Anda di halaman 1dari 31

JENIS-JENIS MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU MI/SD

Penyusun:
Kelompok 4
Marlianan :1914070089
Annisa :1914070114
Sri Wahyuni :1914070087

Dosen Pengampu :
Mahmud, S.Pd.I, M.Pd.

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI-C)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/ 2021 M
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Jenis-jenis Model Pembelajaran
Tematik Terpadu. Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
salah satu komponen nilai dalam mata kuliah Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD.
Pemakalah merasa bahwa penulisan makalah ini masih menemui beberapa kasulitan dan
hambatan, sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak
kekurangan, maka dari itu pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Karena itu sudah sepantasnya pemakalah mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD serta
semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.
Akhir kata, mudah-mudahan Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-Nya
dan membalas segala amal serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyusun makalah ini dan semoga tulisan ini dapat member manfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan

Pariaman, 15 September 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 4
A. Model Penggalan ................................................................................................... 4
B. Model Keterhubungan ........................................................................................... 4
C. Model Sarang .......................................................................................................... 7
D. Model Urutan/Rangkaian ........................................................................................ 12
E. Model Bagian .......................................................................................................... 16
F. Model Jaring Laba- laba ......................................................................................... 17
G. Model Galur ............................................................................................................ 18
H. Model Keterpaduan ................................................................................................. 20
I. Model Celupan ........................................................................................................ 21
J. Model Jaringan........................................................................................................ 24
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 27
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 27
B. Saran ....................................................................................................................... 27
DAFTRA PUSTAKA ........................................................................................................ 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Model-model pembelajaran tematik MI/SD sangat penting pada saat ini. Model
pembelajaran sangat penting pada pemberlangsungan proses ajar mengajar. Model
pembelajaran merupakan salah satu komponen penting yang menunjang keberhasilan
proses pembelajaran. Pemilihan model pembelajaran yang tepat, akan berdampak pada
keberhasilan belajar siswa serta tercapainya tujuan pembelajaran. Model pembelajaran
merupakan suatu desain pembelajaran yang dirancang untuk memperlancar proses
pembelajaran.
Model pembelajaran diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru di
sekolah, tidak terkecuali pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar. Model
pembelajaran diterapkan dalam proses belajar mengajar oleh guru di sekolah, tidak
terkecuali pada pembelajaran yang dilakukan di sekolah dasar. Guru harus memahami
betul pelaksanaan model pembelajaran yang akan diguanakan dalam proses
pembelajaran. Karena dengan menguasai model pembelajaran, guru akan merasakan
adanya kemudahan dalam pentransferan ilmu berupa sikap, pengetahauan, dan
keterampilan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan tepat.
Banyak model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa di dalam proses
pembelajaran, diantaranya adalah Discovery learning merupakan cara untuk
menemukan sesuatu yang bermakna dalam bembelajaran
Model pembelajaran merupakan cara yang dilakukan guru untuk mengajak
peserta didik dalam menelusuri suatu permasalahan yang diperoleh dari dunia nyata
ataupun duniaa maya berdasarkan maateri yang sedang dibahas. Untuk membelajarkan
siswa sesuai dengan cara-gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai dengan optimal ada berbagai model pembelajaran. Dalam prakteknya, guru
harus ingat bahwa tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi
dan kondisi. Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah
memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan
kondisi guru itu sendiri.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Model Penggalan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD?
2. Bagaimana Model Keterhubungan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD?
3. Bagaimana Model Sarang dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD?
4. Bagaimana Model Urutan/Rangkaian dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD ?
5. Bagaimana Model Bagian dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD ?
6. Bagaimana Model Jaring Laba- laba dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD?
7. Bagaimana Model Galur dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD?
8. Bagaimana Model Keterpaduan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD?
9. Bagaimana Model Celupan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD?
10. Bagaimana Model Jaringan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Model Penggalan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD
2. Untuk mengetahui Model Keterhubungan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD
3. Untuk mengetahui Model Sarang dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
4. Untuk mengetahui Model Urutan/ Rangkaian dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu MI/SD
5. Untuk mengetahui Model Bagian dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
6. Untuk mengetahui Model Jaring Laba-laba dalam Pembelajaran Tematik
Terpadu MI/SD
7. Untuk mengetahui Model Galur dalam Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
8. Untuk mengetahui Model Keterpaduan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD
9. Untuk mengetahui Model Celupan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD

2
10. Untuk mengetahui Model Jaringan dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
MI/SD

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Model Penggalan Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD


Model fragmented ditandai oleh ciri pemaduan yang hanya terbatas pada satu
mata pelajaran saja. Misalnya, dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, materi
pembelajaran tentang menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dapat dipadukan
dalam materi pembelajaran keterampilan berbahasa. Dalam proses pembelajarannya,
butir-butir materi tersebut dilaksanakan secara terpisah-pisah pada jam yang berbeda-
beda1
B. Model Keterhubungan Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model pembelajaran terpadu tipe connected atau keterhubungan pada prinsipnya
mengupayakan adanya keterkaitan antara konsep, keterampilan, topik, ide, kegiatan
dalam suatu bidang studi. Model ini tidak melatih siswa untuk melihat suatu fakta dari
berbagai sudut pandang, karena dalam model ini keterkaitan materi hanya terbatas pada
satu bidang studi saja. Model ini menghubungkan beberapa materi, atau konsep yang
saling berkaitan dalam satu bidang studi. Materi yang terpisah-pisah akan tetapi
mempunyai kaitan, dengan sengaja dihubungkan dan dipadukan dalam sebuah topik
tertentu.
Kelebihan
1. Guru akan dapat melihat gambaran yang menyeluruh dan kemampuan/indikator
yang digabungkan; dampak positif dari mengaitkan ide-ide dalam satu bidang
studi adalah siswa memperoleh gambaran yang luas sebagaimana suatu bidang
studi yang terfokus pada suatu aspek tertentu.
2. Menghubungkan ide-ide dalam suatu bidang studi sangat memungkinkan bagi
siswa untuk mengkaji, mengkonseptualisasi, memperbaiki, serta mengasimilasi
ide-ide secara terus menerus sehingga memudahkan untuk terjadinya proses
transfer ide-ide dalam memecahkan masalah.

1
asep herry hernawan, novi resmini "konsep dasar dan model-model pembelajaran terpadu" hal 1.21 modul
1.

4
3. Kegiatan anak lebih terarah untuk mencapai kemampuan yang tertera pada
indikator;
4. Siswa memperoleh gambaran secara siswa dapat mengembangkan konsep-
konsep kunci secara terus menerus, sehingga terjadilah proses
internalisasi.menyeluruh tentang suatu konsep sehingga transfer pengetahuan
akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan terus-menerus;
5. Siswa dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas dan luas dari konsep yang
dijelaskan dan juga siswa diberi kesempatan untuk melakukan pedalaman,
tinjauan, memperbaiki dan mengasimilasi gagasan secara bertahap.
Kekurangan:
1. Model ini belum memberikan gambaran yang menyeluruh karena belum
menggabungkan bidang-bidang pengembangan atau mata pelajaran yang lain;
2. Masih kelihatan terpisahnya antar bidang studi, walaupun hubungan dibuat
secara eksplisit antara mata pelajaran (interdisiplin).
3. Tidak mendorong guru untuk bekerja secara tim, sehingga isi dari pelajaran
tetap saja terfokus tanpa merentangkan konsep-konsep serta ide-ide antar bidang
studi.
4. Memadukan ide-ide dalam satu bidang studi, maka usaha untuk
mengembangkan keterhubungan antar bidang studi menjadi terabaikan.
5. Model ini kurang mendorong guru bekerja sama karena relatif mudah
dilaksanakan secara mandiri.
Model ini digunakan sebagai permulaan kurikulum terpadu. Guru merasa
percaya diri mencari keterhubungan dalam mata pelajaran mereka (jika guru bidang
studi). Mereka menjadi mau mengadaptasikan hubungan ide-ide dalam mata pelajaran
yang menyeberang. Pembuatan keterhubungan juga diselesaikan secara kolaborasi
dalam pertemuan guru (departement meeting) dalam hal ini dalam kegiatan Kelompok
Kerja Guru (KKG) yang dapat terjadi lebih famillier. Guru dapat memulai model ini
sebelum memasuki keterpaduan yang lebih kompleks.
Model connected pada dasarnya menghubungkan topik-topik dalam satu disiplin
ilmu. Konsep-konsep yang saling terhubung tersebut mengarah pada pengulangan
(review), rekonseptualisasi, dan asimilasi gagasan-gagasan dalam suatu disiplin ilmu.

5
Dalam model connected, hubungan antar disiplin ilmu tidak berkaitan, content tetap
focus pada satu disiplin ilmu.
Dalam proses belajar mengajar, model connected digunakan untuk
menghubungkan beberapa materi atau kompetensi tertentu yang memiliki karakteristik
yang saling terkait dengan tetap berpedoman pasa standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Adapun cara menghubungkan materi-materi yang saling terkait tersebut ialah
dengan membuat “jembatan pengetahuan”. Jembatan pengetahuan dapat berupa
wacana, berita, diskusi, alat peraga dan lain-lain yang dianggap mampu mengantarkan
pemahaman siswa dari materi satu ke materi brikutnya. Materi-materi yang tidak
memiliki keterkaitan tidak bisa dipaksakan untuk dihubungkan. Jika dipaksakan,
dimungkinkan siswa akan semakin bingung dalam merekonstruksi pengetahuan.
Sintaks (pola urutan) dari model pembelajaran terpadu tipe connected (terhubung)
menurut Prabowo (2000:11 – 14) sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan :
a. Menentukan tujuan pembelajaran umum
b. Menentukan tujuan pembelajaran khusus
2. Langkah-langkah yang ditempuh oleh guru :
a. Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa (materi
prasyarat)
b. Menyampaikan konsep-konsep yang hendak dikuasai oleh siswa
c. Menyampaikan keterampilan proses yang dapat dikembangkan
d. Menyampaikan alat dan bahan yang akan digunakan / dibutuhkan
e. Menyampaikan pertanyaan kunci
3. Tahap Pelaksanaan, meliputi :
a. Pengelolaan kelas (dengan membagi kelas kedalam beberapa kelompok)
b. Kegiatan proses
c. Kegiatan pencatatan data
d. Diskusi secara klasikal
4. Evaluasi, meliputi :
a. Evaluasi proses
 Ketepatan hasil pengamatan

6
 Ketepatan dalam penyusunan alat dan bahan
 Ketepatan siswa saat menganalisis data
b. Evaluasi produk
penguasaan siswa terhadap konsep-konsep / materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran khusus yang telah ditetapkan.
c. Evaluasi psikomotor
kemampuan penguasaan siswa terhadap penggunaan alat ukur.
Contoh Aplikasi Model Keterhubungan dalam Pembelajaran di SD
Implementasi pembelajaran terpadu model Connected dikembangkan dalam
bahasa dan sastra Indonesia secara terpadu di Sekolah Dasar. Di dalam pembelajaran
bahasa dan sastra secara terpadu, yaitu pembelajaran kemampuan berbahasa yang
meliputi aspek mendengarkan, aspek berbicara, aspek membaca dan aspek menulis
dipayungkan kepada pembelajaran apresiasi sastra.
1. aspek mendengarkan: mengidentifikasi unsur cerita rakyat yang didengarnya
2. aspek berbicara: memerankan tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi
yang tepat
3. aspek membaca: menyimpulkan isi cerita dalam beberapa kalimat
4. aspek menulis: menulis dialog sederhana dua atau tiga tokoh dengan
memperhatikan isi serta perannya.
Adapun langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh:
1. siswa mendengarkan cerita dan mengidentifikasi unsur-unsur ceritanya,
2. siswa membaca cerita dan menyimpulkan isi ceritanya,
3. siswa menulis dialog dua atau tiga tokoh cerita sesuai dengan isi ceritanya,
kemudian
4. siswa berlatih berbicara dengan memerankan tokoh ceritanya.
C. Model Sarang Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model Sarang (Nested) adalah model pembelajaran terpadu yang target utamanya
adalah materi pelajaran yang dikaitkan dengan keterampilan berpikir dan keterampilan
mengorganisasi. Artinya memadukan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta
memadukan keterampilan proses, sikap dan komunikasi. Model ini masih memfokuskan
keterpaduan beberapa aspek pada kemudian dilengkapi dengan aspek keterampilan

7
lain. model ini dapat digunakan bila pendidik mempunyai tujuan selain menanamkan
konsep suatu materi tetapi juga aspek keterampilan lainnya menjadi suatu kesatuan.
Dengan menggabungkan atau merangkaikan kemampuan-kemampuan tertentu pada
ketiga cakupan tersebut akan lebih mudah mengintegrasikan konsep-konsep dan sikap
melalui aktivitas yang telah terstruktur. Keterampilan-keterampilan belajar itu meliputi
keterampilan berpikir (thingking skill), keterampilan social (social skill), dan
keterampilan mengorganisir (organizing skill).
Model Nested merupakan pemaduan berbagai bentuk penguasaan konsep
keterampilan melalui sebuah kegiatan pembelajaran. Misalnya pada satuan jam tertentu
seorang pendidik memfokuskan kegiatan pembelajaran pada pemahaman tata bentuk
kata, makna kata, dan ungkapan dengan saran pembuahan keterampilan dalam
mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir logis, menentukan ciri bentuk dan
makna kata-kata dalam puisi, membuat ungkapan dan menulis puisi. Pembelajaran
berbagai bentuk penguasaan konsep dan keterampilan tersebut keseluruhanya tidak
harus dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Keterampilan dalam mengembangkan
daya imajinasi dan berpikir logis dalam hal ini disikapi sebagai bentuk keterampilan
yang tergarap saat peserta didik memakai kata-kata, membuat ungkapan dan mengarang
puisi.
Ciri-ciri atau Karakterisitik Pembelajaran Model Nested :
1. Holistik
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik untuk memahami suatu
fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat peserta
didik menjadi lebih arif dan bijaksana di dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada di depan mereka.
2. Bermakna Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang
dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-
konsep yang berhubungan yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak
kepada kebermaknaan dari materi yang dipelajari. Peserta didik mampu
menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
muncul di dalam kehidupannya.

8
3. Otentik Pembelajaran terpadu juga memungkinkan peserta didik memahami
secara langsung prinsip dan konsep yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan
belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan
sekedar pemberitahuan pendidik . Informasi dan pengetauhuan yang diperoleh
sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh
peserta didik melalui kegiatan eksperimen. Pendidik lebih banyak bersifat
sebagai fasilitator dan katalisator, sedang peserta didik bertindak sebagai actor
pencari informasi dan pengetahuan. Pendidik memberikan bimbingan kearah
mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut.
4. Aktif Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta didik dalam
pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosianal guna
tercapainya hasil belajar yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat,
dan kemampuan peserta didik sehingga mereka termotivasi untuk terus menerus
belajar.Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan beberapa keterampilan
dalam suatu proses pembelajaran. Selain mempunyai sifat luwes, pembelajaran
terpadu memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan
kebutuhan anak.
Tujuan Pembelajaran Model Nested
Pembelajaran terpadu model nested mempunyai tujuan yaitu mengutamakan
peserta didik dalam keterampilan berpikir, keterampilan sosial, dan keterampilan
mengorganisir. Dengan memadukan keterampilan-keterampilan sekaligus dalam
pembelajaran satu mata pelajaran, pembelajaran akan semakin berkembang dan
diperkaya dengan menjaring dan mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman
belajar peserta didik. Selain itu, pembelajaran model nested juga memberikan perhatian
pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga tidak memerlukan penambahan
waktu sehingga pendidik dapat memadukan kurikulum secara luas.
Langkah-Langkah Pembelajaran Model Nested
Pada dasarnya langkah-langkah pembelajaran terpadu tipe nested (tersarang)
mengikuti tahap-tahap yang dilalui dalam setiap pembelajaran terpadu yang meliputi
tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

9
1. Tahap Perencanaan
a. jenis mata pelajaran dan jenis keterampilan yang dipadukan.
Karakteristik mata pelajaran menjadi pijakan untuk kegiatan awal.
Seperti contoh yang diberikan Fogarty untuk jenis mata pelajaran sosial
dan bahasa dapt dipadukan keterampilan berpikir dengan keterampilan
sosial. Sedangkan untuk semua mata pelajaran dapat dipadukan
keterampilan berpikir dan keterampilan mengorganisir.
b. Memilih kajian materi, standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
indikator. Langkah ini akan mengarahkan pendidik untuk menentukan
sub keterampilan dari masing-masing keterampilan yang dapat
diintegrasikan dalam suatu unit pembelajaran.
c. Menentukan sub keterampilan yang dipadukan Secara umum
katerampilan-keterampilan yang harus dikuasai ada tiga, yaitu: (1)
keterampilan berpikir, (2) keterampilan sosial, dan (3) keterampilan
mengorganisasi.4) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator)
Berdasarkan kompetensi dasar dan sub kterampilan yang telah dipilih
dirumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator). Setiap indikator
dirumuskan berdasarkan kaidah penulisan tujuan pembelajaran khusus
(indicator) yang meliputi; audience, baehaviour, condition dan degree
d. Menentukan langkah-langkah pembelajaran
Langkah ini diperlukan sebagai strategi pendidik untuk
mengintegrasikan setiap sub keterampilan yang telah dipilih pada setiap
langkah pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
Prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, meliputi :
a. Pendidik hendaknya tidak menjadi single actor yang mendominasi dalam
kegiatan pembelajaran. Peran pendidik sebagai fasilitator dalam
pembelajaran memungkinkan peserta didik menjadi pelajar mandiri
b. Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok

10
c. Pendidik perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali
tidak terpikirkan dalam proses perencanaan. Tahap pelaksanaan
pembelajaran mengikuti skenario langkah-langkah pembelajaran,
menurut Ibrahim, tidak ada model pembelajaran tunggal yang cocok
untuk suatu topik dalam pembelajaran terpadu. Artinya dalam satu tatap
muka dipadukan beberapa model pembelajaran. Oleh karena itu,
pendidik harus memahami model-model pebelajaran terpadu dengan
baik.
d. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi dapat berupa evaluasi proses
pembelajaran dan evaaluasi hasil pembelajaran. Tahap evaluasi
hendaknya memperhatikan prinsip evaluasi pembelajaran terpadu.
 Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya.
 Pendidik perlu mengajak para peserta didik untuk mengevaluasi
perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria
keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai.
Kelebihan pembelajaran terpadu model Nested yaitu :
1. Pendidik dapat memadukan beberapa keterampilan sekaligus dalam
pembelajaran satu mata pelajaran.
2. Pembelajaran semakin berkembang dan diperkaya dengan menjaring dan
mengumpulkan sejumlah tujuan dalam pengalaman belajar peserta didik.
Pembelajaran dapat mencakup banyak dimensi dengan memfokuskan pada isi
pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide lain yang ditemukan.
3. Memberikan perhatian pada berbagai bidang penting dalam satu saat sehingga
tidak memerlukan penambahan waktu sehingga pendidik dapat memadukan
kurikulum secara luas. Kekurangan pembelajaran terpadu model nested adalah
pada Perencanaan pembelajaran yang tidak matang, akan berdampak pada
peserta didik karena prioritas pembelajaran menjadi kabur karena peserta didik
diarahkan melakukan beberapa tugas belajar sekaligus.
Kelemahan:

11
Kelemahan model ini adalah dalam hal perencanaan, jika dilakukan secara
tergesa-gesa dan kurang cermat maka penggabungan beberapa materi dan aspek
keterampilan dapat mengacaukan pola pikir peserta didik. Pada mulanya tujuan utama
pengajaran adalah penekanan pada materi, tetapi akhirnya bergeser prioritasnya pada
keterampilan. Model nested ini muncul dari kealamiahannya. Dengan mengumpulkan
dua, tiga, atau empat target belajar dalam satu latihan mungkin membingungkan peserta
didik jika pengumpulan ini tidak dilakukan secara hati-hati.Prioritas konseptual dari
latihan mungkin menjadi tidak jelas karena peserta didik diarahkan untuk melakukan
banyak tugas belajar pada waktu yang bersamaan. Model nested ini sangat cocok
digunakan pendidik yang mencoba menanamkan keterampilan berpikir dan
keterampilan kooperatif dalam latihan-latihan mereka. Menjaga tujuan isi tetap pada
tempatnya, sementara menambahkan fokus berpikir dan keterampilan sosial, akan
meningkatkan pengalaman belajar secara keseluruhan.
D. Model Urutan/Rangkaian Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model sequenced merupakan model pemaduan topik-topik antarmata pelajaran
yang berbeda secara paralel. Isi cerita dalam roman sejarah, misalnya; topik
pembahasannya secara paralel atau dalam jam yang sama dapat dipadukan dengan
ikhwal sejarah perjuangan bangsa, karakteristik kehidupan sosial masyarakat pada
periode tertentu maupun topik yang menyangkut perubahan makna kata. Topik-topik
tersebut dapat dipadukan pembelajarannya pada alokasi jam yang sama.
Model sequenced adalah salah satu dari lima model pembelajaran terpadu di
dalam lintas beberapa mata pelajaran yang paling sederhana. Kelima model ini disusun
dari yang agak sederhana hingga yang rumit dalam lebih dari satu mata pelajaran.
Kelima model itu ialah (1) model sequenced seperti yang akan kita bahas, (2) model
shared, (3) model webbed (4) model threaded, dan (5) model integrated.
Secara bahasa, “sequenced” adalah rangkaian, urutan, atau tingkatan. Sequenced
adalah susunan bahan ajar yang terdiri atas topik/subtopik, dan di dalam tiap
topik/subtopik terkandung ide pokok yang relevan dengan tujuan. Dengan artikulasi
yang terbatas lintas disiplin, guru dapat mengatur kembali urutan topik sehingga unit-
unit yang mirip bersinggungan dengan yang lainnya. Dua disiplin terkait dapat
diurutkan sehingga isi bidang studi dari keduanya dapat diajarkan secara pararel.

12
Dengan melakukan pengurutan di mana topik-topik diajarkan, aktivitas yang satu
meningkatkan yang lain. Dengan demikian, dua atau lebih guru dapat saling menyusun
urutan konsep pelajaran yang akan diajarkan, kemudian memadukan dengan urutan
konsep yang telah dibuat oleh guru yang lain terhadap pelajaran yang diasuhnya.
Dengan dibuat suatu urutan yang saling bersinggungan antara satu pelajaran dengan
pelajaran yang lain, akan membantu siswa lebih mudah memahami terhadap apa yang
disampaikan oleh guru.
Model sequenced ini berguna pada tahap awal proses integrasi (pembauran), yang
menggunakan dua bidang disiplin yang secara mudah dikaitkan dengan yang lainnya.
Guru, bekerja dengan seorang partner, mulai membuat daftar isi kurikuler secara
terpisah. Kemudian, tim ini mencoba untuk menyulap potongan-potongan isi yang
terpisah sampai keduanya dapat “match up”. Mereka mencoba untuk menyamakan isi
kurikulum yang berbeda guna membuat pemahaman yang lebih baik bagi siswa yang
belajar dari keduanya.Pada model ini, kedua disiplin tetap murni. Penekanan khusus
tetap pada domain bidang studi, tetapi siswa mendapat keuntungan dari isi yang terkait.
Untuk menyusun bahan ajar yang sesuai dengan model sequenced, ada beberapa cara
yang dapat dilakukan, antara lain : (1) Kronologis. (2) Kausal. (3) Struktural. (4) Logis
dan Psikologis (deduktif, induktif). (5) Spiral. (6) Rangkaian ke belakang. (7) Hirarkhi
belajar.
Kelebihan model ini adalah menurut John adams pernah berkata “The textbook is
not moral contract that teachers are obliged to teach – teachers are obliged to teach
childrens”. Kurang lebih artinya ialah ”buku teks tersebut bukan kontrak moral yang
guru berkewajiban untuk mengajar melainkan guru wajib untuk mengajar anak-anak.
Maksudnya ialah dalam menyampaikan pelajaran, seorang guru tidak harus terurut
seperti yang ada dibuku, tetapi guru dapat menyusun ulang sehingga murid akan lebih
memahami karena bersinggungan dengan pelajaran yang lain diwaktu yang bersamaan.
Namun sayangnya, guru lebih senang untuk mengikuti pola dan atau tata letak teks yang
telah ada di buku, mulai dari halaman pertama hingga halaman terakhir tanpa mau
menyusun ulang. Meskipun pada suatu kasus atau pelajaran tertentu, mengikuti alur
pada buku akan lebih baik, namun pada kasus yang lain bisa jadi itu kurang baik,
sehingga guru harus kreatif untuk menyusun ulang. Dengan membuat urutan yang baru,

13
mungkin akan menghasilkan susunan konsep yang lebih logis dibandingka dengan
susunan yang ada dibuku. Ketika susunan itu dipadukan dengan pelajaran yang lain,
akan terparalelkan dan saling bersinggungan. Sehingga akan mempermudah siswa
dalam belajar, dan akan bermanfaat bagi guru.
Beberapa topik diatur ulang serta diurutkan agar dapat serupa satu sama lain.
Artinya, beberapa konsep yang hampir sama diajarkan secara bersamaan, sementara
salah satu konsep tersebut tetap diajarkan dalam mata pelajaran terpisah. Misalnya,
seorang guru Bahasa Indonesia membahas tentang novel berlatar belakang sejarah
perjuangan yang menggambarkan suatu masa di jaman lampau, sementara guru Sejarah
mengajarkan juga masa perjuangan yang sama di jaman lampau yang dibahas guru
Bahasa Indonesia. Dengan mengatur urutan topik, bab, dan unit, guru dapat membuat
prioritas kurikuler, tidak sekedar mengikuti urutan yang sudah dibuat oleh buku teks.
Dengan cara ini, guru-guru dapat membuat keputusan kritis mengenai isi. Dari sisi
siswa, pengurutan yang sengaja dari topik-topik yang terkait dari disiplin-disiplin
membantu mereka membuat pemahaman. Pengintegrasian ini membantu transfer
belajar.
Adapun kelebihan model sequenced seperti yang telah diuraikan diatas, dapat kita
simpulkan sebagai berikut :
1. Beberapa konsep yang hampir sama diajarkan secara bersamaan terparallel
sehingga akan terjadi persinggungan isi materi.
2. Guru dapat membuat prioritas kurikuler, tidak sekedar mengikuti urutan dibuku.
3. Membantu siswa mempermudah pemahaman terhadap materi yang disampaikan
oleh guru.
4. Menambah kreatif guru untuk menganalisis urutan suatu pokok bahasan.
5. Mempererat hubungan antarguru mata pelajaran yang berbeda.
6. Aktivitas pada satu pelajaran akan meningkatkan pelajaran yang lainnya. Deep
thinking skill adalah sebagai pengembangan dalam strategi pembelajaran,
dimana dalam implementasinya guru menempelkan gambar di papan tulis,
kemudian guru menanyakan kepada anak dengan tiga pertanyaan, yaitu: apa
yang kamu lihat? (I see), apa yang kamu pikirkan tentang gambar tersebut? (I

14
think), bagaimana analisa dengan bartanya-tanya kamu tentang gambar tersebut
( I wonder).
Pendekatan ini memberikan kesempatan kepada anak untuk: mau berbicara
tentang gambar yang dilihatnya, berani menjelaskan tentang pendapatnya baik berupa
perasaan atau memaknai gambar tersebut, dan berani bertanya-tanya tentang gambar
yang dilihatnya.Kelebihan dari pendekatan ini adalah anak menjadi aktif, kreatif, berani
berbicara di depan teman-temannya, sehingga pada akhirnya anak akan
menemukan/membangun pengetahuannya sendiri tentang perbuatan baik yang sesuai
dengan nilai-nilai pendidikan damai. Mengembangkan kemampuan berpikir yang
mendalam pada anak dipandang penting dalam kurikulum modern. Demikian halnya
dengan peningkatan kemampuan anak untuk berpikir secara mendalam dan bermakna
merupakan inti dari praktik pendidikan yang baik. Dilema bagi guru adalah mengetahui
bagaimana meningkatkan pemikiran di dalam kelas dan mendorong strategi berpikir
lebih dalam.
Menurut Vacca (dalam Fahruddin&Jamaris, 2005:7), kosakata adalah keseluruhan
kata yang digunakan oleh seseorang dalam kegiatan komunikasi. Adiwimarta
mengatakan bahwa kosakata dapat diartikan sebagai berikut: semua kata yang terdapat
dalam suatu bahasa, kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau kata-kata yang dipakai
oleh segolongan orang dri lingkungan yang sama, kata-kata yang dipakai dalam satu
bahasa, dan daftar kata dan frasa suatu bahasa yang disusun secara alfabetis, yang
disertai batasan dan keterangan.Untuk dapat memudahkan komunikasi dengan anggota
masyarakat yang lain, setiap orang perlu mengetahui sebanyak-banyaknya
perbendaharaan kata dalam bahasanya. Dengan itu maka akan terjadi saling memahami.
Seseorang akan mengalami kesulitan dalam memahami isi bacaan jika kosakatanya
sedikit. Tingkat kkemampuan kosakata seseorang merupakan cerminan kemampuan
berpikir (verbal), ketangkasan mental, serta kualitas kehidupan yang dialaminya Jika
dikaitkan dengan pembelajaran, Oller (dalam Fahruddin, 2005: 9) mengemukakan
bahwa pembedaan kosakata kedalam kosakata produktif dan reseptif dapat membawa
dampak terhadap tes kosakata. Oleh karena itu Fries membatasi kosakata tergantung
pada tujuanya, yaitu untuk digunakan membaca, mendengarkan, menyusun kalimat atau
tujuan-tujuan tertentu.Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud dengan

15
penguasaan kosakata adalah kemampuan seseorang baik bersifat akti produktif maupun
pasif reseptif. Kata-kata tersebut mencakup kata benda, kata sifat, kata kerja, kata
bilangan.
E. Model Bagian Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model ini merupakan bentuk pemaduan pembelajaran akibat adanya overlapping
konsep atau ide pada dua mata pelajaran atau lebih. Butir-butir pembelajaran tentang
kewarganegaraan dalam PKN misalnya, dapat bertumpang tindih dengan butir
pembelajaran dalam Ilmu Pengetahuan Sosial, dalam Pendidikan Agama. Kesustraan dan
sejarah digabungkan pada label kemanusian, seni, music, menari dan drama. Jadi
pembelajaran model shared yaitu pendekatan belajar mengajar yang menggabungkan dua
atau lebih mata pelajaran yang melihat konsep, sikap, dan keterampilan yang sama.
Penggabungan antara konsep pelajaran, keterampilan dan sikap yang saling berhubungan
satu dengan yang lainnya dipayungi dalam satu tema, sehingga dapat memberikan
pengalaman yang bermakna bagi siswa. Dalam disiplin komplementer tersebut,
perencanaan partner dan atau pengajaran memfokuskan pada konsep, keterampilan, dan
sikap yang berbagi (shared).

Penerapan :
 PPKn : kewajiban pelestarian lingkungan, ajakan sikap patuh dapat bertumpang
tindih dengan mata pelajaran
 IPA : upaya pelestarian lingkungan, kegiatan upaya pelestarian, dan sikap taat.
 Yang mana kedua materi tersebut terdapat konsep (pelestarian), keterampilan
(poster), dan sikap (disiplin).

16
Kelebihan : yaitu adanya pengalaman-pengalaman instruksional bersama dengan
dua orang guru dalam satu tim, akan lebih mudah kolaborasi juga. Sedangkan
kelemahannya yaitu membutuhkan waktu, kelenturan, komitmen dan kompromi2.
F. Model Jaring Laba-Laba Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model ini merupakan pemaduan yang dilakukan dengan menggunakan
pendekatan tematik.3 Dalam hal ini tema dapat untuk mengikat kegiatan-kegiatan
pembelajaran, baikdalam mata pelajaran tertentu maupun antar mata pelajaran. Secara
simpel diartikan bahwa pembelajaran tematik menggunakan suatu tema sebagai dasar
pembelajara dalam berbagai disiplin mata pelajaran atau pembelajaran yang
pengembangannya dimulai dengan menentukan tema tertentu yang menjadi tema yang
sentral adanya keterhubungan berbagai bidang studi. Untuk memulai proses
perancangan model ini, ada langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam
perancangan model ini yaitu :4

1. Mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar, dan indicator setiap bidang


pengembangan untuk masing-masing kelompok usia.
2. Mengidentifikasi tema dan subtema dan memetakannya dalam jarring tema
3. Mengidentifikasi indicator pada setiap kompetensi bidang pembangunan melalui
tema dan subtema.
4. Menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada
indicator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih
5. Menyusun rencana kegiatan mingguan
6. Menyusun rencana kegiatan harian
Penerapannya :5

2
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran….., hlm. 111.
3
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/Skylight Publishing, Inc.
4
Rahmaniar. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Pembelajaran jarring Laba-laba
di Taman Kanak-kanak Pertiwi Makassar. (Sulawesi Selatan: Media Pendidikan LPMP Sulsel, 2015), h. 67
5
Karli, H. (2015). Penerapan pembelajaran tematik SD di Indonesia. EduHumaniora/Jurnal Pendidikan
Dasar Kampus Cibiru, 2015, 2.1.

17
Tema : Lingkungan
 IPA : Kepadatan populasi penduduk mempengaruhi lingkungan
 Bahasa Indonesia : Bertuturkan kata yang baik akan mempengaruhi lingkungan
 Pendidikan Agama Islam : Berprilaku tanggung jawab dan akhlak mulia
menciptakan lingkungan yang agamis
 IPS : Keragaman social dan budaya akan meningkatkan suatu lingkungan dan
kebudayaan serta melestarikan dan menjaga keanekaragaman budaya agar tidak
hilang.
 PKn : Mengenali diri sendiri dan suku bangsa agar bisa menghargai antar suku
Kelebihan :
1. Dapat memotivasi siswa, membantu siswa untuk melihat relasi antar gagasan
2. Model jaring laba-laba relative lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum
berpengalaman
3. Mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam
semua bidang isi pelajaran
Kelemahan :
a. Tema yang digunakan harus dipilih secara baik selektif agar menjadi berarti juga
relevan dengan konten
b. Adanya kecenderungan merumuskan suatu tema yang dangkal, sehingga hal ini
hanya berguna secara artifisial di dalam perencanaan kurikulum
c. Dalam pembelajaran guru lebih focus pada kegiatan daripada pengembangan
konsep
d. Guru dapat menjaga misi kurikulum
Karakteristik :
1. Berpusat pada siswa (student centered)
Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang menempatkan sisea
sebagai subyek belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktifitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung (direct experiences)
Dengan pengalaman ini, siswa dihadapkan pada suatu yang nyata (konkrit)
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang abstrak

18
3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tak begitu
jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang
berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari bebagai mata pelajaran
Proses pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam satu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa dapat
memahami konsep tersebut secara utuh. Hal ini dibutuhkan siswa dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan.
5. Bersifat fleksibel (luwes)
Yaitu guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang lain, serta mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki sesui
dengan minat dan kebutuhannya.
G. Model Galur Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model ini merupakan pemaduan bentuk keterampilan, misalnya melakukan
prediksi dan estimasi dalam matematika, ramalan terhadap kejadian-kejadian, antisipasi
terhadap cerita dalam novel dan sebagainya. Jadi keterampilan-keterampilan social,
berpikir, berbagai jenis kecerdasan dan keterampilan belajar direntangkan melalui
berbagai disiplin. Kelebihannya yaitu para siswa mempelajari cara mereka belajar dan
memfasilitasi transfer pembelajaran selanjutnya.

Penerapannya :
 IPA : Mendeskripsikan hubungan antara SDA dengan lingkungan, teknologi, dan
masyarakat

19
 IPS : Memahami manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam,
social, budaya dan ekonomi
 Matematika : Menyatakan kesimpulan berdasarkan data tebel atau grafik
 Bahasa Indonesia : Menggali informasi dari teks wawancara tentang jenis-jenis
pekerjaan, serta kegiatan ekonomi dan koperasi dengan bantuan guru dan teman
dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata
baku
H. Model Keterpaduan Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model integrated merupakan pemaduan sejumlah topik dari mata pelajaran yang
berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu. Topik evidensi yang
semula terdapat dalam pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS agar
tidak membuat muatan Kurikulum berlebihan, cukup diletakkan dalam mata pelajaran
tertentu, misalnya IPA6.
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar
mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan mata pelajaran
dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menentukan keterampilan, konsep, dan
sikap yang saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran

Kekuatan model keterpaduan antara lain:


1. Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan di antara
berbagai mata pelajaran.
2. Memungkinkan pemahaman antar mata pelajaran dan memberikan penghargaan
terhadap pengetahuan dan keahlian.
3. Mampuh membangun motivasi.
Kelemahan model ketepaduan antara lain:

6
KELAS IV SD, I. U. P., SARI, T., & AENI, N. OPTIMALISASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA SISWA.

20
1. Model ini model yang sangat sulit diterapkan secara penuh.
2. Model ini menghendaki guru yang trampil, percaya diri dan menguasai konsep,
sikap dan keterampilan yang sangat diprioritaskan.
3. Model ini menghendaki tim antar Mata pelajaran yang terkadang sulit
dilakukan, baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.7
Penerapan model pembelajaran integrated (terpadu) :
Memadukan SK/KDmasing-masing mata pelajaran yang saling terhubung untuk
membangun suatu topik utama. Gabungan dari masing-masing KD menjadi dasar dalam
menentukan indikator pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Ambil contoh kelas IV
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.
 KD Bahasa Indonesia:
Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan tentang cara
membuat sesuatu (menulis).
 KD IPA:
Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh manusia dengan
fungsinya.
 KD IPS:
Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan
menggunakan skala sederhana.
 KD Matematika:
Melakukan operasi perkalian dan pembagian.
 KD Gabungan yang dapat didiskusikan adalah:
Menulis petunjuk penggunaan alat peraga struktur kerangka tubuh manusia dan
fungsinya, dan menemukan skala antara alat peraga dengan rata-rata tinggi
badan siswa.
I. Model Celupan Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model Immersed dirancang untuk membantu siswa dalam menyaring dan
memadukan berbagai pengalaman dan pengetahuan dihubungkan dengan medan

7
Resmini, N. (2015). Model-model pembelajaran terpadu. Dipetik Maret, 20, 2018.

21
pemakaiannya. Dalam hal ini tukar pengalaman dan pemanfaatan pengalaman sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran8
Pembelajaran terpadu tipe immersed (pembenaman), yaitu suatu pembelajaran
yang menggunakan pendekatan antar disiplin ilmu, dimana siswa dapat memadukan
semua data dari setiap bidang ilmu dan menghasilkan pemikiran sesuai bidang minatnya
untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari (Fogarty, 1991). Dengan kata lain,
Suprayekti (2003: 69) menjelaskan bahwa arti harfiyah kata immersed adalah
pencelupan atau pembenaman. Pada pemebalajarn terpadu tipe ini, seluruh mata
pelajaran merupakan bagian dari sudut pandang keahlian para siswa/mahasiswa secara
individual. Para siswa menyaring/menyeleksi sendiri seluruh konsep yang dipelajarinya
menurut sudut pandang mereka sendiri dan membaurkan atau membenaamkan diri
mereka larut dalam pengalaman melalaui kegiatan yang dijalaninya.9

Kelebihan Model Pembelajaran Immersed


1. Peserta didik mampu memadukan semua data dari setiap bidang ilmu
(pelajaran).
2. Mengbangkan kemapuan mengintegrasikan mata pelajaran yang kelihatannya
berbeda-beda/terpisah menjadi pelajaran yang saling mendukung.
3. Membenankan ide-ide beberapa bidang studi/mata pelajaran,
mendorong/memotivasi siswa mengkaji konseptualisasi, mengasimilasi,
memadukan ide-ide mata pelajaran sehingga memudahkan terjadinya proses
transfer ide-ide bidang studi secara integrative.
Kekurangan Model Pembelajaran Immersed
1. Guru tanpa menguasai tahapan kemampuan belajar siswa, akan mempersulit
pelajaran dikusai siswa.

8
ibid
9
Anda Juanda, A. J. (2019). Pembelajaran Kurikulum Tematik Terpadu: Teori & Praktik Pembelajaran
Tematik Terpadu Berorientasi Landasan Filosofis, Psikologis dan Pedagogis.

22
2. Memadukan model pembelajaran immersed bukan secara tersirat kususnyan
untuk pendidikan dasar, melainka dilakukan secara verbal/konkret.
3. Guru perlu/bahkan harus mengusai kompetensi pedagogic, tanpa menguasai
kompetensi ini dapat mengakibatkan kesulitan meinplementasikan model
pembelajaran immersed di SD khususnya10
Langkah-langkah Pembelajaran Model Immersed
a. Tahahap Pertama
1) Menentukan jenis mata pelajaran yang akan dipadukan.
2) Memilih kajian materi standar kompetensi dasar (KD) dan menentukan
indicator ketercapaian kompetensi. Langkah ini akan menentukan sub
keterampilan dari masing-masing keterampilan dalam satu unit pelajaran.
b. Menentukan sub keterampilan yang dipadukan.
1) Tahap Perencanaan
2) Menentukan jenis mata pelajaran yang akan dipadukan
3) Memilih kajian materi untu menentukan sub materi keterampilan
masingmasing keterampilan dalam sub unit.
4) Menentukan sub keterampilan yang dipadukan meliputi keterampilan
berpikir (thinking skill), keterampilan social (social skill), keterampilan
mengorganisasikan masing-masing terdiri atas sub-sub materi.
5) Merumuskan indicator hasil belajar, berdasarkan kompetensi dasar dan
sub keterampilan yang telah dipilih, merumuskan indicator. Setiap
indicator dirumuskan berdasarkan kaidah/aturanpenulisan yang meliputi:
audience, behavior, condition dan dgree.
6) Menentukan langkah-langkah pembelajaran untuk memadukan setiap
subketerampilan yang telah dipilih pada setiaap langkah pembelajaran.
c. Tahap Pelaksanaan Terdiri
1) Guru hendaknya jangan menjadi actor tunggal yang mendominasi proses
pembelajaran.
2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam
setiap tugas yang menuntut adanya kerja kelompok. Guru perlu

10
Ibid. h 92-93

23
mengakomodasikan ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikiran
dalam perencanaan pembelajara, (Prabowo, 2006: 4).
d. Tahap Evaluasi
Tahapan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti:
tes objektif (pilihan ganda/multiple choice), non-objektif (lisan), tugas
(observasi). Evaluasi hasil belajar berbasis penilai terpadu (penekanan pada
ranah belajar: kognitif, afektif dan pesikomotor)
Penerapan Model Pembelajaran Model Immersed
Model pembelajaran immersed melibatkan beberapa mata pelajaran dalam satu
proyek. Implementasi model ini dapat diterapkan pada peserta didik baik SD, SLTP,
SLTA dan mahasiswa melalui pembelaran bentuk proyek. Model pembelajaran
immersed melatih berpikir kreatif siswa pada berbagai jenjang pendidikan. Berikut ini
hanya ditampilkan model pembelajaran immersed pada pendidikan dasar (SD).
Misalnya, penerapan pada kelas V Sekolah Dasar pelajaran “Materi Pencemaran
Udara”. Materi ini dapat dijelaskan pada pelajaran: IPA, PKn, Bahasa Indonesia, dan
Seni Rupa. Contohnya adalah sebagai berikut:
 IPA : Pernafasan pada manusia
 PKn : Peraturan pemerintah
 Bahasa Indonesia : Menjelaskan hasil pengamatan
 Seni Rupa : Siswa membuat poter/gambar
J. Model Jaringan Pembelajaran Tematik Terpadu MI/SD
Model networked merupakan pemaduan pembelajaran yang mengandaikan
kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan
bentuk ketrampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi,
kondisi, maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang
berlangsung secara terus menerus karena adanya hubungan timbal balik antara
pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. 11
Model Network edadalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa
dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan

11
Noortyani, R. (2015). Penggunaan Model Pembelajaran Terpadu dalam Keterampilan Berbahasa pada
Siswa Kelas VI Sekolah Dasar. -, 1(2), 65-74.

24
dengan mata pelajaran yang disukainya atau yang diminatinya sehingga siswa
secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku
bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orangtua atau guru yang
dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri artinya
siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalamdirinya 12
Adapun keunggulan dari model pembelajaran networked adalah sebagai berikut:
1. Sangat proaktif dan berjalan secara alami dari pelajar sendiri, yang aktif mencari
dan mengikuti sesuatu yang baru saja muncul sebagai alur atau arahannya,
2. Pelajar dirangsang dengan informasi yang relevan, keterampilan atau konsep
pelajaran yang mempunyai sesuatu nilai yang lebih sepanjang masa,
3. siswa memperluas wawasan pengetahuan pada satu atau dua mata pelajaran
secara mendalam san sempit. Hal ini umumnya muncul secara tidak sengaja
selama proses pembelajaran di kelas sedang berlangsung,
4. model pembelajaran tersebut mengembangkan keterampilan berfikir anak,
5. mengembangkan keterampilan sosial anak seperti, kerjasama, toleransi,
komunikasi dan menghargai gagasan orang lain.
Adapun kelemahan dari model pembelajaran networked:
1. motivasi anak akan berubah sehingga kedalaman materi pelajaran menjadi
dangkal secara tidak sengaja karena mendapat hambatan dalam mencari
sumber13
Langkah-kah Model Pembelajaran Terpadu Netwrked
a. Mempertimbangkan perkembangan kemampuan anak-anak.
b. Sebelum pembejaran menentukan materi kurikulum yan revelan dengan minat
dan kebutuhan belajar anak (tentukan tema dan seb tema dan sumber temanya
terkait dengan aspek-aspek kerkembangan anak).
c. Pembelajaran berpusat peningkatan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sebagai
profel keberhasilan belajar anak.

12
Noor Hafidhoh, M. P. I. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU DI
SEKOLAH DASAR. At-Tahdzib: Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, 6(01), 50-58.
13
MODEL PEMBELAJARAN NETWORKED TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS NASKAH
PIDATO SISWA Rumasi Simaremare Fakltas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

25
d. Pembuatan rencana kegiatan belajar (RKM) tidak kaku (harus fleksibel) mudah
disesuaikan dengan jaringan belajar siswa yang bersifat luas.
e. Penentukan idikator kompetensi bersifat spesifik menampilkan keterampilan
kognitif, afektif dan psikomotor.
f. Hasil dari rancanagan model pembelajaran networked dimasukan dalam
rencana kegiatan harian (RKH).
Penerapan:
Penerapan model pembelajaran networked untuk memperluas cakrawala wawasan
dan / atau berpikir peserta didik (belajar tidak hanya di dalam kelas), melainkan belajar
siswa membentuk jaringan/hubungan dengan berbagai pihak (guru, tenga professional,
tutor) sehingga siswa memiliki kompetensi bersifat peresfektif yang baik (good
presfective).
Misalnya, seperti di era modern seperti sekarang ini, dalam bidang genetika
berkembang menjdi sebuah pertemuan baru yang dikenal sebagai rekayasa genetika.
Siswa sekolah dasar kelas IV menemukan listirik; siswa SMK menemukan sejata tanpa
suara, siswa SMA menemukan alat berupa Dron, dan sebagainya (ini sebagai realisasi
pembelajaran menerapkan networked). Dengan demikian, model pembelajaran
networked memadukan/mengintegrasikan berbagai materi pelajaran (kurikulum)
melalui koneksi atau hubungan secara luas dengan berbagai tenaga ahli (expert) guna
mengembangkan berbagai kemampuan siswa yang terpendam dalam dirinya).

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model-model pembelajaran tematik terpadu terdiri atas:
1. Model Fragmen (The Fragmented Model)
2. Model Terhubung (The Connected Model)
3. Model Tersarang (The Nested Model)
4. Model Terurut (The Sequenced Model)
5. Model Bagian (The Shared Model)
6. Model Jaring Laba-laba (The Webbed Model)
7. Model Galur
8. Model Integrasi (The Integrated Model)
9. Model Celupan/ Terbenam (The Immersed Model)
10. Model Jaringan (The Networked Model)
B. Saran
Makalah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kami menerima kritik dan saran
guna memperbaikinya. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk
memperbaiki atau memperdalam tentang makalah ini.

27
DAFTAR PUSTAKA
.
Anda Juanda, A. J. (2019). Pembelajaran Kurikulum Tematik Terpadu: Teori & Praktik
Pembelajaran Tematik Terpadu Berorientasi Landasan Filosofis, Psikologis dan
Pedagogis.
asep herry hernawan, novi resmini "konsep dasar dan model-model pembelajaran
terpadu" hal 1.21 modul 1.
Fogarty, Robin. 1991. How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/Skylight
Publishing, Inc.
Karli, H. (2015). Penerapan pembelajaran tematik SD di Indonesia.
EduHumaniora/Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 2015, 2.1.
KELAS IV SD, I. U. P., SARI, T., & AENI, N. OPTIMALISASI PENDEKATAN
SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU PADA
SISWA.
Lubis, M. A. (2019). Pembelajaran tematik di SD/MI: Pengembangan kurikulum 2013.
MODEL PEMBELAJARAN NETWORKED TERHADAP KEMAMPUAN
MENULIS NASKAH PIDATO SISWA Rumasi Simaremare Fakltas Bahasa dan
Seni Universitas Negeri Medan
Noor Hafidhoh, M. P. I. (2021). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
TERPADU DI SEKOLAH DASAR. At-Tahdzib: Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar, 6(01), 50-58.
Noortyani, R. (2015). Penggunaan Model Pembelajaran Terpadu dalam Keterampilan
Berbahasa pada Siswa Kelas VI Sekolah Dasar. -, 1(2), 65-74.
Rahmaniar. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Menggunakan Model Pembelajaran
jarring Laba-laba di Taman Kanak-kanak Pertiwi Makassar. (Sulawesi Selatan:
Media Pendidikan LPMP Sulsel, 2015), h. 67
Resmini, N. (2015). Model-model pembelajaran terpadu. Dipetik Maret, 20, 2018.
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran….., hlm. 111.

28

Anda mungkin juga menyukai