Anda di halaman 1dari 7

- ARTIKEL 1

Pelaksanaan Advokasi Dalam Mereduksi Peilaku Berisiko Laki-Laki Seks Laki-Laki (LSL) Di Kabupaten Bulukumba
Andi Asrina, dkk (2019)

PICO

P Informan utama atau biasa penelitian, dipilih dengan teknik snowball sampling atau bola
(Population) salju yang metode sampling di mana sampel diperoleh melalui proses bergulir dari satu
informan ke informan yang lain. Karena LSL adalah kelompok yang sulit diidentifikasi dan
tersembunyi sehingga mengharuskan pendekatan langsung kepada pelaku LSL. Informan
biasa/utama didapatkan sebanyak 6 Orang. Informan pendukung adalah teman atau orang
terdekat dengan informan biasa yang dianggap mengetahui perilaku LSL, yaitu 2 orang
pendamping. Informan Kunci adalah pihak dari KPA dan dinas kesehatan kabupaten
Bulukumba, 1 orang.
I Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang
(Intervention) bermaksud untuk mengeksplorasi fenomena mengenai strategi promosi kesehatan sebagai
upaya mereduksi perilaku berisiko penyakit menular seksual/HIV-AIDS pada kelompok LSL
di Kabupaten Bulukumba. Penggalian informasi melalui observasi, wawancara mendalam
dan dokumentasi secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Melakukan
wawancara mendalam untuk menggali informasi terkait pemicu prilaku LSL yang berpotensi
menyebarkan penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS, lingkungan sosia yang
mempengaruhi dan sebagainya
C Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pelaksanaan advokasi dalam mereduksi
(Comparison perilaku berisiko Laki-laki Seks Laki-laki (LSL) di Kabupaten Bulukumba. Saat ini,
) Kabupaten Bulukumba berada pada peringkat tertinggi ke tiga pengidap HIV/AIDSnya di
Propinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan data dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA)
Bulukumba, tercatat sebanyak 183 orang pada tahun 2016 orang positif terinfeksi HIV/AIDS
meningkat menjadi 226 pada tahun 2017. Karna berdasarkan data dari Depkes pada tahun
2017, LSL yang terinfeksi HIV sebanyak 22%, ini karena sulitnya mengidentifikasi
keberadaannya karena masih banyak yang tidak mau orientasi seksualnya diketahui oleh
orang lain
O hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bulukumba, maka didapatkan bahwa Strategi
(Outcomes) advokasi dalam mereduksi perilaku seksual berisiko LSL belum terlaksana karena terkendala
sulitnya mendeteksi jumlah LSL dan aktifitasnya yang cenderung tersembunyi. Advokasi
dilakukan tidak ada mengkhusus untuk LSL tetapi secara umum kepada kelompok berisiko.
Dibutuhkan strategi advokasi sebagai bentuk penguatan kebijakan terhadap promosi
kesehatan HIV dan AIDS. Advokasi merupakan upaya atau proses yang strategis dan
terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari para pengambil keputusan dan
pihak-pihak yang terkait (stakeholders) khususnya mengenai Perilaku berisiko LSL.

-ARTIKEL 2
Analisis Prilaku GAY dalam Upaya Pencegahan Infeksi HIV/AIDS Di Kabupaten Bandung Barat Tahun 2016
Ami Kamila, Tri Suratmi, dan Cicilia Winidyaningsih (2017)

PICO

P Pada penelitian ini peliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan studi fenomenologi. -puposive sampling
(Population) Subjek penelitian berjumlah 17 orang gay, meliputi 8 informan utama terdiri dari 4 gay HIV
(+) dan 4 gay HIV(-), 2 informan kunci dan 8 partisipan saat Focus Group Discussion
(FGD). Informan dipilih dengan cara puposive sampling.
I Dalam penelitian ini pengumpuan data melalui wawancara berhadap-hadapan langsung , -coding
(Intervention) dengan pedoman garis besar permasalahan untuk umenggali informasi mendalam. Analisis -content analyse
data menggunakan analisis data induktif (membangun pola-pola, kategorikategori dan tema- -Focus graup discussion (FGD)
tema dari bawah ke atas (induktif)), dengan mengolah data ke unit-unit informasi yang lebih
abstrak sehingga mampu membangun kesatuan tema yang utuh (Creswell, 2016). Data
mentah dari hasil wawancara, di transkrip dan dibuat matriks serta meng-coding secara
manual sesuai dengan tema dan deskripsi, sehingga bisa
disimpulkan dari hasil wawancara melalui matriks yang sudah dibuat yang selanjutnya
dianalisis (content analyze) dan di interpretasikan dengan membandingkan hasil penelitian
dengan informasi yang berasal dari literatur atau teori. Triangulasi data dalam penelitian ini
dilakukan melalui 2 strategi, yaitu triangulasi sumber data dan metode. Triangulasi sumber
pada informan kunci (staf KPA dan LSM) dan metodenya wawancara. Sedangkan triangulasi
metode dengan metode diskusi kelompok terarah atau Focus Group Discussion (FGD) untuk
mengecek keabsahan data yang diperoleh dari informan gay dan informan kunci (staf KPA
dan LSM) saat wawancara.
C Jawa Barat, mempunyai jumlah kasus HIV cukup tinggi. Berdasarkan laporan provinsi,
(Comparison termasuk 10 besar kasus HIV terbanyak dan berada di urutan keempat setelah DKI Jakarta,
) Jawa Timur dan Papua, yaitu 18.727 orang. Dan untuk kasus AIDS, Jawa Barat menempati
urutan kelima sebanyak 4.919 orang (Spiritia, 2016). Hasil survei awal di Kabupaten
Bandung Barat, jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS dari tahun 2007–2015 berjumlah 178
kasus dengan fenomena peningkatan selama tiga tahun terakhir. Populasi terbanyak
penderita HIV/AIDS adalah pria dengan jumlah penderita 68%. gay adalah faktor risiko
yang menjadi kelompok tertinggi kedua dengan proporsi 34% setelah heteroseksual dengan
proporsi 53%. Jumlah gay pada tahun 2014 di Kabupaten Bandung Barat sebanyak 700
orang, diketahui melalui penjaringan yang dilakukan oleh KPA dan LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) melalui media sosial, tetapi kurang dari setengah jumlah gay ini
dibina KPA untuk mencegah perilaku berisiko, yaitu sekitar 200 orang (KPA KBB, 2015).

O Berdasarkan hasil penelitian dari 8 informan gay didapat gambaran Informan yang sudah
(Outcomes) terinfeksi HIV/AIDS lebih tinggi tingkat pengetahuannya dibanding gay dengan HIV (-), hal
itu karena faktor pengalaman yang dialami sendiri, sehingga gay tersebut lebih mencari tahu
informasi mengenai HIV yang ada dalam tubuhnya. Sehingga mempengaruhi gay untuk
memakai kondom secara konsisten saat berhubungan seks, hasil temuan didapatkan informan
yang sudah terinfeksi HIV/AIDS atau pernah tertular IMS, lebih sering menggunakan
kondom saat berhubungan seks walaupun dengan pasangan tetapnya. Walaupun Semua
informan gay mengaku mudah mendapatkan kondom, baik membeli/meminta pada PL dan
LSM. Ketersediaan kondom sudah cukup baik, karena kontribusi KPA dan LSM yang terus
menjamin ketersediaan kondom dan pendistribusiannya kepada komunitas berisiko, namun
perilaku penggunaan kondom pada sebagian besar informan gay untuk pencegahan HIV
masih inkonsisten.
- ARTIKEL 3

Studi Eksplorasi Pencegahan HIV/AIDS Pada Lelaki Seks Lelaki (LSL) Di Kota Denpasar
Luh Gade Pradyawati, dan Ni Made Diaris (2020)

PICO

P Besaran sampel pada penelitian kualitatif diambil sesuai dengan kebutuhan peneliti, yaitu
(Population) maksimum sebanyak 10 informan. Pemilihan informan dilakukan secara snowballing dimana
pemilihan sampel dilakukan secara berjenjang, mulai dari informan dilanjutkan ke semua
LSL yang menjadi partner seks dan dilanjutkan ke partner seks jenjang berikutnya sesuai
jaringan seksual yang terjadi.
I Penelitian ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi untuk -Purposive sampling
(Intervention) menggali lebih dalam jejaring seksual dan pencegahan HIV/AIDS pada LSL di Kota -Thematic
Denpasar. Pada penelitian ini pemilihan informan diambil dengan teknik purposive
sampling. Partisipan dalam penelitian ini adalah LSL yang ada di Kota Denpasar. Partisipan
yang dipilih pada penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu LSL yang berusia produktif
yaitu yang berusia antara 18-45 tahun, bersedia menjadi informan, mampu berkomunikasi
dengan baik dan bersedia memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Data primer
didapatkan dengan melalui wawancara mendalam dengan tujuan untuk menggali lebih dalam
mengenai perilaku seksual berisiko dan pencegahan HIV/AIDS pada LSL dengan
menggunakan analisa thematic.
C Perilaku seksual LSL tergolong berisiko yaitu misalnya melakukan anal seks tanpa kondom
(Comparison dan pelican (Mumtaz, 2011). Epidemi di sebagian besar negara industri terfokus pada LSL,
) dan penelitian yang dilakukan di Afrika sub-Sahara telah menemukan bukti epidemi HIV
yang tinggi di kalangan LSL.
O Dalam perilaku hubungan seksual sebagian besar LSL di Kota Denpasar lebih
(Outcomes) mengutamakan variasi dan sensasi saat berhubungan seksual untuk mendapatkan kepuasan
seksual. Dalam pencegahan HIV/AIDS mereka rutin melakukan tes HIV di pusat pelayanan
kesehatan. Sebagian besar responden memakai kondom dalam berhubungan seksual dan
metode PrEP dalam upaya agar terhindar dari HIV/AIDS.
- ARTIKEL 4

Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Pengguanaan Kondom Pada Gay Odha Di RSUD Kabupaten Tanggerang
Meynur Rohmah, dkk (2020)

PICO

P Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh
(Population) populasi, Besar sample yang di gunakan yaitu 64 responden dengan kriteria iklusi klien
homoseksual yang terdiagnosa HIV/AIDS, umur 12 – 65 tahun, homoseksual ODHA yang
mendapat ARV, homoseksual ODHA yang kooperatif, homoseksual ODHA yang bisa
membaca dan menulis.
I Penelitian ini merupakan penelitian Pearson Chi – Square dengan pendekatan potong lintang -Pearson chi-square
(Intervention) (cross sectional), yaitu pengukuran variabel bebas (independent) dan variabel terikat -cross sectional
(dependent) dilakukan secara bersamaan. Pengukuran variabel dilakukan dengan wawancara -infom consent
langsung dengan menggunakan kuesioner. pada penelitian ini peneliti menentukan sampel
dengan menggunakan tehnik purposive sampling dan secara tertulis telah menyatakan
bersedia ikut serta dalam penelitian dan telah menandatangani lembar persetujuan atau
inform consent. Penelitian dilakukan di di Poli Bougenville RSUD Kabupaten Tangerang,
waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juni 2019.
C Dari Hasil survei surveilans perilaku di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa
(Comparison lebih dari separuh kelompok lelaki dengan mobilitas tinggi membeli jasa seks setahun
) terakhir ini. (PPNI. 2002).
O Proporsi pengetahuan dan sikap tidak signifikan dengan perilaku penggunaan kondom pada
(Outcomes) homoseksual (gay) ODHA di RSUD Kabupaten Tangerang. Bahwa tidak ada hubungan
antara pengetahuan dan sikap dengan perilaku penggunaan kondom pada homoseksual (gay)
ODHA. Disarankan bagi Peneliti selanjutnya dapat ditindaklanjuti dengan menggunakan
sampel yang lebih besar dan wilayah yang lebih luas, tidak hanya di Klinik RSUD saja dan
dapat memperbaharui penelitian ini kedepannya.
- ARTIKEL 5

Self Efiicacy Dalam Penggunaan Kondom Pada Lelaki Seks Lelaku (LSL) Dengan HIV/AIDS:Literature Review
Nirwanto K Rahmi, Sri Yona Agung Waluyo (2020)

PICO

P Dari telaah literature yang ditemukan terdapat 9 lieratur yang relevan dengan topik bahasan. -Self efficacy
(Population) Penelitian ini membahas tentang bagaimana, representasi HIV/ AIDS pada LSL dan
kaitannya terhadap self- efficacy pada penyakit kronis serta bagaimana self-efficacy dan
hubungannya dengan konsistensi penggunaan kondom. Secara umum 9 literatur yang
relevan disajikan dalam tabel 1. Hasil telaah literature didapatkan 3 kata kunci yang
ditemukan untuk lebih memhami bagaimana self efficacy pada penggunana kondom yang
terdiri dari deskripsis representasi HIV/AIDS LSL dan kaitannya dengan self-efficacy, jenis
self- efficacy dan pengukuran self-efficacy dalam penggunaan kondom.
I Pada penelitian ini Metode penulisan artikel ini menggunakan penelusuran literatur. Studi -proquest
(Intervention) literatur melalui database online Proquest, Cumulative Index to Nursing and Allied Heath -self-efficaxy and condom use
Literature (CINAHL), literature dibatasi dengan kriteria : tahun 20162019, full Text dan -hiv/aids and msm
Berbahasa Inggris. dengan kata kunci: “Self-Efficacy AND Condom Use”, “HIV/AIDS
AND MSM,”HIV/AIDS AND Self Efficacy. Untuk mendapatkan literatur yang relevan
maka pencarian dibatasi dengan melihat desain penelitian (artikel penelitian : kualitatif dan
atau kuantitatif ),subjek penelitian (anak muda, LSL), dan kesamaan artikel dari kedua data
base, sehingga didapatkan 9 literaure yang terkait
C Bebeberapa studi telah melaporkan bahwa terdapat beberapa faktor yang memiliki -beliefs
(Comparison keterkaitan erat dengan ketidakkonsistenan penggunaan kondom seperti faktor kognitif, dan
) beliefs (Manjengwa et al., 2019), jumlah pasangan (Dawson et al., 2019), tipe pasangan
seksual (Ajayi, Ismail, & Akpan, 2019).
O Berdasarkan hasil studi literatur dapat disimpulkan bahwa self efficacy pada penggunaan -self efficacy
(Outcomes) kondom merupakan kemampuan idividu percaya terkait kemampuannya dalam merubah
perilaku terkait penggunaan kondom. Pemahaman perawat terkait self-efficacy, walaupun
pneggunaan instrumen yang berbeda untuk mengukur selfeffiacy namun hasil yang diperoleh
dapat menggambarkan keterkaitan self-efficacy dalam penggunaan kondom pada LSL.

Anda mungkin juga menyukai