PROFIL KABUPATEN
BADUNG
Bab ini menguraikan secara ringkas kondisi fisik,sosial dan ekonomi wilayah
Kabupaten/Kota Katagori Strategis Nasional (Kabupaten Badung)
IV-1
No Kecamatan Kelurahan Desa Luas Wilayah Total Luas
(Ha) (Km2)
17. Cemagi 458
18. Pererenan 446
19. Tumbakbayuh 237
20. Kuwum 284
3 Abiansemal 1. Darmasaba 567 69,01
2. Sibang Kaja 339
3. Sibang Gede 1068
4. Jagapati 152
5. Angantaka 239
6. Sedang 339
7. Mambal 306
8. Abiansemal 396
9. Bongkasa 456
10. Taman 733
11. Blahkiuh 358
12. Ayunan 216
13. Sangeh 450
14. Punggul 250
15. Mekar Bhuwana 315
16. Dauh Yeh Cani 339
17. Selat 221
18. Bongkasa Pertiwi 157
4 Petang 1. Carangsari 885 115
2. Petang 1325
3. Belok Sidan 3266
4. Pelaga 3927
5. Getasan 262
6. Pangsan 576
7. Sulangai 1259
5 Kuta 1. Pecatu 2641 101,13
Selatan 2. Ungasan 1499
3. Kutuh 856
4. Benoa 2828
5. Tanjung Benoa 239
6. Jimbaran 2050
6 Kuta Utara 1. Kerobokan Kelod 526 33,86
2. Kerobokan 542
3. Kerobokan Kaja 530
4. Tibubeneng 650
5. Canggu 523
6. Dalung 615
JUMLAH 16 46 418,52
Sumber : Kode dan Data Wilayah Administrasi di Kabupaten Badung Tahun 2010
IV-2
Gambar 4.1 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Badung
IV-3
4.2. GAMBARAN DEMOGRAFI
Jumlah Penduduk Kabupaten Badung berdasarkan Sensus Penduduk 2010 berjumlah
543.332 jiwa dengan rincian 277.536 jiwa laki-laki dan 265.796 jiwa perempuan. Jumlah
penduduk Kabupaten Badung ini lebih kurang 13,96 persen dari jumlah penduduk
Provinsi Bali. Distribusi penduduk per kecamatan terkonsentrasi di Kecamatan Mengwi
122.858 jiwa, dan terendah di Kecamatan Petang 26.269 jiwa,, seperti disajikan pada
Tabel berikut.
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010
Kecamatan Penduduk
Laki Perempuan Total Sex Ratio
(1) (2) (3) (4) (5)
Kuta Selatan 59.695 56.448 116.143 105
Kuta 45.060 41.597 86.657 108
Kuta Utara 53.397 50.378 103.775 106
Mengwi 62.148 60.710 122.858 102
Abiansemal 43.988 43.991 87.979 100
Petang 13.269 13.000 26.269 102
BADUNG 277.557 266.124 543.681 104
Sumber : BPS Kabupaten Badung
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Badung sangat pesat, rata-rata 4,43 persen per
tahun selama sepuluh tahun terakhir, 2000-2010 (data antar sensus). Sedangkan secara
nasional pertumbuhan penduduk Indonesia 1,47 persen dan pertumbuhan penduduk
Bali 2,15 persen. Dengan kata lain bahwa Kabupaten Badung telah menjadi tumpuan
harapan dari para migran yang datang ke Bali.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi terjadi di Kecamatan Kuta Selatan 9,11 persen, Kuta
5,93 persen dan Kuta Utara 6,94 persen. Hal ini dimungkinkan karena pembangunan
fisik perumahan dan sarana pariwisata sangat pesat di Kuta Selatan dan Kuta.
Sedangkan Kuta Utara sebagai daerah penyangga dengan pembangunan perumahan
dan pemukiman baru. Pertumbuhan terendah terjadi di Kecamatan Petang 0,37 persen,
sedangkan Mengwi 2,46 persen dan Abiansemal 1,77 persen. Badung selatan dengan
laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi sudah tentu sangat memerlukan penataan
administrasi kependudukan serta penataan kawasan yang lebih baik.
10 9,11
8 6,94
6 5,93
4 BADUNG 4,43
2,46
Tabel 4.3 Luas Wilayah, Ketinggian, dan Luas Terbangun per Kecamatan
IV-5
Pembagian satuan morfologi didasarkan pada bentuk bentang alam dan kemiringan
lereng. Wilayah Kabupaten Badung dapat dibagi menjadi 5 (lima) satuan morfologi yaitu:
a. Dataran
Merupakan daerah dataran alluvium dan pantai, bentuk lereng datar hingga landai
dengan kemiringan lereng umumnya < 5%, terletak pada ketinggian 0 – 50 m diatas
permukaan laut. Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini kondisi keairannya
bersifat permanen (mengalir sepanjang tahun). Bentuk sungai melebar ke arah
horizontal dengan tebing yang landai dan dangkal. Batuan penyusun terdiri dari
kerikil, pasir, lanau dan liat.
Penyebarannya dibagian tengah-selatan dengan luas daerah lebih kurang 11,56%
dari luas wilayah, meliputi Kuta, Legian, Tuban, Benoa, Nusa Dua, Basangkasa,
Petinggan dan Plase. Dari pengamatan di lapangan daerah ini umumnya
dipergunakan sebagai daerah permukiman, industri, perkantoran, pertokoan, dan
obyek wisata.
b. Perbukitan Berelief Halus
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan
kemiringan lereng umumnya antara 5 – 15% (setempat > 15%) dan berada pada
ketinggian 100 – 500 m diatas permukaan laut.
Bentuk morfologi dipengaruhi oleh adanya torehan alur-alur sungai yang membentuk
pola aliran sejajar (pararel) dengan lembah yang cukup lebar dan agak dalam serta
bentuk sungai mulai mengarah ke bentuk “U”. Erosi lateral sudah mulai berjalan lebih
intensif dibandingkan dengan erosi vertical. Batuan penyusun terdiri dari tufa dan
lahar yang berasal dari batuan gunung api kelompok Buyan – Bratan dan Batur
(Qpbb).
Penyebarannya terdapat di bagian tengah dengan luas lebih kurang 43,38% dari luas
wilayah yaitu sekitar daerah Mengwi, Kapal, Abiansemal, Denkayu, Blahkiuh, Lukluk
dan Sangeh. Penggunaan lahan di daerah ini digunakan untuk kawasan
permukiman, pertanian dan obyek wisata.
c. Perbukitan Berelief Sedang
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sedang dengan
kemiringan lereng umumnya 15 – 30% (setempat > 50%) dan berada pada
ketinggian 7 - 213 meter di atas permukaan laut dengan puncak-puncaknya G.
Unggasan, Tegalblimbing, Alas Pulosupit, Munduk Dipal, dan Alas Kemajung.
Kenampakan pola aliran sungai adalah memancar (radial).
Penyebarannya di bagian selatan wilayah dengan luas lebih kurang 23,94% dari luas
daerah, meliputi daerah Pecatu, Petangan, Simpangan, Kutuh dan Uluwatu.
Penggunaan lahan pada satuan ini umumnya berupa daerah alang-alang, tegalan
dan permukiman.
d. Perbukitan Berelief Kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang kasar dengan
kemiringan lereng 30 – 70% dan berada pada ketinggian 500 – 1000 m diatas
permukaan laut. Pola aliran sungainya umumnya membentuk pola aliran sejajar
(pararel) dengan kenampakan tebing-tebing sungai cukup dalam. Keadaan ini
menujukkan bahwa erosi vertikal lebih intensif dibandingkan dengan erosi lateral.
Batuan penyusun terdiri dari tufa dan lahar yang berasal dari batuan gunung api
kelompok Buyan – Bratan dan Batur (Qpbb).
IV-6
Sebarannya terdapat di bagian utara dengan luas lebih kurang 19,58% dari luas
daerah yaitu sekitar daerah Pangsang, Petang, Sandakan, Nungnung, Kladan dan
Plaga. Penggunaan lahan di daerah ini adalah untuk kawasan perkebunan,
permukiman setempat dan persawahan.
e. Perbukitan Berelief Sangat Kasar
Satuan morfologi ini mempunyai bentuk permukaan bergelombang sangat kasar
dengan kemiringan lereng umumnya > 70% (setempat 50%) dan berada pada
ketinggian 1500 – 2096 m di atas permukaan laut. Pola aliran sungai menujukkan
pola memancar (radial) dengan lembah dalam dan sempit. Sifat sungai umumnya
musiman (intermitten) artinya hanya berair pada musim penghujan. Batuannya
terbentuk dari hasil kegiatan gunung api kelompok Buyan – Bratan Purba berupa
lava dan Breksi (Qvbb).
Sebarannya menempati bagian utara dengan luas lebih kurang 1,53% dari luas
daerah, yang meliputi daerah sekitar G. Catur yang umumnya masih ditutupi oleh
hutan tropik.
Untuk lebih jelasnya kondisi morfologi Kabupaten Badung dapat dilihat Gambar 4.4.
IV-7
Gambar 4.3 Peta Kemiringan Lereng Wilayah Kabupaten Badung
IV-8
Gambar 4.4 Peta Mofologi Wilayah Kabupaten Badung
IV-9
4.4. GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Kabupaten Badung mempunyai karakteristik hidrologi yang beragam sehingga secara
relatif memiliki sumber daya air yang kaya dibandingkan wilayah lainnya di Bali.
Karakteristik hidrologi tersebut meliputi sungai, danau, mata air tanah.
A. SUNGAI
Pada Sub-SWS 03.01.02 mengalir sungai utama Tukad Yeh Penet dan sungai-sungai
lainnya yang sebagian diantaranya termasuk dalam wilayah Kabupaten Tabanan.
Karakteristik sungai-sungai di Kabupaten Badung, adalah sebagai berikut :
a. Tukad Ayung
Tukad Ayung adalah sebuah system DAS yang menempati wilayah Kabupaten Bangli di
bagian hulunya, Kabupaten Badung dan Gianyar di bagian tengah serta bermuara di
pantai Padanggalak yang merupakan perbatasan wilayah Kota denpasar dan Kabupaten
Gianyar. Panjang sungai utama mencapai 62,50 km. Anak-anak sungai Tukad Ayung
yaitu: Tukad Pungsu, Tukad Bebunut, Tukad Yeh Song, Tukad Siap, Tokad Ngongkong,
Tukad Bangkung, Tukad Tegalanting, Tukad Kilap, dan lain-lainnya.
Pemanfaatan air sungai Ayung secara langsung dilakukan oleh sector kehidupan baik
yang berada di wilayah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar.
b. Tukad Mati
Tukad Mati adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah Kabupaten Badung di
bagian hulu dan hilir, sementara bagian tengahnya melintasi kota Denpasar. Anak
sungai Tukad Mati paling sedikit yaitu terdiri dari Pangkung Lebak Muding dan Pangkung
Danu. Fungsi Tukad Mati saat ini selain untuk mengairi beberapa lahan sawah, terutama
adalah sebagai drainase kota.
c. Tukad Badung
Tukad Badung adalah sebuah sistem DAS yang menempati wilayah Kota Denpasar di
bagian hulu dan tengahnya, sedangkan bagian hilir menjadi batas antara wilayah
Kabupaten Badung dengan Kota Denpasar. Anak-anak sungainya seluruhnya ada di
Kota Denpasar yaitu Tukad Jurang, Tukad Langan, Tukad Medih, Tukad Urang dan
Tukad Rarangan.
Pada bagian hilir Tukad Badung terdapat Waduk Estuary Nusa Dua yang mempunyai
kemampuan untuk melayani pasokan air bersih sebesar 300 lt/det yang selama ini
dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan air di wilayah Badung Selatan.
d. Tukad Yeh Penet
Tukad Yeh Penet merupakan sistem DAS pada sisi Barat Kabupaten Badung yang
berbatasan dengan Kabupaten Tabanan. Pada sistem DAS ini terdapat beberapa anak
sungai yang aliran airnya bermuara pada Tukad Yeh Penet yaitu : Tukad Sungai, Tukad
Dangkang, Tukad Ulaman, Tukad Kedokan, Tukad Yeh Ge, Tukad Kajang, Tukad
Ngingian, Tukad Bangka, dan lain-lain.
e. Sungai-sungai lain di sub-SWS 03.01.02.
Beberapa sungai kecil yang langsung bermuara ditemukan di wilayah Kecamatan Kuta
yang selain berfungsi sebagai pemasok air irigasi, juga sebagai terminal drainase
lingkungan, seperti: Tukad Canggu, Tukad Pangi, Tukad Yeh Poh, dan lain-lainnya.
f. Sungai-sungai di Jazirah Nusa Dua
Sungai-sungai dijazirah Nusa Dua merupakan sungai musiman dengan pola aliran
radial, memancar keempat arah. Karakteristik pengaliran: panjang sungai rata-rata 5,44
IV-10
km, luas daerah tangkapan rata-rata 3,37 km2. Jumlah pengaliran ke Selatan lebih
banyak, lebih panjang dan lebih cepat, sementara jumlah DPS nya berimbang dengan
yang kearah Utara. Sungai-sungai tersebut antara lain Tukad Batumejan, Tukad
Cengiling, Tukad Bualu, Tukad Nangka, Tukad Soma, dan lain-lain.
Karakteristik sungai-sungai utama serta beberapa sungai permanen lainnya dapat dilihat
pada Tabel berikut:
Tabel 4.4 Karakteristik Sungai-sungai di Kabupaten Badung
NO NAMA SUNGAI SUB-SWS PANJANG CATHMENT AREA
(km) (Km2)
IV-11
Menurut pengelompokan kandungan air tanah yang dibuat dalam Peta Hidrogeologi Bali,
di Kabupaten Badung terdapat wilayah-wilayah dengan kandungan air tanah yang
merentang atas kondisi sebagai berikut : 1) daerah yang terpengaruh oleh air laut (air
payau) meliputi wilayah Jimbaran, Tanjung Benoa dan sekitarnya, 2) setempat
kandungan air sangat sedikit sekali 0,1 lt/ det terdapat di wilayah Bukit Pecatu dan Nusa
Dua, 3) setempat kandungan air besar 10 lt/det terdapat di wilayah Kuta, Kuta Utara
hingga sebagian kecamatan Mengwi, 4) setempat kandungan sedang 5 lt/det terdapat di
wilayah Abiansemal, dan 5) setempat kandungan sedikit 0,5 lt/det terdapat di wilayah
Petang.
Kondisi kualitas air tanah berdasarkan pengujian terhadap beberapa sumur dangkal dan
sumur dalam di Badung Selatan menunjukkan bahwa air tanah masih memiliki kualitas
golongan A. Tetapi pada beberapa sumur sampel ditemukan bahwa air tanah sudah
terasa asin karena intrusi air laut dan terdapatnya pencemaran koli tinja.
b. Mata Air
Dalam keadaan yang memungkinkan, akibat adanya rekahan, celah atau bekerjanya
fungsi kaliparitas, maka air tanah akan muncul ke permukaan sebagai mata air.
Keterdapatan mata air di Kabupaten Badung menurut data Dinas Kehutanan dan
Perkebunan tahun 2005 ditemukan di beberapa tempat sebanyak 379 buah, seperti
terlihat pada Tabel 4.6. Sementara kedudukan beberapa mata air yang telah
termanfaatkan berdasarkan diidentifikasi oleh Tim Studi JICA pada tahun 2005 dapat
dilihat pada Tabel 4.7 dan Gambar 4.6
Kemanfaatan mata air tersebut terutama adalah untuk fungsi sebagai pemasok air
minum yang langsung dimanfaatkan oleh lingkungan pemukiman, irigasi atau
permandian.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Jumlah Mata Air di Kabupaten Badung Tahun 2007
No. Lokasi Jumlah Mata Air (Buah) Total
(Buah)
Kecamatan Besar Sedang Kecil
4 Kuta Utara 2 4 0 6
IV-12
Tabel 4.6 Mata air di Kabupaten Badung, Debit dan Pemanfaatannya
NO MATA AIR DESA KECAMATAN DEBIT lt/dt PEMANFAATAN
Jimbaran Kuta Selatan 1,09
Sub-SWS 03.01.01
1 Bukit -
Sangeh Abiansemal t.a.
2 Taman I -
Penarungan Mengwi 1,312
3 Taman Biji Guming Air minum
Abian semal Abiansemal 2,75
4 Pura Taman Apuan Irigasi & MCK
Abian semal Abiansemal t.a.
5 Apuan -
Blahkiuh Abiansemal t.a.
6 Blahkiuh -
Sangeh Abiansemal 112
7 Mumbul Kolam ikan
Sangeh Abiansemal 5,5
8 Brahmana II Air Minum & MCK
Sangeh Abiansemal 216,66
9 Brahmana I Permandian
Abiansemal Abiansemal 50
10 Pacung II Irigasi
Blahkiuh Abiansemal t.a.
11 Punggul -
Sangeh Abiansemal t.a.
12 Sangeh -
Selat Abiansemal 63
13 Batan Telaga Irigasi & MCK
Taman Abiansemal t.a.
14 Taman II -
Pelaga Petang 227,5
15 Nungnung -
Petang Petang 1,1
16 Belong Irigasi & MCK
Sibangkaja Abiansemal 2,21
17 Gaduh -
Mengwi Mengwi 3,16
Sub-SWS 03.01.02
IV-13
Gambar 4.5 Peta Kandungan Air Tanah
IV-14
Gambar 4.6 Peta Sebaran Mata Air di Kabupaten Badung
IV-15
4.5. GAMBARAN GEOLOGI
Kondisi geologi Kabupaten Badung sebagian besar merupakan produk gunung api
muda yang terdiri dari breksi vulkanik, tufa pasiran dan endapan lahar (Hadiwidjojo,
1971 dan Sudadi dkk, 1986). Sebagian kecil daerah pesisir sekitar Kuta merupakan
daerah alluvial endapan pantai yang tersusun dari pasir, sedangkan di daerah selatan
merupakan bukit kapur yang berasal dari batu gamping, batu pasir gampingan dan
napal.
Lebih jelasnya kondisi Geologi di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 4.7
Sebagian besar tanah di wilayah Kabupaten Badung tergolong jenis Inceptisols
berbahan induk abu vulkan intermedier dan tuf. Sebagian lagi jenis tanah Andisol dari
bahan induk yang sama terdapat di daerah hutan lindung yang berbatasan dengan
Kabupaten Buleleng. Tanah Entisols terdapat di sekitar dataran pantai Kuta.
Wilayah perbukitan kapur di bagian selatan memiliki jenis tanah Alfisols dengan fisiografi
pengangkatan (uplifit) daerah pantai. Vertisols juga ditemukan di Canggu, Kerobokan
yang mempunyai sifat mudah mengembang dan mengempis.
Lebih jelasnya kondisi tanah di Kabupaten Badung dapat dilihat pada Gambar 4.8.
IV-16
Gambar 4.7 Peta Kondisi Geologi
IV-17
Gambar 4.8 Peta Kondisi Jenis Tanah
IV-18
4.6. GAMBARAN KLIMATOLOGI
Menurut pencatatan Dinas Pertanian yang diperoleh pada Badung Dalam Angka 2007,
diketahui bahwa rata-rata curah hujan di Kabupaten Badung sebesar 8.556 mm. Untuk
tingkat kecamatan, curah hujan paling tinggi terjadi di Kecanatan Petang yaitu sebaser
2.698 mm dan yang paling kecil terjadi di Kecamatan Mengwi yang besarnya hanya
1.633 mm. Untuk lebih jelasnya angak curah hujan di Kabupaten Badung tahun 2007
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.7 Angka Curah Hujan Pada Stasiun Hujan di Kabupaten Badung Tahun
2008
Bulan Kuta Mengwi Abiansemal Petang Kabupaten
CH HH CH HH CH HH CH HH CH HH
Rata-Rata 171,08 8,42 136,08 9,92 181,00 10,75 224,83 8,25 713,00 37,33
Sumber : Badung Dalam Angka Tahun 2008 (Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Badung)
Keterangan : CH : Curah Hujan, HH : Hari hujan
Alat di Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta Utara tidak berfungsi
IV-19
Sistem mata pencaharian penduduk di Kabupaten Badung dipengaruhi karakteristik
wilayahnya, yaitu pada wilayah Badung bagian selatan (Kecamatan Kuta dan sekitarnya)
yang karakteristik wilayahnya adalah pesisir didominasi kegiatan pariwisata (antara lain,
sektor perdagangan, hotel dan restoran). Sedangkan di Badung bagian Utara
(Kecamatan Petang dan Abiansemal) dengan karakteristik wilayah daerah pertanian
umumnya bermata pencaharian di sektor pertanian.
Berdasarkan data Program Perlindungan Sosial (PPLS), jumlah dan persebaran rumah
tangga miskin di Kabupaten Tabanan disajikan pada Tabel berikut. Pada tahun 2011
jumlah rumah tangga miskin di Kabupaten Tabanan sebanyak 13.323 RTM atau 9,35 %
dari Rumah Tangga yang ada. Persebaran jumlah tertinggi berada di Kecamatan
Mengwi 4.836 RTM, kemudian disusul di Kecamatan Abiansemal 4.817 RTM, di
Kecamatan Petang 2.028 RTM, dan terkecil berada di Kecamatan Kuta dengan 132
RTM.
Namun berdasarkan persentase RTM per kecamatan bahwa konsentrasi tertinggi
berada di Kecamatan Petang 32,28 %, kemudian disusul di Kecamatan Abiansemal
25,77 %, di Kecamatan Mengwi 17,26 %, dan terkecil di Kecamatan Kuta 0,44 %.
Ditinjau dari persebaran jumlah rumah tangga miskin (RTM), terjadi ketimpangan antara
Badung Selatan dan Badung Utara dimana jumlah RTM sebagaian besar berada di
Badung Utara.
Tabel 4.9 Jumlah RTM di Kabupaten Badung Tahun 2011
No Kecamatan JML RTM JML RT % RTM
IV-21
No Lapangan Usaha 2005 2006 2007 2008
IV-22
Walaupun sektor pertanian bukan merupakan sektor basis dalam hal pendapatan dan
ketenagakerjaan di Kabupaten Badung, tetapi berdasarkan prosentase penyerapan
tenaga kerja sektor pertanian merupakan prosentase terbesar kedua di Kabupaten
Badung. Dengan kondisi tersebut, maka sektor pertanian di Kabupaten Badung
hendaknya tetap dipertahankan dan dikembangkan.
Secara umum sektor unggulan di Kabupaten Badung dipengaruhi potensi dan
karakteristik yang dimiliki masing-masing wilayah di Kabupaten Badung. Dimana wilayah
Badung Utara yang merupakan kawasan konservasi memiliki potensi pertanian,
sedangkan wilayah Badung Selatan yang merupakan kawasan pariwisata yang memiliki
potensi obyek-obyek pariwisata.
Berdasarkan distribusi PDRB diketahui sektor pariwisata (sektor bangunan, sektor
perdagangan, hotel, dan restoran) merupakan penyumbang PDRB tertinggi di
Kabupaten Badung (45,19%), kemudian sektor pengangkutan dan komunikasi (25,17%),
jasa-jasa (8,62%), pertanian (9,01%) dan bangunan (4,63%), sedangkan kontribusi
sektor lainnya dibawah 5%. Begitupula berdasarkan analisis LQ, diketahui sektor basis
Kabupaten Badung adalah sektor pariwisata (sektor bangunan, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi).
Untuk menjaga keseimbangan antara pendekatan pertumbuhan dan pemerataan maka
ketiga sektor tersebut (perdagangan, hotel dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;
bangunan; serta pertanian) perlu dipertimbangkan sebagai sektor unggulan.
IV-23