Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF

DEFENISI DAN PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI


DEFENISI DAN PENGERTIAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF
DEFENISI DAN PENGERTIAN ANAK
KARAKTERISTIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

TUGAS RUTIN

Diajukan Untuk Memenuhi


Syarat Matakuliah Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan

OLEH:
Asman Rafsan Jani Daulay
NIM. 8206117003

PENDIDIKAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
 
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehinggah penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan penulisan makalah ini.
Penulisan makalah ini dilakukan sebagai salah satu syarat dalam program kurikulum KKNI
yaitu Tugas Rutin dari mata kuliah Pendidikan Jasmani Adaptif jurusan Pendidikan Olahraga
Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Adapun judul makalah ini adalah “Karakteristik
Anak Berkebutuhan Khusus”.
Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan penulis sangat mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun agar makalah ini dapat sempurna dan bisa menjadi sumber ilmu
pengetahuan khususnya dalam pengetahuan tentang anak berkebutuhan khusus.

                                                                  

Medan,   25 September 2021

                                                                                                 

                                                                         ASMAN DAULAY


                                                                         Nim.8206117003
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

 
 
BAB I
PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang
Perkembangan manusia merupakan perubahan yang progresif dan berlangsung terus
menerus atau berkelanjutan. Keberhasilan dalam mencapai suatu tahap perkembangan akan
sangat menentukan keberhasilan dalam tahap perkembangan berikutnya. Sedangkan, apabila
ditemukan adanya satu proses perkembangan yang terhambat, terganggu, atau bahkan
terpenggal, dan kemudian dibiarkan maka untuk selanjutnya sulit mencapai perkembangan
yang optimal.
Tidak setiap anak mengalami perkembangan normal. Banyak di antara mereka yang
dalam perkembangannya mengalami hambatan, gangguan, kelambatan, atau memiliki factor-
faktor resiko sehingga untuk mencapai perkembangan optimal diperlukan penanganan atau
intervensi khusus. Kelompok inilah yang kemudian dikenal sebagai anak berkebutuhan
khusus.
Uraian di atas, mengisyaratkan bahwa secara konseptual anak berkebutuhan khusus
(children with special needs) memiliki makna dan spektrum yang lebih luas dibandingkan
dengan konsep anak luar biasa, cacat, atau berkelainan (exceptional children). Anak
berkebutuhan khusus tidak hanya mencakup anak yang memiliki kebutuhan khusus yang
bersifat permanen akibat dari kecacatan tertentu (anak penyandang cacat), tetapi juga anak
berkebutuhan khusus yang bersifat temporer. Anak berkebutuhan khusus temporer juga biasa
disebut dengan anak dengan factor resiko, yaitu yaitu individu-individu yang memiliki atau
dapat memiliki prolem dalam perkembangannya yang dapat berpengaruh terhadap
kemampuan belajar selanjutnya, atau memiliki kerawanan atau kerentanan atau resiko tinggi
terhadap munculnya hambatan atau gangguan dalam belajar atau perkembangan selanjutnya.
Bahkan, dipercayai bahwa anak berkebutuhan khusus yang bersifat temporer apabila tidak
mendapatkan intervensi secara tepat sesuai kebutuhan khususnya, dapat berkembang menjadi
permanen.
 
 
B. Tujuan
Adapun dari penulisan ini yaitu sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus.
2. Untuk mengetahui defenisi anak berkebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus.
 
C. Manfaat
Adapun manfaat dari penilisan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui karakteristik anak berkebutuhan khusus.
2. Dapat mengetahui defenisi anak kebutuhan khusus
3. Untuk mengetahui jenis-jenis anak berkebutuhan khusus.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
PEMBAHASAN
 
A. Definisi Anak Berkebutuhan Khusus
Anak dengan kebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan secara simpel
sebagai anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidak akan
pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya.
Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus,
seperti disability, impairment,dan handicaped. Menurut World Health Organization (WHO),
definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
1. Impairment: merupakan suatu keadaan atau kondisi di mana individu mengalami
kehilangan atau abnormalitas psikologis, fisiologis atau fungsi struktur anatomis
secara umum pada tingkat organ tubuh. Contoh seseorang yang mengalami amputasi
satu kakinya, maka dia mengalami kecacatan kaki.
2. Disability: merupakan suatu keadaan di mana individu mengalami kekurangmampuan
yang dimungkinkan karena adanya keadaan impairment seperti kecacatan pada organ
tubuh. Contoh pada orang yang cacat kakinya, maka dia akan merasakan
berkurangnya fungsi kaki untuk melakukan mobilitas.
3. Handicaped: merupakan ketidak beruntungan individu yang dihasilkan
dari impairment  atau disabilityyang membatasi atau menghambat pemenuhan peran
yang normal pada individu. Handicaped juga bisa diartikan  suatu keadaan di mana
individu mengalami ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungan. Hal ini dimungkinkan karena adanya kelainan dan berkurangnya fungsi
organ individu. Contoh orang yang mengalami amputasi kaki sehingga untuk aktivitas
mobilitas atau berinteraksi dengan lingkungannya dia memerlukan kursi roda.
Termasuk anak-anak berkebutuhan khusus yang sifatnya temporer di antaranya adalah
anak-anak penyandang post traumatic syndrome disorder (PTSD) akibat bencana alam,
perang, atau kerusuhan, anak-anak yang kurang gizi, lahir prematur, anak yang lahir dari
keluarga miskin, anak-anak yang mengalami depresi karena perlakukan kasar, anak-anak
korban kekerasan, anak yang kesulitan konsentrasi karena sering diperlakukan dengan kasar,
anak yang tidak bisa membaca karena kekeliruan guru mengajar, anak berpenyakit kronis,
dan sebagainya.
Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus
yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu,
tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak
dengan gangguan kesehatan. istilah lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar
biasa dan anak cacat. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan
bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi
mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan modifikasi teks bacaan menjadi
tulisan Braille dan tunarungu berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan
khusus biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya
masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB bagian B untuk tunarungu, SLB bagian
C untuk tunagrahita, SLB bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB
bagian G untuk cacat ganda.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) agak berbeda dengan anak-anak pada umumnya.
Anak berkebutuhan khusus berproses dan tumbuh, tidak dengan modal fisik yang wajar,
karenanya sangat wajar jika mereka terkadang cenderung memiliki sikap defensif
(menghindar), rendah diri, atau mungkin agresif, dan memiliki semangat belajar yang lemah.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah definisi yang sangat luas, mencakup anak-
anak yang memiliki cacat fisik, atau kemampuan IQ rendah, serta anak dengan permasalahan
sangat kompleks, sehingga fungsi-fungsi kognitifnya mengalami gangguan.
            Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menunjukkan keadaan anak berkebutuhan
khusus. Istilah anak berkebutuhan khusus merupakan istilah terbaru yang digunakan, dan
merupakan terjemahan dari children with special needs yang telah digunakan secara luas di
dunia internasional, ada beberapa istilah lain yang pernah digunakan diantaranya anak cacat,
anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa, ada satu istilah yang
berkembang secara luas telah digunakan yaitu difabel, sebenarnya merupakan kependekan
dari diference ability.
            Anak-anak berkebutuhan khusus, adalah anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri
dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan mereka dari anak-anak normal pada
umumnya.
The National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY)
mengemukakan bahwa “children with special needs or special needs children refer to
children who have disabilities or who are at risk of developing disabilities”.
Hal senada juga diajukan oleh Behr dan Gallagher (Fallen dan Umansky, 1985:13)
yang mengusulkan perlunya definisi yang lebih fleksibel dalam mendefinisikan anak-anak
berkebutuhan khusus. Artinya, tidak hanya meliputi anak-anak berkelainan (handicapped
children) sebagaimana dirumuskan dalam P.L 94-142, tetapi juga mereka yang termasuk
anak-anak memiliki faktor resiko. Dijelaskan lebih lanjut bahwa dengan definisi yang lebih
fleksibel, akan memberikan keuntungan bahwa hambatan yang lebih serius dapat dicegah
melalui pelayanan anak pada usia dini. Sekalipun demikian, dalam pembahasan ini lebih
memfokuskan kepada anak-anak yang termasuk dalam kategori anak cacat atau berkelainan.
Perubahan terminologi atau istilah anak berkebutuhan khusus dari istilah anak luar
biasa tidak lepas dari dinamika perubahan kehidupan masyarakat yang berkembang saat ini,
yang melihat persoalan pendidikan anak penyandang cacat dari sudut pandang yang lebih
bersifat humanis dan holistik, dengan penghargaan tinggi terhadap perbedaan individu dan
penempatan kebutuhan anak sebagai pusat perhatian, yang kemudian telah mendorong
lahirnya paradigma baru dalam dunia pendidikan anak penyandang cacat dari special
education ke special needs education. Implikasinya, perubahan tersebut juga harus diikuti
dengan perubahan dalam cara pandang terhadap anak penyandang cacat yang tidak lagi
menempatkan kecacatan sebagai focus perhatian tetapi kepada kebutuhan khusus yang harus
dipenuhinya dalam rangka mencapai perkembangan optimal. Dengan demikian, layanan
pendidikan tidak lagi didasarkan atas label kecacatan anak, akan tetapi harus didasarkan pada
hambatan belajar dan kebutuhan setiap individu anak atau lebih menonjolkan anak sebagai
individu yang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.
Ada beberapa istilah yang sering digunakan untuk memahami anak berkebutuhan
khusus yaitu impairment yang berarti cacat, disability di mana seseorang mengalami
hambatan karena berkurangnya fungsi suatu organ yang dimungkinkan karena kondisi cacat,
dan handicapped,merupakan keadaan seseorang yang mengalami hambatan dalam
komunikasi dan sosialisasi dengan lingkungan. Kondisi handicapped inilah yang merupakan
berkebutuhan khusus, karena untuk bersosialisasi dengan lingkungan termasuk pendidikan
dan pengajaran memerlukan perlakuan khusus.

 
B. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus
1. Kelainan Mental terdiri dari:
a. Mental Tinggi
Sering dikenal dengan anak berbakatintelektual, di mana selain memiliki
kemampuan intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas
dan tanggung jawab terhadap tugas.
b. Mental Rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual (IQ) di bawah rerata
dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar (slow learners) yaitu anak
yang memilki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang memiliki IQ di bawah 70
dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c. Berkesulitan Belajar Spesifik
Berkesulitan belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang
diperoleh siswa. Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki
kapasitas intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada
bidang akademik tertentu.
2. Kelainan Fisik meliputi:
a. Kelainan Tubuh (Tunadaksa)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan
oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau
akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy (kelayuhan otak ), amputasi (kehilangan
organ tubuh), polio, dan lumpuh.
Tingkat gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan
dalam melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
b. Kelainan Indera Penglihatan (Tunanetra)
Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan.
Tunanetra dapat diklasifikasikan kedalam dua golongan yaitu: buta total (blind)
dan low vision.
Definisi tunanetra menurut Kaufman & Hallahan adalah individu yang memiliki
lemah penglihatan atau akurasi penglihatan kurang dari 6/60 setelah dikoreksi atau
tidak lagi memiliki penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbataan dalam indra
penglihatan maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu
indra peraba dan indra pendengaran. Oleh karena itu prinsip yang harus diperhatikan
dalam memberikan pengajaran kepada individu tunanetra adalah media yang
digunakan harus bersifat taktual dan bersuara, contohnya adalah penggunaantulisan
braille, gambar timbul, benda model dan benda nyata. sedangkan media yang bersuara
adalahtape recorder dan peranti lunak JAWS.
Untuk membantu tunanetra beraktivitas di sekolah luar biasa mereka belajar
mengenai orientasi dan mobilitas. Orientasi dan Mobilitas diantaranya mempelajari
bagaimana tunanetra mengetahui tempat dan arah serta bagaimana
menggunakan tongkat putih (tongkat khusus tunanetra yang terbuat dari alumunium)
c. Kelainan Pendengaran (Tunarungu)
Tunarungu adalah individu yang memiliki hambatan dalam pendengaran baik
permanen maupun tidak permanen. Klasifikasi tunarungu berdasarkan tingkat
gangguan pendengaran adalah:
1. Gangguan pendengaran sangat ringan(27-40dB)
2. Gangguan pendengaran ringan(41-55dB)
3. Gangguan pendengaran sedang(56-70dB)
4. Gangguan pendengaran berat(71-90dB)
5. Gangguan pendengaran ekstrim/tuli(di atas 91dB)
Karena memiliki hambatan dalam pendengaran individu tunarungu memiliki
hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara
berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat, untuk abjad jari telah
dipatenkan secara internasional sedangkan untuk isyarat bahasa berbeda-beda di
setiap negara. saat ini dibeberapa sekolah sedang dikembangkankomunikasi total yaitu
cara berkomunikasi dengan melibatkan bahasa verbal, bahasa isyarat dan bahasa
tubuh. Individu tunarungu cenderung kesulitan dalam memahami konsep dari sesuatu
yang abstrak.
Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu tuli
(deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d. Kelainan Bicara (Tunawicara)
Seseorang yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui
bahasa verbal, sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan
bicara ini dapat bersifat fungsional di mana mungkin disebabkan karena
ketunarunguan, dan organik yang memang disebabkan adanya ketidaksempurnaan
organ bicara maupun adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan
bicara.
3. Kelainan Emosi
Gangguan emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari
indikasi perilaku yang tampak pada individu. Adapun klasifikasi gangguan emosi
meliputi:
a. Gangguan Perilaku
 Mengganggu di kelas
 Tidak sabaran-terlalu cepat bereaksi 
 Tidak menghargai-menentang
 Menyalahkan orang lain
 Kecemasan terhadap prestasi di sekolah
 Dependen terhadap orang lain
 Pemahaman yang lemah
 Reaksi yang tidak sesuai
 Melamun, tidak ada perhatian, dan menarik diri
b. Gangguan Konsentrasi (ADD/Attention Deficit Disorder)
Enam atau lebih gejala inattention, berlangsung paling sedikit 6 bulan,
ketidakmampuan untuk beradaptasi, dan tingkat perkembangannya tidak konsisten.
Gejala-gejala inattention tersebut antara lain:
 Sering gagal untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan
dalam pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.
 Sering kesulitan untuk memperhatikan tugas-tugas atau aktivitas permainan
 Sering tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara
 Sering tidak mengikuti intruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah
 Kesulitan untuk mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas
 Tidak menyukai pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah
 Sering tidak membawa peralatan sekolah seperti pensil, buku, dan sebagainya
 Sering mudah beralih pada stimulus luar
 Mudah melupakan terhadap aktivitas sehari-hari
c. Gangguan Hiperaktive (ADHD/Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
 Perilaku tidak bisa diam
 Ketidakmampuan untuk memberi perhatian yang cukup lama
 Hiperaktivitas
 Aktivitas motorik yang tinggi
 Mudah buyarnya perhatian\
 Canggung
 Infeksibilitas
 Toleransi yang rendah terhadap frustasi
 Berbuat tanpa dipikir akibatnya.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB III
PENUTUP
 
A. Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang memiliki perbedaan-perbedaan baik perbedaan interindividual
maupun intraindividual yang signifikan dan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan
lingkungan sehingga untuk mengembangkan potensinya dibutuhkan pendidikan dan
pengajaran.
Berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak-
anak luar biasa atau mengalami kelainan dalam konteks pendidikan. Ada perbedaan yang
signifikan pada penggunaan istilah berkebutuhan khusus dengan luar biasa atau berkelainan.
Berkebutuhan khusus lebih memandang pada kebutuhan anak untuk mencapai prestasi dan
mengembangkan kemampuannya secara optimal, sedang pada luar biasa atau berkelainan
adalah kondisi atau keadaan anak yang memerlukan perlakuan khusus.
Memahami anak berkebutuhan khusus berarti melihat perbedaan individu, baik
perbedaan antar individu (interindividual) yaitu membandingkan individu dengan individu
lain baik perbedaan fisik, emosi maupun intelektual, dan perbedaan antar potensi yang ada
pada individu  itu sendiri (intraindividual).
 
B. Saran
Adapun saran yang penulis harapkan sebagai evaluasi dari penulisan makalah ini sebagai
berikut :
1. Penulisan makalah ini tak jauh dari kesempurnaan dan penulis mengharapkan kritikan
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan dari penulisan makalah.
2. Dari berbagai jenis karakteristik anak berkebutuhan khusus daoat menjadi sebuah
jembatan sebuah pengembangan ilmu pengetahuan yang membangun.
 
DAFTAR PUSTAKA

Suparno. 2007. Bahan Ajar Cetak: Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi: Departemen Pendidikan Nasional.

Lathiffah, Nurul. 2010. http://abk-dan-pendidikan-yang-pengertian.htm. (diakses tanggal 14 Agustus


2017).

Sigit. 2009. http://anak-berkebutuhan-khusus. (diakses tanggal 14 Agustus 2017).

http://apakah-anak-anda-tergolong-anak. (diakses tanggal 14 Agustus 2017).

http://wikipedia.org/anak_berkebutuhan_khusus. (diakses tanggal 14 Agustus 2017).

Anda mungkin juga menyukai