Anda di halaman 1dari 3

Hukum Thaharah

Bersih dari najis dan menghilangkannya merupakan suatu kewajiban bagi yang tahu akan
hukum dan mampu melaksanakannya. Dalam hal ini Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan pakaian mu bersihkanlah’ (Qs. Al Muddatsir [74]: 4)
Juga terdapat dalam firmanNya, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf,
yang ruku dan yang sujud.” (Qs. Al Baqarah: 125)
Adapun bersih dari hadast, maka merupakan suatu kewajiban yang sekaligus sebagai syarat
sah shalat. Hal ini berdasarkan pada sabda Nabi shalallahu alaihi wasallam:
‫ال تقبل صالة بغير طهور‬
“Shalat tidak diterima tanpa -didahului dengan bersuci.” (HR. Muslim no. 224)
Urgensi Thaharah
Adapun urgensi Thaharah adalah sebagai berikut:
Merupakan syarat sah shalat seorang hamba. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shalallahu
alaihi wasallam,
َ َ‫صالة ُ أ َ َح ِد ُك ْم ِإذَا أ َ ْحد‬
‫ث َحتَّى َيت ََوضَّأ‬ َ ‫ال ت ُ ْق َب ُل‬
“Tidaklah diterima shalat kalian yang berhadast hingga dia berwudhu.”
Melaksanakan shalat dalam kondisi suci merupakan bentuk pengagungan kepada Allah. Dan,
hadast kecil maupun hadast besar -jika najisnya tidak terlihat, termasuk kategori najis secara
maknawi, karena menjadikan timbulnya rasa jijik bagi orang yang akan menempatinya.
Maka, hal tersebut bisa merusak nilai pengagungan terhadap Allah, dan menghilangkan
hakikat bersuci itu sendiri.
Allah Subhanahu wa ta’ala telah memuji orang-orang yang senantiasa dalam keadaan suci
dengan firman-Nya, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Qs. Al Baqarah [2]: 222)
Dan Allah juga memuji mereka yang selalu berada di dalam masjid Quba’, seperti yang
terdapat dalam firman-Nya, “Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri
dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (Qs. At-Taubah [9]: 108)
Kurangnya kehati-hatian terhadap najis menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur.
Hal ini seperti yang terdapat dalam sebuah riwayat Ibnu Abbas, dia berkata bahwa Rasulullah
Shalallahu alaihi wasallam pernah melewati dua kubur, lalu beliau bersabda,
‫ وما يعذبان في كبير ؛ أما أحدهما فكان ال يستتر من بوله‬، ‫إنهما ليعذبان‬

“Keduanya sedang diadzab, keduanya tidaklah diadzab karena suatu perkara yang besar
adapun yang ini, dia tidak berhati-hati dengan air kencing nya.” (HR. Abu Daud:20)
Macam-macam Thaharah
Para ulama membagi thaharah secara syar’i menjadi dua bagian:
Thaharah hakikiyah, yaitu bersuci dari kotoran, maksudnya adalah bersuci dari najis, hal ini
biasanya terdapat pada badan, pakaian dan tempat-tempat selain keduanya.
Thaharah hukmiyah, yaitu bersuci dari hadats, hal ini khusus yang terdapat pada badan.
Thaharah pada poin ini terbagi menjadi tiga bagian:
Thaharah kubra, yaitu hadats yang hanya bisa suci dengan mandi.
Thaharah sughra, yaitu hadats yang bisa suci dengan wudhu.
Pengganti dari keduanya tatkala mengalami udzur, yaitu dengan cara bertayamum.
Sumber:
‫صحيح فقه السنه‬
‫ألبي مالك كمال بن السيد سالم‬
‫المجلد األول‬
http://annaba.sch.id
http://repositori.uin-alaudin.ac.id
Tata Cara Thaharah
Adapaun tata cara yang harus dilakukan seseorang saat ingin mensucikan diri atau thaharah,
meliputi:
1. Mandi Wajib
Istilah mandi wajib dalam thaharah yaitu mengalirkan air ke seluruh tubuh dari ujung kepala
hingga kaki. Mandi wajib ini harus dibarengi dengan membaca niat berikut ini:
ِ َ‫ن ََويْتُ ْالغُ ْس َل ل َِر ْف ِع اْل َحد‬
ِ ِ ‫ث اْأل َ ْكبَ ِر مِ نَ اْلِجنَابَ ِة فَ ْرضًا‬
‫ِل تَعَالَى‬
Nawaitul ghusla liraf'il-hadatsil-akbari fardhal lillaahi ta'aala
Artinya: "Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena
Allah ta'ala."
Menurut madzhab Syafi'i, saat membaca niat harus dibarengi dengan menyiram tubuh dengan
air secara merata. Untuk bagian tubuh yang berbulu atau berambut, harus menggunakan air
mengalir.
2. Berwudhu
Thaharah dengan berwudhu digunakan untuk menghilangkan hadas kecil ketika akan sholat.
Orang yang hendak melaksanakan sholat, sudah wajib hukumnya melakukan wudhu. Wudhu
merupakan syarat sah pelaksanaan sholat.
Thaharah dengan berwudhu juga sama halnya dengan mandi wajib, yang diawali dengan
membaca niat yang berbunyi:
‫ض ِاللِ تَعَالَى‬
ً ‫صغ َِر فَ ْر‬ ِ َ‫ن ََويْتُ ْال ُوض ُْو َء ل َِر ْف ِع ْال َحد‬
ْ َ‫ث اْال‬
Nawaitul wudhuu'a liraf'il-hadatsil-ashghari fardhal lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Aku niat berwudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah."
3. Tayamum
Thaharah tayamum merupakan cara bersuci untuk menggantikan mandi dan wudhu apabila
sedang tidak ada air. Syarat tayamum adalah menggunakan tanah yang suci, tidak tercampur
benda lain. Tayamum di awali dengan niat yang berbunyi:
‫ض ِللِ تَعَالَى‬ َّ ‫ن ََويْتُ التَّيَ ُّم َم ِال ْستِبَا َح ِة ال‬
ً ‫صالَةِ فَ ْر‬
Nawaitut tayammuma lisstibaahatishsholaati fardhol lillaahi taala
Artinya: "Saya niat tayamum agar diperbolehkan melakukan fardu karena Allah."

http://ejournal.uika-bogor.ac.id
http://ejournal.iainloksumawe.ac.id

Anda mungkin juga menyukai