Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGUKURAN DAN PENILAIAN RANAH AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR


(KETERAMPILAN) SERTA TES PSIKOLOGI

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan
yang diampu oleh :
Dr. Endang Sri Andayani, S.E., M.Si., Ak

Disusun Oleh Kelompok 5 Offering E :

1. Achmad Rifal Turmuji (190421628842)


2. Ali Fausan Tanal (190421628824)
3. Anisa Fitri Amalia (190421628802)

S1 PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
APRIL 2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Kami
juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga kami
dapat menyusun makalah yang berjudul “Pengukuran dan Penilaian Ranah Afektif
dan Psikomotor (Keterampilan) serta Tes Psikologi”.

Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Evaluasi Pendidikan. Kami mengakui bahwa dalam menyusun makalah ini tidak
dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Endang Sri Andayani, SE, M.Sc., Ak. selaku dosen mata kuliah Evaluasi
Pendidikan.
2. Rekan-rekan dan keluarga

Kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini.
Untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Malang, 12 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Pengertian Pengukuran Ranah Afektif..............................................................3
2.2 Karakteristik Pengukuran Ranah afektif............................................................4
2.3 Cakupan yang Diukur dan Instrumen Pengukuran Ranah Afektif…………….5
2.4 Pengertian Pengukuran Ranah Psikomotorik………………………………….7
2.5 Karakteristik Pengukuran Ranah Psikomotorik……………………………….8
2.6 Cakupan yang Diukur dan Instrumen Pengukuran Ranah Psikomotorik……...9

BAB III PENUTUP..................................................................................................11


3.1 Kesimpulan........................................................................................................11
3.2 Saran..................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................12

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengukuran ranah afektif merupakan penilaian terhadap kemampuan peserta didik
yang dilihat melalui sikap dan nilai sosial peserta didik selama beraktivitas di sekolah.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata afektif adalah kata yang berkaitan
dengan perasaan dan emosi. Jadi, semua hal yang berkaitan dengan rasa dinilai
berdasarkan ranah afektif. Menurut pernyataan Anderson, ranah afektif dalam proses
pembelajaran berkaitan dengan nilai dan sikap peserta didik di sekolah. Pengukuran
ranah afektif membutuhkan instrumen yang cukup rumit dan memerlukan pengamatan
yang cukup lama ujarnya. Sedangkan pengukuran ranah psikomotor merupakan
pengukuran yang dilakukan terhadap hasil belajar peserta didik yang berupa penampilan.
Biasanya pengukuran terhadap ranah ini pada peserta didik dijadikan satu dengan
pengukuran ranah kognitif. Misalnya, penampilan peserta didik dalam membaca laporan
laba rugi suatu perusahaan, diukur mulai dari pengetahuan peserta didik terhadap
informasi yang dapat diperoleh berdasarkan laporan laba rugi tersebut. Hingga
bagaimana keterampilan peserta didik menyusun kata dalam mengomunikasikan
informasi terkait laba rugi perusahaan tersebut.
Pendidik perlu menyadari bahwa pengukuran terhadap ranah afektif dan ranah
psikomotor ini perlu dilakukan untuk mengetahui dengan lebih baik watak prilaku
peserta didik seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Selain itu, pendidik juga
perlu mengetahui ranah psikomotor peserta didik, yang mana ranah ini berhubungan
dengan aktifitas fisik peserta didik. Misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul,
dan sebagainya. Dalam melakukan pengukuran, seorang pendidik perlu memahami
karakteristik dari pengukuran ranah afektif dan psikomotor. Sehubungan dengan itu,
dalam pengukuran terhadap ranah ini pendidik memerlukan instrumen-instrumen
tertentu. Oleh karena itu, penulis menyusun sebuah makalah yang berjudul “Karakteristik
dan Instrumen untuk Pengukuran Ranah Afektif dan Psikomotor” yang berisi pengertian
pengukuran ranah afektif dan psikomotor, karakteristik pengukuran ranah afektif dan
psikomotor, dan cakupan yang diukur dalam ranah afektif dan psikomotor, serta
instrument pengukuran ranah afektif dan psikomotor.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut,
1. apakah pengertian dari pengukuran ranah afektif dan psikomotor?
2. apa saja karakteristik pengukuran ranah afektif dan psikomotor?
3. apa saja yang menjadi cakupan yang diukur dalam ranah afektif dan psikomotor?
4. instrument apa yang digunakan dalam pengukuran ranah afektif dan psikomotor?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu,
1. pembaca memahami pengertian dari pengukuran ranah afektif dan psikomotor.
2. pembaca dapat membedakan pengukuran ranah afektif dan psikomotor
berdasarkan karakteristiknya.
3. untuk menjelaskan cakupan yang diukur dalam ranah afektif dan psikomotor.

4. pembaca dapat mengaplikasikan instrument yang digunakan dalam pengukuran


ranah afektif dan psikomotor ketika dibutuhkan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengukuran Ranah Afektif


Ranah afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana afektif
mencakup watak prilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahan sikapnya bila seseorang
telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ellis mengatakan bahwa sikap
melibatkan beberapa pengetahuan tentang situasi, namun aspek yang paling esensial dalam
sikap adalah adanya perasaan atau emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang
berhubungan dengan pengetahuan (Ellis: 23). Dari pendapat Ellis tersebut, sikap
melibatkan pengetahuan tentang situasi. Situasi di sini dapat digambarkan sebagai suatu
objek yang pada akhirnya akan mempengaruhi emosi, kemudian memungkinkan
munculnya reaksi atau kecenderungan untuk berbuat sesuatu berdasarkan situasi yang
dialami. Dalam beberapa hal sikap adalah penentuan yang paling penting dalam tingkah
laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua altematif senang
dan tidak senang untuk melaksanakan atau menjauhinya. Perasaan senang meliputi
sejumlah perasaan yang lebih spesifik seperti rasa puas, sayang, bahagia, dan lain-lain,
perasaan tidak senang meliputi sejumlah rasa yang spesifik pula yaitu rasa takut, gelisah,
cemburu, marah, dendam, dan lain-lain.
Sikap juga diartikan sebagai "suatu konstruk untuk memungkinkan terlihatnya
suatu aktifitas". Pengertian sikap itu sendiri dapat dipandang dari berbagai unsur yang
terkait seperti sikap dengan kepribadian, motif, tingkat keyakinan, dan lain-lain. Namun
dapat diambil pengertian yang memiliki persamaan karakteristik, dengan demikian sikap
adalah tingkah laku yang terkait dengan kesediaan untuk merespon obyek sosial yang
membawa dan menuju ke tingkah laku yang nyata dari seseorang. Hal itu berarti tingkah
laku dapat diprediksi apabila telah diketahui sikapnya. (Wrightman: 1998). Tiap orang
mempunyai sikap yang berbeda-beda terhadap suatu objek. Ini berarti bahwa sikap itu
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada pada diri masing-masing seperti perbedaan
bakat, minat, pengalaman, pengetahuan, intensitas perasaan dan juga situasi lingkungan.

2.2 Karakteristik Pengukuran Ranah Afektif


Berdasarkan tujuannya terdapat 5 karakteristik afektif yaitu,
A. Sikap

3
Sikap adalah prilaku peserta didik yang menunjukkan kecenderungan suka atau tidak
terhadap suatu objek. Sikap peserta didik dapat terbentuk melalui proses mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif, selanjutnya melalui kemampuan penguatan peserta didik
menerima informasi verbal dan non-verbal. Pendidik dapat mengamati perubahan sikap
peserta didik melalui proses pembelajaran, keteguhan dan konsistensi peserta didik
terhadap sesuatu. Penilaian sikap adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui
sikap peserta didik terhadap mata pelajaran, kondisi pembelajaran, pendidik, dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah suatu predisposisi yang
dipelajari untuk merespon secara positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi,
konsep, atau orang. Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan (Popham, 1999).
Misalnya terhadap mata pelajaran akuntansi sikap peserta didik menjadi lebih menyukai
pelajaran akuntansi setelah memahami materi akuntansi dan dapat mempraktekkannya
dengan benar. Perubahan ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik
dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana
pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta
didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
B. Minat
Menurut kamus besar bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan adalah
kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Minat termasuk karakteristik afektif
yang memiliki intensitas tinggi.
Tujuan pendidik melakukan penilaian terhadap minat diantaranya,
1) untuk mengetahui minat peserta didik sehingga mudah untuk mengarahkan
peserta didik untuk memahami materi,
2) untuk mengetahui bakat dan minat peserta didik yang sebenarnya,
3) untuk pertimbangan penjurusan dan pelayanan yang akan di berikan kepada
peserta didik,
4) menggambarkan keadaan peserta didik secara langsung di kelas
C. Konsep Diri
Berdasarkan pernyataan Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan peserta
didik terhadap kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Indikatornya adalah target,
arah, dan intensitas konsep diri. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa ke arah positif atau negatif, dan

4
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah
sampai tinggi.
Peserta didik perlu mengetahui konsep dirinya dengan baik agar peserta didik dapat
memilih jenjang karir yang tepat dengan cara mengetahui kekuatan dan kelemahan diri
sendiri. Selain itu, pendidik juga perlu mengetahui konsep diri peserta didik agar dapat
memberikan motivasi belajar yang tepat.
Ada beberapa keunggulan yang diperoleh peserta didik yang melakukan penilaian
terhadap konsep dirinya, diantaranya;
1) pendidik mampu mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri
2) peserta didik mampu merefleksikan kompetensi yang sudah dicapai
3) mampu memilih karir sesuai kemampuan dan minat
4) memberikan motivasi dalam diri sendiri
5) peserta didik lebih aktif dan berpartisipasi dalam proses pembelajaran
D. Nilai
Berdasarkan pendapat Rokeach (1968) nilai merupakan suatu keyakinan tentang
perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan yang dianggap buruk. Target
nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat juga berupa sesuatu seperti sikap dan
perilaku. Arah nilai dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai dapat
dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi dan nilai yang diacu.
Menurut Tyler (1973:7) nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan
oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Tyler menjelaskan bahwa
manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi
pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan. Oleh karenanya satuan pendidikan harus
membantu peserta didik menemukan dan menguatkan nilai yang bermakna dan
signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh kebahagiaan personal dan memberi
kontribusi positif terhadap masyarakat.
E. Moral
Moral berkaitan dengan tindakan atau prilaku peserta didik yang dianggap benar oleh
masyarakat. Tindakan dan sikap positif cenderung dianggap prilaku yang bermoral.
Misalnya mengumpulkan latihan yang diberikan pendidik tepat waktu, contoh lainnya,
datang ke sekolah tepat waktu. Sebaliknya, tindakan dan sikap negatif cenderung
dianggap prilaku yang tidak bermoral. Misalnya membohongi pendidik, melukai
pendidik dengan sengaja.

5
2.3 Cakupan yang Diukur dan Instrumen Pengukuran Ranah Afektif
Rana afektif berhubungan dengan sikap dan nilai. Rana afektif mencakup watak prilaku
peserta didik seperti perasaan, minat, sikap, emosi dan nilai. Cakupan rana afektif menjadi
lebih rinci lagi kedalam lima jenjang penilaian, yaitu:
1. Receiving atau attending (menerima atau memeperhatikan), adalah kepekaan peserta
didik dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar atau dari proses belajar baik
dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini
misalnya adalah keinginan dan kesadaran untuk menerima stimulus, mengontrol serta
menyelesaikan gejala-gejala yang ada.
2. Responding (menanggapi), kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki
oleh peserta didik untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam proses belajar
mengajar dengan membuat reaksi dengan caranya sendiri. Jenjang ini lebih tinggi dari
pada jenjang receiving.
3. Valuing (menilai/menghargai), menilai atau menghargai artinya mem-berikan nilai atau
memberikan apresiasi penghargaan terhadap sesuatu kegiatan atau obyek khususnya
dalam proses belajar mengajar, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan oleh
peserta didik maka akan dirasakan membawa kerugian atau penyesalan. Valuing ini
merupakan tingkat afektif yang lebih tinggi dari pada receiving atau responding.
4. Organization (mengatur/mengorganisasikan), maksudnya menemukan perbedaan nilai
sehingga membentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum.
Mengatur atau mengorganisasikan adalah pengembangan dari nilai kedalam suatu
sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai yang lain. Contoh nilai
afektif jenjang organization adalah peserta didik meyetujui penulisan jurnal
penyesuaian yang telah disesuaikan dari transaksi-transaksi akuntansi.
5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan suatu nilai atau
komplek nilai), yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh peserta
didik, yang akan mempengaruhi pada pola kepribadian serta tingkah lakunya. Nilai itu
sudah tertaman secara konsisten pada sistemnya dan sudah mempengaruhi emosinya.

Instrumen pengukuran afektif dapat dilakukan dengan menggunakan lembar kuesioner


ataupun melalui observasi. Jika menggunakan kuesioner maka lembar pengamatan akan
meliputi sikap, minat, konsep diri, nilai, dan moral. Sebagai berikut;

6
1. Instrumen sikap, Instrumen sikap bertujuan untuk mengetahui sikap peserta didik
terhadap suatu objek, misalnya terhadap kegiatan sekolah, mata pelajaran, dan
sebagainya. Sikap terhadap mata pelajaran bisa positif ataupun negatif. Hasil
pengukuran sikap ini dapat berguna dalam menentukan strategi pembelajaran yang
akan digunakan.
2. Instrumen minat, Instrumen minat bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai
minat peserta didik terhadap mata pelajaran, yang selanjutnya digunakan untuk
menumbuhkan lebih kuat minat peserta didik terhadap mata pelajaran.
3. Instrumen konsep diri, Instrumen konsep diri ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan
dan kelemahan diri sendiri. Peserta didik melakukan evaluasi secara objektif terhadap
potensi yang ada dalam dirinya dengan sebenar-benarnya.
4. Instrumen nilai, Instrumen nilai bertujuan untuk mengungkap nilai dan keyakinan
peserta didik. Informasi yang diperoleh ini dapat berupa nilai dan keyakinan yang
positif dan negatif. Hal-hal yang bernilai positif diperkuat sedangkan yang bernilai
negatif dikurangi hingga akhirnya dihilangkan.
5. Instrumen moral, Instrumen moral bertujuan untuk mengungkap moral yang dimiliki
peserta didik. Informasi moral peserta didik diperoleh melalui pengamatan terhadap
perbuatan yang ditampilkan serta laporan diri melalui pengisian kuesioner oleh siswa.
Hasil pengamatan serta hasil kuesioner menjadi informasi tentang moral peserta didik.

Dalam menyusun spesifikasi instrumen perlu memperhatikan empat hal yaitu (1) tujuan
pengukuran, (2) kisi-kisi instrumen, (3) bentuk dan format instrumen, dan (4) panjang
instrumen.

Setelah menentukan tujuan pengukuran afektif, kegiatan berikutnya yaitu membuat kisi-
kisi instrumen. Kisi-kisi (blue-print), merupakan matrik yang berisikan spesifikasi
instrumen yang akan ditulis. Langkah pertama ketika menentukan kisi-kisi yaitu
menentukan definisi konseptual. Selanjutnya mengembangkan definisi operasional yang
berdasarkan kompetensi dasar, yaitu kompetensi yang mampu diukur. Definisi operasional
ini kemudian dijabarkan menjadi indikator. Indikator merupakan pedoman pendidik dalam
menulis instrumen. Tiap indikator dapat dikembangkan dua atau lebih instrumen.

Penilaian ranah afektif peserta didik juga bisa dilakukan melalui observasi pengamatan.
Prosedurnya hamper sama, yaitu dimulai dengan penentuan definisi konseptual dan
definisi operasional. Definisi konseptual kemudian dibuat menjadi sejumlah indikator.

7
Indikator ini akan menjadi isi pedoman observasi. Hasil observasi akan melengkapi
informasi dari jawaban kuesioner. Dengan demikian informasi yang didapatkan akan lebih
akurat, sehingga kebijakan yang ditempuh akan lebih tepat.

2.4 Pengertian Pengukuran Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau


kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Ranah keterampilan atau
psikomotor merupakan hasil belajar yang pencapaiannya melibatkan syaraf dan otot
seperti lari, melompat, melukis, menari, memukul dan lain-lainnya. Ada beda makna
antara skills (keterampilan) dan abilities (kemampuan). Keterampilan lebih terkait dengan
psikomotor, sedangkan kemampuan terkait dengan kognitif. Ketrampilan adalah salah satu
sarana atau saluran yang dengannya peserta didik dapat menerima dan menyampaikan
informasi (berkomnikasi) lewat gerakan atau hasil dari gerakan yang dilakukan oleh
peserta didik.
Hasil belajar ranah psikomotor dikemukakan oleh Simpson (1956) yang
menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan dan
kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan
kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif
(yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil
belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila
peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna
yang terkandung dalam ranah kognitif dan ranah afektif.

2.5 Karakteristik Pengukuran Ranah Psikomotorik


Karakteristik ranah penilaian psikomotor ini berhubungan keterampilan
manipulasi yang berkaitan dengan kekuatan otot dan kekuatan fisik. Aktivitas yang
menunjukkan karakteristik psikomotor berhubungan dengan aktivitas fisik. Misalnya,
aktivitas menulis, memukul, melompat dan aktivitas fisik lainnya. Ada 6 tingkat
karakteristik ranah penilaian psikomotor yaitu,
1) Refleks Movements

8
Gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak dan respons terhadap stimulus
tanpa sadar. Contohnya aktivitas peserta didik memberikan salam kepada pendidik
ketika berpapasan dengan cara menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan.
2) Basic Fundamental Movements
Gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat diperhalus melalui praktik dan gerakan
ini memiliki pola sehingga dapat ditebak
Contoh dalam kegiatan belajar pada mata pelajaran akuntansi yaitu aktivitas
peserta didik dalam membuat kolom-kolom untuk melakukan penjurnalan,
kolom buku besar untuk pemindahbukuan, membuat format untuk neraca saldo
hingga pembuatan format untuk laporan keuangan.
3) Perceptualobilities
Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu kemampuan perseptual. Contoh
dalam kegiatan belajar pada mata pelajaran akuntansi yaitu kegiatan fisik peserta
didik ketika bertanya terkait materi akuntansi yang belum dipahaminya.
4) Psycal abilities
Gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan belajar. Contoh dalam
kegiatan belajar mata pelajaran akuntansi yaitu kegiatan fisik peserta didik ketika
mengerjakan latihan-latihan akuntansi seperti analisis transaksi dengan cepat.
5) Skilled movements
Dapat mengontrol berbagai tingkat gerak – terampil, tangkas, cekatan melakukan
gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
Contoh dalam kegiatan belajar pada mata pelajaran akuntansi adalah mengetik
laporan keuangan.
6) Non-Discursive Communication
Mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan pada tingkat tertinggi untuk
mengkomunikasikan peran. Contoh dalam kegiatan belajar mata pelajaran akuntansi
yaitu keterampilan dan ekspresi wajah ketika membacakan laporan keuangan suatu
perusahaan, atau gerakan tubuh yang profesional ketika mengambil keputusan
berdasarkan laporan keuangan perusahaan.

2.6 Cakupan yang Diukur dan Instrumen Pengukuran Ranah Psikomotorik

9
Rana psikomotor berhubungan dengan hasil belajar peserta didik, yang
pencapaiannya dapat dilihat pada keterampilan manipulasi yang menampilkan kekuatan
fisik atau otot peserta didik, cakupan yang diukur akan berkaitan dengan aktivitas fisik
seperti menulis, membaca, melompat, menggambar, menari, dan lain-lain. Untuk
melakukan penilaian pada ranah psikomotorik dapat dilakukan dengan melakukan
pengamatan atau observasi. Observasi sebagai alat penilaian banyak di gunakan untuk
mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat
diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan begitu,
melalui observasi seorang pendidik atau tenaga pendidikan dapat mengukur dan menilai
hasil dan proses belajar psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika
melakukan praktek, kegiatan diskusi, partisipasi peserta didik dalam simulasi, dan lain-
lain. Dalam ranah psikomotorik yang di ukur meliputi gerak reflex, gerak dasar fundamen,
keterampilan perceptual, keterampilan fisik, gerakan terampil, komunikasi non diskusi
(tanpa bahasa melalui gerakan) meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
Observasi ini bisa langsung dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar itu
berlangsung. Sebelum melakukan pengamatan, pendidik hendaknya menentukan aspek
apa saja yang akan diamati, lalu membuat sebuah pedoman untuk memudahkan dalam
pengisian observasi. Pengisian observasi berdasarkan pedoman yang dibuat sebenarnya
dapat diisi secara bebas baik itu dalam bentuk uraian mengenai tingkah laku ataupun
dalam bentuk lembaran pernyataan yang diisi dengan memberi tanda centang pada
pernyataan-pernyataan yang ada.
Tes untuk mengukur ranah psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau
kinerja (performance) yang telah di kuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa
tes identifikasi, tes simulasi, dan tes untuk kerja.
1. Tes Simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini jika tidak ada alat yang
sesungguhnya yang dapat dipakai untuk memperagakan sesuatu, sehingga peserta didik
diharuskan dapat menampilkan/memperagakan sesuatu seolah-olah sedang menggunakan
alat yang sesungguhnya.
2. Tes Untuk Kerja (Work Sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya
dan tujuannya untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil
menggunakan alat tersebut.

10
Tes simulasi dan tes untuk kerja, semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung
ketika kegiatan proses belajar mengajar sedang berlangsung. Lembar observasi dapat
menggunakan daftar cek (chek-list) ataupun skala penilaian (rating scale). Psikomotorik
yang di ukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala penilaian terentang mulai dari
sangat baik, baik, kerang, dan tidak baik.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ranah afektif merupakan ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai peserta
didik. Dalam ranah afektif terdapat beberapa jenjang capaian yang dapat ditempuh
peserta didik antara lain, menerima atau memperhatikan (receiving), menanggapi
(responding), menilai atau menghargai (valuing), mengatur atau mengorganisasikan
(organization), karakterisasi (characterization). Adapun karakteristik yang terdapat pada
ranah afektif seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, moral. Untuk mengukur ranah
afektif peserta didik dapat dilakukan dengan beberapa metode seperti metode attendance
of students, metode pengamatan atau oservasi, metode event make up, dan lain-lain.

Ranah psikomotor merupakan ranah kemampua peserta didik yang memperlihatkan


bagaimana peserta didik bisa menunjukkan keterampilan atau tindakannya setelah
mendapatkan pengalaman belajar dari seorang guru, singkatnya ranah psikomotorik ini
menunjukkan kemampuan fisik peserta didik dibarengi dengan kemampuan kognitifnya.
Dalam penilaian ranah psikomotor dapat dilakukan dengan cara pengamatan langsung,
setelah mengikuti pembelajaran, atau bisa juga ketika proses belajar mengajar
berlangsung. Hal yang dapat diukur pada ranah psikomotorik ini adalah kemampuan
menggunakan alat dan sikap kerja, kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan
menyusun urut-urutan pengerjaan, kemampuan menghitung, kecepatan mengerjakan
tugas, kemampuan membaca gambar dan atau simbol, dan lain-lain. Instrumen
psikomotor terdiri dari tiga macam yaitu berupa lembar observasi, lembar wawancara,
dan kuesioner tergantung dari metode yang digunakan.

3.2 Saran

11
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih memiliki banyak kekurangan,
baik itu dalam penulisan, kerapian penyajian materi, dan lain-lain. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat dibutuhkan agar dalam penulisan selanjutnya penulis bisa
menyajikan makalah lebih baik dari pada makalah sekarang ini. Untuk memahami konsep
dan pengukuran ranah afektif dan psikomotorik, makalah ini kami sajikan sebaik mungkin
agar pembaca bisa memperoleh ilmu dari makalah yang kami sajikan. Semoga makalah ini
berguna bagi kita semua. Terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

Usioktafiyah. 2016. Contoh Makalah Pengukuran Ranah Afektif dan Psikomotor. (Online).
https://usioktafiyah011.wordpress.com/2016/11/22/contoh-makalah-pengukuran-ranah-
afektif-dan-psikomotor/. Diakses pada 12 April 2021.

Melda Syahputri. 2015. RANAH PENILAIAN KOGNITIF, AFEKTIF, DAN


PSIKOMOTORIK. (Online). http://meldasyahputri.blogspot.com/2015/11/ranah-
penilaian-kognitif-afektif-dan.html?m=1. Diakses pada 12 April 2021.

Moch. Ismail. 2018. Pengukuran Ranah Afektif. (Online).


http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/06/pengukuran-ranah-
afektif-evaluasi.html?m=1. Diakses pada 12 April 2021.

Akhmad, Sudrajat. 2008. Pengembangan Perangkat Penilaian Afektif. (online) mealui


https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com/2008/08/penilaian-afektif.pdf. Diakses
pada 11 April 2021.

Ahmad Nugroho. 2019. “Pertimbangan Guru dalam Memberikan Penilaian Mata Pelajaran
PJOK Berdasarkan Ranah Kognitig, Ranah Afektif, dan Ranah Psikomotorik Bagi
Siswa SMP Negeri Se- Kabupaten Sleman”. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Universitas Negeri Yogyakarta.
Yogyakarta.

12
Mantau. Bburhanudin AK. 2009. Pengukuran Ranah Afektif Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Dalam Penilaian Berbasis Kelas. Jurnal Pelangi Ilmu Volume 2 No. 5,
Mei 2009, 120 – 123.

Nurjanah. 2019. Teknik dan Instrumen Asesmen Ranah Psikomotorik Pada Pendidikan Anak
Usia Dini. JurnalAl_Athfal, vol 2, 45-67.

13

Anda mungkin juga menyukai