bekas sepeda motor dapat
dimanfaatkan sebagai alternatif pengganti bahan base isolation yang dapat
diterapkan dalam rumah sederhana tahan gempa.

14

Anda mungkin juga menyukai