Anda di halaman 1dari 4

Nama : Zachrianty Suaiba

Nim : 432419019
Mata kuliah : Biokimia Analitik
Topik : Spektoskopi

Pertanyaan :
1. Zachrianty Suaiba (Kelompok 1)
Saya izin bertanya mengenai slide ppt bagian 3 yaitu mengenai materi fluorometri
, pertanyaanya : bagaimana dalam aplikasi fluometri dalam menganalisis asam
nukleat seperti DNA dan protein? Seperti yg sudah dibahas pada point di slide
berikutnya.
2. Andi Uswatun Hasanah (Kelompok 5)
Izin bertanya, pada jenis spektroskopi absorbsi atom yaitu destruksi basah, pelarut
yang dapat digunakan pada proses oksidasinya yaitu asam nitrat, asam sulfat,
asam perklorat dan asam klorida. Pertanyaan saya, apakah setiap jenis pelarut itu
menimbulkan pengaruh yang berbeda pada proses oksidasinya? atau pengaruh
yang di berikan tetap sama?
3. Rahmi Idrus (Kelompok 4 )
Izin bertanya mengenai teori Spektometri
Serapan Atom (SSA), pada slide ppt dijelaskan bahwa terdapat gangguan-
gangguan dalam metode analisis SSA, pertanyaannya bagaimana cara mengatasi
gangguan tersebut?
4. Nur'ain Marton Angio (kelompok 2)
Izin bertnya pada jenis atomonasi dengan nyala di man penggunaan bahan bakar
dan oksidan yamg berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Bisakah pemateri nemberikan contoh dari pernytaan yersebur, dengan jenis bahan
yang berbeda maka bagaimana sensitivitas yg di dapatkan?
5. Novita Meylia (kelompok 2)
izin bertnya pada slide 20 dijelaskan bahwa setelah radiasi resonansi dan lampu
katoda berongga melalui populasi atom menyala energi radiasi ini sebagian
diserap dan sebagian diteruskan. fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari
radiasi lainnya, yang saya ingin tanyakan apa tujuan dari pemisahan fraksi radiasi
yang diteruskan dengan radiasi lainnya?

Jawaban :
1. Salah satu aplikasi penerapan fluometri dalam analisis protein dan DNA adalah
dengan menggunakan alat qubit fluorometer. Qubit fluorometer adalah instrumen
laboratorium yang digunakan untuk kuantifikasi DNA , RNA ,
dan protein . Qubit fluoromeer menggunakan pewarna fluorescent untuk
menentukan konsentrasi baik asam nukleat atau protein dalam sampel. Di sisi lain,
sistem Qubit dilengkapi dengan pewarna fluoresen yang mengikat secara khusus
analit yang diinginkan seperti DNA untai ganda (dsDNA), DNA untai tunggal
(ssDNA), RNA, miRNA atau protein yang memberikan kuantifikasi yang lebih
akurat.
Metode umum lainnya untuk mengukur konsentrasi asam nukleat dan protein
adalah metode serapan UV, yang menggunakan spektrofotometer untuk mengukur
serapan alami cahaya pada 260 nm (untuk DNA dan RNA) atau 280 nm (untuk
protein). Karena begitu banyak molekul yang menyerap cahaya pada 260 nm,
pengukuran ini menjadi tidak akurat karena kemungkinan kontaminasi sampel
dengan molekul lain ini dan tidak dapat membedakan antara DNA, RNA, protein
atau nukleotida bebas atau asam amino dalam sampel. Adapun untuk nama
alatnya adalah nanovue plus spektrometer.
Terdapat 2 (dua) metode kuantifikasi yang umum digunakan antara lain : a)
Menggunakan zat pewarna fluoresensi yang akan terinterkalasi dengan DNA
rantai ganda (dsDNA) misalnya SyBr Green, dan b) Probe (penanda) yang berasal
dari hasil modifikasi DNA oligonukleotida yang akan berpendar (flourensensi)
ketika terhibridisasi dengan DNA komplemen, misalnya probe FRET
(Hybridisasi) dan probe TaqMan. Dalam setiap pengamatan proses PCR, sinyal
fluoresensi yang dipancarkan akan meningkat secara proporsional setiap siklus
PCR telah berhasil dilakukan sejalan dengan bertambahnya produk DNA (DNA
hasil amplifikasi) yang dihasilkan.
2. Metode destruksi basah lebih baik daripada cara kering karena tidak banyak
bahan yang hilang Dengan suhu pengabuan yang sangat tinggi (Anggraeni, 2018)
Destruksi dengan cara basah biasanya Dilakukan untuk memperbaiki cara kering
yang biasanya memerlukan waktu yang lama Sifat dan Karakteristik asam
pendestruksi yang sering digunakan antara lain:
1) Asam sulfat pekat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk
mempercepat terjadinya oksidasi. Asam sulfat pekat merupakan bahan
pengoksidasi yang kuat. Meskipun demikian waktu yang Diperlukan untuk
mendestruksi masih cukup lama (Rahayu, 2020)
2) Campuran asam sulfat pekat dengan kalium sulfat pekat dapat
dipergunakan untuk mempercepat Dekomposisi sampel. Kalium sulfat
pekat akan menaikkan titik didih (Dewi, 2012)
3) Campuran asam sulfat pekat dan asam nitrat pekat banyak digunakan
untuk mempercepat proses Destruksi. Kedua asam ini merupakan
oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan Menurunkan
suhu destruksi sampel yaitu pada suhu 350°C, dengan demikian komponen
yang Dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat
dipertahankan dalam abu yang berarti Penentuan kadar abu lebih baik
(Yani, 2011)
4) Asam perklorat pekat dapat digunakan untuk bahan yang sulit mengalami
oksidasi, karena Perklorat pekat merupakan oksidator yang sangat kuat.
Kelemahan dari perklorat pekat adalah sifat Mudah meledak (explosive)
sehingga cukup berbahaya, dalam penggunaan harus sangat hati-hati.
5) Aqua regia yaitu campuran asam klorida pekat dan asam nitrat pekat
dengan perbandingan volume
3:1 mampu melarutkan logam-logam mulia seperti emas dan platina yang tidak
larut dalam HCl Pekat dan HNO3 pekat. Reaksi yang terjadi jika 3 volume HCl
pekat dicampur dengan 1 volume HNO3 pekat:
3. a. Gangguan kimia
Gangguan kimia terjadi apabila unsur yang dianalisis mengalami reaksi kimia
dengan anion atau ketion tertentu dengan senyawa yang refraktori, sehingga tidak
semua analit dapat teratomisasi. Untuk mengatasi gangguan ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu: 1)penggunaan suhu nyala yang lebih tinggi, 2)
penambahan zat kimia lain yang dapat melepaskan kation atau anion pengganggu
dari ikatannya dengan analit. Zat kimia lain yang ditambahkan disebut zat
pembebas (Releasing Agent) atau zat pelindung (Protective Agent) (Aprilia.
2015).
b.Gangguan Matrik
Gangguan ini terjadi bila sampel mengandung banyak garam atau asam,atau bila
pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat standar, atau bila suhu
nyala untuk larutan sampel dan standar berbeda.Gangguan ini dalam analisis
kualitatif tidak terlalu bermasalah, tetapi sangat mengganggu dalam analisis
kuantitatif. Untuk mengatasi gangguan ini dalam analisis kuantitatif dapat
digunakan cara analisis penambahan satandar (Standar Adisi) (Aprilia. 2015).
c. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi terjadi bila suhu nyala api cukup tinggi sehingga mampu
melepaskan elektron dari atom netral dan membentuk ion positif.Pembentukan ion
ini mengurangi jumlah atom netral, sehingga isyarat absorpsiakan berkurang juga.
Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan denganpenambahan larutan unsur
yang mudah diionkan atau atom yang lebihelektropositif dari atom yang
dianalisis, misalnya Cs, Rb, K dan Na. Penambahan ini dapat mencapai 100-2000
ppm (Aprilia. 2015).
d. Absorpsi Latar Belakang (Back Ground).Solusi
1. Penggunaan nyala temperatur yang lebih tinggi yang dapat memecahkan
zat-zat pengabsorpsi molekular ( lihat solusi gangguan kimia )
2. Penggunaan "background correction" yaitu suatu sumber continuum lampu
deuterium arc dengan panjang gelombang UV, atau lampu Tungsteniodida dengan
panjang gelombang vissbel.panjang gelombang yang sama yang digunakan untuk
mengukur absorpsi atom. Dengan sistem ini, cahaya dari sumber utama ( hollow
cathode ) dan dari sumber continuum dilewatkan bergantian melewati nyala.
Unsur yang ditentukan akan mengabsorpsi cahaya dari hollow cathode raja,
sedang background mengabsorpsi kedua sinar. Sehingga kalau perbandingan
kedua cahaya tersebut diukur secara sinar elektronis, effek dari "background
absorpstion" bisa dihilangkan.
4. Atomisasi dengan nyala dilakukan dengan cara membakar analit (unsur yang
akan dianalisis) menggunakan oksidator untuk mencapai suhu yang diinginkan
sehingga analit akan teratomisasi. Oksidator yang sering digunakan adalah:
campuran udara – propana yang dapat mencapai suhu nyala 1800ºC, campuran
udara-asetilen dapat mencapai suhu pembakaran hingga 2300ºC, dan campuran
N2O-asetilen yang dapat mencapai suhu pembakaran 3000ºC digunakan untuk
senyawa yang sulit diuraikan misalnya senyawa Ca-fosfat. Penentuan unsur analit
dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi standar yang telah disiapkan
hingga diperoleh kurva yang linier atau koefisien korelasi mendekati angka 1
(satu). Selanjutnya pengukuran dilaksanakan untuk standar acuan CRM GBW
09101 yang dapat dikonversi langsung dalam kosentrasi (µg/mL). Jika hasil
pengukuran CRM GBW 09101 berada dalam rentang sertifikat, maka selanjutnya
pengukuran dilakukan terhadap sampel rambut
5.Fraksinasi dilakukan dengan tujuan untuk memisahkan kandungan senyawa
utama dari golongan senyawa yang lain.

Anda mungkin juga menyukai