KATA PENGANTAR..........................................................................
DAFTAR ISI..........................................................................................
BAB I PENDAHULUAN......................................................................5
1.1 LatarBelakang.............................................................................5
1.2 RumusanMasalah........................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................7
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN.......................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA............................................................................31
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
DiIndonesia masalah perdagangan manusia masih menjadi salah satu
ancaman besar dimana setiap tahun hamper ribuan perempuan dan anak di
Indonesia yang harusmenjadi korban trafficking yang terkadang tidak
pernah merasa bahwa dirinya adalah korban, pemasalahan ini bukanlah
masalah baru dan tidak hanya terjadi di Indonesia sajame lainkan di
negara-negara lain juga terjadi.
3
Faktor utama dari masalah tersebut adalah karena kurangnya upaya hukum
pencegahan yang kuat bagi para pelaku, selain itu masalah ini juga
didasari oleh lemahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk mengerti dan
paham akan adanya bahaya yang ditimbulkan dari praktik trafficking.
Lemah nyatingkat kesadaran masyarakat ini tentunya akan semakin
memicu praktik trafficking untuk terus berkembang. Dalam hal ini maka
selain mendesak pemerintah untuk terus mengupayakan adanya bentuk
formal upaya perlindungan hukum bagi korban trafficking dan tindakan
tegas bagi pelaku maka diperlukan juga kesadaran masyarakat agar
masyarakat juga berperan aktif dalam memberantas praktik trafficking
sehingga tujuan pemberantasan trafficking dapa ttercapai dengan
maksimal dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan
masyarakat.
Dari uraian di atas, tulisan ini akan mengulas secara singkat mengenai apa
itu perdagangan manusia khususnya perempuan dan anak, bagaimana
bentuk dan dampak perdagangan serta upaya penanganannya.
4
1.3 Tujuan penelitian
1. Untuk menjelaskan faktor pendorong dari terjadinya perdagangan
manusia melalui penyalahgunaan sosial media.
2. Untuk menentukan upaya dan solusi pemerintah dalam menangani
masalah perdagangan manusia.
3. Untuk mengatasi hambatan yang dihadapi pemerintah dalam
melakukan pemberantasan perdagangan manusia di Indonesia.
5
BAB II
LANDASAN TEORI
6
Sedangkan Global Alliance Against Traffic in Woman (GAATW) mendefinisikan
perdagangan (trafficking):
Semua usaha atau tindakan yang berkaitan dengan perekrutan, pembelian,
penjualan, transfer, pengiriman, atau penerimaan seseorang dengan menggunakan
penipuan atau tekanan, termasuk pengunaan ancaman kekerasan atau
penyalahgunaan kekuasaan atau lilitan hutang dengan tujuan untuk menempatkan
atau menahan orang tersebut, baik dibayar atau tidak, untuk kerja yang tidak
diinginkan (domestik seksual atau reproduktif) dalam kerja paksa atau dalam
kondisi perbudakan, dalam suatu lingkungan lain dari tempat dimana orang itu
tinggal pada waktu penipuan, tekanan atau lilitan hutang pertama kali.
7
Sasaran yang rentan menjadi korban perdagangan perempuan antara lain :
• Anak-anak jalanan
• Orang yang sedang mencari pekerjaan dan tidak mempunyai pengetahuan
informasi yang benar mengenai pekerjaan yang akan dipilih
• Perempuan dan anak di daerah konflik dan yang menjadi pengungsi
• Perempuan dan anak miskin di kota atau pedesaan
• Perempuan dan anak yang berada di wilayah perbatasan anatar Negara
• Perempuan dan anak yang keluarganya terjerat hutang
• Perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga, korban pemerkosaan
8
setelah kejahatan Penyelundupan Senjata dan Peredaran Narkoba. Kejadian
yang berkaitan dengan perdagangan perempuan dan anak perempuan yang
dikenal dengan “ human trafficking” kecenderungannya semakin meningkat di
Indonesia dan sudah seharusnya segera mendapatkan penanganan yang serius
dari berbagai kalangan dan tentu saja oleh pemerintah.
9
White Slave Traffic), diamandemen dengan
protokol tersebut di atas.
c. Konvensi Internasional tanggal 30 September
1921 untuk penghapusan perdagangan
perempuan dan anak (Convention of on the
Suppression of Traffic in Women and Children),
diamandemen dengan protokol PBB tanggal 20
Oktober 1947.
d. Konvensi Internasional tanggal 22 Oktober 1933
untuk penghapusan perdagangan perempuan
dewasa (International Convention of the
Suppression of the Traffic in Women of Full
Age), diamandemen dengan protokol PBB
tersebut di atas.
10
o United Nations protokol to Suppress, Prevent, and Punish
Trafficking in Against Transnational Organized Crime;
o SARC Convention on Combating Trafficking in Women and
Children for Prostitusion.
11
a) Kebijakan Formulasi/Legislasi.
Kebijakan formulasi/legislasi adalah proses pembuatan peraturan perundan–
undangan yang dilakukan oleh pembuat undang–undang (pemerintah
bersama–sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat). Kedua badan/institusi
inilah yang berwenang membuat peraturan hukum, yaitu melalui proses
mewujudkan harapan hukum dalam realita.
Dalam hal tindak pidana perdagangan orang, sekarang ini sudah dianggap
sebagai perbuatan yang tidak sesuai dengan norma hukum dan perkembangan
masyarakat. Oleh karena itu sudah sepantasnya Pasal 297 Kitab Undang–
Undang Hukum Pidana harus ditinjau kembali dan diperbaharui dengan aturan
yang mengarah pada nilai–nilai yang ada dalam masyarakat Indonesia, dan
masyarakat internasional. Perdagangan orang yang dianggap sebagai
pelanggaran harkat dan martabat manusia, sudah selayaknya mendapatkan
tempat tersendiri dalam sistem hukum pidana di Indonesia.
Atas dasar itu dengan dilandasi penghormatan dan perlindungan terhadap
harkat dan martabat manusia, pemerintah Indonesia mengundangkan Undang–
Undang Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
b) Kebijakan Aplikasi/Yudikasi
Kebijakan aplikasi yaitu tahap penerapan hukum pidana oleh aparat penegak
hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan dan pengadilan. Tahapan ini
dinamakan juga tahapan yudikasi. Kebijakan aplikasi/yudikasi tidak terlepas
dari sistem peradilan pidana (criminal justice system), yaitu suatu upaya
masyarakat dalam menanggulangi kejahatan/tindak pidana. Kebijakan
aplikasi/yudikasi berhubungan dengan proses penegak hukum dan bekerjanya
hukum dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam mewujudkan criminal
justice system, aparat penegak hukum (polisi, jaksa dan hakim) harus dapat
berkoordinasi dengan baik dalam melaksanakan tugas, selaras dan berwibawa,
atau harus mengacu pada managemen criminal justice system.
12
Di dalam pengaturan hukum pidana di Indonesia, tindak pidana perdagangan
orang awalnya telah diatur dalam Pasal 297 Kitab Undang–Undang Hukum
Pidana. Dalam Pasal 297 Kitab Undang–Undang Hukum Pidana, perbuatan
yang dilarang adalah melakukan perdagangan perempuan dan anak laki–laki
dibawah umur.
Pengaturan larangan untuk melakukan tindak pidana perdagangan orang di
dalam Undang–Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang, diatur dalam pasal 2, yang berbunyi :
“(1) Setiap orang yang melakukan perekrutan, pengangkutan, penampungan,
pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman
kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang atau
memberi bayaran atau manfaat walaupun memperoleh persetujuan dari orang
yang memegang kendali atas orang lain, untuk tujuan mengeksploitasi orang
tersebut di wilayah negara Republik Indonesia, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15(lima belas) tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp. 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(2) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orang
tereksploitasi, maka pelaku dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).”
13
Petugas Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS), bagi mereka yang telah dijatuhi
hukuman (punishment) oleh Hakim.
Petugas Lembaga Pemasyarakatan adalah pegawai yang melaksanakan
pembinaan terhadap narapidana dan anak didik pemasyarakatan, dimana para
narapidana tersebut sudah diputus oleh pengadilan dan dinyatakan bersalah
maupun masih dalam tahapan upaya hukum.
Dalam bagian ini hakim dalam melakukan penerapan hukuman, dapat berupa
suatu pemberian sanksi yakni misalnya sanksi pidana (penal) dan sanksi
administrasi (non penal). Kepada pemberian sanksi bagi pelaku tindak pidana
perdagangan orang, hakim dapat menjurus kepada konsep hukum
pembangunan dari Mochtar Kusumaatmadja, yaitu bersumber pada undang–
undang, yurisprudensi, atau gabungan antara undang – undang dan
yurisprudensi.
UU ITE merupakan rujukan atau dasar hukum jika ada perbuatan fitnah atau
pencemaran nama baik yang dilakukan di media sosial atau dunia maya.
14
Tindak pidana ITE terdapat pada Pasal 27 sampai dengan Pasal 37. Namun, Pasal
yang kerap dituduhkan kepada orang-orang yang membuat berita dan
mencemarkan nama baik di media sosial adalah Pasal 27 ayat (3) UU ITE.
Ketentuan Pasal 27 ayat (3) UU ITE berbunyi sebagai berikut: "Setiap Orang
dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan
dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik".
15
BAB III
PEMBAHASAN
16
Dengan tagline " Nikah siri, Mengubah Zina Menjadi Ibadah", situs nikah siri
mampu menarik ribuan orang bergabung di dalamnya.
Direktur Reskrimsus Polda Metro Jaya Kombes Pol Adi Deriyan mengatakan,
Penangkapan Aris dilakukan setelah Tim Cybercrime Krimsus Polda Metro Jaya
menelusuri situs nikahsirri.com sejak Jumat (22/9/2017).
Dalam penangkapan Aris, polisi menyita barang bukti berupa laptop, empat topi
berwarna hitam bertuliskan "Partai Ponsel," dua kaus berwarna putih bertuliskan
"Virgins Wanted," dan satu buah spanduk hitam bertuliskan "Deklarasi Partai
Ponsel Brutally Honest Political."
17
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menilai, lelang perawan dan
pembelian pasangan yang difasilitasi nikahsirri.com terindikasi merupakan
perdagangan manusia.
18
usia 16 tahun atau lebih muda jika mendapat izin dari pengadilan. Meskipun
begitu, dewasa ini pernikahan dini masih berlanjut dengan persentase 46,5%
perempuan menikah sebelum mencapai usia 18 tahun dan 21,5% sebelum
mencapai usia 16 tahun. Tradisi budaya pernikahan dini menciptakan masalah
sosio-ekonomi untuk pihak lelaki maupun perempuan dalam perkawinan
tersebut. Tetapi implikasinya terutama terlihat jelas bagi gadis/perempuan.
Masalah-masalah yang mungkin muncul bagi perempuan dan gadis yang
melakukan pernikahan dini antara lain: Dampak buruk pada kesehatan
(kehamilan prematur, penyebaran HIV/AIDS), pendidikan terhenti,
kesempatan ekonomi terbatas, perkembangan pribadi terhambat dan tingkat
perceraian yang tinggi.
19
dalam menghalangi penyelidikan dan penuntutan kasus perdagangan. Mulai
dari biaya illegal dan pemalsuan dokumen. Dampak korupsi ini terhadap
buruh migran perempuan dan anak harus dipelajari dari umur mereka yang
masih muda dan lugu, yang tidak tahu bagaimana cara menjaga diri di kota-
kota besar karena mereka tidak terbiasa dan sering malu untuk mencari
bantuan. Tidak peduli berapa usia dan selugu apa pun mereka, mereka yang
berimigrasi dengan dokumen palsu takut status illegal mereka akan membuat
mereka jatuh ke dalam kesulitan lebih jauh dengan pihak berwenang atau
dapat dideportasi. Pelaku perdagangan memanfaatkan ketakutan ini, untuk
terus mengeksploitasi para perempuan dan proyek. Masalah lain yaitu
lemahnya hukum di Indonesia.
• Media massa
Media massa masih belum memberikan perhatian yang penuh terhadapberita
dan informasi yang lengkap tentang trafficking dan belum memberikan
kontribusi yang optimal dalam upaya pencegahan maupun penghapusannya.
Bahkan tidak sedikit justru memberitakan yang kurang mendidik dan bersifat
pornografis yang mendorong menguatnya kegiatan trafficking dan kejahatan
susila lainnya.
20
pengetahuan kepercayaan diri untuk mengajukan pertanyaan tentang
ketentuan-ketentuan dalam kontrak dan kondisi kerja mereka. Selain itu,
mereka akan sulit mencari pertolongan ketika mereka kesulitan saat
berimigrasi atau mencari pekerjaan. Mereka akan kesulitan bagaimana
mengakses sumber daya yang tersedia, tidak dapat membaca atau mengerti
brosur iklan layanan masyarakat lain mengenai rumah singgah atau nomor
telepon yang bisa dihubungi untuk mendapatkan bantuan. Seorang yang
rendah melek huruf sering kali secara lisan dijanjikan akan mendapat jenis
pekerjaan atau jumlah gaji tertentu oleh seorang agen, namun kontrak yang
mereka tanda tangani (yang mungkin tidak dapat mereka baca) mencantumkan
ketentuan kerja serta kompensasi yang jauh berbeda, mengarah ke eksploitasi.
21
yang memadai baik sesama aparat penegak hukum seperti kepolisian,
kejaksaan, hakim maupun dengan pihak-pihak lain yang terkait yaitu lembaga
pemerintah (kementerian terkait) dan lembaga non pemerintah (LSM) baik
lokal maupun internasional. Semua pihak bisa saling bertukar informasi dan
keahlian profesi sesuai dengan kewenangan masing-masing dan kode etik
instansi. Tidak hanya perihal pencegahan, namun juga penanganan kasus dan
perlindungan korban semakin memberikan pembenaran bagi upaya
pencegahan dan penanggulangan perdagangan perempuan secara terpadu. Hal
ini bertujuan untuk memastikan agar korban mendapatkan hak atas
perlindungan dalam hukum.
22
9. Memberantas kemiskinan dan memajukan ekonomi masyarakat
dipedesaan dengan memberikan pinjaman-pinjaman keuangan kepada
masyarakat pedesaan sebagai modal usaha.
Dalam RAN (hlm 14-15) diberikan 29 rujukan landasan hukum yang relevan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dapat dipakai dalam
upaya menghapus trafiking, antara lain: Undang-Undang (UU) No.1 Tahun
1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP); UU no.7 tahun
1984 tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Wanita; UU no.3 tahun 1997 tentang Pengadilan
Anak; UU no.19 tahun 1999 tentang Pengesahan Konvensi ILO (International
Labor Organisation) no.105 mengenai Penghapusan Kerja Paksa; UU no. 1
tahun 2000 tentang Pengesahan Konvesi ILO No.182 mengenai Pelanggaran
dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk Untuk
Anak; UU no.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan rujukan-rujukan
relevan lainnya.
23
Sampai saat ini, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap kasus
perdagangan manusia semakin besar. Usaha pemerintah untuk menyelesaikan
masalah-masalah perdagangan manusia sudah semakin terlihat nyata. Hal ini
terbukti dari meningkatnya jumlah kasus yang ditangani oleh aparat hukum.
Selain itu, saat ini sudah banyak pelaku tindakan perdagangan manusia yang
masuk penjara dan diproses secara hukum. Sejak diberlakukannya Undang-
Undang Antiperdagangan Manusia di Indonesia pada tahun 2007, jumlah
kasus usaha perdagangan manusia yang ditangani oleh aparat hukum
meningkat dari 109 kasus pada tahun 2007 menjadi 129 pada tahun 2008.
Menurut data yang diperoleh, hukuman yang dijatuhkan untuk pelaku
tindakan perdagangan manusia meningkat dari 46 kasus pada tahun 2007
menjadi 55 kasus pada tahun 2008. Namun, eksploitasi yang diduga dilakukan
oleh perusahaan besar masih menjadi masalah serius, walaupun aparat
kepolisisan dan Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi telah berkali-kali
melakukan operasi untuk memecahkan kasus ini.
24
dilakukan SP selama ini, terdapat 3 (tiga) hal yang merupakan hambatan kunci
dalam melakukan upaya tersebut, yaitu antara lain:
1. Budaya masyarakat (culture)
Anggapan bahwa jangan terlibat dengan masalah orang lain terutama yang
berhubungan dengan polisi karena akan merugikan diri sendiri, anggapan
tidak usah melaporkan masalah yang dialami, dan lain sebagainya.
Stereotipe yang ada di masyarkat tersebut masih mempengaruhi cara
berpikir masyarakat dalam melihat persoalan kekerasan perempuan
khususnya kekerasan yang dialami korban perdagangan perempuan dan
anak.
2. Kebijakan pemerintah khususnya peraturan perundang-undangan (legal
substance)
Belum adanya regulasi yang khusus (UU anti trafficking) mengenai
perdagangan perempuan dan anak selain dari Keppres No. 88 Tahun 2002
mengenai RAN penghapusan perdagangan perempuan dan anak.
Ditambah lagi dengan masih kurangnya pemahaman tentang perdagangan
itu sendiri dan kurangnya sosialisasi RAN anti trafficking tersebut.
3. Aparat penegak hukum (legal structure)
Keterbatasan peraturan yang ada (KUHP) dalam menindak pelaku
perdagangan perempuan dan anak berdampak pada penegakan hukum bagi
korban. Penyelesaian beberapa kasus mengalami kesulitan karena seluruh
proses perdagangan dari perekrutan hingga korban bekerja dilihat sebagai
proses kriminalisasi biasa.
25
BAB IV
METODE PENELITIAN
26
4.3 Jenis Data
4.3.1 Data Primer
Yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti langsung
dari subjek dan objek penelitian.
27
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Trafficking merupakan permasalahan klasik yang sudah ada sejak
kebudayaan manusia itu ada dan terus terjadi sampai dengan hari ini.
Penyebab utama terjadinya trafficking adalah kurangnya informasi akan
adanya trafficking, kemiskinan dan rendahnya tingkat pendidikan serta
keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat terutama mereka yang berada
di pedesaan, sulitnya lapangan pekerjaan selain itu juga masih lemahnya
pelaksanaan hukum di Indonesia tentang perdagangan orang. Situasi ini
terbaca oleh pihak calo,sponsor,rekruter untuk mengambil manfaat dari
keadaan ini dengan mengembangkan praktek trafficking di tempat-tempat
yang diindikasikan mudah menjerat para korbannya.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://peksos340.blogspot.co.id/
https://core.ac.uk/download/pdf/77623262.pdf
http://zulfaarmila.blogspot.co.id/2014/11/makalah-perdagangan-manusia-
human.html
http://giantiekafitri.blogspot.co.id/2012/11/perdagangan-manusia-melalui-
internet.html
http://pepenk26.blogspot.co.id/2015/02/kebijakan-human-trafficking-di-
indonesia.html
http://www.gresnews.com/berita/tips/60225-hukum-pidana-ite-dan-media-
sosial/0/
http://megapolitan.kompas.com/read/2017/09/26/09081241/situs-nikah-siri-
bisnis-yang-berujung-bui
29