Anda di halaman 1dari 3

SITOHISTOTEKNOLOGI I (P)

“Resume Presentasi Kelompok 2 Sitohistoteknologi I (P)”

Dosen Pengampu:

Ahmad fahrurrozi, M.Sc.


Purwanto, S.Si.
Burhannudin, M.Sc.

Disusun oleh :

Mita Puspita Sari P3.73.34.2.18.020

POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III

DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS SEMESTER VI

TAHUN AJARAN 2021


Preparasi Sampel dan Fiksasi
 Pengumpulan Sitologik Urin
 Sitologik urin merupakan suatu teknik sederhana non-invasif yang digunakan
untuk skrining kanker kandung kemih.
 Sitologik urin memiliki nilai sensitifitas yang tinggi untuk mendeteksi
karsinoma in-situ dan lesi sistem urinaria tingkat tinggi, namun,
sensitivitasnya akan menjadi lebih rendah dalam mengidentifikasi tumor
tingkat rendah.
 Spesimen urin untuk pemeriksaan sitologik perlu diperhatikan bahwa urin
yang diambil adalah urin yang pertama keluar (first voided) yang berbeda
dengan urin untuk pemeriksaan urin rutin yaitu urin kedua (mid stream).
 Untuk mencapai hasil yang maksimal, wadah spesimen dipisahkan antara
wadah yang kosong dengan wadah yang berisi larutan fiksasi, sehingga pasien
atau tenaga laboratorium dapat mengukur volume urin yang didapatkan dan
kemudian disatukan dengan larutan fiksasi dengan perbandingan 1:1. Ketika
urin sudah disatukan dengan larutan fiksasi, maka urin dapat disimpan hingga
3 hari tanpa mengalami perubahan morfologi dan jumlah sel.
 Cara pengerjaan sampel sitologik urin
1. Urine disentrifuge selama 5 menit dengan kecepatan 2500 rpm.
2. Hasil sentrifuge supernatan di buang dan endapan dibuat sediaan apus.
3. Ambil endapan dengan pipet tetes dan letakkan pada objek glass.
4. Buat apusan dengan rata hingga ujung slide.
5. Lakukan prosedur pewarnaan papaniculaou
6. Amati preparat dengan mikroskop pada perbesaran 100x dan 400x
 Cara pengerjaan sampel sitologik cairan pleura
Preparat Apus Sitologi
1. Cairan pleura disentrifuge dalam waktu tertentu sehingga tampak endapan dengan
cairan yang jernih
2. Kemudian cairan pleura tersebut secara hati-hati dibuang
3. Endapannya dipisahkan ke objek glass dengan pipet
4. Kemudian dilakukan apusan dengan menggunakan salah satu objek glass yang lain
5. Difiksasi dengan alkohol 95%
6. Kemudian diwarnai dengan pewarnaan Papanicolaou
Sito blok sel
1. Tahap pengolahan diawali dengan proses fiksasi
2. Kemudian setelah difiksasi dilakukan proses dehidrasi
3. Dilakukan penjernihan (clearing)
4. Kemudian proses impregnasi
5. Pengeblokan (embedding)
6. Pemotongan (sectioning)
 Keuntungan masing-masing metode pengerjaan sampel sitologik cairan pleura
Sito blok
1. Sediaan sitologi lebih mudah dinilai oleh ahli patologi
2. Ketersediaan block sel memungkinkan untuk dilakukan pemotongan berulang yang
lebih banyak
3. Memanfaatkan sisa material yang menggumpal seperti fragmen jaringan
Apusan sitologi
1. mudah, cepat dan sederhana
2. Efektif untuk diagnosa tumor saluran pencernaan, paru, saluran kemih dan
lambung
 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan sitologi dan fiksasinya.
1. Kaca objek harus benar-benar bersih, diberi label supaya tidak tertukar.
2. ¾ dari luas kaca objek memanjang, kita isi apusan yang rata tidak terlalu tebal atau
terlalu tipis.
3. Lakukan fiksasi sesuai dengan prosedur pewarnaan yang dikehendaki
(Papanicolaou dan Giemsa).
4. Larutan yang telah digunakan untuk pewarnaan Papanicolaou sebaiknya diganti
setiap 2 minggu atau tergantung banyaknya sediaan.
5. Tanda larutan pewarna rusak, yaitu apabila warna menjadi keruh.
6. Larutan pewarna harus selalu ditutup rapat untuk mencegah penguapan.
7. Larutan Haematoxylin Harris sebaiknya disaring setiap hari.
8. Pada pemasangan kaca penutup kaca objek cairan xylol terlebih dahulu di buang
karena dapat terjadi rongga-rongga udara
9. Supaya kaca melekat dengan erat dapat dilakukan pemanasan ditempat penghangat
atau oven temperatur 37o C
 Metode fiksasi
Fiksasi adalah usaha manusia untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan
agar tetap pada tempatnya dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran.
Bahan/larutan fiksatif yang sering digunakan dalam sitologi antara lain Alkohol
(Etanol) dan Metanol (Methyl Alkohol). Cara fiksasi ada 2, yaitu :
1. Fiksasi langsung Ialah fiksasi pada sediaan smear / apusan
Contohnya :
- Pap smear
- FNAB yang langsung dibuat smear/apusan.
- Apusan endapan cairan yang sudah disentrifuge.
2. Fiksasi tidak langsung Ialah fiksasi yang dilakukan pada bahan/cairan yang tidak
segera dibuat sediaan. Contohnya : C. ascites, C.pleura dsb difiksasi dengan
alkohol 50 % perbandingan 1:1, kecuali untuk sputum difiksasi dengan alkohol 70
% perbandingan 1:1.
 Fiksasi dasar untuk pemeriksaan Sitologi :
a. Pewarnaan Papanicolaou Preparat apus difiksasi langsung ke alkohol 95 % tanpa
menunggu kering. Untuk Pap smear dan FNAB minimal 15 menit, sedangkan
untuk apusan cairan minimal 1 jam.
b. Pewarnaan Giemsa Preparat apus harus benar-benar kering, kemudian difiksasi
minimal 5 menit.

Anda mungkin juga menyukai