0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
17 tayangan4 halaman
Dokumen ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kelayakan usaha tani tomat di Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo. Tiga faktor utama yang dibahas adalah risiko produksi yang dipengaruhi cuaca dan hama, risiko harga yang dipengaruhi oleh tingkat produksi, serta pendapatan petani tomat yang berfluktuasi setiap bulannya.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
KELOMPOK 1 (SESUAI GOL B) METODE PENELITIAN [Alfi,Auliya,Rahmi)
Dokumen ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kelayakan usaha tani tomat di Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo. Tiga faktor utama yang dibahas adalah risiko produksi yang dipengaruhi cuaca dan hama, risiko harga yang dipengaruhi oleh tingkat produksi, serta pendapatan petani tomat yang berfluktuasi setiap bulannya.
Dokumen ini membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan kelayakan usaha tani tomat di Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo. Tiga faktor utama yang dibahas adalah risiko produksi yang dipengaruhi cuaca dan hama, risiko harga yang dipengaruhi oleh tingkat produksi, serta pendapatan petani tomat yang berfluktuasi setiap bulannya.
JURUSAN MANAJEMEN AGRIBISNIS POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2021 BAB 1.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia yang harus di kembangkan. Pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan melalui memperdayaan perekonomian rakyat melalui pendekatan agribisnis yang akan menciptakan pertanian yang maju, efisien, dan tangguh. Pengembangan sektor pertanian yang dilakukan mencakup berbagai subsektor, antara lain subsektor tanaman holtikultura, pangan, perikanan, perternakan, perkebunan, dan kehutanan (Nyoto, 2016).
Hortikultura atau tanaman sayuran adalah komoditi pertanian yang
memiliki harga yang cukup tinggi di pasaran. Nawangsih, dkk (2001) mengemukakan bahwa kegiatan pertanian khususnya dibidang hortikultura (tanaman bunga, buah dan sayur) banyak menarik perhatian berbagai kalangan khususnya petani. Kegiatan ini dapat dijadikan mata pencaharian yang menghasilkan keuntungan. Komoditi hortikultura terutama sayur seperti kol, kentang, cabai, tomat, dan wortel, sejak lama telah dibudidayakan oleh petani karena produk ini dibutuhkan hampir setiap lapisan masyarakat sebagai menu hidangan sehari-hari.
Peningkatan produksi hortikultura ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
dalam negeri, bahan baku industri, peningkatan ekspor dan subsitusi impor. Dengan adanya pengembangan hortikultura dapat dikatakan bahwa tanaman sayur-sayuran memiliki prospek yang cerah sebab permintaan akan produk pertanian ini cukup tinggi. Hal ini dikarenakan sayuran sudah menjadi bagian dari menu sehari-hari masyarakat Indonesia sehingga tidak mengherankan jika produk pertanian ini selalu tersedia di pasaran. Bagian lain yang harus diperhatikan selain kegiatan produksi adalah risiko dari usahatani yang dijalankan. Salah satu kunci yang menjadi kesuksesan usahatani adalah dapat melihat risiko potensial dan mengembangkan rencana darurat apabila risiko tersebut terjadi. Dalam berbagai kegiatan usaha di bidang pertanian sering terjadi situasi ekstrim, yaitu kejadian yang mengandung risiko (risk events) dan kejadian yang tidak pasti (uncertainty events).
Kendala usahatani hortikultura dibeberapa negara berkembang adalah
rendahnya nilai pendapatan petani, keterbatasan pengetahuan petani, keterbatasan lahan yang dimiliki petani, dan posisi tawar pada pihak petani yang kurang kuat. Hal tersebut menyebabkan rendahnya nilai keuntungan yang diperoleh petani (Ashari, 1995). Risiko produksi pertanian lebih besar dibandingkan risiko non pertanian, karena pertanian sangat dipengaruhi oleh alam seperti cuaca, hama penyakit, suhu, kekeringan, dan banjir. Besar kecilnya risiko yang dihadapi oleh petani akan berdampak pada tingkat produksi dan pendapatan yang diperoleh petani. Sedangkan risiko harga dipengaruhi oleh banyaknya produksi yang dihasilkan pada musim tanam tertentu. Apabila produksi yang dihasilkan banyak atau terjadi panen raya, maka harga jual menurun. Adanya risiko tersebut berdampak pada tingkat pendapatan petani. Dan itu juga akan mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan usahatani berikutnya.
Tomat merupakan salah satu kebutuhan yang sangat penting bagi
manusia. Sehingga dari tahun ke tahun Indonesia selalu berusaha untuk meningkatkan produksi tomat dengan cara perluasan wilayah budidaya tomat. Namun Indonesia masih mengimpor tomat baik dalam bentuk buah segar maupun dalam bentuk olahan yang berasal dari berbagai negara (Simamora, 2009).
Kecamatan Kotaanyar memiliki potensi alam yang sangat baik untuk
mengusahakan komoditi sayur- sayuran. Triwungan yang merupakan salah satu desa di Probolinggo adalah daerah terbesar yang memproduksi sayur-sayuran terutama tomat. Hal ini dikarenakan iklim, suhu dan kondisi lahannya yang sangat mendukung. Harga tomat di tingkat produsen setiap bulannya berfluktuasi. Harga yang berfluktuasi ini menjadi salah satu masalah pada produsen komoditi tomat. Salah satu permasalahan yang dihadapi petani tomat di Desa Triwungan, Kecamatan Kotaanyar, Kabupaten Probolinggo adalah ketidakpastian terhadap harga setiap bulannya. Risiko akan ketidakpastian harga serta risiko-risiko produksi lainnya tidak mempengaruhi petani dalam mengusahatanikan komoditi tomat, hal ini terlihat oleh data produksi tomat setiap tahunnya mengalami peningkatan di daerah tersebut. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk meneliti tentang usahatani tomat tersebut karena ingin menganalisis pendapatan petani tomat serta ingin melihat apakah tomat memang rentan terhadap risko serta mengukur tingkat risiko yang dihadapi petani dalam mengusahatanikan komoditi tomat di daerah penelitian.