Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN

Disusun Oleh:

Trianita Wibawa (21149011103)

Mata Kuliah : Konsep Dasar Profesi

Dosen Pembimbing: Ns,.Yunita Liana,.S.Kep,.M.Kes,.M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA HUSADA PALEMBANG

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit

Kebutuhan cairan sangat diperlukan dalam tubuh karena berguna untuk


mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, zat pelarut elektrolit dan non
elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernaan.
Disamping kebutuhan cairan, kebutuhan elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida dan
fosfat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa, kondisi saraf, kontraksi
muskular dan osmolaritas. Kondisi tidak terpenuhinya kebutuhan cairan dan elektrolit
dapat mempengaruhi sistem organ tubuh terutama ginjal. Untuk mempertahankan kondisi
cairan dan elektrolit dalam keadaan seimbang, maka pemasukan (intake) harus sesuai
dengan kebutuhan dan pengeluaran (output). Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Cairan tubuh dibagi dalam dua
kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. (Fitriana&Sutanto,
2017)

Anatomi dan fisiologi ginjal

a. Anatomi ginjal

Ginjal merupakan organ yang berada di rongga abdomen, berada di belakang


peritoneum, dan terletak di kanan kiri kolumna vertebralis sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal pada orang dewasa berukuran panjang 11-12 cm, lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm,
berbentuk seperti biji kacang dengan lekukan mengahadap ke dalam, berjumlah 2 buah dan
berukuran kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa. Berat kedua ginjal kurang
dari 1% berat seluruh tubuh atau kurang lebih antara 120-150 gram. (Devi,2017)
Ginjal terdiri atas 3 bagian yaitu :

1. Kulit Ginjal (Korteks), terdapat jutaan nefron yang terdiri dari


badan malpighi yang tersusun dari glomerulus yang diselubungi
kapsula Bowman. Selain itu terdapat tubulus kontortus
proksimal, tubulus kontortus distal, dan tubulus kolektivus.
2. Sumsum Ginjal (Medula), terdiri atas beberapa badan berbentuk
kerucut (piramida) serta terdapat lengkung henle yang
menghubungkan tubulus kontortus proksimal dan tubulus
kontortus distal.
3. Rongga Ginjal (Pelvis), merupakan tempat bermuaranya tubulus
yaitu tempat penampungan urine sementara yang akan dialirkan
menuju kandung kemih melalui ureter dan dikeluarkan dari
tubuh melalui uretra.

Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak yaitu lemak pararenal dan lemak
perirenal yang dipisahkan oleh sebuah fascia yang disebut fascia gerota. Dalam potongan
frontal ginjal, ditemukan dua lapisan ginjal di distal sinus renalis, yaitu korteks renalis
(bagian luar) yang berwarna coklat gelap dan medulla renalis (bagian dalam) yang
berwarna coklat terang. Di bagian sinus renalis terdapat bangunan berbentuk corong yang
merupakan kelanjutan dari ureter dan disebut pelvis renalis. Masing-masing pelvis renalis
membentuk dua atau tiga kaliks rmayor dan masing-masing kaliks mayor tersebut akan
bercabang lagi menjadi dua atau tiga kaliks minor. Vaskularisasi ginjal berasal dari arteri
renalis yang merupakan cabang dari aorta abdominalis di distal arteri mesenterica superior.
Arteri renalis masuk ke dalam hillus renalis bersama dengan vena, ureter, pembuluh limfe,
dan nervus kemudian bercabang menjadi arteri interlobaris. Memasuki struktur yang lebih
kecil, arteri interlobaris ini berubah menjadi arteri interlobularis lalu akhirnya menjadi
arteriola aferen yang menyusun glomerulus.
Ginjal mendapatkan persarafan melalui pleksus renalis yang seratnya berjalan bersama
dengan arteri renalis. Ginjal berfungsi untuk:

1) Mengatur volume air/cairan dalam tubuh

Kelebihan air akan diekskresikan oleh ginjal sebagai urine yang


encer dalam jumlah besar. Kekurangan air menyebabkan urine
yang diekskresikan berkurang dan konsentrasinya lebih pekat
sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dapat
dipertahankan relatif normal.
2) Mengatur keseimbangan osmotik

Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion


akibat pemasukan garam yang berlebihan atau penyakit
perdarahan (diare, muntah) maka ginjal akan meningkatkan
ekskresi ion-ion yang penting
3) Mengatur keseimbangan asam basa

Ginjal akan menyekresi urine sesuai dengan pH darah, pH urine


bervariasi antara 4,8-8,2
4) Ekskresi sisa hasil metabolisme

(ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat toksik, obat-obatan, hasil


metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing.
5) Fungsi hormonal dan metabolisme

Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan


penting mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin
aldosteron), membentuk eritripoiesis mempunyai peranan
penting untuk memproses pembentukan sel darah merah
(eritropoesis). Ginjal juga membentuk hormon dihidroksi
kolekalsiferol (vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorpsi
ion kalsium di usus.
b. Fisiologi ginjal
Ginjal adalah organ yang mempunyai pembuluh darah yang sangat banyak (sangat
vaskuler) tugasnya memang pada dasarnya adalah “menyaring/membersihkan” darah.
Aliran darah ke ginjal adalah 1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring
menjadi cairan filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin sebanyak 1-
2 liter/hari. Proses pembentukan urine yaitu:
1. Proses Filtrasi

Pembentukan urine diawali dengan proses filtrasi darah di glomerulus. Filtrasi


merupakan perpindahan cairan dari glomerulus menuju ke ruang kapsula bowman dengan
menembus membran filtrasi. Di dalam glomerulus, sel-sel darah, trombosit, dan sebagian
besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak ikut dikeluarkan. Hasil penyaringan
tersebut berupa urine primer. Kapiler yang berpori-pori dan sel-sel kapsula yang
terspesialisasi bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat terlarut yang kecil, namun tidak
terhadap sel darah atau molekul besar seperti protein plasma, dengan demikian filtrat
dalam kapsula bowmen mengandung garam, glukosa, asam amino, vitamin, zat buangan
bernitrogen, dan molekul-molekul kecil lainnya. (Campbell, 2008).
2. Proses reabsorpsi

Urine yang dihasilkan setelah proses reabsorpsi disebut urine sekunder (filtrat
tubulus). Reabsorpsi adalah proses penyerapan kembali filtrat glomerulus yang masih bisa
digunakan oleh tubuh. Bagian yang berperan dalam proses ini meliputi sel-sel epitalium
pada tubulus kontrotus proksimal, lengkung henle dan tubulus distal. Reabsorpsi terjadi di
tubulus kontortus proksimal dan tubulus kontortus distal, pada tubulus kontortus proksimal
lebih diutamakan reabsorpsi glukosa, asam amino dan air yang
dilakukan dengan proses osmosis. Sedangkan reabsorpsi yang terjadi di tubulus kontortus
distal yaitu reabsorpsi ion natrium dan air, air yang di reabsorpsi tergantung dari
kebutuhan. Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transfor aktif dan difusi. Zat-zat
penting bagi tubuh yang secara aktif di reabsorpsi adalah garam-garam tertentu, asam
amino, glukosa, asam asetoasetat, hormon dan vitamin. Zat-zat tersebut di reabsorpsi
secara aktif di tubulus proksimal sehingga tidak ada lagi di lengkung henle (Campbell,
2008).
3. Proses augmentasi

Proses terakhir yaitu Augmentasi (penambahan), berlangsung di tubulus distal.


Pada proses ini terjadi penyerapan air dan penambahan zat-zat seperti H+ , K+ , keratin
dan urea dalam urin sehingga urine hanya berisi zat-zat yang benar-benar sudah tidak
berguna lagi. Dari tubulus distal, urine dikumpulkan melalui pembuluh pengumpul dan
selanjutnya masuk ke pelvis (rongga ginjal), kemudian dialirkan ke kandung kemih atau
vesica urinaria melalui saluran ureter. Kandung kemih memiliki fungsi sebagai tempat
penampungan urine sementra. Pada proses ini zat- zat yang sudah tidak berguna bagi tubuh
akan dibuang ke tubulus-tubulus nefron ginjal. Zat-zat yang sudah tidak diperlukan tubuh
atau konsentrasinya terlalu banyak di dalam aliran darah, akan dikeluarkan bersama urine
tersier atau urine sesungguhnya. Urine keluar dari tubuh melalui lubang urine yang
sebelumnya melewati uretra terlebih dahulu. Proses pembentukan urine dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor internal yang menyangkut hormon antidiuretik dan insulin, serta
faktor eksternal yaitu menyangkut jumlah air yang diminum. Melalui proses augmentasi
inilah akan terbentuk urine sesungguhnya yang mengandung urea, asam urat, sisa-sisa
pembongkaran dan zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti :
vitamin C, obat-obatan, hormon, dan garamgaram lainnya
(Campbell, 2008).

c. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh

2. Volume cairan tubuh

Total jumlah volume cairan tubuh (total body water/TBW) kira-kira


60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah
volume ini tergantung pada kandungan lemak badan dan usia.
Sebagai contoh:

karakteristik lume Cairan Tubuh (Total Body

at er/TBW)
yi baru lahir %-80% dari Berat Badan
ia 1 tahun % dari Berat Badan
bertas s.d usia 39

un:
a. Pria % dari Berat Badan
b. Wanita % dari Berat Badan
ia 40 s.d 60 tahun :
a. Pria % dari Berat Badan
b. Wanita % dari Berat Badan
ia diatas 60 tahun:
a. Pria % dari Berat Badan
b. Wanita % dari Berat Badan

3. Distribusi cairan

Total cairan tubuh bervariasi menurut umur, berat badan (BB) dan
jenis kelamin. Jumlah cairan tergantung pada jumlah lemak tubuh,
lemak tubuh tidak berair, jadi semakin banyak lemak maka semakin
kurang cairan. Secara ringkas kompartemen cairan dibagi menjadi
dua kompartemen utama, yaitu:
a. Cairan ekstraseluler: adalah cairan yang terdapat di luar sel
dengan jumlah sekitar 20% dari berat badan dan berperan dalam
memberi bahan makanan bagi sel dan mengeluarkan sampah sisa
metabolisme. Cairan ekstravaskuler terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Cairan interstitial: adalah cairan yang terdapat pada celah antar
sel atau disebut juga cairan jaringan, berjumlah sekitar 15% dari
berat badan. Fungsinya sebagai pelumas agar tidak terjadi
gesekan pada saat dua jaringan tersebut bergerak. Contohnya
cairan pleura, cairan perikardial dan cairan peritoneal.
2. Cairan intravaskuler: merupakan cairan yang terdapat di dalam
pembuluh darah dan merupakan plasma, berjumlah sekitar 5%
dari berat badan.
b. Cairan intraseluler: CIS adalah cairan yang terkandung di dalam
sel. Pada orang dewasa, kira-kira dua per tiga dari cairan tubuh
adalah intraseluler, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa
(70 Kg). sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah
cairan intraseluler.

ompartemen (%) terhadap BB Volume (Liter)


S 40 28
S 20 14
- Interstitial (15) (11)
- Intravaskuler (5) (3)

d. Fungsi cairan

a. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel

b. Pembentuk struktur tubuh (kekurangan cairan tubuh dapat


menyebabkan kematian sel, sedangkan sel adalah pembentuk
struktur tubuh)
c. Mengeluarkan buangan-buangan sel

d. Membantu dalam metabolisme sel


e. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
f. Membantu memelihara suhu tubuh

g. Membantu pencernaan

h. Mempemudah eliminasi

i. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, sel darah putih, sel


darah merah)

e. Keseimbangan cairan

Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran
cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap
hari antara 1.800-2.500ml/hari. Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari
makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urin 1.200-1.500
ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml dan kulit 600-800 ml. TABEL Intake dan
Outut Rata-rata Harian
TAKE (RANGE) UTPUT (RANGE)
R (ml)
1400-1800 Urine = 1400-1800
1. Air minum
7000-1000 Feces = 100
2. Air dalam
makanan
300-400 Kulit = 300-500
3. Air hasil oksidasi
Paru-paru = 600-800
TAL 2400-3200 OTAL = 2400-3200
trium (mEq) 70 (50-100)  Urine = 65 (50-100)
 Feces = 5 (2-20)

lium (mEq) 100 (50-120)  Urine = 90 (50-120)


 Feces = 10 (2-40)

agnesium (mEq) 30 (5-60)  Urine = 10 (2-20)


 Feces = 20 (2-50)
lsium (mEq) 15 (2-50)  Urine = 3 (0-10)
 Feces = 12 (2-30)
otein (g) = 55 (30-80)

trogen (g) = 8 (4-12)

lori = 1800-3000

 Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible
Water Loss (IWL)
 Bila ingin mengetahui “Insensible Water Loss (IWL)” maka dapat
menggunakan penghitungan sebagai berikut :
a) Dewasa = 15 cc/kg BB/hari

b) Anak = (30 – usia (th)) cc/kg


BB/hari Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)

f. Komposisi Cairan Tubuh

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat
terlarut
a. Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria


Dewasa hampir 60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata
wanita mengandung 55% air dari berat badannya. Dalam
homeostatis jumlah air tubuh selalu diupayakan konstan karena air
tubuh yang keluar akan sama dengan jumlah air yang masuk.
Sumber air tubuh:
Mber mlah
r minum 00 – 2.000 ml/hari
r dalam makanan 0 ml/hari
r dari hasil metabolisme tubuh 0 ml/hari
Mlah 00– 2.900 ml/hari

b. Solut (terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat
terlarut) elektrolit dan non-elektrolit:
1. Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam
larutan dan akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit
berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan
kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain.
- Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam
larutan. Kation ekstraselular utama adalah natrium (Na˖),
sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem
pompa terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium
ke luar dan kalium ke dalam.
- Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam
larutan. Anion ekstraselular utama adalah klorida (Clˉ),
sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).
Berikut adalah jenis-jenis elektrolit:

1) Sodium atau natrium

Sodium dibutuhkan tubuh untuk menjaga keseimbangan


elektrolit, mengendalikan cairan dalam tubuh, memengaruhi
tekanan darah, dan mengatur kontraksi otot dan fungsi saraf.
Normalnya, kadar sodium dalam darah adalah 135-145
milimol/liter (mmol/L). Kalsium
2) Kalsium merupakan mineral penting yang digunakan oleh
tubuh untuk menstabilkan tekanan darah, mengendalikan
kontraksi otot rangka, membangun tulang dan gigi yang
kuat, berperan dalam penghantaran impuls saraf dan gerakan
otot, serta membantu proses pembekuan darah.
3) Kalium atau potassium

Manfaat kalium adalah untuk mengatur fungsi jantung dan


tekanan darah, membantu hantaran rangsang saraf, kontraksi
otot, kesehatan tulang, dan keseimbangan elektrolit; serta
menjaga kesehatan saraf dan otot. Dalam darah, jumlah
kalium normal berada di kisaran 3,5-5 milimol/liter
(mmol/L).
4) Klorida

Klorida dibutuhkan untuk membantu keseimbangan


elektrolit atau cairan tubuh, menjaga asam/basa (pH) tubuh,
dan penting untuk pencernaan. Kadar klorida yang normal
adalah 98-108 mmol/L.
5) Magnesium

Magnesium merupakan mineral elektrolit penting untuk


produksi DNA dan RNA, meningkatkan sistem kekebalan
tubuh, mengatur kadar glukosa darah, menjaga irama atau
ritme jantung, serta berkontribusi pada fungsi saraf dan
kontraksi otot. Magnesium juga dapat memperbaiki kualitas
tidur pada penderita insomnia.
6) Fosfat

Bersama dengan kalsium, fosfat bertugas menguatkan tulang


dan gigi, serta membantu sel menghasilkan energi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan.
7) Bikarbonat

Mineral yang kadar normalnya 22-30 mmol/L ini berfungsi


membantu tubuh mempertahankan pH yang sehat, mengatur
kadar cairan tubuh dan mengatur fungsi jantung. Gangguan
pada jumlah bikarbonat dalam darah bisa disebabkan oleh
gangguan pernapasan, gagal ginjal, dan penyakit metabolik.

2. Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak


berdisosiasi dalam larutan dan diukur berdasarkan berat
(miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara
klinis penting mencakup kreatinin dan bilirubin.
Unsur Utama Kompartemen Cairan Tubuh
Berat INTRA EKSTRASELULER
Unsur
Gram- SELULER
Elektrolit Intravaskuler Interstitial
molekul
trium ,0 10 145 142

Eq/L)
lium ,1 140 4 4
lsium ,1 <1 3 3
agnesium ,3 50 2 2
orida ,5 4 105 110
karbonat ,0 10 24 28
sfat ,0 75 2 2
otein (g/dl) 16 7 2

Faktor Faktor yang memengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit

1. Usia

Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta
berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih
besar dibandingkan orang dewasa. Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah
cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan
cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta
kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan
cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada
lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah
jantung atau gangguan ginjal.

2. Aktivitas

Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan


elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini
mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah
cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan
aktivasi kelenjar keringat.
3. Iklim

Normalnya, individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak disadari (insensible water
loss/IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan,
tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bersuhu tinggi
atau didaerah deangan kelembaban yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan
cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di
lingkungan yang bersuhu tinggi,mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima liter sehari
melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan
cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang
tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan
maknan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu
memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar
albumin.

5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress,
tubuh mengalami peningkatan metabolisme seluler, peningkatan konsentrasi glukosa
darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormon antidiuritik
yang dapat mengurangi produksi urin.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar
sel atau jaringan yang rusak (mis. luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita
diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan
melalui saluran gastrointestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal
menurun karena kemampuan pompa jantung menurun tubuh akan melakukan
penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi ini dapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urin akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untuk menyeimbangkan
cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh.
Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan
menahan ADH sehingga produksi urin akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan
kekurangan cairan, ginjal akan menurunkan produksi urin dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila
ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun.
Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis. gagal ginjal) individu dapat mengalami
oliguria (produksi urin kurang dari 40ml/ 24 jam) sehingga anuria (produksi urin kurang
dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan
kadar kalsium dan kalium.
8.Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat
menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh.Akibatnya, terjadi defisit cairan
tubuh. Selain itu, penggunan diuretik menyebabkan kehilangan natrium sehingga
kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan
retensi natrium dan air dalam tubuh
9.Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama periode operasi, sedangkan
beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan
cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama
masa stress akibat obat- obat anastesia.

Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi kebutuhan dasar cairan dan

elektrolit Gangguan keseimbangan cairan


1.4.1 Hipovolemia (Dehidrasi)

Hipovolemia merupakan kehilangan air dari tubuh atau jaringan atau keadaan yang
merupakan akibat dari kehilangan air abnormal. Hipovolemia dapat terjadi karena
kekurangan pemasukan air (anoreksia, mual, muntah, tidak mampu menelan, depresi) atau
pengeluaran yang berlebihan (kehilangan melalui kulit, GI, ginjal, perdarahan).
Kekurangan cairan dapat terjadi sendiri atau kombinasi dengan ketidakseimbangan
elektrolit. Mekanisme kompensasi hipovolemia termasuk peningkatan rangsang sistem
saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan
hormon antidiuretik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Ada 3 macam dehidrasi yaitu:
Dehidrasi isotonik: terjadi jika kehilangan sejumlah cairan dan elektrolitnya yang
seimbang
Gejala hipovolemia:

1. Pusing, lemah, letih, sinkope, anoreksia, mual, muntah haus,


kekacauan mental, konstipasi, oliguria.
2. Menurunnya turgor kulit dan lidah

3. Menurunnya kelembaban di mulut/keringnya mukosa mulut

4. Menurunnya produksi urine (kurang dari 30 ml/jam untuk orang


dewasa)
5. Nadi cepat dan lemah

6. Menurunnya temperatur tubuh

7. Ektremitas dingin

8. Hipotensi, frekuensi nafas cepat

9. Kehilangan berat badan yang cepat

Hipervolemia (Edema)

Edema adalah penimbunan cairan berlebihan di antara sel-sel tubuh atau didalam
berbagai rongga tubuh. Edema disebut juga dengan efusi, asites. Penamaan tergantung
pada lokasi terjadinya. Edema lokal disebut pitting, sedangkan edema umum disebut
edema anasarka.
Etiologi hipervolemia:

1. Penyakit karena gangguan pada mekanisme regulasi (gagal


jantung, cushing syndrome, gagal ginjal, serosis hati)
2. Intake natrium klorida yang berlebihan

3. Pemberian infus yang mengandung natrium dalam jumlah


berlebihan
4. Banyak makan makanan yang mengandung natrium
Gejala hipervolemia:

(1) Sesak nafas, ortopnea

(2) Edema perifer, kenaikan berat badan sementara (2%


hipervolemia ringan, 5% hipervolemia sedang dan 8%
hipervolemia berat)
(3) Nadi kuat, takikardia

(4) Asites, efusi pleura, bila sudah berat bisa menimbulkan edema
pulmo
(5) Kulit lembab

(6) Irama gallop

Kelebihan air dan natrium pada kompartemen ekstraseluler dapat meningkatkan


tekanan osmotik. Cairan akan ditarik keluar sel, sehingga mengakibatkan edema (cairan
yang berlebihan dalam ruang interstisial). Edema terjadi sebagai akibat dari pertambahan
volume cairan interstisial dan diartikan sebagai bengkak yang dapat teraba dari ruang
interstisial. Edema bisa bersifat terlokalisasi (contoh tromboflebitis pada obstruksi vena)
dan umum (contoh gagal jantung). Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler akibat
penambahan volume atau obstruksi vena, peningkatan permeabilitas kapiler karena luka
bakar, alergi, atau infeksi akan menyebabkan peningkatan volume cairan interstisial.
Penurunan pembuangan cairan interstisial terjadi bila terdapat obstruksi pada aliran keluar
limfatik atau penurunan tekanan onkotik (protein bisa membantu untuk menahan volume
vaskuler pada ruang vaskuler). Retensi air dan natrium oleh ginjal yang meningkat akan
mempertahankan edema umum.
Edema bisa terjadi karena hal-hal berikut ini:

1) Peningkatan permeabilitas kapiler (pada luka bakar dan alergi),


perpindahan air dari kapiler ke ruang interstisial meningkat
2) Peningkatan tekanan hidrostatik di kapiler (obstruksi pada vena)
3) Perpindahan cairan dari ruang interstisial menurun
3) Sindrom ruang ketiga

Sindrom ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam suatu ruangan tubuh
(pleura, peritoneal, pericardial), sehingga cairan tersebut terjebak di dalamnya, akibatnya
kompartemen ekstrasel kekurangan cairan. Obstruksi usus yang kecil atau luka bakar dapat
menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5-10 liter.

4) Ketidakseimbangan osmolar

Dehidrasi (ketidakseimbangan hiperosmolar) terjadi bila ada kehilangan air tanpa


disertai kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium. Faktor risiko terjadinya
dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu asupan oral (perubahan fungsi neurologis),
lansia yang lemah (penurunan fungsi tubuh, peningkatan lemak tubuh), penurunan
sekresi ADH (pada diabetes insipidus), Ketidakseimbangan hiperosmolar disebabkan oleh
setiap kondisi yang berhubungan dengan diuresis osmotik dan pemberian larutan
hipertonik melalui intravena. Ketidakseimbangan hipoosmolar terjadi ketika asupan cairan
berlebihan (polidipsi psikogenik) atau sekresi ADH berlebihan
II. Rencana Asuhan Keperawatan klien kebutuhan dasar cairan dan elektrolit

Pengkajian

Riwayat keperawatan

Menurut Harnanto&Rahayu (2016), pengkajian untuk kebutuhan dasar cairan dan


elektrolit adalah:
1) Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan
asam basa:
- Usia: sangat muda, sangat tua

- Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal


jantung kongestif), penyakit endokrin (cushing, DM),
malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal ginjal prorogresif),
perubahan tingkat kesadaran.
- Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.

- Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.

- Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis,


pengisapan nasogastrik, fistula.
2) Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan
kesemutan.
3) Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi,
riwayat anoreksia, kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
4) Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik
dalam jumlah maupun frekuensi berkemih, bagaimana
karakteristik urine, apakah tubuh banyak mengeluarkan cairan?
Bila ya ! melalui apa? Muntah, diare, berkeringat.

Pengkajian fisik

Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.


Pemeriksaan fisik meliputi:
a) Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b) Berat badan Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui
risiko terkena gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian,
retensi cairan dapat dideteksi lebih dini karena 2,5–5 kg cairan
tertahan di dalam tubuh sebelum muncul edema. Perubahan dapat
turun, naik, atau stabil.
c) Intake dan output cairan Intake cairan meliputi per oral, selang
NGT, dan parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah,
pengisapan gaster, drainage selang paska bedah, maupun IWL.
Apakah balance cairan seimbang, positif atau negatif. Kaji
volume, warna, dan konsentrasi urine
d) Mata:

- Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak


ada
- Edema periorbital, papiledema

e) Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir


pecah-pecah dan kering, saliva menurun, lidah di bagian
longitudinal mengerut
f) Sistem kardiovaskular:

- Inspeksi:

 Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau


distensi
 Central venus pressure (CVP) abnormal

 Bagian tubuh yang tertekan, pengisian vena lambat

- Palpasi:

 Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung,


sakrum, dan tungkai (pre tibia, maleolus medialis,
punggung kaki)
 Denyut nadi: frekuensi, kekuatan

 Pengisian kapiler

- Auskultasi:
 Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya, stabil, meningkat, atau menurun.
 Bunyi jantung: adakah bunyi tambahan

g) Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)

h) Sistem gastro intestinal:

- Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare

- Auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik

i) Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine


meningkat
j) Sistem neuromuskular :

- Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor

- Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas

- Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada,


hiperaktif/meningkat)
k) Kulit:

- Suhu tubuh: meningkat/menurun

- Inspeksi: kering, kemerahan

- Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.

Pemeriksaan penunjang

1. Kadar elektrolit serum

Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi,


konsentrasi elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit
yang sering diukur mencakup natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, dan daya gabungan karbon dioksida.
2. Hitung darah lengkap

Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe


eritrosit dan leukosit per milimeter kubik darah. Perubahan
hematokrit terjadi sebagai respons terhadap dehidrasi atau
overhidrasi. Anemia juga dapat memengaruhi status oksigenasi
3. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal.
Kreatinin adalah produk normal metabolisme otot dan
diekskresikan dalam kadar yang cukup konstan, terlepas dari
faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
4. Berat jenis urine

Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine.


Rentang berat jenis urine normal antara 1,003 – 1,030.
5. Analisis gas darah arteri

Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status


keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi
dalam mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal.
6. Pemeriksaan pH darah arteri mengukur konsentrasi hidrogen.
Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan peningkatan pH
dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial karbon
dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial
oksigen dalam darah arteri. SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang
disaturasi oleh oksigen. Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan
asam basa ginjal.

Diagnosa keperawatan

1.Kekurangan Volume Cairan


Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau resiko memgalami
resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau intravascular.

Batasan Karakteristik
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balanc negative antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering ( turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit. i Haus, mual/anoreksia

Faktor yang berhubungan

a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes insipidus.


b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan kehilangan cairan melalui evaporasi
akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam, drainase abnormal, dari luka,
diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alcohol yang berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.

f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi atau keletihan
g. Berhubungan dengan masalah diet.

h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi tinggi.

i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan sendiri akibat nyeri
mulut.

2.Kelebihan Volume Cairan

Definisi
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan beban
cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik

a.Edema

b.Kulit tegang, mengkilap.

c.Asupan melebihi haluaran.

d.Sesak napas

e.Kenaikan berat badan

Faktor yang berhubungan

a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan, sekunder akibat gagal


jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan curah
jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma yang
rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis hepatis, asites,
dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat varises vena,
thrombus, imobilitas, flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium dan air, sekunder akibat penggunaan
kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, malnutrisi
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk
dalam waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.

j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder


akibat mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik
a. Perubahan kadar kalium.

b. Aritmia

c. Kram tungkai

d. Mual

e. Hipotensi

f. Bradikardia

g. Kesemutan

Faktor yang berhubungan

a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.


b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat
kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/ rendah-kalium.

Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan


Tujuan : Menyeimbangkan volume cairan sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Kriteria hasil Intervensi Rasional


a. Terjdi peningkatan a. Kaji cairan yang a. Membuat klien lebih
asupan cairan min. disukai klien dalam kooperatif.
2000ml/hari batas diet. b. Mempermudah
(kecuali terjadi b. Rencanakan target untuk memantauan
kontraindikasi). pemberian asupan kondisi klien.
b. Menjelaskan perlu- cairan untuk setiap
sif, mis : siang 1000
nya meningkatkan
asupan cairan pada ml, sore 800 ml dan
saat stress/cuaca malam 200 ml.
panas. c. Kaji pemahaman
c. Pemahaman tentang
c. Mempertahankan klien tentang alasan
alsan tsb membantu
berat jenis urine mempertahankan
klien dlm mengatasi
dalm batas normal. hidrasi yg adekuat.
gangguan.
d. Tidak menunjukan d. Catat asupan dan
d. Untuk mengontrol
tanda-tanda haluaran.
asupan klien.
dehidrasi. e. Pantau asupan per
e. Untuk mengetahui
oral, min. 1500 ml/
prkembangan status
24 jam.
kesehatan klien.
f. Pantau haluaran

cairan 1000-

1500ml /24jam. Pantau


berat jenis urine.
2. Kelebihan volume cairan

Tujuan : Kebutuhan cairan klien dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan


tubuh klien.
Kriteria hasil Intervensi Rasional
a. Klien akan a. Kaji asupan diet a. Untuk mengontrol
menyebutkan faktor dan kebiasaan yg asupan klien.
penyebab & metode mendorong terjadi-
pencegahan edema. nya retensi cairan.
b. Klien mperlihatkan b. Anjurkan klien
b. Konsumsi garam yg
penurunan edema. untuk menurunkan
berlebihan me-
konsumsi garam.
ningktkan tekanan
darah.
c. Anjurkan klien
c. Makanan yg meng-
untuk:
gunakan penyedap
i.Menghindari
rasa dan pengawet.
makanan gurih,
d. Na+
makanan kaleng &
makanan beku. mengikat air, jadi tubuh
ii. Mengkonsumsi akan lebih merasa
mkann tnpa garam lebih cepat haus.
dan menambahkan
bumbu aroma.
iii.Mggunakan cuka
pengganti garam
utk penyedap rasa
sop, rebusan dll.
d. Kaji adanya tanda
venostasis dan
e. Venostasis dapat
bendungan vena pada
mengakibatkan
bagian tubuh yang
terhambatnya aliran
mengantung.
e. Untuk drainase darah. 19
limfatik yang tidak
adekuat: f. Guna memperlancar
inggikan sirkulasi.
kstremitas dengan g. Perlukaan pada
daerah yang
sakit
menyebabkan
mnggunakn bantal, rang lancarnya
ku imobilitas, bidai/ sirkulasi peredaran
balutan yang kuat, darah di daerah tsb.
serta berdiri/duduk
dlm waktu yg lama
ii.Jngn memberikan
suntikan/infuse pd
lengan yang sakit.
h. Semua kegiataan
iii.Ingatkan klien
tersebut
untuk menghindari
memperparah
detergen yang keras,
keadaan klien
membawa beban
berat, memegang
kok, mencabut
kutikula/ bintil
kuku, me-nyentuh
kompor gas,
memgenakan
perhiasan atau jam
tangan.
iv. Lindungi kulit yg i. Untuk mepercepat
edema dari cidera. perbaikan jaringan
tubuh.
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi Keperawatan
3. Ganguan keseimbangan elektrolit (kalium)
Tujuan : Klien memiliki keseimbangan cairan, elektrolit dan asam- basa
dalam 48 jam.
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a. Klien menjelaskan nurunan kadar kalium a. Dengan meng-
diet yang sesuai a. Observasi tanda dan etahui tanda hipo-
utk mmpertahnkan gejala hipokalemia kalemia, perawat
kadar kalium dlam (vertigo, hipotensi dapat menetapkn
batas normal. ariotmia, mual, lngkh slanjutnya.
b. Klien berpartipasi muntah, diare, b. Poliuria dpat me-
untuk melaporkan nyebabkan pe-
distensi abdomen
tanda – tanda klinis ngeluaran kalium
,pnurunn peristaltis,
hipokalemia/hiper- secara berlebihan.
kelemahan otot, dan
kaenia. c. Kelebihan cairan
kram tungkai).
c. Kadar kalium dlam dapat menyebab-
b. Catat asupan dan
batas normal/dapat kan pnurunan ka-
haluaran.
ditoleransi. dar kalium se-
c. Tentukan status
rum.
hidrasi klien bila
d. Nilai kalium yg
terjadi hipokalemia.
rendah dapat me-
d. Kenali perubahan
nyebabkan kon-
tingkah laku yang
fusi, mudh mrah,
merupakan tanda-
depresi mental.
tanda hipokalemia.
e. Kalium memban-
e. Anjurkan klien dan
tu menyeimbang-
keluarga untuk
kan cairan tubuh.
mngkonsmsi makan-
f. Segmen ST dan
an tinggi kalium
gelombang T yg
(mis. Buah-buahan,
datar atau terbalik
sari buah, buah
merupkn indikasi
kering, syur, daging,
hipokalemia.
kacang-kacangan,
g. Utk mengurangi
teh, kopi, dan kola).
resiko iritasi
f. Laporkan perubahan mukosa lambung.
EKG; segmen ST yg
h. Streoid kortison
memanjang, depresi.
dapat menyebab-
g. Encerkan suplemen
kan retensi natri-
kalium per oral
um dan ekresi
sedikitnya dalam
kalium.
113,2 gram air/sari
i. Nilai kalium yang
buah utk mngurangi
rendah dapat me-
resiko iritasi mukosa
ningkatkan kerja
lambung.
digitalis.
h. Pantau nilai kalium
j. Dengan menge-
serum pada klien
tahui tanda hipo-
yang mendapat obat
kalemia, perawat
diuretic dan steroid.
dpt menetapkan
i. Kaji tanda dan
langkah slnjutnya
gejala toksisitas
digitalis jika klien
tengah mendapat
obat
golongan digitalis
dan diuretik atau
steroid.
ningkatan

Kadar Kalium
k. Haluaran urin yg
a. Observasi tanda dan
sedikit dapat me-
gejala hiperkalemia
nyebabkan hiper-
(mis.Bradikardia,
kalemia.
kram abdomen,
l. Nilai kalium lebih
oliguria, ksemutan&
dari 7mEq/ l
kebas pd ekstremtas)
dapat menye-
b. Kaji haluaran urin.
babkan henti
Sedikitnya 25ml/jam
jantung.
atau 600 ml/ hari.
m. Untuk melihat
adanya pelebaran
c. Laporkan nilai kompleks QRS dan
kalium serum yang gelombang T tggi
melebihi 5mEq/l yg merupkan
batasi asupan kalium tanda hiperka-
jika perlu. lemia.
Pantau EKG

Anda mungkin juga menyukai