Anda di halaman 1dari 13

MODUL PERKULIAHAN

Perekonomian
Indonesia
Otonomi Daerah Dan Sumber
Keuangannya

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

14
Ekonomi dan Bisnis S1 Manajemen F041700013 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak

Abstract Kompetensi
Otonomi daerah adalah kewenangan Mahasiswa mampu menjelaskan dan
daerah otonom untuk mengatur dan menganalisis tentang otonomi daerah.
mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan. Tujuan otonomi daerah
antara lain agar terjadi peningkatan
pelayanan masyarakat, pemerataan
wilayah daerah, dan pencapaian
kehidupan demokrasi. Salah satu
bentuk otonomi daerah di Indonesia
yaitu penentuan UMR.
Pembahasan

OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pengertian yang lebih luas lagi
adalah wewenang/kekuasaan pada suatu wilayah/daerah yang mengatur dan mengelola
untuk kepentingan wilayah/daerah masyarakat itu sendiri mulai dari ekonomi, politik, dan
pengaturan perimbangan keuangan termasuk pengaturan sosial, budaya, dan ideologi yang
sesuai dengan tradisi adat istiadat daerah lingkungannya.
Otonomi sesungguhnya diambil dari bahasa Yunani, dari kata “autos” yang bisa
diterjemahkan sebagai sendiri, dan “namos” yang berarti undang – undang atau peraturan.
Jika disambung dan diartikan berarti maknanya adalah aturan sendiri. Sehingga maksud
dari Otonomi Daerah adalah wilayah dengan batas – batas tertentu yang mempunyai
aturannya sendiri. Otonomi Daerah dapat diartikan sebagai kewenangan yang bertujuan
untuk melakukan pengaturan serta pengurusan kepentingan masyarakat sesuai dengan
karsa sendiri, yang didasari oleh aspirasi dari masyarakat sesuai dengan Undang – Undang
yang berlaku. Menurut UU No.32 tahun 2004, arti dari Otonomi Daerah adalah “hak,
wewenang, dan kewajiban daerah otonom guna mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya serta kepentingan masyarakat seseuai dengan undang – undang yang
berlaku”.

Prinsip Otonomi Daerah


Kewenangan otonomi yang diberikan terhadap daerah adalah kewenangan otonomi
luas, nyata dan bertanggung jawab. Berikut prinsip-prinsip otonomi daerah:
 Prinsip otonomi seluas-luasnya, artinya daerah diberikan kewenangan mengurus dan
mengatur semua urusan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali kewenangan terhadap bidang politik luar negeri, keamanan,
moneter, agamar, peradilan, dan keamanan. serta fiskal nasional. 
 Prinsip otonomi nyata, artinya daerah diberikan kewenangan untuk menangani
urusan pemerintahan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang
senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai
dengan potensi dan kekhasan daerah. 
 Prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud

2020 Perekonomian Indonesia


2 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merupakan bagian utama dari tujuan
nasional.

Landasan Hukum Otonomi Daerah


Implementasi otonomi daerah di Indonesia diawali dengan peresmian pemantapan
Daerah Percontohan Otonomi yang fokus pada Daerah Tingkat II pada 25 April 1995
dengan payung hukum PP Nomor 8/1995 Tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan Kepada 26 Daerah Tingkat II Percontohan. Daerah-daerah tersebut a.l. Aceh
Utara, Simalungun, Tanah Datar, Kampar, Batanghari, Muara Enim, Lampung Tengah,
Bengkulu Selatan, Bandung, Banyumas, Sleman, Sidoarjo, Sambas, Kotawaringin Timur
dan Tanah Laut. Kemudian Kutai, Minahasa, Donggala, Gowa, Kendari, Badung, Lombok
Tengah, Timor Tengah Selatan, Aileu, Maluku Tengah dan Sorong.
Lalu terbitlah Keppres Nomor 11/1996 tentang Hari Otonomi Daerah yang
menetapkan Tanggal 25 April sebagai Hari Otonomi Daerah. Sekitar tiga tahun kemudian
otonomi daerah diberlakukan di Indonesia melalui UU Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839).
Pada 2004, UU Nomor 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah (berdasarkan
Konsiderans UU Nomor 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah) dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah sehingga diganti dengan UU Nomor 32/2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437).
Dalam perkembangannya, UU Nomor 32/2004 pun mengalami beberapa kali perubahan, di
antaranya UU Nomor 12/2008 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 32/2004
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844). Dan terakhir kali melalui penerbitan UU Nomor
23/2014.
Selain sudah adanya aturan lain sebagai penopangnya, yakni UU Nomor 33/2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, regulasi
otonomi daerah juga terus dilengkapi. Salah satunya adalah PP Nomor 12/2017 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Kemudian, terkait
dengan inovasi yang merupakan katalisator daya tahan dan kemajuan ekonomi, Pemerintah
juga telah menerbitkan PP Nomor 38/2017 tentang Inovasi Daerah.

2020 Perekonomian Indonesia


3 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Otonomi Daerah UU NO. 32/2004
• Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
• Daerah otonom dalam definisi tersebut merupakan kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah.

Prinsip Otonomi Daerah (Penjelasan UU 32/2004)


 Otonomi seluas-luasnya
 Otonomi yang nyata dan bertanggung jawab
 Berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu
memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat
 Menjamin keserasian hubungan antara daerah dengan daerah lainnya, daerah
dengan Pusat
 Memelihara dan menjaga keutuhan NKRI
 Pemerintah wajib melakukan pembinaan dan fasilitasi

Pemberian Otonomi Luas diarahkan untuk:


• Mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan
pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat
• Meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, keistimewaan dan kekhususan, serta keanekaragaman daerah

2020 Perekonomian Indonesia


4 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Alur Perencanaan dan
Penganggaran
Rincia
Ren

Pemerintah
Renstr Pedoma Pedom RKA n
a KL n ja - an -KL APB

Pusat
KL N
Pedoma
n
Diacu
RPJP RPJM Dijabarka RK Pedom
Nasion Pedom
Nasiona
RAP APB
n an
al
an
l P BN N

Diacu Diperhatika Diserasikan melalui


RPJ n RPJ Dijaba RK Musrenbang
P Pedom M rkan P Pedoma RAP APB
Daera an Daera Daera n BD D

Pemerintah
h h h

Daerah
Pedoma Diacu
n Renst Renja RKA Rinci
ra Pedom - Pedom - an
SKP an SKP an SKP APB
D D D D

UU SPPN UU KN

Tujuan Otonomi Daerah


1. Pelayanan Kepada Masyarakat Menjadi Semakin Baik
Apabila segala macam hal hanya bisa dilakukan dalam pemerintahan pusat,
coba bayangkan betapa repotnya orang – orang dan pemerintah itu sendiri. Orang di
daerah harus pergi ke Jakarta hanya untuk mengurus dokumen – dokumen
sederhana seperti dokumen kependudukan. Bayangkan juga seberapa banyak
antriannya jika semua orang di Indonesia ini harus mengurus segala hal dalam satu
tempat saja. Dengan adanya Otonomi Daerah, segala hal bisa menjadi lebih mudah
untuk masyarakat. Pemerintah pun lebih mudah dalam melakukan pengontrolan
karena sudah dibantu oleh alat – alat kelengkapan yang ada di daerah.
2. Kehidupan Demokrasi Berkembang
Demokrasi sendiri bisa diartikan penyelenggaraan suatu negara berpusat
dari, untuk, dan oleh rakyat. Dengan adanya otonomi, demokrasi lebih mudah untuk
diterapkan. Apalagi dengan kondisi wilayah Indonesia yang sangat besar. Jika ada
aspirasi dari rakyat semua bisa ditampung di pemerintahan daerah terlebih dahulu
untuk selanjutnya bisa disampaikan ke pusat untuk ditindak lanjuti.

2020 Perekonomian Indonesia


5 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Mewujudkan Keadilan Nasional
Rasanya seperti tidak mungkin untuk mewujudkan keadilan nasional seadil –
adilnya di negara ini jika hanya dilakukan oleh pemerintah pusat saja. Berdasarkan
latar belakang, geografis, dan masyarakat yang beraneka ragam, untuk mewujudkan
keadilan nasional bukan perkara yang mudah. Dengan adanya Otonomi Daerah,
pemerintah daerah bisa lebih terfokus untuk daerahnya masing – masing keadilan
seperti apa yang diinginkan dari setiap masing – masing daerah dapat terwujud
perlahan – lahan, karena memang antara satu daerah satu dan yang lainnya
berbeda. Misalnya, keadilan untuk masyarakat di Yogyakarta akan berbeda dengan
rasa keadilan Masyarakat di Papua.
4. Pemerataan Wilayah Daerah
Maksudnya dari pemerataan adalah usaha yang dilakukan pemerintah pusat
untuk membuat semua daerah di Indonesia ini tidak timpang jauh antara satu dan
yang lainnya. Ini bukan perkara yang mudah. Nyatanya, dalam satu daerah saja
belum pasti pembangunannya bisa merata. Untuk itu, diberikanlah wewenang
kepada pemerintahan daerah untuk mengelola daerahnya dan melakukan
pemerataan. Meskipun misalnya pembangunan di Kota Kediri akan berbeda dengan
Kota Tangerang, tetapi setidaknya pemerintah daerah setempat tahu bagaimana
memaksimalkan sumber daya yang ada untuk mensejahterakan masyarakatnya.
5. Memelihara Hubungan Pusat dan Daerah dalam NKRI
Otonomi Daerah memudahkan masyarakat untuk berhubungan dengan
pemerintah pusat melalui pemerintahan daerah. Yang mana disini pemerintah
daerah akan membantu masyarakat dalam menyampaikan aspirasi rakyat kepada
pusat dan sebagai jembatan agar pemerintah pusat dapat memiliki hubungan yang
baik dengan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia.
6. Meningkatkan Peran Serta Masyarakat
Dengan adanya Otonomi Daerah, masyarakat daerah dapat berpartisipasi
dalam pengelolaan daerahnya dengan lebih bebas di berbagai bidang. Jadi, segala
sesuatu tidak bergantung kepada pusat dan meghindari pengontrolan terlalu banyak
dari pemerintahan pusat sehingga masyarakat merasa terkekang di daerah asal
mereka sendiri. Masyarakat dan tokoh daerah juga akan merasa lebih diberdayakan.
Tujuan – tujuan di atas diharapkan dapat memenuhi tujuan utama Otonomi Daerah
dalam politik, administratif, dan ekonomi. Melalui Dewan Perwakilan Daerah dan
Dewan Perwakilah Rakyat Daerah diharapkan dapat terwujud untuk Indonesia yang
lebih baik dan pembangunan yang lebih merata. Dengan demikian masyarakat akan
menjadi lebih sejahtera dan indeks pembangunan manusia juga meningkat.

2020 Perekonomian Indonesia


6 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Manfaat Otonomi Daerah
Beberapa manfaat diterapkannya sistem otonomi daerah yaitu:
 Agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan di pusat sehingga penyelenggaraan
pemerintahan berjalan lancar.
 Pemerintahan bukan hanya dijalankan oleh pemerintah pusat, melainkan pemerintah
daerah juga terlibat.
 Kesejahteraan masyarakat di daerah semakin meningkat.
 Daya kreasi dan inovasi masyarakat di daerah akan semakin meningkat, karena
setiap daerah pasti berusaha menampilkan keunggulan di daerahnya.
 Meningkatnya pengawasan kegiatan yang dilakukan.
 Meningkatkan pasokan baran dan jasa di daerah dengan biasa yang disesuaikan.
 Memudahkan pengaturan administrasi pemerintahan.
 Lembaga masyarakat mengalami peningkatan.

Contoh Otonomi Daerah


1. Penetapan Upah Minimum Regional
UMR adalah standar gaji terendah yang dianjurkan pemerintah kepada para
pengusaha untuk menggaji karyawannya. UMR diperhitungkan berdasarkan biaya
hidup di masing – masing daerah.
2. Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Ada beberapa mata pelajaran yang memang bersifat wajib dan harus
diajarkan untuk seluruh siswa di Indonesia. Katakanlah Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam, dan Bahasa Indonesia. Akan tetapi, disini pemerintah pusat
memberikan kelonggaran kepada pemerintah daerah untuk mengembangkan mata
pelajaran apa saja yang bisa ditambahkan dalam pendidikan anak, biasanya disebut
dengan muatan lokal.
3. Penggunaan APBD
APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. APBD satu daerah
dan yang lainnya bisa berbeda – beda. Tergantung kepada kebutuhan daerah setiap
tahun, alokasi umum, dan alokasi khususnya. Pemerintah pusat sudah memberikan
keleluasaan untuk apa dana akan dialokasikan asalkan semua yang dibuat oleh
pemerintah daerah ada pertanggungjawabannya dan tidak disalah gunakan.
4. Pengelolaan Objek Wisata Daerah
Pemerintah daerah sudah dibebaskan oleh pemerintah pusat dalam
pengelolaan sumber daya yang ada di dalam daerah tersebut. Termasuk wisatanya,

2020 Perekonomian Indonesia


7 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dalam praktiknya pemerintah daerah menyerahkan pengelolaan sepenuhnya kepada
masyarakat setempat. Pemerintah daerah akan memberikan bantuan jika memang
diperlukan. Hal ini memberi keuntungan kepada masyarakat karena dapat
dimanfaatkan untuk menaikkan taraf ekonomi mereka. Selain itu, dengan adanya
kunjungan wsata dari orang di berbagai daerah, juga akan membuat UMKM yang
berfokus pada sektor pariwisata lebih cepat untuk berkembang.
5. Penentuan Retribusi
Sering kali tarif retribusi ketika memasuki daerah wisata, parkir, dan yang
lainnya antar satu daerah dan yang lainnya ditemukan berbeda – beda. Tarif per jam
parkir di Jakarta dengan kota lainnya berbeda. Perbedaan ini bukan bersumber dari
kemauan juru parkir, tetapi peraturan daerah yang telah ditetapkan oleh pemerintah
daerah atas wewenang dari pusat.

Dampak Positif dan Negatif Otonomi Daerah

A. Dampak positif dari Otonomi Daerah seperti:


1. Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing – masing.
2. Pembangunan untuk daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih cepat
berkembang.
3. Daerah punya kewenengan untuk mengatur dan memberikan kebijakan tertentu.
4. Adanya desentralisasi kekuasaan.
5. Daerah yang lebih tau apa yang lebih di butuhkan di daerah itu, maka diharapkan
dengan adanya otonomi daerah menjadi lebih maju.
6. Pemerintah daerah akan lebih mudah mengelola sumber daya alam yang dimilikinya,
jika SDA yang dimiliki daerah telah di kelola secara optimal maka PAD dan
pendapatan masyarakat akan meningkat.
7. Dengan diterapkannya system otonomu daerah, biaya birokrasi menjadi jauh lebih
efisien.
8. Pemerintah daerah akan lebih mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang
dimiliki oleh daerah tersebut. (Kearifan local yang terkandung dalam budaya dan
adat istiadat daerah)

B. Dampak Negatif dari Otonomi Daerah:


1. Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.
2. Tidak adanya koordinasu dengan daerah tingkat satu karena merasa yang punya
otonomi adalah daerah kabupaten/Kota.

2020 Perekonomian Indonesia


8 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
3. Kadang-kadang terjadi kesenjangan social karena kewenangan yang di berikan
pemerintah pusat kadang – kadang bukan pada tempatnya.
4. Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pemimpin sering
lupa tanggung jawabnya.

Asas Otonomi Daerah


Penyelenggaraan otonomi daerah dilakukan berdasarkan tiga asas, yaitu:
1. Asas Desentralisasi
Ini merupakan pemberian wewenang untuk menjalankan pemerintahan kepada
daerah otonom berdasarkan struktur NKRI dan dasar hukum yang berlaku.
2. Asas Dekosentrasi
Ini merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur yang
bertugas sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat daerah.
3. Asas Tugas Pembantuan
Ini merupakan pemberian tugas dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk melaksanakan tugas tertentu dengan biaya, sarana dan prasarana, serta
sumber daya manusia. Tugas tersebut harus dipertanggungjawabkan dan dilaporkan
kepada yang berwenang.

Asas Umum Penyelenggaraan Negara


• Asas kepastian hukum adalah asas yang mengutamakan landasan peraturan
perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan
penyelenggara negara. 
• Asas tertib penyelenggara adalah asas menjadi landasan keteraturan, keserasian,
dan keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara negara. 
• Asas kepentingan umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif, akomodatif, dan selektif. 
• Asas keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informas yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggara negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi
pribadi, golongan, dan rahasia negara. 
• Asas proporsinalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak
dan kewajiban.
• Asas profesionalitas adalah asas yang mengutamakan keadilan yang berlandaskan
kode etik dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 

2020 Perekonomian Indonesia


9 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggara negara harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 
• Asas efisiensi dan efektifitas adalah asas yang menjamin terselenggaranya kepada
masyarakat dengan menggunakan sumber daya tersedia secara optimal dan
bertanggung jawab (efisiensi = ketepatgunaan, kedaygunaan, efektivitas = berhasil
guna). 

Otonomi Daerah dalam Perekonomian


Oleh karena itu, pemberian otonomi daerah diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas sektor publik di Indonesia. Dengan otonomi,
daerah dituntut untuk mencari alternatif sumber pembiayaan pembangunan tanpa
mengurangi harapan masih adanya bantuan dan bagian (sharing) dari pemerintah
pusat dan menggunakan dana publik sesuai dengan prioritas dan aspirasi
masyarakat. Dengan kondisi seperti ini, peranan investasi swasta dan perusahaan
milik daerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi daerah (enginee of growth). Daerah juga diharapkan mampu
menarik investor untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Selain itu, pemberian otonomi daerah juga diharapkan dapat memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam membangun daerahnya melalui usaha-usaha
yang sejauh mungkin mampu meningkatkan partisipasi aktif masyarakatnya, karena
pada dasarnya pelaksanaan otonomi daerah mengandung tiga misi utama, yaitu :
1. Menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah
2. Meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut serta
(berpartisipasi) dalam proses pembangunan daerah .

Dengan demikian, upaya untuk memantapkan kemandirian pemerintah daerah


yang dinamis dan bertanggung jawab, serta mewujudkan pemberdayaan dan
otonomi daerah dalam lingkup yang lebih nyata, maka diperlukan aksi nyata pula
dalam melaksanakan tiga misi tersebut.

Sumber – Sumber Keuangan Daerah dan Peran Komponen Sumber Keuangan

2020 Perekonomian Indonesia


10 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pemerintah pada hakikatnya mengemban tiga fungsi utama yakni fungsi
distribusi, fungsi stabilisasi, dan fungsi alokasi. Fungsi distribusi dan fungsi
stabilisasi pada umumnya lebih efektif dan tepat dilaksanakan oleh Pemerintah
pusat, sedangkan fungsi alokasi lebih tepat jika dilaksanakan oleh Pemerintahan
Daerah yang lebih mengetahui kebutuhan, kondisi, dan situasi masyarakat
setempat. Dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah inilah, penyerahan,
pelimpahan, dan penugasan urusan pemerintahan kepada Daerah secara nyata dan
bertanggung jawab harus diikuti dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan
sumber daya nasional secara adil, termasuk pembagian kewenangan dalam
pengelolaan keuangan negara dan perimbangan keuangan antara Pemerintah pusat
dan Pemerintahan Daerah.

Korupsi dan (Kegagalan) Otonomi Daerah


Otonomi daerah merupakan salah satu agenda utama reformasi yang bertujuan
memangkas kesenjangan ekonomi-politik antara pemerintah pusat dan daerah. Seperti kita
tahu, kebijakan sentralistis yang dipraktikkan di era Suharto telah memunculkan
ketimpangan kewenangan antara pusat dan daerah yang berujung pada munculnya
ancaman disintegrasi. Reformasi 1998 menjadi titik tolak bergesernya paradigma
pemerintahan dari sentralistis menuju desentralistis. Publik pun menaruh harapan besar
bahwa desentralisasi yang dimanifestasikan ke dalam aturan otonomi daerah akan
membawa perbaikan bagi daerah. Publik berharap, otonomi daerah akan membawa
mewujudkan pemerintahan daerah yang demokratis, adaptif pada lokalitas, namun tetap
dalam kerangka integritas-nasional.

Namun, dalam perkembangan selanjutnya, harapan itu justru kian jauh panggang
dari api. Dua dasawarsa sejak era reformasi bergulir, otonomi daerah justru berjalan di luar
rel yang seharusnya. Harapan akan pemerintahan yang demokratis dan bersih, justru
ditelikung oleh kenyataan maraknya korupsi di level daerah. Agus Susanto dalam bukunya
“Menyingkap Tabir Otonomi Daerah di Indonesia” memberikan tiga penjelasan mengapa
otonomi daerah melahirkan ekses negatif berupa korupsi.
 Pertama, otonomi daerah yang selama ini berjalan cenderung hanya terfokus pada
pelimpahan wewenang dalam membuat kebijakan, pengelolaan keuangan serta
administrasi birokrasi dari pusat ke daerah. Sistem otonomi daerah yang selama ini
berjalan luput menyertakan pembagian kekuasaan ke masyarakat.

2020 Perekonomian Indonesia


11 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Konsekuensinya, peluang untuk mengakses sumber-sumber ekonomi dan politik daerah
hanya terbuka bagi para elite lokal. Hal inilah yang kemudian menyuburkan praktik
kongkalikong antara pengusaha nakal dan penguasa korup.
 Kedua, otonomi daerah telah memutus struktur hirarkis pemerintahan, yang
memungkinkan kepala daerah menjalankan kekuasaannya tanpa kontrol pemerintah
pusat. Hubungan pusat dan daerah dalam sistem otonomi yang sekarang ini berjalan
ialah hubungan yang bersifat normatif-fungsional. Situasi ini menyebabkan tidak adanya
institusi formal yang mampu melakukan pengawasan secara efektif terhadap kinerja
pemerintahan daerah.
 Ketiga, gagalnya dewan legislatif daerah dalam menjalankan fungsinya sebagai
pengontrol kekuasaan. Bahkan, dalam banyak kasus korupsi di daerah, legislatif
acapkali menjadi aktor yang terlibat di dalamnya. Di sisi lain, gerakan masyarakat sipil
(civil society) yang diharapkan mampu menjadi agregator kritisisme pada kekuasaan
juga belum sepenuhnya mapan terbentuk.

Fenomena kepala daerah terseret kasus korupsi telah menjadi semacam siklus yang
berulang kali terjadi. Di sejumlah daerah, korupsi kepala daerah bahkan seolah sudah
menjadi tradisi yang diwariskan. Salah satu yang mendesak untuk segera dilakukan ialah
memastikan semua aktivitas penyusunan anggaran dan pengadaan barang dilakukan
secara akuntabel dan transparan. Mekanisme layanan e-procurement, e-catalog, e-planning
dan e-budgetting idealnya menjadi hal yang wajib dipraktikkan oleh semua daerah di
Indonesia. Dengan perencanaan anggaran dan pengadaan barang yang serba-daring,
potensi korupsi yang melibatkan pejabat daerah, legislatif dan pengusaha dapat ditekan ke
angka paling minimal.

Tidak kalah penting dari itu ialah menata ulang alur birokrasi perizinan daerah yang
selama ini identik dengan keruwetan dan rawan perilaku koruptif. Penyederhanaan birokrasi
dan alur perijinan menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk mencegah praktik suap yang
selama ini kadung dianggap wajar. Dalam konteks kepentingan jangka panjang, gagasan
untuk membentuk perwakilan KPK di daerah sepatutnya tidak berakhir sebagai wacana
belaka. Ditinjau dari efek yang ditimbulkannya, tidak diragukan lagi bahwa korupsi
merupakan kejahatan luar biasa (extra ordinary crime). Publik menaruh harapan tinggi pada
KPK sebagai lembaga anti rasuah yang sejauh ini cenderung masih dapat dipercaya,
dibanding penegak hukum lainnya. Di atas itu semua, partisipasi aktif masyarakat sipil
dalam mengawasi dan mengontrol jalannya pemerintahan daerah merupakan hal yang
mutlak. Tanpa adanya kekuatan check andbalance yang berasal dari civil society, dapat

2020 Perekonomian Indonesia


12 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dipastikan kepala daerah akan menjelma serupa raja-raja kecil yang congkak, arogan dan
korup.

Daftar Pustaka
Basri, Faisal. (2010). Perekonomian Indonesia. Erlangga: Indonesia.
Kuncoro, M. (2010). Dasar-Dasar Ekonomika Pembangunan. UPP STIM YKPN: Indonesia.
Tambunan, Tulus. (2015). Orde Lama hingga Jokowi. Ghalia: Indonesia.
Tambunan, Tulus. (2012). Perekonomian Indonesia: Kajian Teoritis dan analisis empiris.
Ghalia: Indonesia.
Putra, W. (2018). Perekonomian Indonesia Penerapan Beberapa Teori Ekonomi
Pembangunan di Indonesia. Rajawali Pers: Indonesia.
www.beritagar.id

2020 Perekonomian Indonesia


13 Wieta Chairunessia, S.E., M.Ak
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai