Anda di halaman 1dari 9

Nama : Setiyawati Indahsari

Nim : 2013016027

Prodi/Kelas : Farmasi Umum 2020/A

Tugas : Kimia Farmasi 2

Oribat molekul dan Hibridisasi

A. Orbital Molekul

Teori orbital molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital


atomic pada molekul. Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah
molekuler yang bergabung sama dengan orbital atomic yang bergabung. Orbital
molekuler ikat (bonding) yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat mendekat
pada daerah antara kedua inti atom yang bergabung dan dengan demikian
menghasilkan situasi yang lebih stabil. Orbital molekuler antiikat (antibonding) yaitu
orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti atom
yang bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil. Penempatan elektron dalam
orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil, sedangkan
penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan ikatan kovalen
yang tidak stabil. Jika pada daerah tumpang-tindih ada orbital atomik yang tidak
bereaksi dalam pembentukan ikatan, orbital ikatan yang dihasilkan disebut orbital
nonikat (nonbonding).
Dalam orbital molekul ikatan kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom
yang berikatan. Sementara, dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron
mendekati nol diantara inti. Perbedaan ini dapat dipahami bila kita mengingat sifat
gelombang pada elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan
gelombang lain membentuk interferensi konstruktif yang
memperbesar amplitudo, dan juga interferensi destruktif yang meniadakan
amplitudo. Pembentukan orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi
konstruktif, sementara pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan
interferensi destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara
dua orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan sigma (σ1s)
dan pembentukan antiikatan sigma (σ*1s), (Chang, R, 2004).

Gambar 2.1 (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan orbital molekul ikatan
sigma (b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital molekul antiikatan
sigma.
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma
terdapat simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti
positif saling tolak-menolak.

Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul ikatan dan antiikatan molekul H2

Penggunaan teori orbital molekul ini dapat diterapkan pada molekul- molekul lain
selain molekul H2. Hanya saja, jika dalam molekul H2 kita hanya perlu memikirkan
orbital 1s saja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena kita perlu
memikirkan orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih rumit
karena orbital ini dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang berbeda.
Misalnya, dua orbital 2p dapat saling mendekat satu sama lain ujung ke ujung untuk
menghasilkan sebuah orbital molekul ikatan sigma dan orbital molekul antiikatan
sigma. Selain itu, kedua orbital p dapat saling tumpang tindih secara menyimpang
untuk menghasilkan orbital molekul pi (π2p) dan orbital molekul antiikatan pi (π*2p).

(a)

(b)

Gambar 2.3 (a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu orbital
molekul antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih ujung-ke-ujung.
(b) ketika orbital p saling tumpang tindih menyamping, terbentuk suatu orbital
molekul pi dan suatu orbital molekul antiikatan pi.

Dalam orbital molekul sigma (sigma moleculer orbital) (ikatan atau antiikatan,
kerapatan elektron terkonsentrasi secara simetris di seputar garis antara kedua inti
atom-atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul sigam membentuk
ikatan sigma. Dalam orbital molekul pi (ikatan atau antiikatan), kerapatan elektron
terkonsentrasi di atas dan di bawah garis imajineryang menghubungkan kedua inti atom
yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan
rangkap duahampir selalu terdiri atas ikatan sigma dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu
berupa ikatan sigma dengan dua ikatan pi (Chang, R, 1987).

Syarat pembentukan orbital molekul ikatan sebagai berikut:


1. Cuping orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.

2. Tanda positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.

3. Tingkat energi orbital-orbital atomnya dekat.


Menurut Bird, T (1987), pendekatan orbital molekuler memiliki beberapa prinsip
dasar yang harus dipenuhi. Prinsip dasar itu adalah:
a. Jumlah molekuler yang terbentuk sama dengan jumlah orbital atomik yang
berinteraksi.
b. Jumlah orbital antiikatan yang terbentuk sama dengan jumlah orbital ikatan.

c. Tiap orbital molekuler dapat menampung dua elektron yang harus


memiliki spin yang berlawanan.
d. Elektron-elektron yang terdapat pada orbital molekuler juga mengikuti
aturan Hund dan prinsip Pauli.
e. Untuk membentuk ikatan yang stabil, jumlah elektron dalam orbital ikatan
harus lebih besar daripada jumlah elektron dalam orbital antiikatan.
Membuat aturan konfigurasi elektron untuk membantu memahmi kestabilan orbital
molekul. Aturan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah orbital molekul yang terbentuk selalu sama dengan jumlah orbital
atom yang bergabung.
b. Semakin stabil orbital molekul ikatan, semakin kurang stabil orbital
molekul antiikatan yang berkaitan.
c. Pengisian orbital molekul dimulai dari energi rendah ke energi tinggi.
Dalam molekul stabil, jumlah elektron dalam orbital molekul ikatan selalu
lebih banyak daripada dalam orbital molekul antiikatan karena kita selalu
menempatkan elektron dalam orbital molekul ikatan yang berenergi lebih
rendah terlebih dahulu.
d. Ketika elektron ditambahkan ke orbital molekul dengan energi yang sama,
susunan yang paling stabil diramalkan aoleh aturan Hund, yaitu elektron
memasuki ke orbital-orbital molekul ini dengan spin sejajar.
e. Jumlah elektron dalam orbital molekul sama dengan jumlah semua
elektron pada atom-atom yang berikatan.

B. Hibridasi

Teori hibridisasi dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk


menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga
P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan
terorganisasikan dalam metana. Pembentukan ikatan dalam senyawa harus
sesuai dengan aturan hibridisasi yaitu :
1. Orbital yang bergabung harus mempunyai tingkat energi
sama atau hampir sama.
2. Orbital hybrid yang terbentuk sama banyaknya dengan
orbital yang bergabung.
3. Dalam hibridisasi yang bergabung adalah orbital bukan
electron
Pembentukan orbital hybrid melalui proses ibridisasi adalah sebagai berikut:

1. Salah satu electron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih


tinggi tingkat energinya sehingga jumlah electron yang tidak
berpasangan sama dengan jumlah ikatan yang akan terbentuk. Atom
yang sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi yang
mungkin adalah dari ns ken p dan ns ke ns ke nd atau (n-1)d
2. Penggabungan orbital mengakibatkan kerapatan electron lebih
besar di daera orbital hybrid.
3. Terjadi tumpang tindih orbital hybrid dengan orbital atom lain sehingga
membentuk ikatan kovalen atau kovalen koordinasi.
I. Hibrid sp

Salah satu contoh orbital sp terjadi pada Berilium diklorida. Berilium


mempunyai 4 orbital dan 2 elektron pada kulit terluar. Pada hibridisasi
Berilium dijelaskan bahwa orbital 2s dan satu orbital 2p pada Be
terhibridisasi menjadi 2 orbital hibrida sp dan orbital 2p yang tidak
tribridisasi. Diagram hibridisasinya sebagai berikut : Terjadi pada BeH2
dan BeCl2 Hibridisasi sp membentuk geometri linear dengan sudut
180.
II. Hibrid sp2

Salah satu contoh orbital hirbid sp2 diasumsikan terjadi pada Boron
trifluorida. Boron mempunyai 4 orbital tapi hanya 3 eletron pada kulit
terluar. Hibridisasi boron mengkombinasikan 2s dan 2 orbital 2p menjadi 3
orbital hybrid sp2 dan 1 orbital yang tidak mengalami hibridisasi. Skema
hibridisasi Boron adalah sebagai berikut : Orbital hybrid sp2 menjadi
bentuk trigonal planar dengan sudut ikatan 120.
III. Hibrid sp3

Hibridisasi menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang


sebuah atom. Untuk sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal
(seperti metana, CH4), maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang
memiliki simetri yang tepat dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan
dasar karbon adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau lebih mudah dilihat:
(Perhatikan bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s,
dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital 2p)

Teori ikatan valensi memprediksikan, berdasarkan pada keberadaan dua


orbital p yang terisi setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen,
yaitu CH2. Namun, metilena adalah molekul yang sangat reaktif, sehingga
teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH 4. Lebih
lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan
dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara teori
mengijinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi, hal ini berarti
akan ada beberapa ikatan CH4 yang memiliki energi ikat yang berbeda oleh
karena perbedaan arah tumpang tindih orbital.

IV. Orbital hibrida sp3d dan sp3d2

Hibridisasi sp3d pada PC15. Pada PCl5, atom pusat Pospor dengan
nomor atom P mempunyai konfigurasi electron valensi ls22s22p63s23p3.
Pada PC15 terdapat 5 ikatan kovalen, jadi Phospor harus mempunyai 5
orbital yang setengah penuh. Dengan menerima energy, konfigurasi
Phospor pada keadaan tereksitasi menjadi ls22s22p63s13p33d1 . oleh
karena itu terdapat 1 orbital s, 3 orbital p dan 1 orbital d yang akan
berhibridisasi membentuk 5 orbital hibrida sp3d. geometri yang terbentuk
dari orbital ini adalah trigonal piramida dengan sudut 120°.

V. Hibridisasi sp3d2 pada SF6

Molekul SF6 mempunyai atom pusat S dengan nomor atom 16 dan


mempunyai konfigurasi electron [Ne]3s23p4 pada keadaan dasar. SF6
mempunyai 6 ikatan kovalen yang mengindikasikan 6 orbital yang terisi
penuh. Dengan menerima energy, konfigurasi electron sulfur pada keadaan
tereksitasi adalah [Ne] 3s13p33d2. Pada keadaan tereksitasi sulfur
mempunyai 6 orbital yang terisi setengah penuh pada orbital terluarnya
yaitu 1 orbital 2, 3 orbital p dan 2 orbital d yang akan mengalami
hibridisasi membentuk orbital hibrida sp3d2 dengan geometri octahedral. 6
orbital tersebut overlap dengan 6 ikatan sigma S-F yang ditunjukkan
sebagai berikut :

VI. Keterbatasan konsep hibridisasi

Konsep hibridisasi berhasil meramal struktur molekul senyawa kovalen bila


atom pusat berikatan tunggal dengan substituent (atom) yang sama. Jika tidak
demikian, akan terjadi penyimpangan yaitu bila :
a. Atom pusat mempunyai pasangan electron bebas seperti NH3

b. Terdapat ikatan rangkap antara ion pusat dengan atom lain seperti HCN

c. Atom-atom yang terikat pada atom pusat berbeda


keelektronegatifannya seperti H2CClF

d. Atom-atom yang terikat pada atom pusat berbeda ukurannya seperti


H3CCl dan H2CClF

Anda mungkin juga menyukai