Anda di halaman 1dari 2

MINGGU, 19 SEPTEMBER 2021

KALENDER GEREJAWI : MINGGU TRINITAS - HIJAU PEMBACAAN ALKITAB : MATIUS 15 :21 -


28
TEMA : IMAN YANG MENDATANGKAN BERKAT

1. PENDAHULUAN
Penulis Injil Matius menjelaskan secara jelas dan rinci maksud dari pelayanan yang dilakukan oleh
Yesus semasa hidupnya di dunia ini. Kehadiran Yesus kedalam dunia tidak hanya untuk
memberitakan Injil keselamatan yang diamanatkan Allah Bapa di Surga kepadaNya, tetapi Ia juga
menyatakan secara nyata Injil keselamatan sebagai kabar sukacita bagi mereka yang sakit, yang tercecer
dari masyarakatnya sebagaimana teks yang kita baca (Matiu 15 : 21 -25) dan mereka yang lapar.
Tidakan-tindakan Yesus yang nyata ini memperlihatkan secara jelas maksud dan tujuan kehadiran Yesus
di tengah dunia ini ( Band Matius 9 ayat 35-36). Pekerjaan penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus
sebagaimana di atas, menyingkapkan keberadaan Yesus sebagai anak Allah yang kepadaNya Allah
berkenan untuk memulihkan dan menyelamatkan manusia dan dunia yang berdosa (Band Matius 3 ayat
17 “ Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan”).

2. PENJELASAN TEKS
2.1 Ayat 21: Merupakan penjelasan yang berkaitan dengan peristiwa pada pasal 15 ayat 1-20 mengenai
upaya orang Farisi dan Ahli Taurat untuk menyatakan Yesus sebagai orang yang melakukan kesalah
terhadap tradisi nenek moyang orang Israel. Kesalah Yesus ditunjukan mereka melalui tindakan para
murid yang tidak membasuh tangan sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi nenek moyang
Israel. Setelah perdebatan yang cukup alot antara Yesus bersama muri-murid-Nya dengan orang
Farisi dan Ahli Taurat di Genezaret, Yesus menyingkir ke daerah Tirus dan Edon.

2.2Ayat 22: Penyingkiran Yesus dan Murid-murid-Nya ternyata diketahui oleh seorang perempuan
Kanaan yang tinggal di daerah itu. Kedatangan perempuan itu tentu didorong oleh kasihnya yang
sangat dalam terhadap anak perempuannya yang menderita sakit karena kerasukan setan. Dari
sikapnya yang berani untuk berjumpa dengan Yesus, kita dapat berkesimpulan bahwa anak
perempuannya adalah buah hatinya dan satu-satunya harta yang ia miliki dalam hidupnya. Besar
kemungkinan bahwa perempuan kanaan ini adalah seorang janda. Tentu saja dikalangan bangsanya,
ia menjadi orang yang mengalami penindasan sosial dari masyarakatnya karena statusnya sebagai janda.
Ia juga mengalami penindasan lain dari kesakitan anak perempuannya. Beban yang begitu berat karena
penindasan itu, membuat perempuan Kanaan itu berani untuk menjumpai Yesus dan mohon belas
kasihan-Nya bagi penyembuhan anak perempuannya dengan mengatakan kepada Yesus” Kasihanilah
aku, ya Tuhan, Anak Daud” Ungkapan ini mengandung makna harapan akan kesediaan Yesus untuk
segera bertindak menyembuhkan anak perempuannya. Ia yakin bahwa Yesus yang oleh belaskasihanNya
telah menyembuhkan banyak orang akan melakukannya juga bagi anak perempuannya.

2.3Ayat 23-24: Sikap Yesus yang sama sekali tidak memperlihatkan rasa belaskasihanNya kepada
perempuan ini sangat kontras dengan sikap Yesus terhadap orang-orang sakit pada pasal-pasal
sebelum dan sesudah. Perempuan ini benar-benar mengalami penindasan yang sangat menyakitkan.
Sikap Yesus ini, menjadi kekuatan bagi para murid untuk meminta Yesus mengusirnya. Perempuan ini
dinilai tidak beretika saat meminta Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya. Kata”berteriak-
teriak” oleh para murid menunjukan ketidak sopanannya terhadap Yesu sang Guru, karena itu layak
untuk diusir. Sikap para murid mendapat dukungan dari Yesus “ Aku diutus hanya kepada domba-domba
yang hilang dari umat Israel”. “ Kata umat Israel menyiratkan penolakan Yesus terhadap permintaannya”
Terkesan sangat kontras dengan misi kehadiran Yesus di dunia ini. Seakan –akan hanya orang Israel
yang mendapat belas kasihan dari Allah. Penolakan Yesus untuk menyembuhkan anaknya melalui kata
diatas tentu sangat menyakitkan perempuan itu. Ketidakadilan dialami berlapis-lapis yang mana tidak
hanya dilakukan oleh masyarakatnya (karena ia seorang janda), tetapi juga dilakukan oleh Yesus dan
murid-muridNya.

2.4Ayat 25: Ketidak pedulian perempuan Kanaan itu terhadap perkataan Yesus, mendesaknya untuk
mendekat dan menyembah Dia sambil berkata” Tuhan, tolonglah aku”. Kata ini menyiratkan kepasrahan
dan kesediaan untuk menerima konsekwensi apapun yang akan dilakukan Yesus dan para murid-Nya. Ia
bersedia untuk dihukum asalkan anak perempuannya sembuh. Ia sedang bertarung demi anaknya. Inilah
bukti dari kasih yang tulus dari seorang ibu bagi kesembuhan anak perempuannya.

2.5Ayat 26: Penolakan Yesus semakin memunjak melalui perkataan” Tidak patut mengambil roti yang
disediakan bagi anak-anak dan
melemparkannya kepada anjing”. Kata “anjing” kini disejajarkan
dengan status perempuan itu. Ini sangat menyakitkan. Dimana

sebenarnya belas kasihan Yesus kepadanya. Masakan Yesus dapat menyembuhkan orang lain yang
mungkin juga dalam kategori orang- orang kafir tetapi untuk perempuan ini yesus sama sekali tidak
mempedulikannya. Kata”anjing” memiliki pengertian positif dan negatif. Dikalangan masyarakat
Yahudi, kata “anjing “menunjuk kepada “orang-orang kafir”, sedangkan dikalangan orang Yunani,kata
“anjing” menunjuk kepada makna “kesanyangan”. Perempuan ini menyatukan kedua pengertian diatas,
bahwa meskipun ia orang kafir tetapi ia adalah milik Allah yang memiliki hak yang sama dengan orang
Israel, karena itu permintaannya harus ditanggapi oleh Yesus.

2.6Ayat 27: Keberanian perempuan itu dinyataka secara terbuka kepada Yesus dengan membalas kata-
kata Yesus pada ayat 26 dengan mengatakan” Benar, Tuhan, namun ajing itu makan remah-remah yang
jatuh dari meja tuannya” Berjuang mati-matian untuk anak perempuannya, ia rela untuk dihina, diusir
bahkan direndahkan dengan satu tujuan yang ia yakin akan diperoleh yaitu kesembuhan yang dinyatakan
oleh Yesus bagi anak perempuannya.

2.7Ayat 28: Permintaan perempuan itu dijawab oleh Yesus “ Hai ibu, besar imanmu,maka jadilah padamu
seperti yang kau kehendaki” Inilah puncak dari perjuangannya. Puncak dari pertarungan harga diri
seorang perempuan, seorang janda untuk kesembuhan anaknya. Ia rela dihina karena besar kasihnya
bagi anak perempuannya, harta termahal yang ia miliki sebagai seorang janda.

3. PENERAPAN
Iman kepada Tuhan bukan sekedar kata-kata yang kosong tanpa ketaatan, tetapi iman kepada Tuhan
berarti mempertaruhkan seluruh hidup kepada Tuhan dengan tetap percaya kepadaNya meskipun banyak
tantangan akan datang menghampiri kita. Iman kepada Tuhan mesti ditampakan melalui kesediaan kita
untuk bersedia merendahkan diri kita dan hanya melihat kepada Dia yang adalah Tuhan dan penyelamat
kita. Iman kepada Tuhan harus dinyatakan dalam seluruh perjalanan hidup kita. Amin.

NYANYIAN PENDUKUNG LITURGI.


1. Nyanyian Rohani 2: 1-2
2. Mazmur 66:2
3. Mazmur 32:1
4. Nyanyian Rohani Nyanyian Rohani 144:2
5. Nyanyian Rohani 158: 1 dstnya
6. Nyanyian Rohani 313: 1-2

Anda mungkin juga menyukai