Anda di halaman 1dari 13

UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP 2019/2020

ODD MIDTERM EXAM 2019/2020


FAKULTAS (Faculty) : FIK (Medical)
JURUSAN (Department) : ILMU KEPERAWATAN (S1) (Nurse Science)
Mata Uji - KonsepKeperawatanGawatDarurat Hari/Tanggal - Rabu, 15 April
Course (Emergency Nursing Concept) Day/Date 2020
Smt/Kelas - 2/T Jam ke - I
Class Session
Penguji - BetiKristinawati, S.Kep., Waktu - 1x24 Jam
Examiner M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B Duration
Petunjuk - Guidance:
1. Baca soal dengan cermat
2. Jawablah soal dengan singkat dan jelas
3. Ujian open book, dapat menggunakan literatur berupa buku, ebook, jurnal/ hasil penelitian
(tuliskan sumber literar yang dirujuk)
4. Nilai ditentukan dari kemampuan menganalisis jawaban serta kesahihan & kebaharuan sumber
yang digunakan
5. Jawaban diketik dalam MS word dengan spasi 1,5 margin kanan, kiri, atas dan bawah 1, dengan
ukuran kertas A4
6. Unggah jawaban ke a count schoology ujian konsep Gawat Darurat
7. Mahasiswa wajib berdisiplin dalam menerapkan social dan physical distancing serta menjaga
kebersihan. Menghindari bergerombol, termasuk dalam mengerjakan eUTS.
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah - Course Learning Outcomes (CPMK - CLO):
1. Mahasiswa mampu memahami, menyebutkan kembali dan mengintegrasikan hasil penelitian
dalam konsep keperawatan Gawat Darurat
2. Mahasiswa mampu memahami, menyebutkan kembali dan mengintegrasikan hasil penelitian
dalam konsep Triase
3. Mahasiswa mampu memahami, menyebutkan kembali dan mengintegrasikan hasil penelitian
dalam konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan gangguan system
neurologi
4. Mahasiswa mampu memahami, menyebutkan kembali dan mengintegrasikan hasil penelitian
dalam konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan gangguan sitem
respiratori
5. Mahasiswa mampu memahami, menyebutkan kembali dan mengintegrasikan hasil penelitian
dalam konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan gangguan system
kardiovaskuler
6. Mahasiswa mampu memahami, menyebutkan kembali dan mengintegrasikan hasil penelitian
dalam konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan gangguan system
pencernaan
7. Mahasiswa mampu memahami, menyebutkan kembali dan mengintegrasikan hasil penelitian
dalam konsep asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien intoksikasi
SoalTipe A - Type A Questions
N Nilai - CPMK
Soal - Questions
o Score - CLO
Seorang perempuan usia 36 tahun di bawa ke UGD dengan sesak nafas.
Hasil pengkajian diperoleh, pasien memiliki riwayat penyakit Asma
Bronkhial. Pasien mengeluh sesak nafas, frekuensi nafas 32x/ menit,
1. auskultasi paru terdengar suara wheezing 10 1&4

Tentukan dan jelaskan status kegawatan pada pasien tersebut.!

Seorang perempuan usia 18 tahun dibawa ke UGD dengan kondisi


kejang. Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat epilepsy. Saat
dilakukan pengkajian, pasien mengalami kejang berulang dengan durasi
2. kejang lebih dari 15 menit. 10 2&3

Analisis status kegawatan pasien tersebut sesuai dengan konsep triase!

Seorang laki-laki usia 29 tahun dibawa ke UGD dengan riwayat


kecelakaan lalulintas. Hasil pengkajian didapatkan data pasien
mengeluh nyeri kepala berat, muntah proyektil, kesadaran kompos
3. mentis dengan GCS 15, TD 150/ 90 mmHg, frekuensi nadi 98x/menit, 20 3
frekuensi nafas 18x/ menit

Jelaskan algoritma penanganan trauma kepala di IGD!


Seorang pasien berusia 18 tahun dibawa ke IGD dengan riwayat
kecelakaan lalulintas. Pada pemeriksaan fisik ditemukan data
pergerakan rongga dada tidak simetris. Frekuensi nadi adalah 180
x/per menit; tekanan darah adalah 94/64 mmHg posisi berbaring dan
takipnea dengan frekuensi pernafasan 40 x/menit. Pasien sadar
penuh, GCS 15, orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang baik.
4. 15 4
Terdapat luka terbuka dengan ukuran 15 cm x 10 cm pada area dada,
terdapat krepitasi pada tulang kosta 4 dan 5.

Berdasarkan data yang ada apakah masalah keperawatan yang dialami


pasien dan buatlah intervensi keperawatannya!

5. Seorang laki-laki usia 49 tahun dirawat di UGD, dengan keluhan nyeri 20 5


dada. Hasil pengkajian didapatkan nyeri dada dirasakan terusmenerus
yang dirasakan pada dada sebelah kiri menjalar sampai pada bagian
samping, tidak reda dengan istirahat. TD 170/ 100 mmHg, frekuensi
nadi 89 x/menit danfrekuensi nafas 27x/ menit.Hasil perekaman EKG
ditemukan adanya elevasi gelombang ST di led I, aVL, V5, V6. Hasil
pemeriksaan enzyme jantung CKMB 53 U/L (normal < 24 U/L),
Toponin T 0,6 ng/ ml (positif).

JelaskanAlgoritma penanganan kasus ACS di IGD!

Jelaskan tindakan yang seharusnya dilakukan perawat ketika


6. menangani pasien dengan benda tajam yang menancap pada abdomen! 10 6

Jelaskan tindakan penanganan pasien yang mengalami keracunan


7. organo fosfat di IGD? 15 7
LEMBAR JAWAB/ANSWER SHEET

Konsep Keperawatan Gawat


Fakultas/Prodi/ Ilmu Keperawatan (S1)
Mata Kuliah/Courses Darurat (Emergency Nursing
Program/Faculty Transfer
Concept)
Beti Kristinawati, S.Kep., TanggalUjian/Ex
Pengampu /Lecturer Rabu,15 April 2020
M.Kep.,Ns.Sp.Kep.M.B am date
NAMA/Name Inneke Yulia Hermawati NIM/Student ID J210191095

Jawab

1. Tentukan dan jelaskan Status kegawatan pada pasien!


Termasuk status Gawat Tidak Darurat (Urgent Kuning) karena pasien memiliki riwayat asma
bronkhial. Pasien dengan gangguan pernafasan yang di karenakan oleh asma biasanya di
prioritaskan untuk memperlancar jalan nafas pasien terlebih dahulu dengan dilakukannya
nebulizer. Penanganan pasien ini tidak kurang dari 30 menit, setelah itu kondisi pasien akan
segera membaik. Apabila tidak segera ditolong pasien tidak akan terjadi kolaps jantung maupun
paru-paru.
Pada tahap implementasi tidak ditemukan kesenjangan antara tinjauan pustaka dengan
pelaksanaan tindakan di lapangan. Implementasi yang sudah dilaksnakan pada diagnosa jalan
napas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme antara lain : memeberikan posisi
semifowler dengan tujuan dapat melonggarkan diafragma sehingga dapat memudahkan
pernapasan. Melakukan kolaborasi dengan dokter melakukan nebulizer combivent 3mg+Nacl
1cc. Menurut Jhon, dkk (2012), penatalaksanaan asma dan penerapan kegawatdaruratan asma
bronchialedi Ameriks dilakukan dengan pemberian obat bronkodilator secara nebulizer (99,2%)
karena obat dapat lebih cepat bereaksi, obat tunggal yang sering digunakan yaitu salbutamol
(63,2%) dan obat kombinasi salbutamol dan ipratropium (81,3%). Komposisi dari combiven
yaitu salbutamol 2,5mg dan ipratropium bromide 0,5mg, penambahan Nacl 1cc yaitu sebagai
pengencer obat untuk mengurangi kepekatan obat dan mencegah alergi terhadap obat yang
terlalu pekat. Pengguna combivent yang merupakan campuran dari salbutamol dan iptropium
bromide

Daftar Pustaka
Chang, E. 2010. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Kowalac, J. 2011. Buku Ajar Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

2. Analisis status kegawatan pasien tersebut sesuai dengan konsep triase!


Termasuk status Gawat Tidak Darurat (Urgent Merah), jika tidak segera ditolong dapat
mengancam jiwa dalam waktu kurang dari 5 menit, 5 menit tersebut merupakan golden period
Epilepsy merupakan komplikasi dari cidera kepala menurut Markam (1999). Biasanya pasien
kejang termasuk dalam cidera kepala sedang, dengan nilai GCS 9-13. Penanganan awal yaitu
dengan ABC :
 Airway : Menilai bersihan jalan nafas, ada sumbatan atau tidak, jika jalan nafas tertutup
dapat terjadi kolaps paru
 Breathing : Tentukan pasien dapat bernafas spontan atau tidak, jika tidak berikan pasien
O2 nasal kanul atau sungkup. Observasi nadi dan saturasi O2 pasien minimal 95%. Jika
terjadi muntah, miringkan kepala pasien untuk mencegah aspirasi yang dikarenakan
cairan masuk ke paru. Jika terjadi perburukan saturasi pasien dilakukan intubasi
 Circulation : Jika ada perdarahan, hentikan perdarahan terlebih dahulu. Lakukan EKG
dan monitor denyut jantung pasien setelah itu kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
obat-obatan
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Vol 3 ed-8. Jakarta : EGC

http://www.scribd.com/doc/20357839/Cedera-Kepala
3. Algoritma penanganan trauma kepala di IGD

RIWAYAT

 Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan


 Mekanisme cedera
 Waktu cedera
 Tidak sadar segera setelah cidera
 Tingkat kewaspadaan
 Amnesia Retrograde, Antegrade
 Sakit kepala : ringan, sedang, berat

Pemerikasaan umum untuk menyingkirkan cedera


sistemik
Pemeriksaan neurologis terbatas

Pemeriksaan rontgen vertebra servikal dan lainnya


sesuai indikasi

Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksik dalam


urin

Pemeriksaan CT scan kepala merupakan indikasi bila


memenuhi kriteria kecurigaan perlunya tindakan bedah
saraf sangat tinggi.

Observasi atau di rawat di RS Dipulangkan dari RS

 CT scan tidak ada  Tidak memiliki kriteria rawat


 CT scan abnormal  Diskusikan kemungkinan
 Semua cedera tembus kembali kerumah sakit bila
 Riwayat hilang kesadaran memburuk dan berikan kertas
 Kesaran menurun observasi
 Nyeri kepala sedang-berat  Jadwalkan untuk kontrol ulang
 Intoksikasi alkohol/obat-
obatan
 Frektur tulang
 Kebocoran likuor:
Rhinoma-otorea
 Cedera penyerta yang
bermakna
 Tak ada keluarga dirumah
 GCS < 15
 Defisit neurologis fokal
Daftar pustaka

Buku Panduan Advanced Traumatic Life Suport edisi 8.2008.

Komisi Trauma Ikatan Ahli Bedah Indonesia

Issebacher KJ, et al. Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam edisi 13. 2008.

Jakarta: EGC

4. Berdasarkan data yang ada apakah masalah keperawatan yang dialami pasien dan buatlah
intervensi keperawatan
Data objektif :
 Pergerakan rongga dada tidak simetris
 Nadi 180x/menit
 TD 94/64mmHg
 Frekuensi napas 40x/menit
 GCS 15
 Terdapat luka terbuka ukuran 15x10 cm diarea dada
 Terdapat krepitasi pada tulang kosta 4 dan 5

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Gangguan pola napas, NOC : NIC :


dispneu berhubungan  Respiratory Airway Management
dengan penurunan Status : ventilation  Buka jalan nafas,
kemampuan paru  Respiratory gunakan teknik
Status : airway chinlift atau jaw
patency thrust bila perlu
 Vital sign`  Posisikan pasien
untuk
Kriteria Hasil :
memaksimalkan
 Mendemonstrasikan ventilasi
batuk efektif dan  Lakukan fisioterapi
suara napas yang dada jika perlu
bersih, tidak ada  Keluarkan secret
sianosis dan dengan batuk atau
dyspneu ( mampu
mengeluarkan suction
sputum, mampu,  Aukultasi suara
mampu bernafas nafas, catat adanya
dengan mudah, suara tambahan
tidak ada pursed  Atur intake untuk
lips) cairan
 Menunjukkan jalan  Mengoptimalkan
nafas yang paten keseimbangan
(klien tidak merasa  Monitor respirasi
tercekik, irama dan status O2
napas, frekuensi
Respiratory
pernapasan dalam,
Monitoring
rentang normal,
tidak ada suara  Monitoring rata-rata,
nafas abnormal) kedalaman, respirasi
 Tanda-tanda vital  Catat gerakan dada,
dalam rentang amati kesimetrisan,
normal (tekanan penggunaan otot
darah, nadi, tambahan, retraksi
pernafasan) otot supraclavicular
dan intercostals
 Monitor suara nafas,
catat area penurunan
atau tidak
adanyaventilasi dan
suara tambahan
 Auskultasi suara
paru setelah tindakan
untuk mengetahu
hasilnya

2. Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :


berhubungan dengan  Respiratory Airway Management
ketidakseimbangan Status : Gas  Buka jalan nafas,
ventilasi dan perfusi exchange gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust
 Respiratory bila perlu
Status : ventilation  Posisikan pasien
 Vital sign untuk
memaksimalkan
Kriteria Hasil :
ventilasi
Mendemonstrasikan  Lakukan fisioterapi
peningkatan ventilasi dan dada jika perlu
oksigenasi yang adekuat  Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara tambahan
 Atur intake cairan
 Monitor respirasi
dan status O2

Respiratory Monitoring

 Monitoring rata-rata,
kedalaman, irama
dan usaha respirasi
 Catat gerakan dada
amati keistimewaan
penggunaan otot
tambahan, retraksi
otot supraclavicular
dan intercostals
 Monitor suara nafas,
catat area penurunan
atau tidak
adanyaventilasi dan
suara tambahan
 Auskultasi suara
paru setelah tindakan

3. Risiko injury NOC : NIC :Environment


 Risk kontrol
Faktor-faktor risiko :  Immune status Management
Internal :  Safety behavior (Managemenrt Lingkungan)
 Penurunan Hb  Sediakan lingkungan
Kriteria Hasil :
 Disfungsi Yang aman untuk
gabungan  Klien terbebas dari Pasien
 Disfungsi efektor cedera  Menghindarkan
 Hipoksia jaringan  Klien mampu Lingkungan yang
 Fisik (contoh: menjelaskan Berbahaya(misalnya
kerusakan cara/metode Memindahkan
kulit/tidak utuh, mencegah perabotan)
berhubungan injury/cedera  Memasang side rail
dengan mobilitas)  Mampu tempat tidur
memodifikasi gaya  Menyediakan tempat
hidup untuk tidur bersih dan
mencegah injury nyaman
 Mampu mengenali  Memberikan
perubahan status penerangan yang
kesehatan cukup
 Menganjurkan
keluraga untuk
menemani pasien
 Berikan penjelasakan
kepada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit

5. Jelaskan Algoritma penanganan kasus ACS di IGD


Persangkaan SKA
Nonkardiak Angina stabil Kemungkinan SKA Definitf SKA

 EKG: normal atau nondiagnostik Tanpa elevasi elevasi segmen


 Marka jantung awal : normal segmenST ST (stemi) atau
Atau LBBB baru
Observasi 12 jam sejak awitan angina *perubahan ST
Gelombang T
*Angina berlanjut
* Angina tidak berulang *Angina berulang atau *Marka jantung positif
*EKG: tidak berubah * EKG: perubahan St *Hemodinamik abnormal
*Marka jantung: normal dan/gelombang T
* Marka jantung positif

NEGATIF POSITIF Definisit SKA Evaluasi untuk


Diagnosis: bukan SKA Diagnosis: definitif atau terapi reperfusi
Atau risiko rendah SKA sangat mungkin SKA
Terapi NSTEMI
Pemantauan rawat jalan

(Dikutip dari Anderson JL,et al. Am Coll Cardiol 2007;50)


http://www.inaheart.org/upload/image/pedoman_tatalaksana_Sindrom_Koroner_Akut_2015.
pdf

6. Tindakan yang seharusnya dilakukan perawat ketika menangani pasien dengan benda tajam
yang menancap pada abdomen!
Trauma tembus
 Skrinning pemeriksaan rontgen
 Foto rontgen torak tegak
 IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
 Uretrografi
 Sistografi

Trauma benda tumpul


 Pengambilan contoh darah dan urine
 Pemeriksaan rontgen
 Study kontras urologi dan gastrointeatinal

Sumber : Jurnal Diagnostic Imaging Pathways : Abdominal Blunt Trauma

Population Covered By The Guidance

7. Tindakan penanganan pasien yang mengalami keracunan oraganofosfat di IGD!


1) Terapi supportif
 Bebaskan jalan napas
 Oksigensi/ventilasi
 Terapi aritmia
 Perbaiki aritmia
 Perbaiki hemodinamika
 Hilangkan kejang
 Koreksi abnormalitas suhu
 Koreksi kelainan metabolis
 Hindari komplikasi sekunder
2) Pencegahan absorbsi racun lebih lanjut
 Evakuasi gastrointestinal
 Syrup impekak untuk menginduksi muntah (bila terindikasi)
 Bilas lambung
 Arang aktif
 Pencahar
 Pengeluaran melalui endoskop atau operasi
 Dilusi

3) Dekontaminasi permukaan lain


 Irigasi mata
 Dekontaminasi kulit

4) Mempercepat eliminasi racun


 Diurisis paksa
 Dialisis
 Mengubah pH urine
5) Pemberian antidotum spesifik
 Agen antimsukarinik
Pada orang dewasa, dosis awalnya 1-2mg yang digandakan setiap 2-3 menit
samapai teratropinisas. Untuk anak dosis awalnya 0,02mg yang digandakan
setiap 2-3 menit sampai teratropinasi. Tidak ada kontraindikasi penanganan
keracunan organofosfat dengan antropin.
 Oxime
Pralidoxime adalah satu-satunya oxime yang tersedia. Pada regimen dosis
tinggi (2g ivload diikuti 1g/ jam selama 48 jam), pralidoxime dapat
mengurangi penggunaan atropine total dan mngurangi jumlah penggunaan
ventilator. Dosis yang direkomendasikan WHO, minimal 30mg/kg iv bolus
diikuti >8mg/kg/jam dengan infus. Efek samping dapat ditimbulkan karena
pemakaian pralidoxime meliputi dizziness, pandangan kabur, pusing,
drowsiness, nausea, takikardi, peningkatan tekanan darah, hiperventilas,
penurunan fungsi renal dan nyeri pada tempat injeksi.

Sumber : http://www.ichrc.org/154-racun-khusus

Anda mungkin juga menyukai