Anda di halaman 1dari 19

TUGAS II.

SISTEM PENCERNAAN
(Minggu ke 4 - 5)

I. Pendahuluan 3. Mencari referensi tambahan yang


Makanan mempunyai peranan penting dibutuhkan
dalam pertumbuhan dan perkembangan C. Setelah pembelajaran
manusia. Manusia dapat memperoleh 1. Mengumpulkan format evaluasi pada
setiap akhir kegiatan belajar
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2. Menerima keputusan
dosen/fasilitator untuk meneruskan
II. Learning Outcome belajar pada materi selanjutnya atau
tetap pada materi yang sama.
Setelah menyelesaikan Modul
3. Mengumpulkan seluruh log-book pada
ini, Mahasiswa mampu:
akhir pembelajaran sis
a) Memahami anatomi, fisiologi
terkait system pencernaan
b) Memahami patofisiologi, farmakologi
dan terapi diet terkait gangguan
pada sistem pencernaan
c) Mengenali hasil penelitian tentang
penatalaksanaan gangguan sistem
pencernaan

III. Deskripsi Modul


Modul ini membahas tentang
manajemen penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan. Modul
ini terdiri dari empat kegiatan belajar
untuk memenuhi learning outcome.
Metode pembelajaran terdiri dari

Case study, SGD, Project Based


learning (PjBL), Discovery learning
(DL) dan practicum.

IV. Petunjuk Penggunaan Modul

A. Sebelum pembelajaran
Mahasiswa diharuskan membawa
minimal 1 buah buku referensi
setiap kegiatan belajar.

B. Selama pembelajaran
1. Mahasiswa diharuskan
mengerjakan modul sesuai dengan
urutan kegiatan belajar.
2. Mempelajari, mencatat, dan
bertanya mengenai materi.

18 | P a g e
Sistem Pencernaan
Tugas 1
Rangkuman Buku Ajar Gasroenterologi Edisi I
Batu Empedu
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Empedu adalah larutan dengan komposisi


kompleks yang terdiri atas campuran lipid (fosfolipid &
kolesterol), protein, bilirubin, dan anion inorganik dalam
kondisi optimal.
Cairan empedu :
dibuat di sinusoid sel hati
dialirkan oleh saluran emoedu lalu
ditampung dalam kantong empedu
disekresi kedalam duodenum melalui duktus
koledokus untuk mengemulsi lemak dimakanan
Faktor Resiko:
Usia, Gender wanita (hormon estrogen & progesteron), Obesitas,
Penurunan BB terlalu cepat, Kehamilan, Obat-obatan, Penurunan
Bahan Pembentuk Batu Empedu HDL, dan Peningkatan Trigliserida.
a. Batu kolesterol: proporsi endapan kolesterol berbentuk
kristal tinggi → melekat dikantung empedu →
membentuk lumpur (sludge)
b. Batu pigmen:
1) Warna Hitam: merupakan kalsium bilirubinat yang
terpolarisasi dan mengendap, biasa didapatkan pada
penderita sirosis hepatis, hemoglobinopati dengan
hemolisis &proses eritropoiesis yg tidak efektif
2)Warna coklat: terbentuk akibat infeksi bakteri
pembuat enzim 𝛽-glucoronidase disaluran empedu.
Dalam prosesnya mengakibatkan bilirubin tak
terkonjugasi berkurang daya larutnya dalam cairan
empedu & membentuk batu pigmen berwarna coklat
c. Batu campuran
By: Disi nurul amalia
20200910170011
1. Ultrasonografi (USG) abdomen
- USG dapat melihat batu, menilai kontraktilitas kantung &
patensi duktus sistikus
- Sensitivitas dan Spesifisitas pemeriksaan 95% untuk batu
ukuran >2mm, & yang membentuk acoustic shadows.
Lumpur (sludge) atau batu kecil (microlithiasis) akan
tampak dalam kantung empedu tanpa acoustic shadows.
Untuk disaluran empedu (koledokolitiasis) sensitivitasnya
hanya 50% dengan minimal pelebaran >6mm yg dapat divisualisasikan.
- Sebelum dilakukan pemeriksaan dilakukan puasa 8 jam, mengukur besaran kantung empedu dan diulangi
lagi setelah makan berlemak (post fat meal)
3. Endoscopic Ultrasound (EUS)
- Mendiagnosis batu duktus koleodokus dan
kelainan lain di duktus tersebut dengan
spesifisitas 97%
- Merupakan pemeriksaan USG dengan
probe diletakan diujung endoscop
sehingga probe bisa masuk kedalam
duodenum & melakukan deteksi USG

2. Oral Kolesistografi
Menggunakan kontras dalam bentuk kapsul
yang ditelan pasien. Dapat memperlihatkan
gambar kantung empedu dengan sensitivitas
pemeriksaan 90% dan mengindikasikan
duktus sistikus tidak tersumbat. Sudah
digantikan oleh imaging lain (ERCP, USG, CT,
MRI)
4. Endhoscopy Retrogade Cholangio Pancreatography (ERCP)
Mempergunakan duodenoskop, kontras media dan fluoroskopi, dapat memvisuallisasikan gambaran duktus
koledokus, mendeteksi batu yang tampak sebagai bayangan radiolusen. Sensitivitas dan Spesifisitas
mencapai 95%. Dalam pemeriksaan ini dapat langsung dilakukan drainage dan pembersihan batu dari duktus
koledokus. Kerugiannya, pemeriksaan ini adalah prosedur invasif dengan komplikasi 2-7% terjadi
pankreatitits, perdarahan, atau kolangitis dan keberhasilan bergantung pada operator juga alat.

5. Magnetic Resonance Cholangio Pancreatography (MRCP)


Pemeriksaan cepat non-invasif yang
memperlihatkan gambaran duktus koledokus
& duktus pankreatikus setara ERCP dengan
Sensitivitas dan Spesifisitas mencapai 93%.
Kerugiannya hanya mampu mendiagnosa
tidak dapat sekaligus melakukan tindakan
terapeutik.

6. Computed Tomography Scanning (CT Scan) Abdomen


Sangat baik untuk mendiagnosa komplikasi akibat batu atau
merencanakan tindakan untuk mengatasi batu empedu.

By: Disi nurul amalia


20200910170011
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Manifestasi Klinis

o Asimptomatik (tanpa Gejala)


sebanyak 18% mengalami gejala dalam 5-15 tahun
o Simptomatik (dengan Gejala):
1. Nyeri Billier
Obsbtruksi intermiten dari duktus sistikus karna batu

tanpa inflamasi. Lokasi nyeri di epgastrium /quadran

kanan atas timbul 15m dan bertahan 1-6jam

beberapa disertai mual. 2. Kolesistitis Akut


Batu terperangkap di duktus sistikus yg menyebabkan

inflamasi. 50% akan infeksi sekunder dengan bakteri. Berawal

nyeri abdomen hebat menjalar ke punggung kanan, hasil LAB

terdapat leukositosis disertai ↑bilirubin 2-4mg/dL, SGOT

dan SGPT & alkali fosfatase tanpa sumbatan duktus

koledokus.. Diagnosa ditegakkan dengan USG & CT Abdomen

terdapat dinding kantung empedu menebal

3. Koledokolitiasis
Batu bermigrasi ke duktus koledokus bersifat intermiten dan

seringnya asimptomatik. Gejala sukar dibedakan dari nyeri bilier.

Gambaran hasil lab yaitu ↑bilirubin terkonjugasi melebihi ↑bilirubin

tak terkonjugasi. Diagnosa ditegakan dengan ERCP atau MRI.


4. Kolengitis
Manifestasi Klinis Batu di duktus koledokus menyebabkan

sumbatan dengan superinfeksi juga bakteremia.

Gejalanya ada nyeri bilier, ikterus dan demam.

Hasil lab menunjukan ↑serum bilirubin dan

alkalifosfatase, hasil kultur menunjukan

pertumbuhan kuman (terutama pasien sepsis).

Drainage Cairan Empedu bisa mengatasi


Kolengitis

By: Disi nurul amalia


20200910170011

5. Pankreatitis karna batu empedu (Gallstone Pancreatitis)


Duktus koledokus tersumbat batu, lumpur / kristal empedu. Gejalanya nyeri hebat ditengah abdomen,

terutama setelah makan. Hasil LAB menunjukan ↑ amilase & lipase hingga ribuan.

Gambaran USG

terdapat batu

dalam kantung

empedu.
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Menggunakan pelarut batu dengan Chenodeoxycholic Acid (CDCA) atau


Ursodeoxycholic Acid (UDCA). Pemberian terapi peroral dosis 8-10mg/KgBB perhari selama
6 bulan. Efektif untuk batu kolesterol kecil. Saat ini sudah tidak lagi dipergunakan karena menimbulkan
banyak efek samping, namun terkadang digunakan pada pasien yg kondisinya tidak bisa dilakukan operasi.

Menggunakan gelombang suara tekanan tinggi


dipancarkan melalui alat ESWL difokuskan ke
batu melalui cairan dan menembus jaringan lunak.
Gelombang membuat lubang di dinding depan batu
→ terjadi fragmentasi → dilarutkan dengan
metode oral dissolution. Kontraindikasi pada pasien
dengan komplikasi batu empedul (kolesistitis,
kolangitis, pankreatitis, dll). Efek samping
petechie, hematom liver, obstruksi duktus sistikus,
nyeri bilier &pankreatitits ada 2-30% pasien.

Pengangkatan batu empedu dengan laparatomi


kolesistektomi terbuka (Open Cholecystectomy) atau
laparaskopi kolesistektomi. Dilakukan saat kondisi
pasien stabil dan tidak ada sumbatan pada duktus
koledokus.
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Menimbulkan sumbatan (obstruksi) saluran empedu total/parsial. Ditandai dengan ikterik,


↑enzim hati (SGOT&SGPT).

- Bila batu saluran empedu diketahui


sebelum kolesistektomi, maka ERCP
dilakukan untuk drainase saluran
empedu lalu dilanjutkan laparoskopi
kolesistektomi. Bila ERCP tidak
tersedia atau gagal maka, dilakukan
dengan pembedahan konvensional
(open surgery), dengan eksplorasi
kedalam duktus koledokus dan
ekstraksi batu.
- Bila batu duktus koledokus diketahui
saat kolesistektomi maka::
1. Bila dilakukan dengan laparaskopi maka segera ubah menjadi laparatomi dan lakukan eksplorasi
duktus koledokus
2. Laparaskopi dilanjutkan dengan koledokoskopi
3. Laparoskopi kolesistektomi diteruskan dilanjutkan ERCP terapeutik.

1. Striktur Saluran Empedu:


Komplikasi kolesistektomi akibat peradangan kolangitis, pankreatitits, sclerosing kolangitis & batu saluran
empedu. Dilakukan dilatasi saluran → tindakan ERCP & pemasangan stent. Dapat juga dilakukan
rekontruksi saluran empedu dengan anatomosis koledoko duodenostomi/ koledoko jejunostomi
2. Sindrom Post Kolesistektomi
Keluhan nyeri, kembung, mual setelah kolesistektomi.
Kemungkinan karna gangguan di traktus biliaris yaitu
striktur duktus sistikus yang meradang, Sphincter Oddi
Dysfunction (SOD), keganasan di saluran empedu, dan
Choledochocele.
Sistem Pencernaan
Tugas 2
Video Digestion in Human Beings
By iDaaLearning Youtube Account
Digestion in
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011

Human Beings
Sumber: IdaaLearning Youtube Account https://www.youtube.com/watch?v=zr4onA2k_LY

1. Mulut 2. Kelenjar Ludah


Makanan dihancurkan di mulut menjadi Kelenjar ludah mensekresikan ludah, yang
kecil akan membantu melumatkan makanan &
merubah makanan menjadi gula

3. Lidah
Otot lentur pengecap rasa makanan,
5. Lambung
epiglotis lalu mengarahkan makanan ke
Berbentuk seperti tas & merupakan
esofagus tempat dimana makanan dicerna
Mekanik → Otot Lambung
4. Esofagus Kimiawi → Asam Lambung
Merupakan jalan makanan turun - Pepsin: Memecah Protein
menuju lambung dengan gerakan menjadi Asam Amino
peristaltik - HCl: membunuh kuman
dimakanan
6. Liver
Memproduksi cairan empedu,
8. Usus Kecil
memfilter darah, mengatur
Memiliki panjang 7,5 meter
glikogen
& tempat pencampuran
cairan dari Hati dan
7. Pankreas Pankreas, Vili & Mikrovili
Pemecah karbohidrat, (Finger Like Projections)
protein & lemak. menyerap nutrisi secara
maksimal lalu mendistribusi-
kan ke aliran darah yang
9. Usus Besar
mengalir keseluruh tubuh
Menyerap kembali cairan & garam.
Tempat dimana feses terbentuk &
menyalurkannya hingga rektum (panjang 10. Rektum
usus besar 1,5 meter) Tempat pengeluaran feses
Sistem Pencernaan
Tugas 3
Video Lipid Metabolism Overview
By Alila Medical Media Youtube Account
Sumber: Alia Medical Media Youtube Account https://www.youtube.com/watch?v=ppqpUVaasNc

- Lemak & trigliserida dari makanan yg dicerna, - Pembentukan Tg & Chol yg disintesis di hati diangkut
disimpan dijaringan adiposa & sintesis karbohidrat secara endogen dalam bentuk VLDL (Very Low Density
di hati. Lipoprotein) → Proses Lipolisis bersama IDL
- Lemak dicerna diusus kecil dibantu garam empedu (Intermediate Density Lipooprotein) → LDL dan HDL
juga lipase pankreas. Garam empedu mengemulsi - Lemak di jaringan adiposa dimobilisasi → produksi energi
lemak, bertindak sebagai deterjen & memecah dibantu hormon sensitif lipase, merespons hormon epinefrin.
- Gliserol → Glikolisis → Piruvat, sedangkan Asam Lemak
gumpalan besar lemak → sel kecil agar mudah
→ oksidasi 𝛽 → menghasilkan asetil-KoA.
diakses lipase.
- Setiap siklus 𝛽-oksidasi menghilangkan 2 karbon rantai
- Lipase pankreas mengubah trigliserida →
asam lemak & melepaskan 1 asetil-KoA, yang dapat
monogliserida, asam lemak bebas, & gliserin. →
dioksidasi dalam siklus asam sitrat.
menuju → sel epitel usus – enterosit →trigliserida - 𝛽-oksidasi → Lemak → energi/massa unit lebih tinggi
- Trigliserida + Kolesterol → partikel lipoprotein dari karbohidrat.
besar (Kilomikron) → meninggalkan enterosit → - Asetil-KoA berlebih → dialihkan untuk membuat keton.
memasuki kapiler limfatik → ke dalam aliran darah - Bila tubuh kekurangan glukosa, keton adalah sumber energi
→ mengirimkan lemak ke berbagai jaringan. yang penting, terutama untuk otak. Namun, keton bersifat
- Enzim permukaan dinding kapiler darah (lipoprotein asam, & bila diproduksi secara berlebihan mengakibatkan
lipase) menghidrolisis Trigliserida → Asam Lemak & asidosis metabolik, → koma dan kematian.
Gliserol → melewati dinding kapiler kedalam - Ketoasidosis → komplikasi diabetes & Diet ekstrim
jaringan → dioksidasi menjadi energi / diesterisasi ↓Karbo ↑Lemak → Sel mengoksidasi lemak untuk bahan
bakar (tubuh tidak dapat memanfaatkan glukosa.)
ulang untuk penyimpanan. (Lipolysis Process)
- Diet ↑karbohidrat → asetil-KoA berlebihan → asam
lemak.

By: Disi Nurul Amalia


20200910170011
Sistem Pencernaan
Tugas 4
Rangkuman Medical Surgical Nursing
Vol. 4 Unit XIII
Assessment of The Gastrointestinal System
By: Donna D. Ignatavicius, M. Linda Workman
& Cherie Rebar
By: disi Nurul amalia
20200910170011

Riwayat Nutrisi

1. Identifikasikan pola makan, alergi, waktu makan pasien, riwayat konsumsi


alkohol / kafein rutin dan juga keadaan ekonomi pasien, hal ini akan
mempengaruhi perubahan asupan & penyerapan nutrisi pasien.

Riwayat Genetik
Kaji riwayat keluarga mengenai gangguan Gastrointestinal. Misal: Poliposis
Adenomatosa Familial (FAP), kelainan dominan autosom yang diturunkan yang
2.
menyebabkan pasien terkena kanker usus besar (McCance et al., 2014).

Masalah Kesehatan Saat Ini


3. Tanda Gejala penyakit Gastrointestinal biasanya sulit dijelaksan pasien, maka
penting untuk mengkaji kronologis masalah saat ini dengan menanyakan:

a. Kebiasaan Buang Air Besar:


Pola, Warna, Konsistensi, Bentuk,
Tindakan saat Diare/Sembelit,
adanya Darah pada feses, perut
kembung atau bergas.

b. Peningkatan atau Penurunan Berat Badan yang Tidak Disengaja


Berat Badan Normal, Kenaikan atau penurunan berat badan,
Jangka waktu perubahan berat badan & Perubahan nafsu makan
atau asupan oral
c. Nyeri
P → Pain
Q → Quality
R → Region
S → Severe 0-10
T → Timing
Pemeriksaan Fisik
Saat pemeriksaan fisik, anjurkan pasien mengosongkan isi perutnya dan berbaring
dengan posisi supine, lutut di tekuk dan kedua tangan disamping badan untuk mencegah
4.
otot perut menegang.
• Liver • Lambung
• Kantong Empedu • Badan & Ekor Pankreas
• Duodenum
• Limpa
• Hati
• Usus Transverse & Descending
• Usus Ascending & Transverse

• Usus Buntu
• Usus Descending
• Ureter Kanan
• Ureter Kiri
• Ovarium & Tuba
Falopi Kanan • Ovarium & Tuba
• Korda Spermatika Falopi Kiri
Kanan • Korda Spermatika
Kanan

a. Inspeksi
Kesimetrisan abdomen, adanya perubahan warna (lebam kebiruan atau kulit kekuningan), Distensi
abdomen, Sisi menonjol, Kulit kencang dan berkilau, Lipatan kulit, lemak subkutan, Lokasi, ukuran,
dan deskripsi cedera tekanan
b. Auskultasi
Diagfragma stetoskop diletakan di 4 kuadran, Bising usus normal → nyaring, tidak
teratur setiap 5-15 detik, rentang frekuensi normal 5-30/ menit (Jarvis, 2016)
Peningkatan motilitas usus “borborygmus” terjadi pada penderita
diare/gastroenteritis/obstruksi usus lengkap. Suara vaskular atau bising "swooshing"
di atas aorta abdominalis, arteri ginjal, & arteri iliaka. Suara bising aorta menunjukkan
adanya aneurisma.
c. Perkusi
Menentukan ukuran padatan organ; mendeteksi keberadaan massa, fluida, dan udara;
ukuran hati & limpa. Nada perkusi abdomen:
1. timpani (nada tinggi, keras, suara musik dari usus yang berisi udara)
2. tumpul (nada sedang, lembut, suara gedebuk diatas organ padat; hati).
d. Palpasi
Palpasi ringan untuk mendeteksi massa yang besar dan area nyeri tekan. Palpasi
dalam untuk menentukan lebih lanjut ukuran dan bentuk organ perut dan massa.
Pemeriksaan Diagnostik
By: disi Nurul amalia
20200910170011

Labolatorium

1. a. Darah
Pemeriksaan darah lengkap bisa mendiagnosis anemia &
infeksi. Sedangkan pada serum darah, akan menunjukan nilai
elektrolit, fungsi hati, amilase lipase, bilirubin (total, direct,
indirect), amonia dan lainnya.

b. Urin
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi amilase (pankreatitis
akut akan mengalami ↑amilase di urine) dan urobilinogen
(evaluasi obstruksi hati dan bilier) pada urin,

c. Feses
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi pada
pasien diare, lemak di feses pada pasien suspek malabsorpsi,
parasit feses, & tes imunokimia tinja (FIT) untuk mendeteksi
kolorektal kanker dini.

2.
Radiografi
Dilakukan untuk mendeteksi struktur dan gangguan fungsional sistem GI.

a. X-Ray
Hasil rontgen bisa menunjukan kelainan seperti massa, tumor, dan striktur
atau penyempitan untuk fungsi normal. Persiapan yang dilakukan ganua
menggunakan “Hospital Gown” & melepas benda metal di tubuh pasien.

b. Barium Enema Kontras Ganda


Mendeteksi adanya kanker kolorektal dan polip. Dianjurkan
untuk Usia Lansia >50 tahun, riwayat CT Kolonografi tiap 5
tahun & Kolonoskopi tiap 10 tahun. Persiapan pasien :
- sebelum pemeriksaan: diet cair, dipuasakan 4-6 jam
- setelah pemeriksaan: minum banyak cairan, pemberian
laksatif untuk mengeluarkan barium yang tertinggal.
Endoskopi
Dapat mengevaluasi perdarahan, ulserasi,
peradangan, tumor, dan kanker kerongkongan, 3.
lambung, sistem empedu, atau usus.

1. Esophagogastroduodenoscopy

4. Pemeriksaan visual pada esofagus, lambung,


dan usus duabelas jari. Pasien dipuasakan 6-
8 jam sebelum tindakan, Hindari obat
antikoagulan, aspirin & NSAIDs. Saat
pemeriksaan pasien diberikan spray sedasi
oral, posisi bagian kepala ditinggikan, proses
nya selama 20-30 menit. “gag reflex” akan
kembali 30-60 menit pasca tindakan.

Kolangiopankreatografi Retrograd Endoskopi (ERCP)

Visual dan radiografi pemeriksaan hati, kandung

5.
empedu, saluran empedu, dan pankreas untuk
mengidentifikasi penyebab dan lokasinya obstruksi.
Lebih pada tujuan terapeutik daripada diagnosis

Endoskopi

6. Usus Kecil

(Enteroscopy)

Memvisualisasikan seluruh
usus halus, termasuk usus
halus ileum distal.
Pemeriksaan ini unruk
mengevaluasi & menemukan
sumber perdarahan GI.
Kolonoskopi Kolonoskopi Virtual
7. Pemeriksaan pada seluruh usus Gambaran multi-dimensi dari seluruh 8.
besar, “gold standar test” usus besar (CT kolonografi), dapat
untuk mendeteksi kanker usus langsung dilakukan prosedur minor-
besar surgical

Sigmoidoscopy
9. Endoskopi rektum & kolon sigmoid
menggunakan scope fleksibel. Tujuan dari tes
ini: deteksi kanker kolon, mendiagnosis atau
pantau penyakit radang usus.

Ultrasonography (US) & Endoskopi (EUS) 10.


Ultrasonografi (AS) adalah teknik di mana gelombang suara bergetar
berfrekuensi tinggi dan tidak terdengar melewati tubuh melalui
transduser. Gema yang diciptakan oleh gelombang suara tersebut
kemudian direkam dan diubah menjadi gambar untuk dianalisis.
Ultrasonografi endoskopi (EUS) dilakukan melalui endoskopi. Dapat
mendiagnosis keberadaan tumor kelenjar getah bening, tumor mukosa,
tumor pankreas, lambung, & rektum.
Scan Limpa dan Hati
11. Pemindaian hati-limpa menggunakan injeksi IV bahan radioaktif, pertama di bagian
hati dan kedua di limpa. Tindakan ini untuk tumor atau abses, ukuran, lokasi organ,
dan aliran darah pada limpa dan hati. Bahan radioaktif akan keluar melalui urin
dalam 24 jam pasca tindakan.

Anda mungkin juga menyukai