Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Yang terhormat Ibu Pengajar Bahasa Indonesia, Ibu Retna Hadiningsih, yang
terhormat bapak ibu guru SMP Negeri 4 Blitar, serta teman-teman sekalian yang saya cintai. Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan
syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karuniaNya kita semua dapat berkumpul bersama dalam keadaan sehat wal’afiat dan
sholawat serta salam tetap kita panjatkan terhadap junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dalam kesempatan ini saya akan membawakan
Teman-teman, perlu kita ketahui mudahnya informasi, budaya asing jadi mudah masuk ke negara kita, baik melalui media majalah,
internet dan sebagainya. Memang dampaknya positif yaitu kita jadi lebih mengenal kebudayaan. Namun tanpa disadari juga kita telah
terjajah oleh kebudayaan asing yang masuk dan malah melupakan kebudayaan kita sendiri yang seharusnya dipelajari sebagai warisan
pertiwi. Seperti yang sendang tren saat ini, yakni berkembangan Korea Wave atau K-pop. Hampir setiap remaja di Indonesia tidak hanya
mengenal bintang-bintang Korea yang sedang bersinar saat ini, tapi lagu-lagu mereka, tarian mereka, film-film mereka, bahasa, bahkan
model baju dan rambut mereka. Dan lihatlah mereka jugamenirunya. Bahkan jika mereka mereka dihadapkan dua pilihan antara
mempelajari tarian tradisional atau dance Korea. Pastinya banyak dari mereka mereka, termasuk teman-teman mungkin, hanya akan tertawa,
karena memang mereka tidak bisa menjawabnya. Entah karena gengsi, ingin mengikuti tren, atau memang tidak mau mempelajari dan tidak
Saya sebagai warga negara Indonesia yang masih menghargai, mencintai, dan bangga terhadap Tanah Air merasa sangat jengkel
saat melihat generasi yang akan jadi tuntunan negara di masa depan malah dengan bangganya melahap “junk food” hamburger, hot dog, pop
corn sambil minum Cola, pakai celana jeans berT-shirt sekaligus topi pet (terbalik ke belakang) seragam baseball, sepatu sneakers, tukar-
menukar koleksi kartu foto American-sportlers, berdendang rap, histeris menonoton video clip Eminem, film produksi Hollywood, memuja
Kungfu Boy, Spiderman, Doraemon, dan Mickey Mouse. Perasaan saya sangat dipermainkan melihat kenyataan yang ada bahwa pikiran
kita kembali terjajah. Semakin terlindas pikiran ini saat mereka benar-benar melupakan budaya yang telah membesarkannya. Atas dasar ini
bukannya artinya anti terhadap budaya lain, tetapi sebagai generasi muda kita harus jeli dan bijaksana untuk memilah dan memilih setiap
kebudayaan yang masuk ke negara kita harus tetap disesuai dengan dasar negara kita Pancasila.
Teman-teman. Dapat kalian ketahui kebudayaan sangatlah beragam, ada yang dapat dilihat, didengar dan digunakan. Yang dapat
dilihat contohnya adalah seni lukis, seni patung, dan sebagainya. Yang dapat didengar contohnya seperti seni musik, seni pantun, dan seni
suara. Sedangkan yang dapat digunakan contohnya baju-baju daerah, baju khas daerah misalnya batik dan sebagainya.
Dan tahukah kalian bagamana cara melestarikannya? Yaitu dengan mendengar, melihat, dan juga mempergunakan kebudayaan
tersebut. Kita harus bisa menunjukkan kebudayaan daerah sendiri pada daerah atau negara lain, supaya mereka mengenal kebudayaan kita
dan tertarik untuk mempelajarinya. Kita buat negara lain juga menyenangi budaya kita, sehingga kita bisa saling tukar mempelajari budaya.
Teman-temanku. Berdasarkan yang telah saya ulas tadi, era globalisasi memanglah sangat berperan penting terhadap
perkembangan teknologi namun dampak negatifnya juga sangat merusak. Tugas generasi muda yaitu melestarikan budaya yang bertujuan
supaya budaya asli negeri kita tidak tergeser dengan budaya negara lain dan kelak anak cucu bangsa ini tetap dapat menikmati hasil cipta
Teman-temanku sekalian. Saya pertegas sekali lagi bahwa masa depan bangsa berada ditangan kita. Mulai sekarang lakukanlah
dengan cara hal-hal yang mudah yaitu dengan memahami kebudayaan kita sendiri barulah kita menambah wawasana atas budaya lain.
Bagaimana orang lain suka budaya kita jika kita sendiri tidak mengenal baik budaya kita sendiri?
Sekian yang bisa saya sampaikan pada kesempatan ini. Sebagai seorang pelajar yang masih dalam taraf belajar, maka saya
menyadari apa yang saya sampaikan tadi masih jauh dari sempurna. Untuk itu bila ada salah kata atau pengucapan saya mohon maaf.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.