PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Michael Cottier, “War Crimes in International Law: An Introduction”, Jurnal Hukum Humaniter,
Vol.1, No.1, Pusat Studi Hukum Humaniter dan HAM (terAS), Jakarta: FH Universitas Trisakti,
2005, hlm. 37.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui HAM dalam pandangan Hukum Internasional.
2. Untuk mengetahui mekanisme penegakan pelanggaran Hak Asasi Manusia
dalam Hukum Internasional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Universal Declaration Of Human Rights pasal 1 ayat 3
3
Majelis utama juga dibantu oleh salah satu organ utama PBB yaitu dewan
ekonomi dan social yang dapat membuat rekomendasi agar terlaksananya
penghormatan yang efektif terhadap hak-hak asasi dan kebebasan-kebebasan
pokok. Dewan ekonomi dan social dapat membentuk komisi, salah satunya adalah
Komisi hak-hak asasi manusia (KHAM) dan komisi mengenai Status Wanita.
Kedua komisi ini dibentuk pada tahun 1946. Komisi hak-hak manusia
beranggotakan 53 negara, dan komisi status Wanita beranggotakan wakil-wakil
dari 45 negara. Ada dua badan khusus PBB yang juga menangani HAM yaitu
Organisasi buruh Sedunia (ILO), didirikan tahun 1946. Bertugas untuk
3
Boermauna, Hukum Internasional “ Pengertian Peranan dan Fungsi Dalam Era Dinamika
Global”, Bandung: PT Alumni, 2008.
4
Badan khusus kedua adalah UNESCO yang didirikan pada tahun 1945, untuk
mencapi tujuan meningkatkan kerjasama antar bangsa melalui pendidikan , ilmu
pengetahuan, dan kebudayaan dan untuk meningkatkan secara universal
penghormatan terhadap peraturan hukum, hak-hak asasi dan kebebasan-kebasan
pokok. Menurut sistem PBB, dalam upaya pemajuan dan peningkatan HAM
dikenal tiga bidang utama yakni:
a) Upaya Pembakuan standar internasional
b) Kegiatan monitoring/pemantauan pelaksanaan HAM
c) Jasa nasehat dan kerja sama teknik. 4
Dalam upaya pemantauan konvensi yang telah diratifikasi oleh negara, maka
terdapat enam Badan Pemantauan Instrumen, yakni:
a) Komite HAM: memantau hak-hak sipil dan politik.
b) Komite Ekonomi dan Sosial Budaya: memantau pelaksanaan hak-hak tersebut.
c) Komite Penghapusan segala Bentuk Diskriminasi: khusus memantau mengenai
bentuk diskriminasi.
d) Komite Anti penyiksaan: yang memantau pelaksanaan konvensi anti
penyiksaan.
e) Komite penghapusan diskriminasi terhadap wanita: memantau diskriminasi
wanita.
f) Komite hak-hak Anak: khusus memantau pelaksanaan konvensi hak-hak anak.
Anggapan bahwa hukum internasional merupakan hukum yang lemah (weak law)
karena tidak dapat ditegakkan dan semakin luntur dengan perkembangan yang
terjadi dalam masyarakat internasional. Pelanggaran atas Hukum Internasional
tidak lagi dibebankan hanya kepada negara, melainkan juga kepada individu. Hal
ini sesuai dengan perkembangan yang terjadi setelah Perang Dunia II terkait
dengan pengakuan beberapa entitas selain negara sebagai subjek hukum
internasional.5 Sejalan dengan pengakuan individu sebagai subjek hukum
Internasional, untuk pelanggaran terhadap hukum internasional yang
dikatagorikan sebagai kejahatan internasional, dikenal tanggung jawab pidana
individu.
5
Rein A. Mullerson, “Human Rights and the Individual as a Subject of International Law: A
Soviet View”, European Journal of International Law (EJIL), Vol.1 No. 1, Badia Fiesolana:
European University Institut, 1990, hlm.34.
6
Asmara Nababan, “Penyelesaian Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Berat: Belajar dari
Pengalaman”, Jurnal HAM Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Vol.2 N0.2, Jakarta: Komisi
Nasional Hak Asasi Manusia, 2004, hlm. 94.
7
Ridarson Galingging, “Universal Jurisdiction in Absentia *Congo v. Belgium, ICJ, Feb.14,
2002”, Jurnal Hukum Internasional Vol. 1 No. 2, Jakarta: Lembaga Pengkajian Hukum
Internasional Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002, hlm. 103.
7
hal kewenangan dan mandat. Saat ini telah dibentuk empat pengadilan campuran,
tiga didiri- kan antara tahun 1999 dan 2001 di Timor Timur (the Special Panels
for Serious Crimes of the District Court of Dili), di Kosovo (Regulation 64”
Panels in the Courts of Kosovo), di Sierra Leone (Special Court of Sierra Leone)
dan di Kamboja (the Extraordinary Chambers in the Courts of Cambodia).10
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
A. Literatur:
11
Ariananto, Satya. 2005. Hak Asasi Manusia dalam Transisi Politik di Indonesia.
Jakarta: Pusat Studi Hukum Tata Negara-Fakultas Hukum UI. Cet. Ke-2.
Aripin, Jaenal dan Lathif, Azharudin. 2006. Filsafat Hukum Islam: Tasyri dan
Syar’i. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press. Cet.
Ke-1.
Boisard, Marcel A. 1980. Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. Cet.1.
Hussain, Syaukat. Hak Asasi Manusia dalam Islam, (Jakarta: Gema Insani Press,
1996).