Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN

STUNTING PADA ANAK

Oleh :
Jannati Aulia Dewi
2014301016

Dosen Pembimbing :
Tumiur Sormin, SKM., M.Kes.

TINGKAT 2 REGULER 1
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG
TAHUN AKADEMIK 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
STUNTING PADA ANAK

Pokok Bahasan : Stunting Pada Anak


Sasaran : Ibu Klien An. O
Tempat : Posyandu Anggrek RT 15
Hari/Tanggal : Senin, 23 Agustus 2021
Waktu : Pukul 10:00 - 11:30 WIB (30 menit)
Penyuluh : Jannati Aulia Dewi, Mahasiswa Praktek Sarjana Terapan
Keperawatan Tanjungkarang Poltekes Tanjungkarang

A. Latar Belakang
Stunting merupakan istilah untuk penyebutan anak yang tumbuh tidak sesuai dengan
ukuran yang semestinya (bayi pendek). Stunting adalah keadaan dimana tinggi badan
berdasarkan umur rendah, atau keadaan dimana tubuh anak lebih pendek dibandingkan
dengan anak-anak lain seusianya (MCN, 2009). Stunting dapat didiagnosis melalui
indeks antropometrik tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan
linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi jangka
panjang, akibat dari gizi yang tidak memadai dan atau kesehatan.
Stunting merupakan masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial
dan ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki
tingkat kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan
penyakit. Stunting akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan
intelektual akan terganggu (Mann dan Truswell, 2002). Hal ini juga didukung oleh
Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa stunting berhubungan dengan
gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko kematian.
Di Indonesia, diperkirakan 7,8 juta anak mengalami stunting, data ini berdasarkan
laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF (United Nations International Children’s
Emergency Fund) dan memposisikan Indonesia masuk ke dalam 5 besar negara dengan
jumlah anak yang mengalami stunting tinggi (UNICEF, 2007). Hasil Riskesdas (Riset
Kesehatan Dasar) 2010, secara nasional prevalensi kependekan pada anak umur 2-5
tahun di Indonesia adalah 35,6 % yang terdiri dari 15,1 % sangat pendek dan 20,5 %
pendek.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan di Posyandu Anggrek RT 15, terdapat
10 balita yang terdiri dari : 12 - 24 bulan = 5, 25 - 36 bulan = 3, 37 – 60 bulan = 2 dan
berdasarkan informasi dari kader posyandu terdapat balita yang berat badannya tidak
sesuai dengan umurnya 1 orang. Sebagian besar ibunya bekerja sebagai asisten rumah
tangga di rumah orang sehingga anak tinggal bersama nenek atau saudaranya, maka ibu
juga tidak bisa memantau secara langsung perkembangan maupun pertumbuhan buah
hatinya.
Berdasarkan data dari Ny. A yaitu ibu dari An. O, Ny. A mengatakan bahwa berat
badan anak tidak bertambah dan kurus. Ny. A bingung bagaimana caranya supaya berat
badan anaknya sesuai dengan berat badan ideal balita. Ny. A juga mengatakan An. O
menolak saat diberikan makan sayur-sayuran serta belakangan ini An. O mengalami
susah tidur.
Maka dari itu berdasarkan latar belakang di atas maka penulis menyusun satuan acara
penyuluhan ini dengan judul “Stunting Pada Anak”.

B. Diagnosa Kebutuhan Promosi Kesehatan


Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan terpisah dari orang tua.

C. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah mengikuti penyuluhan tentang stunting pada anak, diharapkan inidvidu/klien
dapat mengetahui, memahami serta menambah pengetahun tentang stunting yang
terjadi pada anak.

2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mengikuti penyuluhan diharapkan individu/klien akan mampu :
a. Mengetahui tentang pengertian stunting.
b. Mengetahui penyebab stunting.
c. Mengetahui tentang ciri-ciri anak dengan stunting.
d. Mengetahui dampak stunting.
e. Mengetahui upaya pencegahan stunting.
f. Mengetahui penatalaksanaan stunting.

D. Isi Materi (Uraian Materi Penyuluhan Terlampir/Dilampirkan)


1. Pengertian stunting.
2. Penyebab stunting.
3. Ciri-ciri anak dengan stunting.
4. Dampak stunting.
5. Upaya pencegahan stunting.
6. Penatalaksanaan stunting.

E. Metode
1. Ceramah.
2. Diskusi.
3. Tanya jawab.

F. Media
1. Leaflet.
G. Setting Tempat

Keterangan :
1 : Penyuluh
2 : Klien

H. Kegiatan Pembelajaran

Waktu Kegiatan Kegiatan Penyuluh/Perawat Kegiatan Sasaran


Penyuluhan
(Individu)

2 menit Pembukaan :

 Salam  Memberi salam  Menjawab salam


 Perkenalan  Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Tujuan  Menjelaskan tujuan  Memperhatikan
penyuluhan
 Menjelaskan kontrak waktu  Memperhatikan
dan tata tertib

3 menit Appersepsi Menanyakan beberapa  Menjawab


pertanyaan stunting pada anak

15 menit Kegiatan Inti : 1. Menjelaskan pengertian  Menyimak dan Mendengarkan


Menjelaskan stunting
materi secara 2. Menjelaskan penyebab  Menyimak dan Mendengarkan
sistematis stunting
3. Menjelaskan ciri-ciri stunting  Menyimak dan Mendengarkan
pada anak
4. Memberi kesempatan pada
individu/klien menanyakan  Menanyakan yang kurang
hal yang belum jelas jelas
5. Menanyakan tentang materi
yang sudah dijelaskan  Menjawab pertanyaan
6. Memberi pujian terhadap
jawaban individu/klien  Menerima pujian
7. Menjelaskan dampak yang
terjadi jika mengalami  Menyimak dan Mendengarkan
stunting
8. Menjelaskan bagaimana
pencegahan stunting
 Menyimak dan Mendengarkan
9. Menjelaskan bagaimana
penatalaksanaan stunting
 Menyimak dan Mendengarkan
10.Memberi kesempatan pada
individu/klien menanyakan
 Menanyakan yang kurang
hal yang belum jelas
jelas
11.Menanyakan tentang materi
yang sudah dijelaskan
 Menjawab pertanyaan
12.Memberi pujian terhadap
jawaban individu/klien
 Menerima pujian

3 menit Evaluasi 1. Mengajukan beberapa  Memberikan jawaban


pertanyaan tentang stunting terhadap pertanyaan
Tanya Jawab
pada anak
2. Memberi pujian atas  Menerima pujian
jawaban-jawaban
individu/klien
3. Memberikan kesimpulan dari  Menyimak/Memperhatikan
materi yang telah kesimpulan hasil penyuluhan
disampaikan

2 menit Penutup  Membagikan leaflet dan gift  Menerima leaflet dengan


(jika ada gift) tentang antusias
stunting pada anak
 Mengucapkan terima kasih  Mendengarkan
atas peran serta klien
 Mengucapkan salam penutup  Menjawab salam

I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Sasaran hadir di tempat penyuluhan sesuai waktu yang dijadwalkan.
b. Penyelenggaraan dilaksanakan di salah satu ruangan Puskesmas Anggrek RT 15.
c. Media yang digunakan antara lain leaflet yang berisi materi yang dapat menarik
perhatian peserta individu.

2. Evaluasi Proses
a. Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Sasaran yang mengikuti penyuluhan sampai berakhir.
c. Sasaran mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan hasil penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil (peserta mampu mengulang materi)


a. Individu/klien dapat menjelaskan pengertian stunting dengan kalimatnya sendiri.
b. Individu/klien dapat menjelaskan penyebab stunting.
c. Individu/klien dapat menjelaskan ciri-ciri stunting pada anak.
d. Individu/klien dapat menjelaskan dampak stunting.
e. Individu/klien dapat menjelaskan upaya pencegahan stunting.
f. Individu/klien dapat menjelaskan penatalaksanaan stunting.
Lampiran
MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian Stunting
Stunting (kerdil) merupakan kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada
anak balita (bayi di bawah umur lima tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga
anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan
dan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun.

B. Penyebab Stunting
Stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil
maupun anak balita. Secara lebih detail, beberapa faktor yang menjadi penyebab
stunting, sebagai berikut :
1. Kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan.
2. Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC-Ante Natal Care
(pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post Natal Care dan
pembelajaran dini yang berkualitas.
3. Masih kurangnya akses makanan bergizi karena tergolong mahal.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi.
5. Retardasi pertumbuhan intrauterine.
6. Perubahan hormon yang dipicu oleh stress.
7. Sering menderita infeksi di awal kehidupan seorang anak.
8. Banyak kebiasaan buruk dan persepsi salah yang masih dilakukan oleh masyarakat di
lingkungannya, seperti tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
9. Menurut UNICEF, penyebab utama gizi buruk dan stunting adalah kemiskinan.
10. Asupan makanan tidak seimbang berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air.
11. Riwayat berat badan lahir rendah.
12. Riwayat penyakit.

C. Ciri-Ciri Anak dengan Stunting


Berikut ini ciri-ciri stunting yang dapat terjadi pada anak, sebagai berikut :
1. Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya.
2. Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk
usianya.
3. Berat badan rendah untuk anak seusianya.
4. Pertumbuhan tulang tertunda.
5. Anak yang stunted, pada usia 8-10 tahun lebih terkekang atau tertekan (lebih
pendiam dan tidak banyak melakukan eye-contact).
6. Anak dengan kekurangan protein dan energi kronis (stunting) menampilkan performa
yang buruk pada tes perhatian dan memori belajar, tetapi masih baik dalam
koordinasi dan kecepatan gerak.
7. Pertumbuhan melambat, batas bawah kecepatan tumbuh adalah 5cm/tahun decimal.
8. Tanda-tanda pubertas terlambat (payudara, menarche, rambut pubis, rambut ketiak,
panjangnya testis dan volume testis).
9. Wajah tampak lebih muda dari umurnya.
10. Pertumbuhan gigi yang terlambat.

D. Dampak Stunting
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek dan
jangka panjang.
1. Dampak Jangka Pendek.
a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian.
b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada anak tidak optimal.
c. Peningkatan biaya kesehatan.

2. Dampak Jangka Panjang.


a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan pada
umumnya).
b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya.
c. Menurunnya kesehatan reproduksi.
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah.
e. Penurunan intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak
dapat melanjutkan sekolah.
f. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.

E. Upaya Pencegahan Stunting


Untuk mencegah terjadinya stunting, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu
program prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016
tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga, upaya yang dilakukan untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya
sebagai berikut :
1. Pada Ibu Hamil
a. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu.
b. Setiap ibu hamil perlu mendapat tablet tambah darah, minimal 90 tablet selama
kehamilan.
c. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan.
d. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM).
e. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
f. Pemberantasan kecacingan.
g. Memperbaiki gizi dan kesehatan ibu hamil.
h. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA.
i. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif.
j. Penyuluhan dan pelayanan KB.

2. Pada Saat Bayi Lahir


a. Persalinan ditolong oleh bidan atau dokter terlatih dan begitu bayi lahir
melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
b. Bayi sampai dengan usia 6 bulan diberi Air Susu Ibu (ASI) saja (ASI Eksklusif).

3. Pada Bayi berusia 6 bulan sampai 2 tahun


a. Mulai usia 6 bulan, selain ASI bayi diberi Makanan Pendamping ASI (MP-ASI).
Pemberian ASI terus dilakukan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih. Bayi dan
anak memperoleh kapsul vitamin A, taburia, dan imunisasi dasar lengkap.
b. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) harus diupayakan oleh setiap rumah
tangga.

4. Pada Remaja
a. Meningkatkan penyuluhan untuk perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola
gizi seimbang, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi narkoba.
b. Pendidikan kesehatan reproduksi.

5. Pada Dewasa Muda


a. Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB).
b. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular).
c. Meningkatkan penyuluhan untuk PHBS, pola gizi seimbang, tidak
merokok/mengonsumsi narkoba.

F. Penatalaksanaan Stunting
Pengobatan yang dapat dilakukan pada anak yang mengalami stunting, sebagai berikut :
1. Kalsium
Kalsium berfungsi dalam pembentukan tulang serta gigi, pembekuan darah dan
kontraksi otot. Bahan makanan sumber kalsium, yaitu ikan teri kering, belut, susu,
keju, dan kacang-kacangan.

2. Yodium
Yodium sangat berguna bagi hormon tiroid, yang dimana hormon tiroid mengatur
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Yodium juga penting untuk
mencegah gondok dan kekerdilan. Bahan makanan sumber yodium, yaitu ikan laut,
udang, dan kerang.

3. Zink
Zink berfungsi dalam metabolisme tulang, penyembuhan luka, fungsi kekebalan dan
pengembangan fungsi reproduksi laki-laki. Bahan makanan sumber zink, yaitu hati,
kerang, telur dan kacang-kacangan.
4. Zat Besi
Zat besi berfungsi dalam sistem kekebalan tubuh, pertumbuhan otak, dan
metabolisme energi. Sumber zat besi, yaitu hati, telur, ikan, kacang-kacangan,
sayuran hijau dan buah-buahan.

5. Asam Folat
Asam folat terutama berfungsi pada periode pembelahan dan pertumbuhan sel,
memproduksi sel darah merah dan mencegah anemia. Sumber asam folat, yaitu
bayam, lobak, kacang-kacangan, serealia dan sayur-sayuran.
DAFTAR PUSTAKA

Budijanto, Didik. 2018. Situasi Balita Pendek (Stunting) di Indonesia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Trihono, dkk. 2015. Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusinya. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.

TNP2K. 2017. 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting)
Ringkasan. Jakarta Pusat: Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Satrio, Bimo, dkk. 2015. Cegah Stunting, Itu Penting. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Meiningsih, Siti, dkk. 2019. Bersama Perangi Stunting. Jakarta: Kementerian Komunikasi
dan Informatika.

Sutarto., dan Sari, Ratna Dewi Puspita., dan Trijayanthi, Winda. 2020. Pendampingan
Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) sebagai Upaya Pencegahan
Stunting di Desa Binaan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Tahun 2020.
Jurnal Pengabdian Masyarakat Ruwa Jurai, 45-49.

Anda mungkin juga menyukai