Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

PROFIL KABUPATEN
BADUNG

Bab ini menguraikan secara ringkas kondisi fisik,sosial dan ekonomi wilayah
Kabupaten/Kota Katagori Strategis Nasional (Kabupaten Badung)

4.1. GAMBARAN GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH


o o
Kabupaten Badung Terletak antara 08 14'20" - 08 50'48" Lintang Selatan, dan
o o
115 05'00" - 115 26'16" Bujur Timur, dengan batas-batas :
 Sebelah utara : Kabupaten Buleleng;
 Sebelah Timur : Kabupaten : Bangli, Gianyar, dan Kota Denpasar;
 Sebelah Selatan : Samudera Indonesia;
 Sebelah Barat : Kabupaten Tabanan.
Luas wilayah Kabupaten Badung 418,52 km2 secara adminisratif mencakup 6
kecamatan 16 kelurahan, dan 46 desa, seperti disajikan pada Tabel berikut.
Tabel 4.1 Luas Wilayah Administrasi Kecamatan, Kelurahan,dan Desa

No Kecamatan Kelurahan Desa Luas Wilayah Total Luas


(Ha) (Km2)
1 Kuta 1. Tuban 268 17,52
2. Kuta 782
3. Kedonganan 191
4. Legian 305
5. Seminyak 206
2 Mengwi 1. Munggu 549 82
2. Buduk 277
3. Mengwitani 420
4. Kapal 562
5. Sempidi 346
6. Penarungan 468
7. Sembung 717
8. Baha 513
9. Mengwi 378
10. Kekeran 405
11. Sobangan 411
12. Gulingan 477
13. Werdhi Buwana 263
14. Abianbase 401
15. Sading 284
16. Lukluk 314

IV-1
No Kecamatan Kelurahan Desa Luas Wilayah Total Luas
(Ha) (Km2)
17. Cemagi 458
18. Pererenan 446
19. Tumbakbayuh 237
20. Kuwum 284
3 Abiansemal 1. Darmasaba 567 69,01
2. Sibang Kaja 339
3. Sibang Gede 1068
4. Jagapati 152
5. Angantaka 239
6. Sedang 339
7. Mambal 306
8. Abiansemal 396
9. Bongkasa 456
10. Taman 733
11. Blahkiuh 358
12. Ayunan 216
13. Sangeh 450
14. Punggul 250
15. Mekar Bhuwana 315
16. Dauh Yeh Cani 339
17. Selat 221
18. Bongkasa Pertiwi 157
4 Petang 1. Carangsari 885 115
2. Petang 1325
3. Belok Sidan 3266
4. Pelaga 3927
5. Getasan 262
6. Pangsan 576
7. Sulangai 1259
5 Kuta 1. Pecatu 2641 101,13
Selatan 2. Ungasan 1499
3. Kutuh 856
4. Benoa 2828
5. Tanjung Benoa 239
6. Jimbaran 2050
6 Kuta Utara 1. Kerobokan Kelod 526 33,86
2. Kerobokan 542
3. Kerobokan Kaja 530
4. Tibubeneng 650
5. Canggu 523
6. Dalung 615
JUMLAH 16 46 418,52
Sumber : Kode dan Data Wilayah Administrasi di Kabupaten Badung Tahun 2010

IV-2
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Badung

IV-3
4.2. GAMBARAN DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk Kabupaten Badung berdasarkan Sensus Penduduk 2010 berjumlah
543.332 jiwa dengan rincian 277.536 jiwa laki-laki dan 265.796 jiwa perempuan. Jumlah
penduduk Kabupaten Badung ini lebih kurang 13,96 persen dari jumlah penduduk
Provinsi Bali. Distribusi penduduk per kecamatan terkonsentrasi di Kecamatan Mengwi
122.858 jiwa, dan terendah di Kecamatan Petang 26.269 jiwa,, seperti disajikan pada
Tabel berikut.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Kecamatan Penduduk
Laki Perempuan Total Sex Ratio
(1) (2) (3) (4) (5)
Kuta Selatan 59.695 56.448 116.143 105
Kuta 45.060 41.597 86.657 108
Kuta Utara 53.397 50.378 103.775 106
Mengwi 62.148 60.710 122.858 102
Abiansemal 43.988 43.991 87.979 100
Petang 13.269 13.000 26.269 102
BADUNG 277.557 266.124 543.681 104
Sumber : BPS Kabupaten Badung

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung sangat pesat, rata-rata 4,43 persen per
tahun selama sepuluh tahun terakhir, 2000-2010 (data antar sensus). Sedangkan secara
nasional pertumbuhan penduduk Indonesia 1,47 persen dan pertumbuhan penduduk
Bali 2,15 persen. Dengan kata lain bahwa Kabupaten Badung telah menjadi tumpuan
harapan dari para migran yang datang ke Bali.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi terjadi di Kecamatan Kuta Selatan 9,11 persen, Kuta
5,93 persen dan Kuta Utara 6,94 persen. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan
fisik perumahan dan sarana pariwisata sangat pesat di Kuta Selatan dan Kuta.
Sedangkan Kuta Utara sebagai daerah penyangga dengan pembangunan perumahan
dan pemukiman baru. Pertumbuhan terendah terjadi di Kecamatan Petang 0,37 persen,
sedangkan Mengwi 2,46 persen dan Abiansemal 1,77 persen. Badung selatan dengan
laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi sudah tentu sangat memerlukan penataan
administrasi kependudukan serta penataan kawasan yang lebih baik.

10 9,11
8 6,94

6 5,93

4 BADUNG 4,43
2,46

2 1,77 BALI 2,15


0,37
0

Gambar 4.2 : Grafik Laju Pertumbuhan Penduduk (%) Kab.Badung 2000-2010


IV-4
4.3. GAMBARAN TOPOGRAFI
Secara umum letak ketinggian Kabupaten Badung adalah seperti yang disajikan pada
Tabel 4.4.Ketinggian tempat tertinggi barada di Kecamatan Petang (2.075 m) diatas
permukaan laut, terendah berda di Kecamatan Kuta ( 27m ). Ditinjau dari luas daerah
terbangun bahwa semakin ke utara, persentase nilai lahan terbangun semakin kecil. Hal
ini memberi indikasi bahwa secara fisik pembangunan berlangsung lebih cepat di bagian
selatan, sehingga dapat dikatakan bahwa makin ke selatan Kabupaten Badung, semakin
bersifat Urban dan semakin ke utara akan semakin Rural.
Kemiringan lereng Kabupaten Badung dapat dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) yaitu :
a. kemiringan lereng 0 – 3%, merupakan daerah datar, umumnya merupakan daerah
dataran aluvial sungai, rawa dan pantai. Penyebarannya meliputi Kuta, Legian dan
Benoa dengan luas daerah  22,01 km² atau 5,64% dari luas daerah;
b. kemiringan lereng >3 – 5%, merupakan daerah landai, umumnya merupakan daerah
dataran aluvial sungai. Penyebarannya meliputi Jimbaran, Basangkasa dan
Petinggan dengan luas daerah  23,12 km² atau 3,93% dari luas daerah;
c. kemiringan lereng >5 – 10%, merupakan daerah bergelombang umumnya
merupakan daerah perbukitan bergelombang, penyebarannya meliputi daerah :
Munggu, Dalung, Abianbase, Lukluk, Mengwi dan Cemengan dengan luas daerah 
109,9 km² atau 28,19 % dari luas daerah;

Tabel 4.3 Luas Wilayah, Ketinggian, dan Luas Terbangun per Kecamatan

Luas Persentase Persentase Ketinggian Jarak ke Luas Kawasan


di banding dari Terbangun
No Kecamatan Wilayah Luas Denpasar
Luas Bali Permukaan
(Km²) wilayah (%) (Km)
(%) Laut (m)
(Ha) (%)
1 Kuta Selatan *) 101,13 24,16 1,8 28 18,3 4.066 43,33

2 Kuta *) 17,52 4,19 0,31 27 9,6 1.331 14,19

3 Kuta Utara *) 33,86 8,09 0,6 65 7 1.134 12,09

4 Mengwi 82,00 19,59 1,46 0-350 15 1.728 18,42

5 Abiansemal 69,01 16,49 1,23 75 - 350 15 973 10,37

6 Petang 115,00 27,48 2,04 275 - 2075 30 151 1,61

Kabupaten 418,52 100,00 7,44 0 - 2075 - 9.383 100,00

Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2009

d. kemiringan lereng >10 – 15%, merupakan daerah agak miring. Penyebarannya


meliputi daerah Sembung, Batangnyuh, Sangeh, Semuan, Getasan dan Pangsang
dengan luas daerah  59,53 km² atau 15,27% dari luas daerah;
e. kemiringan lereng >15 – 30%, merupakan daerah miring. Penyebarannya meliputi
daerah Unggasan, Pecatu, Kutuh, Petangan, Uluwatu dan Sawangan dengan luas
daerah  93,33 km² atau 23,94% dari luas daerah;
f. kemiringan lereng >30 – 70%, merupakan daerah sangat miring sampai curam.
Penyebarannya meliputi sekitar Plaga, Kladan dan Belok dengan luas daerah 
75,49 km² atau 19,36 % luas daerah pemetaan;
g. kemiringan lereng > 70%, merupakan daerah yang sampai curam. Penyebarannya
meliputi daerah puncak G. Catur, dengan luas daerah  6,45 km² atau 1,65% dari
luas daerah.
Peta kemiringan lereng disajikan pada Gambar 4.3

IV-5
Pembagian satuan morfologi didasarkan pada bentuk bentang alam dan kemiringan
lereng. Wilayah Kabupaten Badung dapat dibagi menjadi 5 (lima) satuan morfologi yaitu:
a. Dataran
Merupakan daerah dataran alluvium dan pantai, bentuk lereng datar hingga landai
dengan kemiringan lereng umumnya < 5%, terletak pada ketinggian 0 – 50 m diatas
permukaan laut. Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini kondisi keairannya
bersifat permanen (mengalir sepanjang tahun). Bentuk sungai melebar ke arah
horizontal dengan tebing yang landai dan dangkal. Batuan penyusun terdiri dari
kerikil, pasir, lanau dan liat.
Penyebarannya dibagian tengah-selatan dengan luas daerah lebih kurang 11,56%
dari luas wilayah, meliputi Kuta, Legian, Tuban, Benoa, Nusa Dua, Basangkasa,
Petinggan dan Plase. Dari pengamatan di lapangan daerah ini umumnya
dipergunakan sebagai daerah permukiman, industri, perkantoran, pertokoan, dan
obyek wisata.
b. Perbukitan Berelief Halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan
kemiringan lereng umumnya antara 5 – 15% (setempat > 15%) dan berada pada
ketinggian 100 – 500 m diatas permukaan laut.
Bentuk morfologi dipengaruhi oleh adanya torehan alur-alur sungai yang membentuk
pola aliran sejajar (pararel) dengan lembah yang cukup lebar dan agak dalam serta
bentuk sungai mulai mengarah ke bentuk “U”. Erosi lateral sudah mulai berjalan lebih
intensif dibandingkan dengan erosi vertical. Batuan penyusun terdiri dari tufa dan
lahar yang berasal dari batuan gunung api kelompok Buyan – Bratan dan Batur
(Qpbb).
Penyebarannya terdapat di bagian tengah dengan luas lebih kurang 43,38% dari luas
wilayah yaitu sekitar daerah Mengwi, Kapal, Abiansemal, Denkayu, Blahkiuh, Lukluk
dan Sangeh. Penggunaan lahan di daerah ini digunakan untuk kawasan
permukiman, pertanian dan obyek wisata.
c. Perbukitan Berelief Sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan
kemiringan lereng umumnya 15 – 30% (setempat > 50%) dan berada pada
ketinggian 7 - 213 meter di atas permukaan laut dengan puncak-puncaknya G.
Unggasan, Tegalblimbing, Alas Pulosupit, Munduk Dipal, dan Alas Kemajung.
Kenampakan pola aliran sungai adalah memancar (radial).
Penyebarannya di bagian selatan wilayah dengan luas lebih kurang 23,94% dari luas
daerah, meliputi daerah Pecatu, Petangan, Simpangan, Kutuh dan Uluwatu.
Penggunaan lahan pada satuan ini umumnya berupa daerah alang-alang, tegalan
dan permukiman.
d. Perbukitan Berelief Kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan
kemiringan lereng 30 – 70% dan berada pada ketinggian 500 – 1000 m diatas
permukaan laut. Pola aliran sungainya umumnya membentuk pola aliran sejajar
(pararel) dengan kenampakan tebing-tebing sungai cukup dalam. Keadaan ini
menujukkan bahwa erosi vertikal lebih intensif dibandingkan dengan erosi lateral.
Batuan penyusun terdiri dari tufa dan lahar yang berasal dari batuan gunung api
kelompok Buyan – Bratan dan Batur (Qpbb).

IV-6
Sebarannya terdapat di bagian utara dengan luas lebih kurang 19,58% dari luas
daerah yaitu sekitar daerah Pangsang, Petang, Sandakan, Nungnung, Kladan dan
Plaga. Penggunaan lahan di daerah ini adalah untuk kawasan perkebunan,
permukiman setempat dan persawahan.
e. Perbukitan Berelief Sangat Kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar
dengan kemiringan lereng umumnya > 70% (setempat 50%) dan berada pada
ketinggian 1500 – 2096 m di atas permukaan laut. Pola aliran sungai menujukkan
pola memancar (radial) dengan lembah dalam dan sempit. Sifat sungai umumnya
musiman (intermitten) artinya hanya berair pada musim penghujan. Batuannya
terbentuk dari hasil kegiatan gunung api kelompok Buyan – Bratan Purba berupa
lava dan Breksi (Qvbb).
Sebarannya menempati bagian utara dengan luas lebih kurang 1,53% dari luas
daerah, yang meliputi daerah sekitar G. Catur yang umumnya masih ditutupi oleh
hutan tropik.
Untuk lebih jelasnya kondisi morfologi Kabupaten Badung dapat dilihat Gambar 4.4.

IV-7
Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Kabupaten Badung

IV-8
Gambar 4.4 Peta Mofologi Wilayah Kabupaten Badung

IV-9
4.4. GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Kabupaten Badung mempunyai karakteristik hidrologi yang beragam sehingga secara
relatif memiliki sumber daya air yang kaya dibandingkan wilayah lainnya di Bali.
Karakteristik hidrologi tersebut meliputi sungai, danau, mata air tanah.
A. SUNGAI
Pada Sub-SWS 03.01.02 mengalir sungai utama Tukad Yeh Penet dan sungai-sungai
lainnya yang sebagian diantaranya termasuk dalam wilayah Kabupaten Tabanan.
Karakteristik sungai-sungai di Kabupaten Badung, adalah sebagai berikut :
a. Tukad Ayung
Tukad Ayung adalah sebuah system DAS yang menempati wilayah Kabupaten Bangli di
bagian hulunya, Kabupaten Badung dan Gianyar di bagian tengah serta bermuara di
pantai Padanggalak yang merupakan perbatasan wilayah Kota denpasar dan Kabupaten
Gianyar. Panjang sungai utama mencapai 62,50 km. Anak-anak sungai Tukad Ayung
yaitu: Tukad Pungsu, Tukad Bebunut, Tukad Yeh Song, Tukad Siap, Tokad Ngongkong,
Tukad Bangkung, Tukad Tegalanting, Tukad Kilap, dan lain-lainnya.
Pemanfaatan air sungai Ayung secara langsung dilakukan oleh sector kehidupan baik
yang berada di wilayah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
b. Tukad Mati
Tukad Mati adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah Kabupaten Badung di
bagian hulu dan hilir, sementara bagian tengahnya melintasi kota Denpasar. Anak
sungai Tukad Mati paling sedikit yaitu terdiri dari Pangkung Lebak Muding dan Pangkung
Danu. Fungsi Tukad Mati saat ini selain untuk mengairi beberapa lahan sawah, terutama
adalah sebagai drainase kota.
c. Tukad Badung
Tukad Badung adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah Kota Denpasar di
bagian hulu dan tengahnya, sedangkan bagian hilir menjadi batas antara wilayah
Kabupaten Badung dengan Kota Denpasar. Anak-anak sungainya seluruhnya ada di
Kota Denpasar yaitu Tukad Jurang, Tukad Langan, Tukad Medih, Tukad Urang dan
Tukad Rarangan.
Pada bagian hilir Tukad Badung terdapat Waduk Estuary Nusa Dua yang mempunyai
kemampuan untuk melayani pasokan air bersih sebesar 300 lt/det yang selama ini
dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan air di wilayah Badung Selatan.
d. Tukad Yeh Penet
Tukad Yeh Penet merupakan sistem DAS pada sisi Barat Kabupaten Badung yang
berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Pada sistem DAS ini terdapat beberapa anak
sungai yang aliran airnya bermuara pada Tukad Yeh Penet yaitu : Tukad Sungai, Tukad
Dangkang, Tukad Ulaman, Tukad Kedokan, Tukad Yeh Ge, Tukad Kajang, Tukad
Ngingian, Tukad Bangka, dan lain-lain.
e. Sungai-sungai lain di sub-SWS 03.01.02.
Beberapa sungai kecil yang langsung bermuara ditemukan di wilayah Kecamatan Kuta
yang selain berfungsi sebagai pemasok air irigasi, juga sebagai terminal drainase
lingkungan, seperti: Tukad Canggu, Tukad Pangi, Tukad Yeh Poh, dan lain-lainnya.
f. Sungai-sungai di Jazirah Nusa Dua
Sungai-sungai dijazirah Nusa Dua merupakan sungai musiman dengan pola aliran
radial, memancar keempat arah. Karakteristik pengaliran: panjang sungai rata-rata 5,44
IV-10
km, luas daerah tangkapan rata-rata 3,37 km2. Jumlah pengaliran ke Selatan lebih
banyak, lebih panjang dan lebih cepat, sementara jumlah DPS nya berimbang dengan
yang kearah Utara. Sungai-sungai tersebut antara lain Tukad Batumejan, Tukad
Cengiling, Tukad Bualu, Tukad Nangka, Tukad Soma, dan lain-lain.
Karakteristik sungai-sungai utama serta beberapa sungai permanen lainnya dapat dilihat
pada Tabel berikut:
Tabel 4.4 Karakteristik Sungai-sungai di Kabupaten Badung
NO NAMA SUNGAI SUB-SWS PANJANG CATHMENT AREA

(km) (Km2)

1 Tukad Ayung 03.01.01 62,50 109,30

2 Tukad Siap 03.01.01 24,20 21,80

3 Tukad Sengkulung 03.01.01 55,50 5,53

4 Tukad Pungsu 03.01.01 16,00 19,55

5 Tukad Ngongkong 03.01.01 12,00 11,25

6 Tukad Badung 03.01.01 17,00 22,55

7 Tukad Mati 03.01.01 12,00 25,40

8 Tukad Yeh Poh 03.01.02 16,00 14,03

9 Tukad Sungi 03.01.02 40,50 39,20

10 Tukad Penet 03.01.02 45,30 58,40

11 Tukad Dangkang 03.01.02 21,40 15,80

Sumber: Proyek Pengelolaan dan Konservasi Sumber Air Bali


B. AIR DANAU/ WADUK
Kabupaten Badung tidak memiliki satupun danau alam sebagai sumber air. Namun
demikian, pada saat ini terdapat sebuah danau buatan atau waduk muara yang
berfungsi sebagai tampungan air untuk diolah dan dimanfaatkan sebagai sumber
pasokan air baku pada daerah pelayanannya. Waduk Muara Nusa Dua yang dimaksud
secara administratif berada pada batas wilayah Kabupaten Badung dan Kota Denpasar,
dengan kesempatan pemanfaatan produksi airnya terutama oleh wilayah Kabupaten
Badung bagian Selatan yang meliputi Kuta dan Nusa Dua.
C. AIR TANAH DAN MATA AIR
a. Air Tanah
Kondisi Kabupaten Badung secara umum di bagian Utara pada ketinggian di atas 400 m
hingga lebih merupakan daerah resapan utama bagi pengisian air tanah. Akifer air tanah
di kabupaten Badung mengikuti pola Bali Selatan secara umum. Akifer dangkal
ditemukan pada kedalaman 30 – 50 m dengan formasi miring ke arah selatan.
Sedangkan akifer tertekan atau air tanah dalam ditemukan pada kedalaman 50-150 m.
Berdasarkan peta hidrogeologi Bali, pemetaan atas kandungan air tanah di Kabupaten
Badung dapat dilihat pada lampiran Gambar 4.5.

IV-11
Menurut pengelompokan kandungan air tanah yang dibuat dalam Peta Hidrogeologi Bali,
di Kabupaten Badung terdapat wilayah-wilayah dengan kandungan air tanah yang
merentang atas kondisi sebagai berikut : 1) daerah yang terpengaruh oleh air laut (air
payau) meliputi wilayah Jimbaran, Tanjung Benoa dan sekitarnya, 2) setempat
kandungan air sangat sedikit sekali 0,1 lt/ det terdapat di wilayah Bukit Pecatu dan Nusa
Dua, 3) setempat kandungan air besar 10 lt/det terdapat di wilayah Kuta, Kuta Utara
hingga sebagian kecamatan Mengwi, 4) setempat kandungan sedang 5 lt/det terdapat di
wilayah Abiansemal, dan 5) setempat kandungan sedikit 0,5 lt/det terdapat di wilayah
Petang.
Kondisi kualitas air tanah berdasarkan pengujian terhadap beberapa sumur dangkal dan
sumur dalam di Badung Selatan menunjukkan bahwa air tanah masih memiliki kualitas
golongan A. Tetapi pada beberapa sumur sampel ditemukan bahwa air tanah sudah
terasa asin karena intrusi air laut dan terdapatnya pencemaran koli tinja.
b. Mata Air
Dalam keadaan yang memungkinkan, akibat adanya rekahan, celah atau bekerjanya
fungsi kaliparitas, maka air tanah akan muncul ke permukaan sebagai mata air.
Keterdapatan mata air di Kabupaten Badung menurut data Dinas Kehutanan dan
Perkebunan tahun 2005 ditemukan di beberapa tempat sebanyak 379 buah, seperti
terlihat pada Tabel 4.6. Sementara kedudukan beberapa mata air yang telah
termanfaatkan berdasarkan diidentifikasi oleh Tim Studi JICA pada tahun 2005 dapat
dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.6
Kemanfaatan mata air tersebut terutama adalah untuk fungsi sebagai pemasok air
minum yang langsung dimanfaatkan oleh lingkungan pemukiman, irigasi atau
permandian.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Jumlah Mata Air di Kabupaten Badung Tahun 2007
No. Lokasi Jumlah Mata Air (Buah) Total
(Buah)
Kecamatan Besar Sedang Kecil

1 Petang 27 57 116 200


2 Abiansemal 35 55 16 106
3 Mengwi 29 38 0 67

4 Kuta Utara 2 4 0 6

Jumlah (Kab. Badung) 93 154 132 379

Sumber : Dishutbun Kab. Badung

IV-12
Tabel 4.6 Mata air di Kabupaten Badung, Debit dan Pemanfaatannya
NO MATA AIR DESA KECAMATAN DEBIT lt/dt PEMANFAATAN
Jimbaran Kuta Selatan 1,09
Sub-SWS 03.01.01

1 Bukit -
Sangeh Abiansemal t.a.
2 Taman I -
Penarungan Mengwi 1,312
3 Taman Biji Guming Air minum
Abian semal Abiansemal 2,75
4 Pura Taman Apuan Irigasi & MCK
Abian semal Abiansemal t.a.
5 Apuan -
Blahkiuh Abiansemal t.a.
6 Blahkiuh -
Sangeh Abiansemal 112
7 Mumbul Kolam ikan
Sangeh Abiansemal 5,5
8 Brahmana II Air Minum & MCK
Sangeh Abiansemal 216,66
9 Brahmana I Permandian
Abiansemal Abiansemal 50
10 Pacung II Irigasi
Blahkiuh Abiansemal t.a.
11 Punggul -
Sangeh Abiansemal t.a.
12 Sangeh -
Selat Abiansemal 63
13 Batan Telaga Irigasi & MCK
Taman Abiansemal t.a.
14 Taman II -
Pelaga Petang 227,5
15 Nungnung -
Petang Petang 1,1
16 Belong Irigasi & MCK
Sibangkaja Abiansemal 2,21
17 Gaduh -
Mengwi Mengwi 3,16
Sub-SWS 03.01.02

18 Purna Irigasi dan air


Mengwi Mengwi 6,7 minum
19 Pande Irigasi & MCK
Gulingan Mengwi 2,57
20 Dukun Air Minum & MCK
Dalung Kuta Utara 0,15
21 Beji Sampuana Air minum
Gulingan Mengwi 4,5
22 Bukti Irigasi
Gulingan Mengwi 2,47
23 Pancoran B Badung Air minum
Baha Mengwi t.a.
24 Sagu -
Penarungan Mengwi 40
25 Paluh Air minum
Ayunan Abiansemal t.a.
26 Was -
Blahkiuh Abiansemal 2
27 Beneh Kawan -
Blahkiuh Abiansemal 5,57
28 Pancoran Wasi Irigasi & MCK
Sulangai Abiansemal t.a.
29 Sulangai -
Sangeh Abiansemal t.a.
30 Pacung I Air Minum & MCK
Petang Petang t.a.
31 Dungun Air minum

Sumber: Dinas PU dan Hasil Studi Tim JICA

IV-13
Gambar 4.5 Peta Kandungan Air Tanah

IV-14
Gambar 4.6 Peta Sebaran Mata Air di Kabupaten Badung

IV-15
4.5. GAMBARAN GEOLOGI
Kondisi geologi Kabupaten Badung sebagian besar merupakan produk gunung api
muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan lahar (Hadiwidjojo,
1971 dan Sudadi dkk, 1986). Sebagian kecil daerah pesisir sekitar Kuta merupakan
daerah alluvial endapan pantai yang tersusun dari pasir, sedangkan di daerah selatan
merupakan bukit kapur yang berasal dari batu gamping, batu pasir gampingan dan
napal.
Lebih jelasnya kondisi Geologi di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 4.7
Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Badung tergolong jenis Inceptisols
berbahan induk abu vulkan intermedier dan tuf. Sebagian lagi jenis tanah Andisol dari
bahan induk yang sama terdapat di daerah hutan lindung yang berbatasan dengan
Kabupaten Buleleng. Tanah Entisols terdapat di sekitar dataran pantai Kuta.
Wilayah perbukitan kapur di bagian selatan memiliki jenis tanah Alfisols dengan fisiografi
pengangkatan (uplifit) daerah pantai. Vertisols juga ditemukan di Canggu, Kerobokan
yang mempunyai sifat mudah mengembang dan mengempis.
Lebih jelasnya kondisi tanah di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 4.8.

IV-16
Gambar 4.7 Peta Kondisi Geologi

IV-17
Gambar 4.8 Peta Kondisi Jenis Tanah

IV-18
4.6. GAMBARAN KLIMATOLOGI
Menurut pencatatan Dinas Pertanian yang diperoleh pada Badung Dalam Angka 2007,
diketahui bahwa rata-rata curah hujan di Kabupaten Badung sebesar 8.556 mm. Untuk
tingkat kecamatan, curah hujan paling tinggi terjadi di Kecanatan Petang yaitu sebaser
2.698 mm dan yang paling kecil terjadi di Kecamatan Mengwi yang besarnya hanya
1.633 mm. Untuk lebih jelasnya angak curah hujan di Kabupaten Badung tahun 2007
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.7 Angka Curah Hujan Pada Stasiun Hujan di Kabupaten Badung Tahun
2008
Bulan Kuta Mengwi Abiansemal Petang Kabupaten
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH

Januari 151 10 129 25 88 16 349 15 717 66


Pebruari 103 11 131 19 179 7 496 12 909 49
Maret 386 18 258 19 345 16 487 18 1.476 71
April 448 14 236 14 140 6 44 4 868 38
Mei 24 3 - - 49 7 152 6 225 16
Juni 19 3 - 4 382 12 162 11 563 30
Juli - - - - 57 4 50 3 107 7
Agustus 24 3 2 2 69 15 - - 95 20
September - - - - 11 4 10 1 21 5
Oktober 48 5 58 4 39 8 82 2 227 19
Nopember 246 11 116 10 211 12 113 3 686 36
Desember 604 23 703 22 602 22 753 24 2.662 91
Jumlah 2.053 101 1.633 119 2.172 129 2.698 99 8.556 448

Rata-Rata 171,08 8,42 136,08 9,92 181,00 10,75 224,83 8,25 713,00 37,33
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2008 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Badung)
Keterangan : CH : Curah Hujan, HH : Hari hujan
Alat di Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta Utara tidak berfungsi

4.7. KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI


4.7.1. Kondisi Sosial
Sarana pendidikan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kecerdasan dan
kesejahteraan serta keterampilan penduduk. Melalui upaya kualitas sumber daya
manusia yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
penduduk. Fasilitas pendidikan TK, SD, SLTP dan SLTA sudah menyebar di seluruh
bagian wilayah kecamatan. Hal ini berkaitan pula dengan kebijaksanaan pembangunan
kota yang berkaitan dengan pembangunan permukiman baru. Data sarana pendidikan
Kabupaten Badung dipresentasikan pada Tabel 4.8
Tabel 4.8 Jumlah Sarana Pendidikan Di Kabupaten Badung Tahun 2009
Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan
TK SD SMP SMA SMK
Kuta Selatan 36 48 10 4 3
Kuta 17 27 6 5 1
Kuta Utara 33 30 8 3 3
Mengwi 40 72 12 5 5
Abiansemal 32 64 7 2 3
Petang 11 27 4 1 1
Total 169 268 47 20 16

IV-19
Sistem mata pencaharian penduduk di Kabupaten Badung dipengaruhi karakteristik
wilayahnya, yaitu pada wilayah Badung bagian selatan (Kecamatan Kuta dan sekitarnya)
yang karakteristik wilayahnya adalah pesisir didominasi kegiatan pariwisata (antara lain,
sektor perdagangan, hotel dan restoran). Sedangkan di Badung bagian Utara
(Kecamatan Petang dan Abiansemal) dengan karakteristik wilayah daerah pertanian
umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian.
Berdasarkan data Program Perlindungan Sosial (PPLS), jumlah dan persebaran rumah
tangga miskin di Kabupaten Tabanan disajikan pada Tabel berikut. Pada tahun 2011
jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Tabanan sebanyak 13.323 RTM atau 9,35 %
dari Rumah Tangga yang ada. Persebaran jumlah tertinggi berada di Kecamatan
Mengwi 4.836 RTM, kemudian disusul di Kecamatan Abiansemal 4.817 RTM, di
Kecamatan Petang 2.028 RTM, dan terkecil berada di Kecamatan Kuta dengan 132
RTM.
Namun berdasarkan persentase RTM per kecamatan bahwa konsentrasi tertinggi
berada di Kecamatan Petang 32,28 %, kemudian disusul di Kecamatan Abiansemal
25,77 %, di Kecamatan Mengwi 17,26 %, dan terkecil di Kecamatan Kuta 0,44 %.
Ditinjau dari persebaran jumlah rumah tangga miskin (RTM), terjadi ketimpangan antara
Badung Selatan dan Badung Utara dimana jumlah RTM sebagaian besar berada di
Badung Utara.
Tabel 4.9 Jumlah RTM di Kabupaten Badung Tahun 2011
No Kecamatan JML RTM JML RT % RTM

1 Kuta Selatan 747 31.831 2,35


2 Kuta 132 29.697 0,44
3 Kuta Utara 763 27.978 2,73
4 Mengwi 4.836 28.019 17,26
5 Abiansemal 4.817 18.693 25,77
6 Petang 2.028 6.283 32,28
Jumlah (Kab Badung) 13.323 142.501 9,35

Sumber data PPLS Provinsi Bali 2011


Secara keseluruhan IPM terus meningkat dari tahun 1996 sebesar 71,51 dan tahun 2002
sebesar 73,24. Hal ini menunjukan bahwa kualitas penduduk Badung semakin baik
setiap tahunnya, hanya saja pada tahun 1999 terjadi penurunan IPM yang disebabkan
oleh dampak krisis moneter yang menghatam Indonesia pada tahun-tahun tersebut.
4.7.2. Perekonomian Wilayah
Berdasarkan PDRB Kabupaten Badung atas dasar harga konstan tahun 2000 dalam
jangka waktu tahun 2005-2008, terlihat bahwa sektor strategis yang memberikan
kontribusi terbesar adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor selanjutnya
yang memberikan kontribusi terbesar secara berurutan adalah sektor perangkutan dan
telekomunikasi, sektor jasa-jasa, serta sektor pertanian. Hal itu disebabkan karena
kegiatan utama yang berkembang di Kabupaten Badung adalah kegiatan pariwisata
yang erat hubungannya dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sektor
perangkutan dan telekomunikasi juga mendukung kegiatan pariwisata, sehingga
kontribusinya bagi PDRB juga cukup besar. Hal itu dikarenakan keberadaan Bandara
Ngurah Rai sebagai pintu masuk utama wisatawan domestik dan mancanegara dari luar
IV-20
Pulau Bali. Sedangkan sektor pertanian berkontribusi karena sebagian besar wilayah
Utara Kabupaten Badung merupakan kawasan pertanian yang saat ini sedang
diusahakan sebagai bentuk wisata alternatif (agrowisata). Sedangkan, sektor
pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi terkecil, disebabkan karena
sedikitnya potensi pertambangan dan galian di Kabupaten Badung. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 4.10 Pertumbuhan PDRB Kabupaten Badung Berdasarkan Harga Konstan
2000 Tahun 2005-2008
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008

1 Pertanian 132,97 145,58 147,88 149,12


a. Tanaman Bahan Makanan 131,26 133,43 134,70 135,63
b. Tanaman Perkebunan 64,53 59,31 60,46 61,59
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 148,75 188,02 192,04 196,08
d. Kehutanan 104,13 111,42 120,27 125,82
e. Perikanan 111,91 113,68 117,80 111,98
2 Pertambangan dan Penggalian 66,67 71,04 67,07 69,45
a. Minyak dan Gas Bumi - - - -
b. Pertambangan Tanpa Migas - - - -
c. Penggalian 66,67 71,04 67,07 69,45
3 Industri Pengolahan 124,58 128,46 135,16 141,69
a. Industri Migas - - - -
1. Pengilangan Minyak Bumi - - - -
2. Gas Alam Cair - - - -
b. Industri Tanpa Migas 124,58 128,46 135,16 141,69
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 144,62 153,43 165,65 178,59
a. Listrik 160,63 171,48 183,79 198,99
b. Gas - - - -
c. Air Bersih 122,72 128,73 140,84 150,69
5 Bangunan 130,76 134,64 141,04 147,99
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 128,75 133,09 141,54 150,79
a. Perdagangan Besar & Eceran 143,96 157,15 161,87 169,94
b. Hotel 124,90 126,88 136,27 145,81
c. Restoran 137,55 147,57 153,84 162,47
7 Pengangkutan dan Komunikasi 112,24 118,85 133,26 149,10
a. Pengangkutan 109,93 116,34 130,57 146,83
1. Angkutan Rel - - - -
2. Angkutan Jalan Raya 121,23 124,39 131,99 141,35
3. Angkutan Laut - - - -
4. Angkutan Sungai, Danau dan - - - -
Penyeberangan
5. Angkutan Udara 107,45 113,86 128,87 146,22
6. Jasa Penunjang Angkutan 130,26 138,77 148,56 157,17
b. Komunikasi 141,40 150,55 167,34 177,85
1. Pos Giro & Telekomunikasi 141,19 150,36 167,70 178,34
2. Jasa Penunjang Komunikasi 144,94 153,65 161,54 169,92
Keuangan, Persewaan & Jasa 136,53 142,74 146,22 149,87
8 Perusahaan
a. Bank 164,59 179,42 190,56 201,24
b. Lembaga Keuangan Non Bank 150,98 159,07 163,03 170,23
c. Jasa Penunjang Keuangan 135,06 142,75 146,30 149,36

IV-21
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008

d. Sewa Bangunan 133,29 138,70 141,80 144,38


e. Jasa Perusahaan 130,63 135,79 139,17 143,19
9 Jasa-jasa 144,43 156,83 162,96 169,11
a. Pemerintahan Umum 153,47 170,34 177,50 184,54
1. Administrasi Pemerintahan dan 156,81 174,86 183,92 191,97
Pertahanan
2. Jasa Pemerintahan Lainnya 143,71 157,16 158,77 162,90
b. Swasta 135,44 143,38 148,50 153,75
1. Sosial Kemasyarakatan 135,28 142,03 145,76 150,29
2. Hiburan dan Rekreasi 135,69 141,88 151,72 164,28
3. Perorangan & Rumahtangga 135,41 143,62 148,15 152,45
Produk Domestik Regional Bruto 126,13 132,47 141,54 151,33
Sumber: Kabupaten Badung Tahun 2010
Dari distribusi PDRB diketahui distribusi terbesar pada sektor-sektor yang bergerak pada
kegiatan pariwisata yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran sekitar 40% dan
pengangkutan dan komunikasi sekitar 20% yang kondisinya mengalami penurunan.
Selanjutnya sektor jasa-jasa yang terus meningkat dengan distribusi tahun 2008 sebesar
11,33%. Sektor pertanian menyumbang sekitar 6 % yang kondisinya stastis, sektor
bangunan sekitar 5% yang kondisinya statis, sedangkan sektor lainnya seperti industri
pengolahan, keuangan, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, pertambangan dan
penggalian dibawah 5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.11 Distribusi PDRB Kab Badung Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2005-2008
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008
1. Pertanian 9,09 9,47 9,01 8,50
2. Pertambangan dan Penggalian 0,12 0,12 0,11 0,11
3. Industri Pengolahan 2,95 2,90 2,85 2,80
4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,55 1,57 1,58 1,60
5. Bangunan 4,81 4,72 4,63 4,54
6. Perdagangan, Hotel & Restoran 46,13 45,40 45,19 45,03
7. Pengangkutan dan Komunikasi 23,79 23,99 25,17 26,34
8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 2,97 2,96 2,84 2,72
9. Jasa-jasa 8,57 8,86 8,62 8,37
Produk Domestik Regional Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber: Badung Dalam Angka 2010
Analisis LQ juga dapat memberikan gambaran sektor-sektor mana yang berpotensi
untuk dikembangkan. Berdasarkan data PDRB Kabupaten Badung atas dasar harga
konstan 2000, menurut lapangan usaha tahun 2004-2007 dan jumlah tenaga kerja di
Kabupaten Badung, dapat diidentifikasi sektor-sektor mana yang merupakan sektor
basis di Kabupaten Badung, dan bagaimana perkembangannya setiap tahun dengan
menggunakan analisis LQ.
Berdasarkan nilai PDRB, diketahui bahwa dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2007,
yang menjadi 3 sektor basis di Kabupaten Badung adalah sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi
(berdasarkan nilai LQ yang diperoleh >1). Hal itu menunjukkan bahwa sektor tersebut
lebih terspesialisasi di Kabupaten Badung dibandingkan di Provinsi Bali. Hal ini juga
ditunjang dari tenaga kerja yang banyak diserap adalah pada sektor basis tersebut.

IV-22
Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor basis dalam hal pendapatan dan
ketenagakerjaan di Kabupaten Badung, tetapi berdasarkan prosentase penyerapan
tenaga kerja sektor pertanian merupakan prosentase terbesar kedua di Kabupaten
Badung. Dengan kondisi tersebut, maka sektor pertanian di Kabupaten Badung
hendaknya tetap dipertahankan dan dikembangkan.
Secara umum sektor unggulan di Kabupaten Badung dipengaruhi potensi dan
karakteristik yang dimiliki masing-masing wilayah di Kabupaten Badung. Dimana wilayah
Badung Utara yang merupakan kawasan konservasi memiliki potensi pertanian,
sedangkan wilayah Badung Selatan yang merupakan kawasan pariwisata yang memiliki
potensi obyek-obyek pariwisata.
Berdasarkan distribusi PDRB diketahui sektor pariwisata (sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran) merupakan penyumbang PDRB tertinggi di
Kabupaten Badung (45,19%), kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi (25,17%),
jasa-jasa (8,62%), pertanian (9,01%) dan bangunan (4,63%), sedangkan kontribusi
sektor lainnya dibawah 5%. Begitupula berdasarkan analisis LQ, diketahui sektor basis
Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata (sektor bangunan, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi).
Untuk menjaga keseimbangan antara pendekatan pertumbuhan dan pemerataan maka
ketiga sektor tersebut (perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;
bangunan; serta pertanian) perlu dipertimbangkan sebagai sektor unggulan.

IV-23

Anda mungkin juga menyukai