Anda di halaman 1dari 65

FISIOLOGI BENIH SEBAGAI PRINSIP DASAR

DALAM PENGUJIAN VIABILITAS BENIH

Oleh :
Eny Widajati
eny_widajati@apps.ipb.ac.id

Disampaikan di WEBINAR “Fisiologi Benih dan Hasil Validasi Metode ISTA” di BBPPMBTPH 6 Nopember 2020
VIABILITAS BENIH
Viabilitas benih merupakan fokus utama mutu benih
Viabilitas benih adalah kemampuan hidup benih
• Diukur berdasarkan aktivitas metabolisme benih
• Diukur berdasarkan kemampuan tumbuh benih menjadi kecambah normal
Beberapa konsep perkecambahan benih
1. suatu sekuen proses morfogenetik sebagai transformasi dari embrio menjadi
kecambah (Berlyn, 1972)
2. Suatu perubahan benih yang tidak aktif pada kadar air rendah menjadi aktif
bermetabolisme dan mulai muncul menjadi kecambah dari pertumbuhan embrio
(Mayer dan P.Mayber, 1975)
3. serangkaian proses dari benih yang semula tidak aktif menjadi aktif dan tumbuh
(Heydecker, 1980)
4. serangkaian proses metabolik yang menghasilkan perkembangan embrio dan
munculnya kecambah (Marcos-Filho, 1986)
5. Reaktivasi embrio, retaknya kulit benih dan munculnya bibit (Copeland dan
McDonald, 1995)
Jann dan Amen (1980) :
• Aspek mofologi : perkecambahan adalah transformasi dari embrio
menjadi bibit
• Aspek fisiologi : perkecambahan adalah serangkaian proses
metabolisme dan pertumbuhan
• Aspek biokemis : perkecambahan terkait pada proses oksidatif dan
sintesis serta proses-proses biokimia pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman
Perubahan morfologi embrio menjadi kecambah
Perkecambahahan dari perspektif teknologi benih : kriteria kecambah normal
Metabolisme Perkecambahan
1. Imbibisi:
*Permeabilitas kulit benih
* Komposisi kimia benih
* Suhu
* Konsentrasi air
2. Reaktivasi:
* enzim
* respirasi
* organel sel
* sintesis RNA dan protein
3. Inisiasi pertumbuhan embrio
4. Retaknya kulit benih: munculnya akar menembus kulit benih (emerge)
5. Pertumbuhan kecambah
Proses imbibisi
Peran air dalam perkecambahan benih
• Air berperan penting dalam reaksi biokimia baik anabolisme
(sintesis) dan katabolisme ( hidrolisis cadangan makanan)
• Sel-sel yang aktif melakukan metabolisme memiliki kandungan
air sebanyak 70 % dari bobot protoplasmanya
• berperan dalam mempertahankan integritas membran sel
• berperan dalam aktivitas enzim
Bewley dan Black (1994)
Nonogaki et al.(2010)
Waktu yang diperlukan untuk setiap fase imbibisi dipengaruhi oleh :

1. Komposisi substrat
2. Permeabilitas kulit benih
3. Ukuran benih
4. Kondisi saat imbibisi ( suhu, kadar air awal, ketersediaan air dan oksigen )

Contoh : ketika kadar air total benih jagung mencapai 75 % , kadar air embrio mencapai 261
% sedangkan bagian yang lain hanya 50%. Hidrasi endosperm lebih lambat.
ME : megagametophyte
C : cotyledons
HP : hypocotyl
M : meristematic region
RC : root cap
SC : seed coat.

Proses imbibisi benih pinus


Terskikh et al. (2005)
Comparison of cultivated and wild pea
seeds
A. Macrograph of modern cultivated
pea cv. Cameor with transparent testa

B. Wild Pisum sativum subsp. elatius


JI64 with pigmented testa and visible
rough (gritty) testa surface

Transversal section of toluidine blue


stained seed coat
C. Domesticated Pisum sativum cv.
Cameor. Scalebars = 3 mm

D. Wild Pisum sativum subsp. elatius


JI64. Scalebars = 50 mm
https://www.researchgate.net/figure/Comparison-of-cultivated-and-wild-pea-seeds-Macrograph-of-modern-cultivated-pea
Wolk et al. (1989)
Mekanisme rehidrasi membran sel
Crowe et al. ( 1989 )
suhu rendah Suhu lebih tinggi Benih dihidrasi melalui uap air

Transisi membran membentuk fase Liquid crystalline selama proses rehidrasi benih
Sintesis enzim amilase
Bewley et al. ( 2013 )
Sintesis dan aktivitas
enzim amilase

Higgins et al. ( 1976 )


Gubler et al. ( 1995 )
Perubahan pada kotiledon pea :
starch and dextrin (●)
oligosaccharides (○)
free sugars (▲)
protein (Ñ)

Aktivitas :
Starch phosphorylase (○)
amylase (●)

Juliano and Varner ( 1969 )


Proses perkecambahan benih funegreek:
a. Sebelum terjadi mobilisasi cadangan makanan
b. Galaktomanan mulai larut. Bagian yang terang
di endosperm mulai dari aleuron merupakan
sumber enzim hidrolitik
c. Endosperm mulai habis, lapisan aleuron
mengalami disintegrasi

SC : Seed coat
C : Cotiledon
E : endosperm
A : Aleuron
Hidrolisis dan
mobilisasi
cadangan
makanan
benih
Hidrolisis
dan
mobilisasi
cadangan
makanan
benih
Transmission electron micrographs of the heavy mitochondrial population obtained by subcellular fractionation of
( a ) dry maize embryos, ( b ) 24 h after the start of imbibition (HAI) embryos, still germinating
( c ) germinated embryos at 48 HAI. With time the internal structure of the mitochondria becomes more defined.
Arrows indicate examples of poorly differentiated mitochondria; dotted arrows point to poorly developed internal cristae,
the site of oxidative phosphorylation.
Bar: 500 nm. Logan et al. (2001) dan Howell K.A. et al. (2006)
Logan et al. (2001)
Howell K.A. et al. (2006)
Kreb’s Cycle
(Tricarboxylic acid cycle)

Prinsip dasar dalam viabiltas :


1. uji tetrazolium
2. Pengujian viabiltas dengan mengukur
jumlah CO2 yang diproduksi
Reaksi ion hidrogen dengan senyawa 2,3,5-triphenil tetrazolium khlorida

N-N-C6H5 N-N-C6H5
// //
C6H5-C +2e +2H+ C6H5-C + HCl

N=N-C6H5 N=N-C6H5
Cl
2,3,5-triphenil tetrazolium khlorida Formazan
+
H

Analisis viabilitas :
1. Mengukur jumlah produksi ATP
2. Mengukur jumlah O2 yang
dikonsumsi
Time of imbibition (h)
Distribusi ATP pada benih tomat
a. Benih non dorman 24 jam setelah
imbibisi
b. Benih dorman setelah 5 hari imbibisi

Spoelstra et al. ( 2002 )


Peran hormon dalam perkecambahan dan dormansi benih (Khan, 1981)
• Micropylar endosperm menyebabkan hambatan perkecambahan

http://www.seedbiology.de/dormancy.asp
Pengaruh temperatur terhadap metabolisme benih

Temperatur Kardinal
- Temperatur maksimum; suhu paling tinggi
dimana benih masih mampu berkecambah.

- Temperatur optimum; suhu dimana diperoleh


perkecambahan terbesar dalam waktu
paling singkat

- Temperatur minimum; suhu paling rendah


dimana benih masih mampu berkecambah
B. Species in which the non-after-ripened seeds
have maximum germination at high
temperatures
(a)Chenopodium rubrum
(b) Chenopodium filicifolium,
(c) Datura stramonium
(d) Polygonum persicaria
(e) Gnaphalium uliginosum;

(A) species which the non-after-ripened seeds


have maximum germination at low temperatures
(a) Juncus bufonius
(b) Veronica hederifolia
(c) Polygonum convolvulus
(d) Campanula rapunculoides
(e) Delphinium consolida
(f) Fumaria officinalis
(g)Arenaria serpyllifolia
(From Vegis 1963).
Temperatur kardinal beberapa spesies

spesies Temperature (o C)
minimum optimum maximum
Zea mays 8 -10 32 - 35 40 - 44
Oryza sativa 10 - 12 30 -37 40 -42
Triticum 3-5 15 - 30 35 – 40
sativum
Avena sativa 3 - 5 25 - 30 30 - 40
Cahaya
Pergaruh cahaya terhadap perkecambahan tergantung :
- Intensitas: optimum 100-200 ft candle (ftc)
- Kualitas:
* 660-700 nm: cahaya merah, menstimulir
perkecambahan (optimum 670 nm).
* > 700 nm : cahaya infra merah atau far red
menghambat perkecambahan
* < 290 nm : menghambat
* 290-400 nm: tidak jelas
* 400 nm : cahaya biru, menghambat
perkecambahan
Faktor cahaya
terhadap
perkecambahan
Copeland dan McDonald (1995)
Pengaruh gas terhadap metabolisme dan perkecambahan
Komposisi gas di atmosfer: 20% O2, 0.03%CO2, 79% N2 dll
Magneschi and Perata ( 2009 )
Medium Perkecambahan/Kondisi Tanah
Pengaruh kondisi tanah sebagai medium perkecambahan
disebabkan oleh faktor :
1. Abiotik
- Sifat fisik tanah : aerasi, kapasitas memegang air,
tekanan omosis
- Kimia tanah :salin (kadar garam tinggi)
adanya nitrat, nitrit
2. Biotik
- Inhibitor tanah karena adanya aktivitas mikroorganisme,
bahan organik (dekomposisi daun Eucalyptus, jerami
padi)
- eksudat yang dikeluarkan akar kecambah Caumarona
oderata (caumarin)
Tipe perkecambahan hipogeal
Bewley et al. ( 2013)
Tipe perkecambahan epigeal
Onion

Peperomia
peruviana
Fisiologi Dormansi
Klasifikasi tipe dormansi benih menurut Nikolaeva (1977)
Tipe Penyebab Teknik pematahan

Endogenous dormansi
1 Fisiologi Mekanisme hambatan fisiologi Stratifikasi suhu
perkecambahan tinggi/rendah
2 Morfologi Embrio yang belum berkembang Kondisi yang tepat
sempurna untuk perkembangan
embrio
3 Morfofisiologi Sebab kombinasi diatas Stratifikasi suhu
tinggi/rendah

Exogenous dormansi
1 Fisik Kulit benih impermeabel terhadap air Membuka struktur
khusus
2 Kimia Inhibitor perkecambahan Pencucian
3 Mekanik Struktur yang menghambat pertumbuhan Skarifikasi
Mekanisme utama dormansi benih (Bradbeer, 1989)

A. Dormansi yang disebabkan penutup embrio (perikarp, testa, perisperma


dan endosperma)
1. Pertukaran gas terhambat
2. Penyerapan air terhambat
3. Penghambatan mekanis
4. Inhibitor (water-soluble) di dalam penutup embrio

B. Dormansi embrio
1. Embrio belum berkembang dan berdiferensiasi
2. Kegagalan dalam memobilisasi cadangan makanan ke embrio
3. Defisiensi zat pengatur tumbuh
4. Adanya inhibitor
____________________________________________ _________________________ ___
a. Struktur penutup yang menyebabkan
Struktur penupup masuknya oksigen kurang, adanya senyawa
(endosperm, kulit fenol yang mengikat O2
benih, dinding buah) b. Struktur penutup yang mengandung
inhibitor.
c. Hambatan fisik yang menyebabkan embrio
Nondeep tidak mampu menembus kulit benih
physiological d.Interaksi Embrio-struktur penutup
dormancy
Intermediate PD Pemisahan embrio akan Proses stratifikasi butuh waktu 6 bulan.
menghasilkan kecambah Perlakuan GA dibutuhkan untuk
normal menggantikan stratifikasi suhu rendah
Penyimpanan kering pada suhu kamar

Deep PD Pemisahan embrio tidak Membutuhkan stratifikasi yang lama 7 – 18


menghasilkan kecambah minggu
normal GA tidak mampu mematahkan dormansi pada
benih utuh
Nondeep Oryza sativa
physiological Avena fatua
dormancy Setaria faberi
Lycopersicon esculentum

Intermediate PD Polygonum
Acer negundo
Fraxinus americana

Deep PD Malus domestica


Impatiens parviflora
Prunus persica
Struktur kulit benih yang impermeabel
Dormansi karena kulit benih yang keras sehingga menghambat
radikula menembus kulit benih
Beberapa famili yang diidentifikasi memiliki dormansi fisik
• Anacardiaceae
• Bixaceae
• Cannaceae
• Cistaceae
• Cochlospermaceae
• Convolvulaceae
• Cucurbitaceae
• Dipterocarpaceae
• Geraniaceae
• Leguminosae
• Malvaceae
• Nelumbonaceae
• Rhamnaceae
• Sarcolaenaceae
• Sapindaceae
Embrio rudimenter

• Magnoliaceae
• Ranunculaceae
• Papaveraceae
• Aquifoliaceae

Anda mungkin juga menyukai