Anda di halaman 1dari 2

Nama : Klara Kapitan

NIM : 1909010039

Tugas Etika dan Legislasi Veteriner

Berikan contoh penerapan hukum peternakan pada dunia peternakan !

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan


mendefinisikan bahwa Peternakan adalah segala urusan yang berkaitan dengan sumber daya
fisik, benih, bibit dan/atau bakalan, pakan, alat dan mesin peternakan, budi daya ternak, panen,
pascapanen, pengolahan, pemasaran, dan pengusahaannya.

Kesehatan hewan menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan adalah segala urusan yang berkaitan dengan perawatan hewan, pengobatan
hewan, pelayanan kesehatan hewan, pengendalian dan penanggulangan penyakit hewan,
penolakan penyakit, medik reproduksi, medik konservasi, obat hewan dan peralatan kesehatan
hewan, serta keamanan pakan.

Peternakan diatur dalam undang-undang nomor 18 tahun 2009.Namun undang-undang tersebut


diganti dengan undang-undang nomor 41 tahun 2014 dengan pertimbangan bahwa undang-
undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dipandang tidak sesuai
lagi dan perlu disempurnakan untuk dijadikan landasan hukum bagi penyelenggaraan peternakan
dan kesehatan hewan.

Dalam penyelenggaraan peternakan dan kesehatan hewan, upaya pengamanan maksimal


terhadap pemasukan dan pengeluaran ternak, hewan, dan produk hewan, pencegahan penyakit
hewan dan zoonosis, penguatan otoritas veteriner, persyaratan halal bagi produk hewan yang
dipersyaratkan, serta penegakan hukum terhadap pelanggaran kesejahteraan hewan, perlu
disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan penyelenggaraan kesehatan hewan dikembangkan wawasan dan


paradigma baru di bidang kesehatan hewan dengan maksud untuk mempertahankan status
kesehatan hewan nasional; melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari
ancaman penyakit dan/atau gangguan kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan ekosistemnya;
serta memberikan jaminan pangan asal hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal.

Pada Pasal 18

Dalam rangka mencukupi ketersediaan bibit, Ternak Ruminansia Betina Produktif diseleksi
untuk Pemuliaan, sedangkan Ternak ruminansia betina yang tidak produktif disingkirkan untuk
dijadikan Ternak potong. Penentuan Ternak ruminansia betina yang tidak produktif dilakukan
oleh Dokter Hewan Berwenang, Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyediakan
dana untuk menjaring Ternak Ruminansia Betina Produktif yang dikeluarkan oleh masyarakat
dan menampung Ternak tersebut pada unit pelaksana teknis di daerah untuk keperluan
pengembangbiakan dan penyediaan Bibit Ternak ruminansia betina di daerah tersebut. Dan
Setiap Orang dilarang menyembelih Ternak ruminansia kecil betina produktif atau Ternak
ruminansia besar betina produktif.

Anda mungkin juga menyukai