Anda di halaman 1dari 43

Gambar 3.

1 Gambar Krangka Alur Penelitian

Persiapan

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Data Primer Data Skunder

Perencanaan

Desain

Gambar Autocad Pembebanan Dimensi Struktur

Pelat

Balok

Kolom

Shear wall
Tidak
Pondasi

Analisi
s
Oke

Gambar

Kesimpulan
a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum memulai


perlaksanaan dari sebuah ide. Persiapan yang dilakukan berupa
survey pada lokasi Pembangunan Gedung DPRD Kabupaten
Bandung Barat.

Survai yang dilakukan adalah dengan peninjauan ke lokasi


serta pengambilan dokumentasi berupa foto-foto untuk lebih
mengenal lokasi perencanaan.

b. Tahap Identifikasi Masalah

Dari hasil pegamatan atau survai secara visual pada lokasi


penelitian didapat beberapa permasalahan yang dapat ditemui,
yaitu sebagai berikut :

1. Analisis eksiting data Gedung DPRD Kabupaten Bandung


Barat dengan menggunakan struktur beton yang mengacu
pada SNI-2013 ?

2. Hasil analisis Struktur Gedung DPRD Kabupaten Bandung


Barat dengan dibantu Software ETABS v 2016 ?

3. Rekapitulasi hasil analisis perhitungan dimensi Plat, Balok,


Kolom, Shear wall dan Pondasi ?

c. Tahap Studi Pustaka

Studi pustaka yang dilakukan yaitu pengumpulan berbagai


teori yang berkaitan dengan kondisi serta permasalahan yang
ada. Literatur yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan
kebutuhan struktur pada masa sekarang. Studi pustaka ini diulas
lebih lengkap dalam bab 2 laporan penelitian ini.

d. Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data sudah diulas bab 2


BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. DATA ANALISIS


Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian studi
lapangan yang berkaitan dengan data struktur Gedung DPRD
Kabupaten Bandung Barat. Yang berupa data spesifikasi bangunan,
spesifikasi bahan dan elemen struktur.

4.1.1. Spesifikasi Bangunan

A. Fungsi Bangunan : Perkantoran

B. Luas Bangunan :

Tabel 4.1 Luas Bangunan

No. Nama Luas m2

1. Lantai 1 2,677.50

2. Lantai 2 2,225.40

3. Lantai 3 2,475.90

4. Lantai 4 2,225.30

5. Lantai 5 1,222.90

6. Atap 177.45

C. Tinggi Bangunan : 23.00 meter

D. Konfigurasi Bangunan :

Tabel 4.2 Konfigurasi Bangunan

No. Nama Tinggi m2

1. Lantai 1 + 4.00
2. Lantai 2 + 8.00

3. Lantai 3 + 12.00

4. Lantai 4 + 16.00

5. Lantai 5 + 20.00

6. Atap + 23.00

E. Lokasi Bangunan : RT 03 RW 06, Kampung Cijamil,


Ngamprah, Kec. Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat, Jawa
Barat 40552.

F. Gambar Eksiting : (terlampir)

4.1.2. Spesifikasi Bahan

Tabel 4.3 Sepesifikasi Bahan

No. Jenis Mutu

1. Beton K-350 (f’c = 29.05 MPa)

2. BJTP 24 Fy 240 MPa

3. BJTD 40 Fy 400 MPa

 Mutu beton yang digunakan f’c dalam satuan MPa. Maka K-350
(Kg/m2) harus dikonversi ke f’c.

Gambar 4.1 Perbandingan Kuat Tekan Pada Benda Uji


 Mutu beton K-350 mengunakan benda uji sampel kubus
15x15x15. Sedangkan mutu Beton f’c mengunakan benda uji
sampel silinder  15x30. Maka

K–350 = ………. MPa

F’c = (350/10) x 0.83

= 29.05 MPa

Ket : 1 MPa = 1 N/mm2 = 10 Kg/cm2

 Mutu baja yang digunakan mengacu SNI 2025 : 2014 sebagai


berikut :

- BJTP 240 untuk diameter  < 10 mm

- BJTD 400 untuk diameter  > 10 mm

Gambar 4.2 Sifat Mekanis Baja

- BJTP 240 MPa

Fy = 235 MPa Fye = 1.1 x Fy = 258,5 MPa

Fu = 380 MPa Fyu = 1.4 x Fu = 532 MPa


- BJTP 400 MPa

Fy = 390 MPa Fye = 1.1 x Fy = 429 MPa

Fu = 560 MPa Fyu = 1.4 x Fu = 784 MPa

4.1.3. Elemen Struktur

Tabel 4.4 Elemen Struktur

No. Nama Kode Dimensi mm

1. Plat Plat lantai 1 120 mm

Plat lantai 2 – lantai 5 150 mm

Atap 110 mm

2. Tie beam TB 1 400 x 700

TB 2 400 x 400

TB 3 400 x 800

TB 4 400 x 400

3. Balok B1-A – B1-E’ 300 x 650

B2-A – B2-C 400 x 750

B3-A – B3-C 300 x 500

B4-A – B4-B 300 x 550

B5-A – B5-B 350 x 650

B6-A – B6-C 400 x 700

B7-A – B7-C 300 x 650

Bsw -1 – Bsw-3 250 x 500

4. Kolom K1-A – K1-B 600 x 600

K1-Asw – K1-Bsw 600 x 600


K2-A – K2-C 800 x 800

K3-A – K3-B 700 x 700

K4 900 x 900

K5 500 x 500

K6 400 x 400

KT 300 x 300

5. Shear Wall SW-1 – SW-3 250

4.2. ANALISIS

4.2.1. Pemodelan Struktur

Analisis struktur gedung DPRD Kabupaten Bandung Barat,


dilakukan dengan komputer berbasis elemen hingga (finite
element) untuk berbagai kombinasi pembebanan yang meliputi
beban mati, beban hidup, dan beban gempa dengan pemodelan
struktur 3-D (space- frame).Pemodelan struktur dilakukan dengan
Program ETABS Versi 16.1.0. (Extended Three- Dimensinal
Analysis of Building System) seperti terlihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3 Model Struktur Gedung DPRD Kabupaten


Bandung Barat
A. Menentukan satuan

Hal pertama yang dilakukan dalam menggunakan software


ETABS v.16.1.0. adalah mengatur satuan yang akan digunakan,
pada proses ini pilih “use the built-in settings with:” pada tampilan
satuan pilih Metric SI karena satuannya menggunakan meter, dan
KN, lalu standar aturanya sesuaikan dengan peraturan SNI yang
digunakan yaitu SNI 2847 : 2013 atau mengacu pada ACI 318-14

Gambar 4.4 Pemilihan Satuan dan Standart Aturan

B. Grid seting

Pemodel struktur dengan cara memilih “New Model Quick


Tamplate Grid” yang kemudian diatur sesuai desain yang akan
dibuat dengan cara “ Custom Grid Spacing  Edit Grid Data” untuk
koordinat dan “Custom Story data  Edit Story Data” untuk elevasi.

Gambar 4.5 New Model Quick Tamplate


Gambar 4.6 Grid System Data

Gambar 4.7 Story Data

C. Mendefinisikan Matrial Properti

Material properties dipergunakan untuk mendefinisikan


material yang akan dipergunakan untuk pemodelan struktur.
material-material tersebut antara lain beton K-350, besi tulangan
atau rebar BJTP 240 MPa dan BJTD 400 MPa.

Adapun langkah untuk mendefiniskan material adalah dengan


cara memilih akses menu  Define  Material Properties  Add
New Matrial, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 4.8
Gambar 4.8 Matrial Propertis

Gambar 4.9 Matrial Property Data Beton

Gambar 4.10 Matrial Beton K-350


Gambar 4.11 Matrial Properti Data Tulangan

Gambar 4.12 Matrial Rebar BJTD 40 MPa


Gambar 4.13 Matrial Property Data Tulangan

Gambar 4.14 Matrial Property BJTP 240 MPa


D. Mendefinisikan Section Property

Elemen struktur yang diinput dengan menggunakan tools


“Define”  “Section Properties  Add New Property” dan diberi
nama sesuai kode yang telah diuraikan pada table 4.4 Elemen
struktur

Gambar 4.15 Input Add New Property Elemen

 Elemen Tie Beam

Gambar 4.16 Input Elemen Tie Beam


Gambar 4.17 Property Modification Factor

Gambar 4.18 Input Data Tulangan


 Elemen Balok

Gambar 4.19 Input Elemen Balok

Gambar 4.20 Property Modification Factor Balok


Gambar 4.21 Data Tulangan Balok

 Elemen Kolom

Gambar 4.22 Input Elemen Kolom


Gambar 4.23 Property Modification Factor Kolom

Gambar 4.24 Data Tulangan Kolom


 Elemen Plat

Gambar 4.25 Input Elemen Plat

Gambar 4.26 Property Modification Factors


 Plat Tangga

Gambar 4.27 Input Elemen Tangga

Gambar 4.28 Property Modification Factor Plat Tangga


 Elemen Shear Wall

Gambar 4.29 Input Elemen Shear Wall

Gambar 4.30 Property Modification Factor Shear Wall


 Jenis Perletakan

Suatu perletakan diperuntukan untuk menahan gaya dari


elemen-elemen struktur dan meneruskannya kedalam tanah,
perletakan biasanya berupa sebuah pondasi. Pada konstruksi
gedung ini menggunakan perletakan jepit, dimana diharapkan
dapat menahan momen, gaya, bahkan torsi. Untuk mengatur
perletakan dalam software ETABS v.16.1.0. yaitu dengan cara
menggunakan tools Assign  Joint  Restrains.

Berikut adalah tampilan pengaturan perletakan dalam


software ETABS v.16.1.0. :

Gambar 4.31 Joint Assigment Restraints

 Hasil Pemodelan Struktur

Hasil pemodelan elemen struktur dengan bantuan sofware


ETABS v.16.1.0. ditampilkan dalam bentuk gambar berikut:
Gambar 4.32 Tampak Depan

Gambar 4.33 Tampak Belakang

Gambar 4.34 Denah Tie Beam


Gambar 4.35 Denah Lantai 1

Gambar 4.36 Denah Lantai 2

Gambar 4.37 Denah Lantai 3


Gambar 4.38 Denah Lantai 4

Gambar 4.39 Denah Lantai 5

Gambar 4.40 Denah Lantai Atap


Gambar 4.41 Potonga 3-3

Gambar 4.42 Potongan E-E

Gambar 4.43 Potongan I-I


4.2.2. Pembebanan

1. Pola Pembebanan ( load patterns )

Berat sendiri elemen struktur (BS) yang terdiri dari kolom,


balok, dan plat dihitung secara otomatis dalam ETABS dengan
memberikan faktor pengali berat sendiri (self weight multiplier)
sama dengan 1, seperti pada Gambar 4.44

Gambar 4.44 Load Patterns

Beban Super Imposed Dead Load merupakan beban mati


diluar berat sendiri elemen struktur seperti finishing lantai,
dinding, partisisi, dll.

2. Beban Imposed Dead Load

Tabel 4.5 Beban Plat Atap

Jenis Beban Berat Tebal (m) Q


Satuan KN/m2

KN/m2

Berat Plafon & 0.18 - 0.18


Pengantung

Berat Instalasi Listrik 0.40 - 0.40

Berat Plambing 0.25 - 0.25


Berat Water Profing 5 cm 0.14 0.05 0.007

Total QD (KN/m2) 0.837

Tabel 4.6 Beban Plat Lantai 1 - 4

Jenis Beban Berat Tebal Q


Satuan (m) KN/m2

KN/m2

Berat Plafon & 0.18 - 0.18


Pengantung

Berat Instalasi Listrik 0.40 - 0.40

Berat Plambing 0.25 - 0.25

Berat Spesi 3cm 0.21 0.03 0.0063

Berat Penutup Lantai 0.24 - 0.24

Berat pasir 1 cm 16 0.01 0.16

Total QD (KN/m2) 1.237

Tabel 4.7 Beban Balok

Jenis Beban Berat Tinggi Q


Satuan (m) KN/m2

KN/m2

Berat Bata Ringgan 1.10 4 4.4

Berat Partisi 0.72 4 1.44


3. Beban Hidup

Beban hidup merupakan beban yang diakibatkan


pengguna atau penghuni bangunan tersebut, berdasarkan
SNI 1727: 2013 beban hidup yang dipakai untuk struktur
Gedung DPRD Kabupaten Bandung Barat ini adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.8 Beban Hidup

No. Pengunaan Berat

1 Atap 0.96 kN/m2

2 Atap untuk taman 4.79 kN/m2

3 Lantai ruang kantor 2.40 kN/m2

Lantai ruang pertemuan 4.79 kN/m2

4. Beban Air hujan

Dalam menentukan beban air hujan pada atap yang


tidak melendut, dalam lb/ft2 (kN/m2). Istilah atap yang tidak
melendut digunakan, untuk lendutan dari beban termasuk
beban mati tidak perlu dihitung ketika menentukan jumlah
air hujan pada atap. Berdasarkan pasal 8.3. SNI 1727:
2013 untuk menghitung beban hujan rencana adalah
sebagai berikut:

R = 5,2 (ds+dh)

R = 0,0098 (ds+dh)

Dengan asumsi (ds+dh) = 50 mm

R = 0,0098 x 50 = 0,49 kN/m2


5. Beban Angin

Beban angin yang digunakan dalam desain Sistem


Penahanan Beban Angin Utama (SPBAU) harus didesain
dengan beban angin desain minimum untuk bangunan
gedung tertutup atau tertutup sebagian tidak boleh kecil
dari 16 Ib/ft2 (0,77 kN/m2) dikalikan dengan luas dinding
bangunan gedung dan 8Ib/ft2 (0,38 kN/m) dikalikan dengan
luas atap bangunan gedung yang terproyeksi pada bidang
vertikal tegak lurus terhadap beban angin yang
diasumsikan.

Dalam proses menentukan beban angin SPBAU


untuk bangunan gedung tertutup mengikuti langkah-
langkah yang dijelaskan dalam Tabel 27.2-1. SNI 1727:
2013.

A. Kecepatan angin dasar (V)

Berdasarkan pasal 26.5.1. SNI 1727:2013 untuk


kecepatan angina dasar yang digunakan dalam menentukan
beban angin di bangunan gedung atau struktur lain harus
ditentukan dari instansi berwenang, sesuai dengan kategori
resiko bangunan gedung tersebut.

Bedasarkan data BMKG dalam Portal Data tahun 2019


Kabupaten Bandung dengan link :

http://data.bandung.go.id/dataset/03b7fc16-269d-48e3-aa78-
e1b9c3ee2ab4/resource/013d65e7-6150-4560-9227-
e86c6bda0338/download/kecepatan--angin--menurut--bulan-
-di--kota-bandung-2019.csv
Tabel 4.9 Data kecepatan angin kota bandung

No Bulan Angin rata rata Angin terbesar


(km/jam) (km/jam)

1 Januari 6 17

2 Februari 4 12

3 Maret 5 15

4 April 4 13

5 Mei 5 13

6 Juni 5 13

7 Juli 3 13

8 Agustus 4 15

9 September 5 17

10 Oktober 5 17

11 November 3 17

12 Desember 3 13

Untuk nilai kecepatan angin diambil yang tertinggi atau


terbesar yaitu 17 km/jam

Kecepatan angin (V) = 17 km/jam

= 4.72 m/detik

= 19.563 mph

B. Factor arah angin (Kd)

Bedasarkan table. 26.6-1 SNI 1727:2013 faktor arah


angin untuk bangunan gedung dengan system penahan
beban angin utama adalah 0,85.
C. Kategori eksposur

Untuk kategori eksposur diambil bedasarkan


kekasaran permukaan tanah pada pasal 26.7.2. SNI
1727:2013 didapat kategori B untuk daerah perkotaan dan
pinggiran kota.

D. Factor topografi (Kzt)

Dalam pasal 26.8.2. SNI 1727: 2013 disebutkan


bahwa jika kondisi situs dan lokasi gedung dan struktur
bangunan lain tidak memenuhi semua kondisi yang
disyaratkan seperti kondisi bukit, bukit memanjang dan
tebing curam. Seperti dijelaskan dalam SNI 1727:2013
pasal 26.8.1 Nilai Topografi (Kzt) dapat diambil 1,0.

E. Efek tiupan angin (G)

Berdasarkan pasal 26.9. SNI 1727: 2013 tiupan


angin untuk suatu bangunan gedung dan struktur lain
yang kaku boleh diambil sebesar 0,85.

F. Nilai koefisien tekanan internal (GCpi)

Berdasarkan tabel 26.11-1 SNI 1727: 2013 nilai


koefisien tekanan internal didapat sebesar + 0.18 dan
- 0.18

Tabel 4.10 Koefisien tekanan internal (GCpi)

Klasifikasi ketertutupan (GCpi)

Bangunan gedung terbuka 0,00

Bangunan gedung tertutup sebagian +0,55 dan -0,55

Bangunan gedung tertutup +0,18 dan -0,18

Sumber: SNI 1727 : 2013 Beban minimum untuk bangunan gedung


dan struktur lain
tanda positif dan negatif menandakan tekanan yang
bekerja menuju dan menjauhi dari permukaan internal.

G. Koefisien ekposur tekanan velositas (Kz dan Kh)

Koefisien eksposur tekanan velositas ditentukan


berdasarkan tabel 29.3-1. SNI 1727: 2013 dengan
tinggi bangunan mendekati 23 m dan kategori eksposur
B, maka didapat nilai 0.89.

Tabel 4.11 Koefisien ekposur tekanan velositas

Tinggi di atas level tanah, z Eksposur

ft (m) B C D

0-15 0-4,6 0,57 0,85 1,03

20 6,1 0,62 0,90 1,08

25 7,6 0,66 0,94 1,12

30 9,1 0,70 0,98 1,16

40 12,2 0,76 1,04 1,22

50 15,2 0,81 1,09 1,27

60 18 0,85 1,13 1,31

70 21,3 0,89 1,17 1,34

80 24,4 0,93 1,21 1,38

90 27,4 0,96 1,24 1,40

100 30,5 0,99 1,26 1,43

120 36,6 1,04 1,31 1,48

140 42,7 1,09 1,36 1,52

160 48,8 1,13 1,39 1,55


180 54,9 1,17 1,43 1,58

200 61,0 1,20 1,46 1,61

250 76,2 1,28 1,53 1,68

300 91,4 1,35 1,59 1,73

350 106,7 1,41 1,64 1,78

400 121,9 1,47 1,69 1,82

450 137,2 1,52 1,73 1,86

500 152,4 1,56 1,77 1,89

Sumber: SNI 1727 : 2013 Beban minimum untuk bangunan gedung


dan struktur lain

H. Tekanan velositas (qz)

Berdasarkan pasal 28.3.2. tekanan velositas (qz)


dapat dihitung dengan persamaan (28.3-1) sebagai
berikut:

qz = 0.613 Kz Kzt Kd V2

= 0.163 x 0.91 x 1.0 x 0.85 x 4.722

= 10.563 N/m2

I. Koefisien tekanan eksternal (Cp)

Untuk koefisien tekanan eksternal berdasarkan


tabel 27.4-1 SNI 1727: 2013 didapat nilai berikut:

Dinding di sisi angin datang : 0.8

Dinding di sisi angin pergi : - 0.2

Dinding tepi : - 0.7


Tabel 4.12 Koefisien tekanan dinding

Koefisien tekanan dinding Cp

Permukaan L/B Cp Digunakan


dengan

Dinding di sisi angin datang Seluruh nilai 0,8 qz

0-1 -0,5

Dinding di sisi angin pergi 2 -0,3 qh

≥4 -0,2

Dinding tepi Seluruh nilai -0,7 qh

Sumber: SNI 1727 : 2013 Beban minimum untuk bangunan gedung


dan struktur lain

J. Tekanan angin

Berdasarkan pasal 27.4.1. SNI 1727: 2013


tekanan angin desain untuk SPBAU bangunan gedung
kaku tertutup dan tertutup sebagian dari semua
ketinggian harus ditentukan dari persamaan (27.4-1)
sebagai berikut:

p = qGCp – qi(GCp) (N/m2)

untuk perhitungan tekanan angin dapat dilihat pada


tabel dibawah ini:
Tabel 4.13 Perhitungan tekanan angin

Permukaan q G Cp GCpi qGCp qi(GCpi) p

Dinding sisi 10.563 0.85 0.8 0.18 7.183 1.901 5.282


angin datang

Dinding sisi 10.563 0.85 -0.2 -0.18 -1.796 -1.901 0.106


angin pergi

Dinding sisi 10.563 0.85 -0.7 -0.18 -6.285 -1.901 -4.384


angin pergi

Berdasarkan pasal 27.1.5. SNI 1727: 2013


beban angin minimum tidak boleh lebih kecil dari 16 lb/ft2 (
0.77 kN/m2) dikalikan luas dinding bangunan (Af).

p x Af > 0.77 kN/m2

0.00493 x 16.50 > 0.77 kN/m2

2.279 > 0.77 kN/m2 → OK

6. Beban Gempa

Dalam menentukan analisis beban gempa yang


harus dilakukan kali ini hanya dengan menggunakan
metode Respons spektrum. Untuk perhitung dan analisis
gedung terhadap beban gempa mengacu pada SNI
1726:2012 dengan tahapan sebagai berikut:

A. Menentukan kategori resiko struktur bangunan

Berdasarkan SNI 1726:2012 disebutkan bahwa


gedung perkantoran termasuk dalam kategori resiko II dengan
faktor keutamaan (Ie ) sebesar 1.0.
Tabel 4.14 Kategori resiko struktur bangunan

Jenis pemanfaatan Kategori


resiko

Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk


dalam kategori resiko I,III,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi
untuk:
II
- Perumahan

- Rumah took dan rumah kantor

- Pasar

- Gedung perkantoran

- Gedung apertemen/ rumah susun

- Pusat perbelanjaan/ mall

- Bangunan industry

- Fasilitas manufaktur

- Pabrik

Sumber: SNI 1726 : 2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa


untuk struktur bangunan gedung dan non gedung

Tabel 4.15 Faktor keutamaan gempa

Kategori resiko Factor keutamaan gempa Ie

I atau II 1,0

III 1,25

IV 1,50
Sumber: SNI 1726 : 2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan non gedung

B. Menentukan kelas situs tanah

Dalam menentukan kelas situs tanah dapat


dicari dengan beberapa cara, diantaranya:

a. Kecepatan rata-rata gelombang geser (Vs)

b. Tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata (N & Nch)

c. Kuat geser nilai rata-rata (𝑠̅u)

Berdasarkan pasal 5.4.2. SNI 1726: 2012 untuk


menentukan kelas situs tanah melalui tahanan
penetrasi standar lapangan rata- rata (𝑁̅ & 𝑁̅ch )
adalah sebagai berikut:

∑𝑛
𝑖=1 𝑑𝑖
Rumus : 𝑁̅ = 𝑑𝑖
∑𝑛
𝑖=1 𝑁𝑖

Tabel 4.16 Tahanan penetrasi standar lapangan rata-rata

Lapisan Kedalaman Tebal (m) N-SPT Ni (b/c)


(m)

a b c d

1 0,5 – 2,0 2,00 6 0,33

2 2,5 – 4,0 2,00 9 0,22

3 4,5 – 6,0 2,00 12 0,17

4 6,5 – 8,0 2,00 12 0,17

5 8,5 – 10,0 2,00 13 0,15

6 10,5 – 12,0 2,00 16 0,13

7 12,5 – 14,0 2,00 24 0,08


8 14,5 – 16,0 2,00 30 0,07

9 16,5 – 18,0 2,00 33 0,06

10 18,5 – 20,0 2,00 40 0,05

11 20,5 – 22,0 2,00 30 0,07

12 22,5 – 24,0 2,00 43 0,05

13 24,5 – 26,0 2,00 47 0,04

14 26,5 – 28,0 2,00 51 0,04

15 28,5 – 30,0 2,00 52 0,04

∑ H = 30,00 ∑ Ni = 1,66

30,00
̅=
N = 18,05
1,66

Dengan hasil hitungan diatas, situs tanah


termasuk kedalam kelas situs SD (tanah sedang)

Tabel 4.17 Kelas situs tanah

Kelas situs vs 𝑁̅ atau 𝑁̅ch S (kpa)

SA (batuan keras) >1500 N/A N/A

SB (batuan) 750 sampai N/A N/A


1500

SC (tanah keras 350 sampai >50 >100


sangat padat dan 750
batuan

175 sampai 15 sampai 50 50 sampai


SD (tanah
350 100
sedang)
Sumber: SNI 1726 : 2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa
untuk struktur bangunan gedung dan non gedung

C. Menentukan parameter percepatan gempa (Ss dan S1)

Parameter percepatan gempa (Ss dan S1) dapat di


ketahui melalui situs online Dinas PU di link:

http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_20
11/

Gambar 4.45 Input kordinat desain spectra

Gambar 4.46 desain spektra website puskim.pu.go.id


Output percepatan gempa ( dan ) untuk
lokasi tersebut adalah Ss = 1.488 g dan S1 = 0.567 g (g
= percepatan gravitasi = 9,81 m/det2).
D. Menentukan koefisien situs dan parameter respon spektra

Bedasarkan website http://puskim.pu.go.id di dapat


nilai parameter respon spectra untuk percepatan pada priode
pendek (SMS) dan priode 1 detik (SM1) di tunjakan pada
gambar berikut:

Gambar 4.47 Nilai parameter spektra percepatan


E. Menentukan respon spektrum desain

Penentuan respon spectrum desain bedasarkan


website resmi Dinas PU di link http://puskim.pu.go.id yang di
tunjukan pada gambar berikut:

Gambar 4.48 Respon spektum desain


F. Menentukan kategori desain seismic

Penentuan kategori desain seismic (Kds) bedasarkan


kategori resiko dan parameter respon spektra percepatan
desain sesuai dengan table 6 dan table 7 pasal 6.5 SNI
Gempa 1726:2012 sebagai berikut:

Tabel 4.18 Kategori desain seismik pada periode pendek

Kategori risiko

Nilai SDS I atau II atau III IV

SDS < 0,167 A A

0,167 ≤ SDS < 0,33 B C

0,33 ≤ SDS < 0,50 C D

0,50 ≤ SDS D D

Sumber: SNI 1726 : 2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa


untuk struktur bangunan gedung dan non gedung

Tabel 4.19 Kategori desain seismik pada periode 1 detik

Nilai SD1 Kategori risiko

I atau II atau III IV

SDS < 0,167 A A

0,067 ≤ SDS < 0,133 B C

0,133 ≤ SDS < 0,20 C D

0,20 ≤ SDS D D

Sumber: SNI 1726 : 2012 Tata cara perencanaan ketahanan gempa


untuk struktur bangunan gedung dan non gedung
Berdasarkan nilai SDS dan SD1 yang telah didapat
sebelumnya yaitu SDS = 0.992 g dan SD1 = 0.567 g ,
maka termasuk dalam kategori D.

G. Pemilihan system struktur dan prameternya

Bedasarkan pasal 7.2.2 SNI 1726:2012 dirumuskan


untuk pemilihan system struktur adalah sebagai berikut:

Tabel 4.20 Kategori sistem penahan gempa

Code SNI 03- Tingkat Resiko Kegempaan


1726-2012
Rendah Menengah Tinggi

A,B C D,E,F

Sistem SRMB/ M/ K/ SRMM/ K/ SRMK


penahan SDSB/ K SDSB/ K
SDSK
gempa

Jenis struktur gedung termasuk pada kategori tingkat


resiko gempa tinggi (D), sehinggan digunakan system
penahan gempa ganda dengan rangka pemikul momen
khusus yang mampu menahan paling sedikit 25% gaya
gempa yang ditetapkan. sesuai pasal 7.2.2 SNI 1726:2012.
Gambar 4.49 Faktor R, C_d, Ω_0

Anda mungkin juga menyukai