Anda di halaman 1dari 50

LOG BOOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

Dikerjakan oleh:

Disi Nurul Amalia


20200910170011
2 Transfer A

Dosen Penanggungjawab Mata Kuliah :


Ns. Diana Irawati, M. Kep., Sp. KMB.

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
TUGAS I. SISTEM PERKEMIHAN
Minggu 1
I. Pendahuluan
Fungsi utama ginjal adalah untuk memelihara lingkungan internal tubuh agar stabil, sehingga
metabolism sel dan jaringan berjalan secara optimal. Ginjal melakukan tugas pendukung
kehidupan dengan menyeimbangkan zat terlarut, mentranspor air, mengeksktresikan produk
sisa metabolic, menjaga bahan gizi dan asam basa.

II. Learning Outcome


Setelah menyelesaikan logbook ini, Mahasiswa mampu:
a) Memahami anatomi, fisiologi terkait system perkemihan
b) Memahami mekaisme pengaturan asam basa dan cairan elektrolit pada sistem perkemihan

c) Mengenali hasil penelitian pada sistem perkemihan


d) Melakukan analisa kasus pasien gangguan sistem perkemihan.

III. Deskripsi Tugas Logbook


Logbook ini membahas tentang konsep dasar dan manajemen penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem perkemihan. Modul ini terdiri dari empat
kegiatan belajar untuk memenuhi learning outcome. Metode pembelajaran terdiri dari
Case study, SGD, Project Based learning (PjBL), Discovery learning (DL) dan practicum.

IV. Petunjuk Penggunaan Modul


A. Selama pembelajaran
1. Mahasiswa diharuskan mengerjakan modul sesuai dengan urutan kegiatan belajar.
2. Mempelajari, mencatat, dan bertanya mengenai materi.
3. Mencari referensi tambahan yang dibutuhkan
B. Setelah pembelajaran
1. Mengumpulkan format evaluasi pada setiap akhir kegiatan belajar
2. Menerima keputusan dosen/fasilitator untuk meneruskan belajar pada materi
selanjutnya atau tetap pada materi yang sama.
3. Mengumpulkan seluruh log-book pada akhir pembelajaran sistem
Sistem Perkemihan
Tugas 1
Fisiologi Ginjal menurut buku
Fisiologi Manusia Sherwood
by: Disi nurul amalia
20200910170011

Fungsi Ginjal
1. Mempertahankan Keseimbangan H2O dalam
tubuh
2. Mempertahankan osmolaritas cairan tubuh,
melalui regulasi H2O
3. Mengatur jumlah dan konsentrasi sebagian
ion cairan ekstraselular (CES)
4. Mempertahankan volume plasma yang tepat
sebagai peran regulatorik yaitu pengatur
keseimbangan garam
5. Mengekskresikan produk akhir metabolisme
tubuh: urea, asam urat dan kreatinin
6. Membantu mempertahankan keseimbangan
asam-basa tubuh
7. Mengeluarkan senyawa asing seperti: obat,
zat aditif, pestisida.
8. Menghasilkan eritritroprotein (hormon
perangsang sel darah merah)
9. Menghasilkan Renin (enzim yang memicu
rantai konservasi garam di ginjal)
10. Mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif

Nefron
Merupakan unit terkecil yang melakukan pembentukan urin
di ginjal. Terdiri dari:
Komponen Vaskular:
1. Arteriol Aferen -> membawa darah ke
Glomerulus
2. Glomerulus-> menyaring plasma bebas
protein
3. Arteriol Eferen -> membawa darah dari
Glomerulus
4. Kapiler Peritubulus
Mendarahi jaringan Ginjal
Komponen Tubular: tabung yang berongga
1. Kapsula Bowman -> pengumpul filtrat
2. Tubulus Proksimal-> reabsorpsi & sekresi
3. Ansa Henle -> menghasilkan urin dgn
konsentrasi beragam
4. Aparatus Jukstaglomerulus
5. Tubulus distal & Tubulus Koligentes ->
reabsorpsi Na+ dan H20 serta sekresi K+
dan H+.
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011

- Bertugas sebagai “penyaring” air, garam,


glukosa, asam amino, urea, dan limbah
lainnya agar dapat melewati kapsul
Bowman.
- Dibutuhkan gaya yang mendorong plasma hingga menembus lubang di membran glomerulus.
- Hasil filtrasi glomerulus akan didapatkan urin primer.

Saat filtrate mengalir melalui tubulus: Air,


glukosa, asam amino, natrium dan nutrisi
lainnya diserap kembali ke plasma kapiler
peritubulus. Dari 125ml plasma yang difiltrasi
permenit, biasanya 124ml/mnt diereabsorpsi
Hasil dari proses ini adalah urin sekunder

Ion hidrogen (H+), Ion


Kalium (K+), anion dan
kation organik yang
merupakan senyawa asing
akan disekresikan. Hasil
proses ini kemudian mengalir
ke ureter dan tersimpan di
kandung kemih.
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011

Dari 180 L plasma yang difiltrasi perhari,


hanya 1,5 L yang disekresikan sebagai
urin. Setelah proses filtrasi-reabsopsi-
sekresi, urin yang tersimpan di kandung
kemih mengalir ke uretra dan akan
keluar saat miksi.
Sistem Perkemihan
Tugas 2
Mekanisme Pengaturan
Asam-Basa di Ginjal
Air (H2O) adalah komponen tubuh terbanyak yang membentuk rata-rata 40-80%
berat tubuh, persentasinya dipengaruhi: variabilitas jaringan lemak, Jenis kelamin,
dan Usia.
Keseimbangan cairan merupakan bagian dari kontrol tubuh untuk mempertahankan
homeostasis. Homeostasis cairan dipertahankan tubuh dengan mengatur cairan
ekstraselular (CES), yang akan mem-pengaruhi cairan intraselular (CIS),
Faktor yang mempengaruhi:
Variabel Pentingnya Hasil Akhir bila Variabel Mekanisme untuk Mengatur
Mengatur Variabel Tidak Normal Variabel
Volume CES = TD Arteri - Pemeliharaan keseimbangan
↑ Volume CES = ↑ TD Arteri Na+ akan menahan H2O
Mengontrol jangka ↓ Volume CES = ↓ TD Arteri sehingga jumlah Na+
Volume CES panjang Tekanan menentukan volume CES.
Darah Arteri *TD = Tekanan Darah - Dicapai bila eksresi Na+
diurin dibawah kontrol
aldosteron
↓ Osmolaritas CES
Mencegah mengakibatkan H2O masuk - Pemeliharaan keseimbangan
perindahan kedalam sel → sel H2O bebas
Osmolaritas
CES Osmotik H2O membengkak - Dicapai bila ekskresi H2O
antara CES dan CIS ↑ Osmolaritas CES diurin dibawah kontron
yg membahayakan mengakibatkan H2O keluar vasopresin
dari sel → sel menciut

Hormon yang Berperan:


Aldosteron Vasopresin
1. hormon mineralokortikoid yang dihasilkan 1. hormon neurohipofisis yang mengatur
oleh korteks adrenal, osmotik cairan tubuh dan memiliki tiga
2. berperan dalam mengatur jumlah jenis reseptor V1A, V1B dan V2 .
elektrolit dalam tubuh 2. Vasopresin bekerja pada duktus
3. bekerja dengan meningkatkan reabsorpsi koligentes ginjal
natrium dan membuang kalium di ginjal
By: Disi Nurul Amalia
William 2017. Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Hormon yang Berperan.
Jakarta: Universitas Kristen Krida Wacana
20200910170011
Ketidakseimbangan
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011

Cairan dan Elektrolit


↓ ↑
Natremia
≤135 - Penurunan Kesadaran ≥ 145 - Letargi
mEq/L - Hipotensi mEq/L - Rasa Haus berlebih
- Takikardi - Hipertensi
- Kejang
Chloremia
≤98 - Hipertensi ≥ 106 - Takipnea
mEq/L - Kram Otot mEq/L - Kelemahan Otot
- Takipnea - Terasa Lelah Berlebih
Kalemia
≤3.5 - Kelemahan Kedua Otot ≥ 50 - Kelemahan Otot
mEq/L - Distensi Abdomen mEq/L Quadriceps
- Penurunan Suara Abdomen - Kram Abdomen, Diare
- Disritmia - Disritmia
- Inverted T Wave - Peaked T Wave
Kalsemia
≤8.4 - Kebas ≥ 10.5 - Anoreksia
mEq/L - Refleks Hiperaktif mEq/L - Refleks Hipoaktif
- Kejang - Penurunan Kesadaran
Fosfatemia
≤2.7 - Bingung ≥ 4.5 - Takikardi
mEq/L - Kejang mEq/L - Anoreksia
- Kehilangan ingatan - Muntah berlebih
- Hipertensi - Refleks Hiperaktif
Magnesmia
≤1.5 - Disfagia ≥ 2.5 - Hipotensi
mEq/L - Hipertensi mEq/L - Refleks hipoaktif
- Takikardi - Altered Mental Status
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011

Asam Basa yang seimbang dalam tubuh mempengaruhi fungsi


organ vital. Keseimbangan asam-basa diatur oleh 2 sistem organ
yaitu Paru dan Ginjal. Keseimbangan Asam Basa dicapai bila:.
Produksi Ion Hidrogen [H+] = Pengeluaran Ion Hidrogen [H+] oleh Sel.
Ginjal mengatur keseimbangan asam basa dengan menyesuaikan 3 faktor :
1. Ekskresi H+
Tubulus proksimal, distal dan koligentes mensekresi H+, maka umumnya urin biasanya
bersifat asam dengan pH rerata 6,0
2. Ekskresi HCO3-
Ginjal mengatur HCO3- plasma melalui dua mekanisme yang berkaitan:
a. Reabsorpsi HCO3- yang terfiltrasi kembali melalui plasma
b. Penambahan HCO3- baru ke plasma
3. Sekresi amonia (NH2)
Hal ini terjadi bila terdapat asidosis, sel-sel tubulus mensekresi amonia (NH2) ke dalam
cairan tubulus bila dapar fosfat urin normal telah jenuh
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011

Nilai pH darah arteri umumnya adalah 7,45


untuk pH darah vena adalah 7,35 dan pH darah
rata-rata 7,4. Gangguan keseimbangan asam
basa yang terjadi di ginjal adalah:

Keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai


rendahnya kadar bikarbonat dalam darah (pH darah
turun <7,35), kurangnya cadangan dapar dan
kurangnya ekskresi asam.

Sakit Kepala
Penurunan TD Penurunan Kesadaran
Darah dalam keadaan basa karena
Hiperkalemia Pernafasan
tingginya kadar bikarbonat (pH darah
Otot berkedut Kusmaul
>7,45). Penyebab utamanya yaitu:
penggunaan diuretik, kehilangan asam Akral Hangat
karena muntah berlebihan atau Mual,
pengosongan lambung, Muntah,
dan kelenjar Diare

adrenal yang
terlalu aktif. Letargi Kebingungan, ↓LOC,
Pusing
Disritmia/ Mual Muntah
Takikardi Diare
Hiperventilasi
Tremor, Kram Otot

Hipokalemia

Viswanatha , P. A., dan Putra, dr. K. A. H. 2017. Keseimbangan Asam Basa. Bali: Univerditas Udayana
Sistem Perkemihan
Tugas 3
Hasil Video “Renal Physiology
Urine Formation Glomerular
Filtration”
Glomerular Filtration
By: Disi Nurul Amalia
Rata-rata, manusia memiliki 5-6 Liter darah dalam sistem 20200910170011

vaskular. Ginjal dapat menyaring hingga 180L darah perhari


yang berarti 3x lipat dari volume darah di tubuh. Setiap
harinya, 47 galon air dan zat terlarut dibersihkan dan
sebagian besar kembali ke aliran darah.
Sebanyak 660mL/menit plasma disaring di ginjal namun
hanya 125mL yang bisa tersaring (18-20%). Setiap harinya,
5L urin diproduksi oleh ginjal.
Filtrasi di Glomerulus
Membran filtrasi dibagi menjadi 3 struktur yang menyaring
air, dan zat terlarut dalam darah. Pertaman, jaringan
squamosa di kapiler, yg kedua lapisan tengah yaitu 2 lapisan
lamina basar seperi “jeli” dan bagian dalam kapsula yg disebut
podosit
Rearbsorpsi Tubular
Rearbsorpsi berarti menyerap kembali apa yang masih
dibutuhkan oleh tubuh
Sekresi Tubular
Konsep sekresi merupakan hal tersulit untuk dipahami
dalam fisiologi.

Dalam Ginjal, kita memiliki portal tekanan tinggi yang memiliki


2 kapiler yaitu kapiler glomerular dan peritubular. Darah
mengalir melalui arteriol Aferen (diameter lebih besar dari
aferen) dan keluar melalui arteriol eferen (pembuluh
resisten).

Di video ini, mengajarkan bagaimana tubuh mengontrol Laju


Filtrasi Glomerular (LFG).
Jika tekanan aliran darah yang masuk ke arteriol aferen
rendah, maka yang tersaring di membran filtrasi akan meng-
hasilkan filtrat yang sedikit. Video by: Lisa Johnson-DiMarco
Sedangkan jika, tekanan aliran darah dari arteriol aferen Title: Renal Physiology Urine Formation
tinggi maka filtrat yang dihasilkan akan lebih banyak. Glomerular Filtration @youtube
Sistem Perkemihan
Tugas 4
Kasus Sistem Perkemihan
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011
Seorang laki-laki 51 tahun dirawat dengan keluhan bengkak pada kedua kakinya. Hasil
pengkajian didapat-kan mual, kulit kering, gatal dan badan lemas. Produksi urin 300cc/24
jam. Pasien memiliki riwayat Hipertensi tidak terkontrol. Pemeriksaan fisik TD 143/98 mmHg,
nadi 91 kali/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 37.2 C ̊ . Hasil pemeriksaan lab ditemukan:
serum kreatinin 7.12 mg/dL, BUN 68 g/dL, Hb 9 mg/dL. Jelaskan bagaimana manifestasi klinis
tersebut muncul!
Hipertensi Tidak Terkontrol → TD 143/98 mmHg

Kerusakan vaskular pembuluh darah

Gangguan sirkulasi darah pada ginjal

Vasokontriksi pembuluh darah ginjal

Laju Filtrasi Glomerulus menurun
(↓Produksi Urin [300cc/24jam], ↑ nilai: Kreatinin [7.12 mg/dL] & BUN [68 g/dL])
↓ ↓ ↓

Sekresi protein terganggu Retensi Na+ Sekresi eritropoitis


↓ ↓ menurun
Sindrom Uremia Total CES Naik ↓
↓ ↓ Produksi Hb Turun
↓ Tekanan Kapiler & Volume Anemia (Hb 9mg/dL)
Sekresi protein Interestial Naik ↓
↓ Oksihemoglobin turun
terganggu Ggn Asam Basa Kelebihan Volume Cairan ↓
↓ ↓
Sindrom Uremia (Edema) Suplai O2 turun
Produksi Asam ↓ ↓

Lambung Naik Preload Naik Kelemahan
Hiperfosfatemia ↓ ↓ ↓

Produksi asam naik Beban Jantung Naik Intoleransi Aktivitas
Pruritus ↓
↓ ↓ (Badan Lemas)
Asam Lambung Hiperventrofi Ventrikel Kiri
Kerusakan
Naik ↓
Integritas Kulit ↓ Bendungan atrium kiri naik
(Kulit Kering & Iritasi Lambung ↓
Gatal) ↓ Tekanan Vena Pulmonalis
Ketidakseimbang- ↓
an Nutrisi kurang Edema Paru

dari kebutuhan Pola Napas Inefektif (RR 24x/m)
tubuh (Mual)

Referensi:
Amin, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa. Medis & Nanda Nic, Nic, Noc. Jogjakarta: Medi Action.
TUGAS II. SISTEM PENCERNAAN
(Minggu ke 4 - 5)

I. Pendahuluan 3. Mencari referensi tambahan yang


Makanan mempunyai peranan penting dibutuhkan
dalam pertumbuhan dan perkembangan C. Setelah pembelajaran
manusia. Manusia dapat memperoleh 1. Mengumpulkan format evaluasi pada
setiap akhir kegiatan belajar
nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh.
2. Menerima keputusan
dosen/fasilitator untuk meneruskan
II. Learning Outcome belajar pada materi selanjutnya atau
tetap pada materi yang sama.
Setelah menyelesaikan Modul
3. Mengumpulkan seluruh log-book pada
ini, Mahasiswa mampu:
akhir pembelajaran sis
a) Memahami anatomi, fisiologi
terkait system pencernaan
b) Memahami patofisiologi, farmakologi
dan terapi diet terkait gangguan
pada sistem pencernaan
c) Mengenali hasil penelitian tentang
penatalaksanaan gangguan sistem
pencernaan

III. Deskripsi Modul


Modul ini membahas tentang
manajemen penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan. Modul
ini terdiri dari empat kegiatan belajar
untuk memenuhi learning outcome.
Metode pembelajaran terdiri dari

Case study, SGD, Project Based


learning (PjBL), Discovery learning
(DL) dan practicum.

IV. Petunjuk Penggunaan Modul

A. Sebelum pembelajaran
Mahasiswa diharuskan membawa
minimal 1 buah buku referensi
setiap kegiatan belajar.

B. Selama pembelajaran
1. Mahasiswa diharuskan
mengerjakan modul sesuai dengan
urutan kegiatan belajar.
2. Mempelajari, mencatat, dan
bertanya mengenai materi.

18 | P a g e
Sistem Pencernaan
Tugas 1
Rangkuman Buku Ajar Gasroenterologi Edisi I
Batu Empedu
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Empedu adalah larutan dengan komposisi


kompleks yang terdiri atas campuran lipid (fosfolipid &
kolesterol), protein, bilirubin, dan anion inorganik dalam
kondisi optimal.
Cairan empedu :
dibuat di sinusoid sel hati
dialirkan oleh saluran emoedu lalu
ditampung dalam kantong empedu
disekresi kedalam duodenum melalui duktus
koledokus untuk mengemulsi lemak dimakanan
Faktor Resiko:
Usia, Gender wanita (hormon estrogen & progesteron), Obesitas,
Penurunan BB terlalu cepat, Kehamilan, Obat-obatan, Penurunan
Bahan Pembentuk Batu Empedu HDL, dan Peningkatan Trigliserida.
a. Batu kolesterol: proporsi endapan kolesterol berbentuk
kristal tinggi → melekat dikantung empedu →
membentuk lumpur (sludge)
b. Batu pigmen:
1) Warna Hitam: merupakan kalsium bilirubinat yang
terpolarisasi dan mengendap, biasa didapatkan pada
penderita sirosis hepatis, hemoglobinopati dengan
hemolisis &proses eritropoiesis yg tidak efektif
2)Warna coklat: terbentuk akibat infeksi bakteri
pembuat enzim 𝛽-glucoronidase disaluran empedu.
Dalam prosesnya mengakibatkan bilirubin tak
terkonjugasi berkurang daya larutnya dalam cairan
empedu & membentuk batu pigmen berwarna coklat
c. Batu campuran
By: Disi nurul amalia
20200910170011
1. Ultrasonografi (USG) abdomen
- USG dapat melihat batu, menilai kontraktilitas kantung &
patensi duktus sistikus
- Sensitivitas dan Spesifisitas pemeriksaan 95% untuk batu
ukuran >2mm, & yang membentuk acoustic shadows.
Lumpur (sludge) atau batu kecil (microlithiasis) akan
tampak dalam kantung empedu tanpa acoustic shadows.
Untuk disaluran empedu (koledokolitiasis) sensitivitasnya
hanya 50% dengan minimal pelebaran >6mm yg dapat divisualisasikan.
- Sebelum dilakukan pemeriksaan dilakukan puasa 8 jam, mengukur besaran kantung empedu dan diulangi
lagi setelah makan berlemak (post fat meal)
3. Endoscopic Ultrasound (EUS)
- Mendiagnosis batu duktus koleodokus dan
kelainan lain di duktus tersebut dengan
spesifisitas 97%
- Merupakan pemeriksaan USG dengan
probe diletakan diujung endoscop
sehingga probe bisa masuk kedalam
duodenum & melakukan deteksi USG

2. Oral Kolesistografi
Menggunakan kontras dalam bentuk kapsul
yang ditelan pasien. Dapat memperlihatkan
gambar kantung empedu dengan sensitivitas
pemeriksaan 90% dan mengindikasikan
duktus sistikus tidak tersumbat. Sudah
digantikan oleh imaging lain (ERCP, USG, CT,
MRI)
4. Endhoscopy Retrogade Cholangio Pancreatography (ERCP)
Mempergunakan duodenoskop, kontras media dan fluoroskopi, dapat memvisuallisasikan gambaran duktus
koledokus, mendeteksi batu yang tampak sebagai bayangan radiolusen. Sensitivitas dan Spesifisitas
mencapai 95%. Dalam pemeriksaan ini dapat langsung dilakukan drainage dan pembersihan batu dari duktus
koledokus. Kerugiannya, pemeriksaan ini adalah prosedur invasif dengan komplikasi 2-7% terjadi
pankreatitits, perdarahan, atau kolangitis dan keberhasilan bergantung pada operator juga alat.

5. Magnetic Resonance Cholangio Pancreatography (MRCP)


Pemeriksaan cepat non-invasif yang
memperlihatkan gambaran duktus koledokus
& duktus pankreatikus setara ERCP dengan
Sensitivitas dan Spesifisitas mencapai 93%.
Kerugiannya hanya mampu mendiagnosa
tidak dapat sekaligus melakukan tindakan
terapeutik.

6. Computed Tomography Scanning (CT Scan) Abdomen


Sangat baik untuk mendiagnosa komplikasi akibat batu atau
merencanakan tindakan untuk mengatasi batu empedu.

By: Disi nurul amalia


20200910170011
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Manifestasi Klinis

o Asimptomatik (tanpa Gejala)


sebanyak 18% mengalami gejala dalam 5-15 tahun
o Simptomatik (dengan Gejala):
1. Nyeri Billier
Obsbtruksi intermiten dari duktus sistikus karna batu

tanpa inflamasi. Lokasi nyeri di epgastrium /quadran

kanan atas timbul 15m dan bertahan 1-6jam

beberapa disertai mual. 2. Kolesistitis Akut


Batu terperangkap di duktus sistikus yg menyebabkan

inflamasi. 50% akan infeksi sekunder dengan bakteri. Berawal

nyeri abdomen hebat menjalar ke punggung kanan, hasil LAB

terdapat leukositosis disertai ↑bilirubin 2-4mg/dL, SGOT

dan SGPT & alkali fosfatase tanpa sumbatan duktus

koledokus.. Diagnosa ditegakkan dengan USG & CT Abdomen

terdapat dinding kantung empedu menebal

3. Koledokolitiasis
Batu bermigrasi ke duktus koledokus bersifat intermiten dan

seringnya asimptomatik. Gejala sukar dibedakan dari nyeri bilier.

Gambaran hasil lab yaitu ↑bilirubin terkonjugasi melebihi ↑bilirubin

tak terkonjugasi. Diagnosa ditegakan dengan ERCP atau MRI.


4. Kolengitis
Manifestasi Klinis Batu di duktus koledokus menyebabkan

sumbatan dengan superinfeksi juga bakteremia.

Gejalanya ada nyeri bilier, ikterus dan demam.

Hasil lab menunjukan ↑serum bilirubin dan

alkalifosfatase, hasil kultur menunjukan

pertumbuhan kuman (terutama pasien sepsis).

Drainage Cairan Empedu bisa mengatasi


Kolengitis

By: Disi nurul amalia


20200910170011

5. Pankreatitis karna batu empedu (Gallstone Pancreatitis)


Duktus koledokus tersumbat batu, lumpur / kristal empedu. Gejalanya nyeri hebat ditengah abdomen,

terutama setelah makan. Hasil LAB menunjukan ↑ amilase & lipase hingga ribuan.

Gambaran USG

terdapat batu

dalam kantung

empedu.
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Menggunakan pelarut batu dengan Chenodeoxycholic Acid (CDCA) atau


Ursodeoxycholic Acid (UDCA). Pemberian terapi peroral dosis 8-10mg/KgBB perhari selama
6 bulan. Efektif untuk batu kolesterol kecil. Saat ini sudah tidak lagi dipergunakan karena menimbulkan
banyak efek samping, namun terkadang digunakan pada pasien yg kondisinya tidak bisa dilakukan operasi.

Menggunakan gelombang suara tekanan tinggi


dipancarkan melalui alat ESWL difokuskan ke
batu melalui cairan dan menembus jaringan lunak.
Gelombang membuat lubang di dinding depan batu
→ terjadi fragmentasi → dilarutkan dengan
metode oral dissolution. Kontraindikasi pada pasien
dengan komplikasi batu empedul (kolesistitis,
kolangitis, pankreatitis, dll). Efek samping
petechie, hematom liver, obstruksi duktus sistikus,
nyeri bilier &pankreatitits ada 2-30% pasien.

Pengangkatan batu empedu dengan laparatomi


kolesistektomi terbuka (Open Cholecystectomy) atau
laparaskopi kolesistektomi. Dilakukan saat kondisi
pasien stabil dan tidak ada sumbatan pada duktus
koledokus.
By: Disi nurul amalia
20200910170011

Menimbulkan sumbatan (obstruksi) saluran empedu total/parsial. Ditandai dengan ikterik,


↑enzim hati (SGOT&SGPT).

- Bila batu saluran empedu diketahui


sebelum kolesistektomi, maka ERCP
dilakukan untuk drainase saluran
empedu lalu dilanjutkan laparoskopi
kolesistektomi. Bila ERCP tidak
tersedia atau gagal maka, dilakukan
dengan pembedahan konvensional
(open surgery), dengan eksplorasi
kedalam duktus koledokus dan
ekstraksi batu.
- Bila batu duktus koledokus diketahui
saat kolesistektomi maka::
1. Bila dilakukan dengan laparaskopi maka segera ubah menjadi laparatomi dan lakukan eksplorasi
duktus koledokus
2. Laparaskopi dilanjutkan dengan koledokoskopi
3. Laparoskopi kolesistektomi diteruskan dilanjutkan ERCP terapeutik.

1. Striktur Saluran Empedu:


Komplikasi kolesistektomi akibat peradangan kolangitis, pankreatitits, sclerosing kolangitis & batu saluran
empedu. Dilakukan dilatasi saluran → tindakan ERCP & pemasangan stent. Dapat juga dilakukan
rekontruksi saluran empedu dengan anatomosis koledoko duodenostomi/ koledoko jejunostomi
2. Sindrom Post Kolesistektomi
Keluhan nyeri, kembung, mual setelah kolesistektomi.
Kemungkinan karna gangguan di traktus biliaris yaitu
striktur duktus sistikus yang meradang, Sphincter Oddi
Dysfunction (SOD), keganasan di saluran empedu, dan
Choledochocele.
Sistem Pencernaan
Tugas 2
Video Digestion in Human Beings
By iDaaLearning Youtube Account
Digestion in
By: Disi Nurul Amalia
20200910170011

Human Beings
Sumber: IdaaLearning Youtube Account https://www.youtube.com/watch?v=zr4onA2k_LY

1. Mulut 2. Kelenjar Ludah


Makanan dihancurkan di mulut menjadi Kelenjar ludah mensekresikan ludah, yang
kecil akan membantu melumatkan makanan &
merubah makanan menjadi gula

3. Lidah
Otot lentur pengecap rasa makanan,
5. Lambung
epiglotis lalu mengarahkan makanan ke
Berbentuk seperti tas & merupakan
esofagus tempat dimana makanan dicerna
Mekanik → Otot Lambung
4. Esofagus Kimiawi → Asam Lambung
Merupakan jalan makanan turun - Pepsin: Memecah Protein
menuju lambung dengan gerakan menjadi Asam Amino
peristaltik - HCl: membunuh kuman
dimakanan
6. Liver
Memproduksi cairan empedu,
8. Usus Kecil
memfilter darah, mengatur
Memiliki panjang 7,5 meter
glikogen
& tempat pencampuran
cairan dari Hati dan
7. Pankreas Pankreas, Vili & Mikrovili
Pemecah karbohidrat, (Finger Like Projections)
protein & lemak. menyerap nutrisi secara
maksimal lalu mendistribusi-
kan ke aliran darah yang
9. Usus Besar
mengalir keseluruh tubuh
Menyerap kembali cairan & garam.
Tempat dimana feses terbentuk &
menyalurkannya hingga rektum (panjang 10. Rektum
usus besar 1,5 meter) Tempat pengeluaran feses
Sistem Pencernaan
Tugas 3
Video Lipid Metabolism Overview
By Alila Medical Media Youtube Account
Sumber: Alia Medical Media Youtube Account https://www.youtube.com/watch?v=ppqpUVaasNc

- Lemak & trigliserida dari makanan yg dicerna, - Pembentukan Tg & Chol yg disintesis di hati diangkut
disimpan dijaringan adiposa & sintesis karbohidrat secara endogen dalam bentuk VLDL (Very Low Density
di hati. Lipoprotein) → Proses Lipolisis bersama IDL
- Lemak dicerna diusus kecil dibantu garam empedu (Intermediate Density Lipooprotein) → LDL dan HDL
juga lipase pankreas. Garam empedu mengemulsi - Lemak di jaringan adiposa dimobilisasi → produksi energi
lemak, bertindak sebagai deterjen & memecah dibantu hormon sensitif lipase, merespons hormon epinefrin.
- Gliserol → Glikolisis → Piruvat, sedangkan Asam Lemak
gumpalan besar lemak → sel kecil agar mudah
→ oksidasi 𝛽 → menghasilkan asetil-KoA.
diakses lipase.
- Setiap siklus 𝛽-oksidasi menghilangkan 2 karbon rantai
- Lipase pankreas mengubah trigliserida →
asam lemak & melepaskan 1 asetil-KoA, yang dapat
monogliserida, asam lemak bebas, & gliserin. →
dioksidasi dalam siklus asam sitrat.
menuju → sel epitel usus – enterosit →trigliserida - 𝛽-oksidasi → Lemak → energi/massa unit lebih tinggi
- Trigliserida + Kolesterol → partikel lipoprotein dari karbohidrat.
besar (Kilomikron) → meninggalkan enterosit → - Asetil-KoA berlebih → dialihkan untuk membuat keton.
memasuki kapiler limfatik → ke dalam aliran darah - Bila tubuh kekurangan glukosa, keton adalah sumber energi
→ mengirimkan lemak ke berbagai jaringan. yang penting, terutama untuk otak. Namun, keton bersifat
- Enzim permukaan dinding kapiler darah (lipoprotein asam, & bila diproduksi secara berlebihan mengakibatkan
lipase) menghidrolisis Trigliserida → Asam Lemak & asidosis metabolik, → koma dan kematian.
Gliserol → melewati dinding kapiler kedalam - Ketoasidosis → komplikasi diabetes & Diet ekstrim
jaringan → dioksidasi menjadi energi / diesterisasi ↓Karbo ↑Lemak → Sel mengoksidasi lemak untuk bahan
bakar (tubuh tidak dapat memanfaatkan glukosa.)
ulang untuk penyimpanan. (Lipolysis Process)
- Diet ↑karbohidrat → asetil-KoA berlebihan → asam
lemak.

By: Disi Nurul Amalia


20200910170011
Sistem Pencernaan
Tugas 4
Rangkuman Medical Surgical Nursing
Vol. 4 Unit XIII
Assessment of The Gastrointestinal System
By: Donna D. Ignatavicius, M. Linda Workman
& Cherie Rebar
By: disi Nurul amalia
20200910170011

Riwayat Nutrisi

1. Identifikasikan pola makan, alergi, waktu makan pasien, riwayat konsumsi


alkohol / kafein rutin dan juga keadaan ekonomi pasien, hal ini akan
mempengaruhi perubahan asupan & penyerapan nutrisi pasien.

Riwayat Genetik
Kaji riwayat keluarga mengenai gangguan Gastrointestinal. Misal: Poliposis
Adenomatosa Familial (FAP), kelainan dominan autosom yang diturunkan yang
2.
menyebabkan pasien terkena kanker usus besar (McCance et al., 2014).

Masalah Kesehatan Saat Ini


3. Tanda Gejala penyakit Gastrointestinal biasanya sulit dijelaksan pasien, maka
penting untuk mengkaji kronologis masalah saat ini dengan menanyakan:

a. Kebiasaan Buang Air Besar:


Pola, Warna, Konsistensi, Bentuk,
Tindakan saat Diare/Sembelit,
adanya Darah pada feses, perut
kembung atau bergas.

b. Peningkatan atau Penurunan Berat Badan yang Tidak Disengaja


Berat Badan Normal, Kenaikan atau penurunan berat badan,
Jangka waktu perubahan berat badan & Perubahan nafsu makan
atau asupan oral
c. Nyeri
P → Pain
Q → Quality
R → Region
S → Severe 0-10
T → Timing
Pemeriksaan Fisik
Saat pemeriksaan fisik, anjurkan pasien mengosongkan isi perutnya dan berbaring
dengan posisi supine, lutut di tekuk dan kedua tangan disamping badan untuk mencegah
4.
otot perut menegang.
• Liver • Lambung
• Kantong Empedu • Badan & Ekor Pankreas
• Duodenum
• Limpa
• Hati
• Usus Transverse & Descending
• Usus Ascending & Transverse

• Usus Buntu
• Usus Descending
• Ureter Kanan
• Ureter Kiri
• Ovarium & Tuba
Falopi Kanan • Ovarium & Tuba
• Korda Spermatika Falopi Kiri
Kanan • Korda Spermatika
Kanan

a. Inspeksi
Kesimetrisan abdomen, adanya perubahan warna (lebam kebiruan atau kulit kekuningan), Distensi
abdomen, Sisi menonjol, Kulit kencang dan berkilau, Lipatan kulit, lemak subkutan, Lokasi, ukuran,
dan deskripsi cedera tekanan
b. Auskultasi
Diagfragma stetoskop diletakan di 4 kuadran, Bising usus normal → nyaring, tidak
teratur setiap 5-15 detik, rentang frekuensi normal 5-30/ menit (Jarvis, 2016)
Peningkatan motilitas usus “borborygmus” terjadi pada penderita
diare/gastroenteritis/obstruksi usus lengkap. Suara vaskular atau bising "swooshing"
di atas aorta abdominalis, arteri ginjal, & arteri iliaka. Suara bising aorta menunjukkan
adanya aneurisma.
c. Perkusi
Menentukan ukuran padatan organ; mendeteksi keberadaan massa, fluida, dan udara;
ukuran hati & limpa. Nada perkusi abdomen:
1. timpani (nada tinggi, keras, suara musik dari usus yang berisi udara)
2. tumpul (nada sedang, lembut, suara gedebuk diatas organ padat; hati).
d. Palpasi
Palpasi ringan untuk mendeteksi massa yang besar dan area nyeri tekan. Palpasi
dalam untuk menentukan lebih lanjut ukuran dan bentuk organ perut dan massa.
Pemeriksaan Diagnostik
By: disi Nurul amalia
20200910170011

Labolatorium

1. a. Darah
Pemeriksaan darah lengkap bisa mendiagnosis anemia &
infeksi. Sedangkan pada serum darah, akan menunjukan nilai
elektrolit, fungsi hati, amilase lipase, bilirubin (total, direct,
indirect), amonia dan lainnya.

b. Urin
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi amilase (pankreatitis
akut akan mengalami ↑amilase di urine) dan urobilinogen
(evaluasi obstruksi hati dan bilier) pada urin,

c. Feses
Pemeriksaan dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi pada
pasien diare, lemak di feses pada pasien suspek malabsorpsi,
parasit feses, & tes imunokimia tinja (FIT) untuk mendeteksi
kolorektal kanker dini.

2.
Radiografi
Dilakukan untuk mendeteksi struktur dan gangguan fungsional sistem GI.

a. X-Ray
Hasil rontgen bisa menunjukan kelainan seperti massa, tumor, dan striktur
atau penyempitan untuk fungsi normal. Persiapan yang dilakukan ganua
menggunakan “Hospital Gown” & melepas benda metal di tubuh pasien.

b. Barium Enema Kontras Ganda


Mendeteksi adanya kanker kolorektal dan polip. Dianjurkan
untuk Usia Lansia >50 tahun, riwayat CT Kolonografi tiap 5
tahun & Kolonoskopi tiap 10 tahun. Persiapan pasien :
- sebelum pemeriksaan: diet cair, dipuasakan 4-6 jam
- setelah pemeriksaan: minum banyak cairan, pemberian
laksatif untuk mengeluarkan barium yang tertinggal.
Endoskopi
Dapat mengevaluasi perdarahan, ulserasi,
peradangan, tumor, dan kanker kerongkongan, 3.
lambung, sistem empedu, atau usus.

1. Esophagogastroduodenoscopy

4. Pemeriksaan visual pada esofagus, lambung,


dan usus duabelas jari. Pasien dipuasakan 6-
8 jam sebelum tindakan, Hindari obat
antikoagulan, aspirin & NSAIDs. Saat
pemeriksaan pasien diberikan spray sedasi
oral, posisi bagian kepala ditinggikan, proses
nya selama 20-30 menit. “gag reflex” akan
kembali 30-60 menit pasca tindakan.

Kolangiopankreatografi Retrograd Endoskopi (ERCP)

Visual dan radiografi pemeriksaan hati, kandung

5.
empedu, saluran empedu, dan pankreas untuk
mengidentifikasi penyebab dan lokasinya obstruksi.
Lebih pada tujuan terapeutik daripada diagnosis

Endoskopi

6. Usus Kecil

(Enteroscopy)

Memvisualisasikan seluruh
usus halus, termasuk usus
halus ileum distal.
Pemeriksaan ini unruk
mengevaluasi & menemukan
sumber perdarahan GI.
Kolonoskopi Kolonoskopi Virtual
7. Pemeriksaan pada seluruh usus Gambaran multi-dimensi dari seluruh 8.
besar, “gold standar test” usus besar (CT kolonografi), dapat
untuk mendeteksi kanker usus langsung dilakukan prosedur minor-
besar surgical

Sigmoidoscopy
9. Endoskopi rektum & kolon sigmoid
menggunakan scope fleksibel. Tujuan dari tes
ini: deteksi kanker kolon, mendiagnosis atau
pantau penyakit radang usus.

Ultrasonography (US) & Endoskopi (EUS) 10.


Ultrasonografi (AS) adalah teknik di mana gelombang suara bergetar
berfrekuensi tinggi dan tidak terdengar melewati tubuh melalui
transduser. Gema yang diciptakan oleh gelombang suara tersebut
kemudian direkam dan diubah menjadi gambar untuk dianalisis.
Ultrasonografi endoskopi (EUS) dilakukan melalui endoskopi. Dapat
mendiagnosis keberadaan tumor kelenjar getah bening, tumor mukosa,
tumor pankreas, lambung, & rektum.
Scan Limpa dan Hati
11. Pemindaian hati-limpa menggunakan injeksi IV bahan radioaktif, pertama di bagian
hati dan kedua di limpa. Tindakan ini untuk tumor atau abses, ukuran, lokasi organ,
dan aliran darah pada limpa dan hati. Bahan radioaktif akan keluar melalui urin
dalam 24 jam pasca tindakan.
TUGAS III. SISTEM ENDOKRIN
(Minggu 6-7)

I. Pendahuluan IV. Petunjuk Penggunaan Modul


Sistem muskuloskletal merupakan A. Sebelum pembelajaran
penunjang bentuk tubuh dan pergerakan. Mahasiswa diharuskan membawa
System ini terdiri dari tulang, sendi, otot, minimal 1 buah buku referensi setiap
rangka, tendon, ligament, bursa, dan kegiatan belajar.
jaringan-jaringan khusus yang B. Selama pembelajaran
menghubungkannya. Fraktur merupakan 1) Mahasiswa diharuskan
salah satu gangguan muskuloskletal mengerjakan modul sesuai dengan
dengan permasalahan yang cukup urutan kegiatan belajar.
kompleks. Pemahaman yang tepat terkait 2) Mempelajari, mencatat, dan
disease prognosis berdasarkan bertanya mengenai materi.
patofisiologi, pengkajian dan manajemen 3) Mencari referensi tambahan
penatalaksanaan pada pasien fraktur yang dibutuhkan
diperlukan oleh perawat agar menjamin 4) Melakukan belajar mandiri
pemberian asuhan keperawatan yang diluar kegiatan tatap muka dikelas
tepat. 5) Mengerjakan Latihan soal
(evaluasi) yang diajukan pada akhir
II. Learning Outcome pembahasan.
Setelah menyelesaikan Modul ini, C. Setelah pembelajaran
Mahasiswa mampu: 1) Mengumpulkan format evaluasi
a) Memahami patofisiologi fraktur pada setiap akhir kegiatan belajar
b) Memahami pengkajian pasien dengan 2) Menerima keputusan dosen/
fraktur fasilitator untuk meneruskan belajar
c) Memahami manajemen penatalaksa- pada materi selanjutnya atau tetap
naan pasien dengan fraktur pada materi yang sama.
d) Memahami asuhan keperawatan pasien 3) Menguumpulkan seluruh log-
dengan fraktur book pada akhir semester.
e) Mendemonstrasikan teknik perawatan
luka pasien fraktur

III. Deskripsi Modul


Modul ini membahas tentang manajemen
penatalaksanaan fraktur dalam berbagai
phase akut dan rehabilitatif. Modul ini
terdiri dari empat kegiatan belajar untuk
memenuhi learning outcome. Metode
pembelajaran terdiri dari
Case study, SGD, Project Based learning
(PjBL), Discovery learning (DL) dan
practicum.
Sistem Endokrin
Tugas 1
Kasus Fiktif
KEGIATAN BELAJAR I:
Seorang laki-laki usia 55 tahun dirawat diruang penyakit dalam dengan luka dikaki. Hasil pengkajian didapatkan luka
timbul setelah berjalan diaspal saat siang hari. Luka tampak kehitaman, banyak pus dan berbau. Pasien memiliki
riwayat DM sejak 10 tahun yang lalu, tidak terkontrol karena pasien bosan dengan pengobatan selama ini. Pasien
mengatakan sering lapar dan sering kencing di malam hari, badan lemas dan mudah lelah. Hasil pemeriksaan fisik
luka di telapak kaki kiri, tampak kemerahan, blister (+), luas 5 cm, bengkak disekitar luka. BB: 60kg TB: 175cm. TD:
130/90mmHg, frekuensi napas: 23x/menit, frekuensi nadi 98x/menit, suhu: 380C. GDS: 358gr/Dl, leukosit: 13.000. Terapi
saat ini novorapid: 3x8 ui, ceftriaxone 2x1 gr, ponstan: 500mg, Diit DM: 2100 kal.

Pathway Penyakit:
Genetik, Imunologi, Lingkungan Usia, Resistensi Insulin, Obesitas Sindrom Cushing, Akromegali

Defisiensi Insulin
↓ ↓ ↓
Glukosa tidak dapat diantar dari Jaringan Lemak Hati
permukaan sel ke intrasel ↓ ↓
↓ Lipolisis (Pemecahan Lemak) Glukogenesis Meningkat
Rangkaian reaksi dalam metabolisme ↓ ↓
glukosa intrasel menurun Asam Lemak Meningkat Hiperglikemia Mikroangiopati
↓ ↓ ↓ Jaringan syaraf
Produksi Energi metabolic menurun Badan Keton Meningkat Ginjal tidak mampu menyerap ↓
↓ ↓ glukosa yg tersaring keluar Neuropati
Kelemahan Ketoasidosis Diabetik ↓ ↓
↓ ↓ Glukosuria Parasitesia
Intoleransi aktiviitas Nyeri Abdomen, Mual, Muntah ↓ ↓
↓ ↓ Diuresis Osmotik Rangsangan Kulit ↓
Anoreksia Perubahan Nutrisi Kurang dari ↓ ↓
Kebutuhan Tubuh Poliuria (Sering BAK) Luka pada Ekstremitas
↓ ↓
Kekurangan Volume Cairan Kerusakan Integritas Kulit

Disi nurul amalia / 20200910170011


Sistem Endokrin
Tugas 2
Video Animasi Youtube
Link 1: https://www.youtube.com/watch?v=JAjZv41iUJU&t=124s
Link 2: https://www.youtube.com/watch?v=XfyGv-xwjlI
Understanding Type 2 Diabetes Disi nurul amalia / 20200910170011
Source: Animated Diabetes Patient on Youtube Account https://www.youtube.com/watch?v=JAjZv41iUJU&t=124s

1. Saat makanan masuk kedalam lambung, maka makanan


itu akan diubah menjadi molekul glukosa

2. Glukosa akan masuk kedalam aliran darah dan


memicu pankreas untuk memproduksi insulin

3. Insulin masuk kedalam aliran darah, namun gagal untuk


memindahkan glukosa kedalam sel, Hal ini yg akan
menyebabkan penumpukan glukosa berlebih di aliran darah

Tanda dan Gejala Faktor resiko


1. Riwayat Keluarga
2. Genetik
3. Kelebihan Berat Badan atau Obesitas
4. Etnik
5. Tekanan Darah tinggi
6. Ketidaknormalah Kadar Kolesterol Darah
7. Kurang Aktivitas Fisik
8. Riwayat Penyakit Jantung
9. Usia diatas 45 Tahun
10. Riwayat Diabetes saat Kehamilan
Penanganan Komplikasi
Penyakit Mata

Hipertensi Penyakit Jantung


& Stroke

Penyakit Kulit: Penyakit Ginjal


Jamur & Bakteri
Penyakit Syaraf
Sistem Endokrin
Tugas 3
Penatalaksanaan Farmakologis dan Non
Farmakologis pada Pasien Diabetes Mellitus
Disi nurul amalia / 20200910170011

Diabetes Type 1 and Type 2


Source: Alila medical media on Youtube Account https://www.youtube.com/watch?v=XfyGv-xwjlI

1. Diabetes Gestasional: didapat wanita saat sedang hamil


2. Pre diabetes: Kadar gula darah berasa du garis batas lebih tinggi dari kadar normal
namun dlebih rendah dari penderita diabetes
Tipe 1 Tipe 2

▪ Tidak bisa dicegah ▪ Bisa dicegah dengan


atau disembuhkan Pola Hidup Sehat
▪ Menyebabkan ▪
▪ Tubuh tidak bisa ▪ Tubuh tidak mamou
memproduksi Insulin kompilkasi membuat atau resisten
▪ Butuh Pola Hidup insulin
▪ Tidak diketahui penyebab, Sehat & pengawas- ▪ Disebabkan Genetik,
kebanyakan Genetik an medis Usia, Kurang Aktivitas,
▪ Gejala: Polidipsi, Obesitas
▪ Tidak diketahui penyebab, Poliuri, Polifagi. ▪ Butuh insulin tambahan,
kebanyakan Genetik injeksi atau oral
Sistem Endokrin
Tugas 4
Pemeriksaan Penunjang, Persiapan Pasien dan
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Farmakologi Non Farmakologi
Perangsang sekresi insulin dari granul sel 𝛽
Pengaturan Diet dengan
mengatur isi makanan.
Disarankan 50% berisi
serat dari buah dan
sayur, 25% protein dan
25% karbohidrat.

Penambah sensitivitas Insulin


Melepaskan Asam Lemak

↑ Sensitivitas Insulin
↑ Penyerapan Glukosa
↓ Glikogenesis Menjaga berat badan agar tidak obesitas,
meninggalkan kebiasaan merokok dan meningkatkan
aktivitas fisik
Sumber:
Handayani, I. B. (2012). Evaluasi Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat
pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Kabupaten Sukoharjo (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah
Surakrta).Gambar Dari Pinterest
Disi nurul amalia / 20200910170011

Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus


1. Glukosa Plasma Vena Sewaktu
Ditujukan pada pasien bergejala poliuri, polidipsi, dan polifagi.
Pemeriksaannya dilakukan dengan pengambilan sample kapanpun tanpa
memandang kapan terakhir kali makan: Interprestasi hasil:
- ≥ 200 mg/dL (plasma vena) maka pasien dipastikan Diabetes

2. Glukosa Plasma Vena Puasa


Pasien dipuasakan 8-12 jam sebelum pemeriksaan dengan menghentikan
semua obat yang digunakan. Interprestasi Hasil:
- <110 mg/dL normal
- 110-126 mg/dL glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
- ≥ 126 mg/dL diabetes mellitus

2. Glukosa 2 jam Post Prandial (GD2PP)


Dilakukan bila pasien ada kecurigaan Diabetes. Pasien memakan makanan
yang mengandung 100gr karbohidrat sebelum puasa dan menghentikan
roko serta berolahraga. Interprestasi Hasil:
- <140 mg/dL normal
- ≥140 - ≤200 mg/dL Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
- >200 mg/dL diabetes mellitus

4. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)


Dilakukan bila pasien pada pemeriksaan GDS berkisar 140-200 mg/dL.
Tatacara sesuai WHO dengan melarutkan 75gr Glukosa pada dewasa &
1,25mg pada anak lalu dilarutkan di air ml lalu dihabiskan selama 5menit.
Interprestasi Hasil:
- <140 mg/dL normal
- ≥140 - ≤200 mg/dL Toleransi Glukosa Terganggu (TGT)
- >200 mg/dL diabetes mellitus

5. Tes HbA1C
Merupakan reaksi antara glukpsa dan haemoglobin yg tersimpan &
bertahan dalam sel darah merah selama 120 hari Interprestasi Hasil:
Sumber:
- <6,4 % Kontrol Glikemik Baik Widiningrum, N. F. (2015). Hubungan antara kontrol
- 6,5 – 8 % Kontrol Glikemik Sedang Glikemik dengan Profil Lipid (Pasien Diabetes mellitus
Tipe II Ranap dan Rajal di RSUD
- >8 % Kontrol Glikemik Buruk Adhyatama) (Doctoral Dissertation, UNIMUS).
TUGAS IV. SISTEM IMUN
(Minggu ke…. )

I. Pendahuluan IV. Petunjuk Penggunaan Modul


Sistem persarafan berperan dalam A. Sebelum pembelajaran
pengontrolan dan koordinasi tubuh Mahasiswa diharuskan membawa
manusia. Sistem saraf manusia minimal 1 buah buku referensi setiap
merupakan jalinan saraf yang saling kegiatan belajar.
berhubungan, sangat khusus dan B. Selama pembelajaran
kompleks. Stroke merupakan salah satu 1) Mahasiswa diharuskan
gangguan sistem saraf dengan mengerjakan modul sesuai dengan
permasalahan yang cukup kompleks. urutan kegiatan belajar.
Pemahaman yang tepat terkait disease 2) Mempelajari, mencatat, dan
prognosis berdasarkan patofisiologi, bertanya mengenai materi.
pengkajian dan manajemen 3) Mencari referensi tambahan
penatalaksanaan pada pasien Stroke yang dibutuhkan
diperlukan oleh perawat agar menjamin 4) Melakukan belajar mandiri diluar
pemberian asuhan keperawatan yang kegiatan tatap muka dikelas
tepat. 5) Mengerjakan Latihan soal (Evaluasi)
yang
II. Learning Outcome 6) diajukan pada akhir pembahasan.
Setelah menyelesaikan Modul ini, C. Setelah pembelajaran
Mahasiswa mampu: 1) Mengumpulkan format evaluasi pada
a) Memahami patofisiologi Stroke setiap akhir kegiatan belajar
b) Memahami pengkajian pasien 2) Menerima keputusan dosen/fasilitator
dengan Stroke untuk meneruskan belajar pada materi
c) Memahami manajemen penatalak- selanjutnya atau tetap pada materi
sanaan pasien dengan Stroke yang sama.
d) Memahami asuhan keperawatan 3) Menguumpulkan seluruh log-book
pasien dengan Stroke pada akhir semester.
e) Mendemonstrasikan teknik ROM
dan ambulasi pasien dengan Stroke

III. Deskripsi Modul


Modul ini membahas tentang
manajemen penatalaksanaan Stroke
dalam phase akut. Modul ini terdiri dari
empat kegiatan belajar untuk memenuhi
learning outcome. Metode pembelajaran
terdiri dari Case study, SGD, Project
Based learning (PjBL), Discovery
learning (DL) dan practicum.
Sistem Imun
Tugas 1
Rangkuman Fisiologi Sistem Imun
Chapter 11 Body Defences
By: Sheerwood, L., Ward, C. 2019. Human
physiology: From Cells to System (Fourth
Canadian Edition). Toronto: Nelson Education
Ltd.
Sistem Imun
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk melawan atau
menghilangkan secara potensial bahan asing yang
berbahaya / sel abnormal.
1. Melakukan pertahanan tubuh dari serangan patogen
(mikroorganisme, missal: bakteri & virus)
2. Menghapus sel-sel yang rusak karena trauma / penyakit,
memfasilitasi penyembuhan luka & perbaikan jaringan
3. Mengidentifikasi & menghancurkan sel abnormal yang
diproduksi tubuh itu sendiri, (mekanisme pertahanan
internal utama dalam melawan kanker)
4. Meningkatnya respon imun yang menandakan alergi,
sistem imun secara keliru menghasilkan antibodi terhadap
jenis tertentu dari sel tubuh itu sendiri

Leukosit

Sel darah putih & turunannya juga dengan protein plasma, bertanggung
jawab untuk strategi pertahanan kekebalan yang berbeda.

FUNGSI LIMPOSIT

1. Neutrofil adalah spesialis fagositik yang sangat mobile menelan


dan menghancurkan materi yang tidak diinginkan terutama
bakteri.
2. Eosinofil sebagai fagositosis dan menghasilkan antibodi terhadap
antigen yang dikeluarkan oleh parasite
Sumsum Tulang Belakang Menghasilkan sel darah merah
3. Basofil melepaskan dan juga histamin dan heparin terlibat dalam
Kelenjar Getah Bening, Limfosit  kelenjar getah bening
reaksi alergi. Tonsil, Kelenjar Adenoid, (membuang,menyimpan & memproduksi
4. Monosit sebagai fagosit mikroorganisme (khusunya jamur dan Usus Buntu, dan Usus memproduksi sel t dan melepaskan ke
bakteri) serta berperan dalam reaksi imun. Limfoid kelenjar getah bening
Jaringan Makrofag mengganti mikroba dan
5. Limfosit terdiri dari dua jenis:
partikel debris dari kelenjar ketah
- Sebuah. Limfosit B (sel B) diubah menjadi plasma sel yang benings
mengeluarkan antibodi untuk penghancuran bahan asing Limpa Fagositosis, cadangan darah, respon
(dimediasi antibody ,kekebalan). imun dan eritripoiesis
Timus Tempat pematangan sel Limfosit T &
- Limfosit T (sel T) langsung menghancurkan virus yang
mensekresi hormone thymosin
diserang sel (imunitas yang dimediasi sel).
Tahapan.
1.

2.
Mendeteksi & mengenali antigen
Komunikasi dengan sel lain untuk berespon
Respon
3. Rekruitmen bantuan dan koordinasi respon

Imun
4. Destruksi atau supresi penginvasi

Alamiah.
Berperan saat pertama kali melawan infeksi
karena responnya yang cepat dan tidak
tergantung paparan sebelumnya
- Fisik:
- Kulit, Saluran Pernapasan, Saluran Cerna &
Membran Mukosa
- Larut:
o Biokimia (Lisozim, Sebaseous, Asam
Lambung, dll)
o Humoral (Komplemen, Interferon, Crp)
- Selular (Fagosit)
Sel Mononuklear, Sel Polimononuklear, Sel
Natural Killer, Sel Mast dan Basofil.

AdAptif.
Antibody mengeliminasi patogen ekstraseluler. Dibagi
menjadi 5 kelas Imunoglobulin:
1. IgG : Pada respons imunitas sekunder
2. IgA : Pada sekresi di pencernaan, pernapasan, &
sistem genitourinari
3. IgM : Pada respons imunitas primer
4. IgE : Pada reaksi alergi dan respons antiparasit
5. IgD : Ada dipermukaan Sel B. Fungsi belum jelas
Disi nurul amalia / 20200910170011
Disi nurul amalia / 20200910170011

Limfosit T-Kekebalan yang dimediasi Sel


Imunitas termediasi-sel
dilaksanakan oleh sel T, makrofag,
dan sel NK. Sistem imunitas
termediasi-sel mengeliminasi:

o Patogen intraselular dan sel


yang terinfeksi
o Sel tumor
o Sel cangkokan

Sistem kekebalan tubuh & antigen diri


Mendegah dan mengontrol reaksi imun yang tidak diinginkan

1. Delesi Klonal (eliminasi apoptotik)


Memicu apoptosis sel-sel limfosit yang belum matang akan bereaksi dengan protein tubuh sendiri
2. Anergi
Sel T menunjukan pada ketidaktanggapan fungsional yg berlangsung lama, dipicu kerika sel
mengenbali antigen diri
3. Reseptor pengubah
Sel B menerima reseptor antigen diri maka sel B lolos dari kematian / anergi seumur hidup
4. Reseptor Penghambat
Keseimbangan reseptor aktivasi dan inhibisi CTLA-4 dan PD-1
5. Immunological Ignorance
Antigen Sequestering, beberapa molekul bersembunyi dari system kekebalan tubuh
6. Immunity Privilage
Testis dan mata memiliki hak istimewa kekebawan tubuh
Disi nurul amalia / 20200910170011

AutoImmune
AutoImmune
disease
Sistem Imun gagal untuk membedakan antigen

disease sendiri dari antigen asing yang menyerang sel


sehatnya sendiri.

Imunodefisiensi.
Imunodefisiensi yang non herediter, timbul dari
kerusakan jaringan limfoid yang tidak disengaja.
Contoh: Sel kanker, HIV hingga AIDS

Hipersensitivitas
Hal ini terjadi karena imun terlalu atau 1. Auto imun respon: system kekebalan tubuh melawan
salah dalam merespon antigen. Alergi jaringan tubuh sendiri
merupakan respon imun adaptif yang 2. Penyakit Kompleks Imun: respon imun yang berlebihan
gagal dalam merespon benda asing dan merusak jaringan normal
dalam tubuh, meliputi: 3. Alergi: hipersensitifitas terhadap hal yg tidak berbahaya
atau yang disebut allergen (debu & serbuk sari)

Hipersensitivitas dibagi menjadi:


1. Immediate hypersensitivity: Diakibatkan oleh 2. Delayed hypersensitivity: gangguan cell-mediated immunity.
gangguan pada humoral immunity. - Psoriasis
- Syok anafilaktik

- Rheumatoid arthritis - Multiple sclerosis

- Systemic lupus
erythematosus

Anda mungkin juga menyukai