1. Apa yang sdr ketahui tentang permasalahan sarana prasarana sanitasi pada saat
bencana ?
Permasalahan sarana prasarana sanitasi pada saat bencana yaitu permasalahan-
permasalahan yang kerap muncul diakibatkan oleh bencana seperti tsunami, gempa,
banjir dan sebagainya. Sehingga, mengakibatkan kerusakan bangunan-bangunan seperti
kerusakan perumahan, fasilitas kesehatan, sekolah-sekolah dan lain sebagainya juga
Kondisi bencana alam kerap menimbulkan permasalahan sanitasi lingkungan seperti
lingkungan yang tidak higenis, persediaan air yang terbatas, dan jamban yang tidak layak.
Kondisi tersebut menyebabkan korban bencana lebih rentan untuk mengalami berbagai
penyakit bahkan kematian.
4. Apakah sdr dapat menjelaskan syarat pemukiman darurat yang layak saat
tanggap bencana ?
Terdapat beberapa persyaratan yang harus terpenuhi dalam membangun
pemukiman darurat/ penampungan pengungsi saat tanggap bencana yaitu
1. Pemilihan tempat meliputi Lokasi penampungan seharusnya berada didaerah yang
bebas dari seluruh ancaman yang berpotensi terhadap gangguan keamanan baik
internal maupun eksternal;
a) Jauh dari lokasi daerah rawan bencana;
b) Hak penggunaan lahan seharusnya memiliki keabsahan yang jelas;
diutamakan hasil dari koordinasi dengan pemerintah setempat;
c) Memiliki akses jalan yang mudah;
d) Dekat dengan sumber mata air, sehubungan dengan kegiatan
memasak dan MCK;
e) Dekat dengan sarana-sarana pelayanan sosial termasuk pelayanan
kesehatan, olahraga, sekolah dan tempat beribadah atau dapat
disediakan secara memadai.
2. Penampungan harus dapat meliputi kebutuhan ruangan
a) Lokasi penampungan seharusnya berada didaerah yang bebas dari
seluruh ancaman yang berpotensi terhadap gangguan keamanan baik
internal maupun external;
b) Jauh dari lokasi daerah rawan bencana;
c) Hak penggunaan lahan seharusnya memiliki keabsahan yang jelas;
diutamakan hasil dari koordinasi dengan pemerintah setempat;
d) Memiliki akses jalan yang mudah;
e) Dekat dengan sumber mata air, sehubungan dengan kegiatan
memasak dan MCK; f. Dekat dengan sarana-sarana pelayanan sosial
termasuk pelayanan kesehatan, olahraga, sekolah dan tempat
beribadah atau dapat disediakan secara memadai.
3. Bahan pertimbangan untuk penampungan yakni
a) idealnya, ada beberapa akses untuk memasuki areal penampungan dan
bukan merupakan akses langsung dari komunitas terdekat;
b) Tanah diareal penampungan seharusnya memiliki tingkat kemiringan
yang landai untuk melancarkan saluran pembuangan air;
c) Tanah di areal penampungan seharusnya bukan merupakan areal
endemik penyakit;
d) Lokasi penampungan seharusnya tidak dekat dengan habitat yang
dilindungi atau dilarang seperti kawasan konservasi hutan,
perkebunan, lahan tanaman;
e) Pengalokasian tempat penampungan seharusnya menggunakan cara
yang bijak mengikuti dengan adat budaya setempat;
f) Libatkan masyarakat dalam pemilihan lokasi dan perencanaan
4. Penampungan harus dapat meliputi kebutuhan ruangan : Posko Komando, Pos
Pelayanan Komunikasi, Pos Dapur Umum, Pos Watsan, Pos Humas dan
Komunikasi, Pos Relief dan Distribusi, Pos Assessment, Pos Pencarian dan
Evakuasi, dan Posko lainnya sesuai kebutuhan Jenis penampungan dibutuhkan
5. Lahan yang dibutuhkan untuk satu jiwa 45 m2; Ruang tenda/shelter per jiwa 3.5 m2;
Jumlah jiwa untuk satu tempat pengambilan air = 250 jiwa; Jumlah jiwa untuk satu
MCK = 20 jiwa; Jarak ke sumber air tidak melampui jarak 15 m; Jarak ke MCK 30
m; Jarak sumber air dengan MCK 100 m Jarak antara dua tenda/shelter minimal 2 m
5. Apa yang sdr ketahui perihal program sanitasi dasar yang layak pada saat
keadaan darurat sebagai prioritas tanggap bencana tahap satu ?
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
279/MENKES/SK/XI/2001 Tentang Pedoman Penilaian Risiko Bencana Di Provinsi
Dan Kabupaten/Kota Menteri Kesehatan Republik Indonesia untuk Kebijakann Dalam
Bidang Sanitasi yaitu Mengurangi risiko terjadinya penularan penyakit melalui media
lingkungan akibat terbatasnya sarana kesehatan lingkungn yang ada ditempat
pengungsian, melalui pengawasan dan perbaikan kualitas Kesehatan Lingkungan dan
kecukupan air bersih diantaranya yaitu :
1. Pengadaan Air.
Dalam situasi bencana berkaitan dengan air muncul akibat kurangnya persediaan
dan akibat kondisi air yang sudah tercemar sampai tingkat tertentu.
Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikit–dikitnya 15 liter per orang per
hari
Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik.
Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter
1 (satu) kran air untuk 80 – 100 orang
2. Kualitas Air
Air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan bakteri dari
pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100 mili liter. Jika sudah
ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus didisinfektan lebih dahulu sebelum
digunakan sehingga mencapai standar yang bisa diterima (yakni residu klorin pada kran
air 0,2–0,5 miligram perliter dan kejenuhan dibawah 5 NTU).
3. Pembuangan Kotoran Manusia
Jumlah Jamban dan Akses Masyarakat korban bencana harus memiliki jumlah
jamban yang cukup dan jaraknya tidak jauh dari pemukiman mereka, supaya bisa diakses
secara mudah dan cepat kapan saja diperlukan, siang ataupun malam. Persyaratannya
yaitu :
Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut pembedaan jenis
kelamin (misalnya jamban persekian KK atau jamban laki–laki dan jamban
permpuan)
Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau barak di
kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan ke jamban hanya
memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan berjalan kaki.
Jamban umum tersedia di tempat–tempat seperti pasar, titik–titik pembagian
sembako, pusat – pusat layanan kesehatan dsb.
Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurang–kurangnya berjarak 30
meter dari sumber air bawah tanah.
Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5 meter di atas air tanah.
Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes ke sumber air mana pun,
baik sumur maupun mata air, suangai, dan sebagainya 1 (satu) Latrin/jaga untuk
6–10 orang
4. Pengelolaan Limbah Padat
Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu
sedemikian rupa sehingga masalah kesehatan dan lingkungan hidup dapat terhindarkan.
Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah bak
sampah atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya dar
lubang sampah umum.
Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila limbah
rumah tangga sehari–hari tidak dikubur ditempat.
5. Pengelolaan Limbah Cair (pengeringan)
Hal–hal berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan
pengelolaan limbah cair :
Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titik–titik engambilan/sumber air
untuk keperluan sehari–hari, didalam maupun di sekitar tempat pemukiman
Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran pembuangan
air.
Tempat tinggal, jalan – jalan setapak, serta prasana – prasana pengadaan air dan
sanitasi tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air.
REFERENSI