Anda di halaman 1dari 4

Nama : Yustia ‘aini Salsabila

NIM : F0318116
Kelas : Perencanaan Pajak A Reg

TUGAS PERENCANAAN PAJAK


PERTEMUAN 13
ANALISIS PERENCANAAN PAJAK
PADA PERHITUNGAN PPH 22, 23, DAN 26

PERTANYAAN :

Buatlah skema perencanaan pajak untuk PPh Pasal 22, 23, dan 26 disertai contoh
perhitungannya!

JAWAB :

1. PERENCANAAN PAJAK PPH PASAL 22


Pajak penghasilan pasal 22 adalah pajak penghasilan yang dikenakan kepada
bendahara pemerintah, dan badan-badan usaha tertentu milik pemerintah atau swasta
yang melakukan aktivitas perdagangan. PPh pasal 22 dikenakan atas penghasilan
yang diperoleh dari kegiatan perdagangan barang. Berikut skema perencanaan pajak
melalui metode gross up yang bisa dilakukan perusahaan saat akan mengurangi beban
pajaknya melalui tax planning :

Ilustrasi :

Misalnya PT Sweet and Sour merupakan perusahaan konstruksi dengan


operasi penjualan material. Diasumsikan bahwa PT Jaya Jaya membeli material dari
PT Sweet and Sour. Asumsi harga penjualan sesuai dengan kontrak awal sebesar Rp
5.000.000,00 (sudah termasuk PPN). Dari transaksi tersebut, PT Sweet and Sour
dikenakan potongan PPh pasal 22 sebesar 1.5% atas penghasilan yang diperoleh dari
PT Pratama. Tetapi disini PT Sweet and Sour enggan untuk mengurangi
penghasilannya untuk beban pajak sehingga akan melakukan penghematan beban
pajak, maka dengan begitu PT Sweet and Sour dapat melakukan gross up agar tetap
mendapatkan pembayaran sesuai dengan harga umum yang diberikan untuk
pelanggan. Melalui metode ini, perusahaan atau pelanggan yang melakukan
pembelian material kepada PT Sweet and Sour, dapat menambahkan beban pajak
yang seharusnya ditanggung PT Sweet and Sour kedalam harga jual kedalam kontrak
yang tertuang dalam bentuk Invoice.

Berikut skema perhitungan dalam perencanaan pajak :

Harga jual sesuai kontrak awal : Rp 5.000.000,00 (sudah termasuk PPN)


Tarif PPh 22 yang dikenakan : 1.5%

Berikut perhitungan dengan metode gross up :

PPh 22 = Harga Jual x 100% : (100%-tarif Pph 22)

PPh 22 = 5.000.000 x 100 : (100% - 1,5%)

PPh 22 = 5.000.000 x 100 : 98,5

PPh 22 = Rp 5.076.142,00

Kesimpulan

Jumlah sebesar Rp Rp 5.076.142,00 merupakan jumlah yang dituliskan dalam


invoice guna melakukan penagihan pembayaran kepada customer yang melakukan
pemotongan PPh Pasal 22, mak dari itu nantinya PT Sweet and Sour tetap
mendapatkan penghasilan atas pembayaran dari customer sebesar Rp 5.000.000,00.
Dari skema perhitungan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan metode gross
up, perusahaan bisa melakukan penghematan pajak sebesar Rp 76.142,00,
dikarenakan pajak ini akan dibebankan kedalam biaya penjualan yang akan
ditanggung oleh customer.

2. PERENCANAAN PAJAK PPH PASAL 23

Strategi Gross Up Dalam Menghadapi Kondisi Khusus PPh Pasal 23

Dalam peraturan perpajakan langkah yang sesuai disebut gross up. Metode ini
merupakan langkah yang dilakukan dengan memasukan jumlah potongan PPh Pasal
23 pada nilai jasa yang akan dibayarkan. Hal tersebut berarti perusahaan akan
menanggung beban potongan PPh Pasal 23 dan menyetorkan kepada kas negara. Hal
tersebut perlu dilakukan agar pembukuan tetap bejalan secara konsisten. Setiap
dokumen yang terbit setelah perhitungan gross up harus mengikutsertakan nilai
konsisten atau nilai sebesar yang telah dilakukan perhitungan gross up.

Skema Perhitungan dalam Perencanaan Pajak

PT Jaya Jaya melakukan pembayaran atas jasa teknik kepada PT Simdang,


keduanya merupakan PKP. Nilai transaksi ini adalah Rp 45.000.000 pada tanggal 1
Juni 2020. Namun demikian PT Simdang tidak mau penghasilannya dipotong PPh 23
sehingga PT Jaya Jaya melakukan gross up atas nilai sewa menjadi Rp 45.918.336,00
dari hasil (Rp 45.000.000 x 100 : 98) Maka jurnal dari sisi PT Jaya Jaya akan
menjadi sebagai berikut :

Uraian Debit Kredit

Beban Jasa Akuntansi (gross up) Rp 45.918.336,00 –

PPN Masukan (10% x Rp 45.918.336,00) Rp 4.591.833,60 –

Hutang PPh 23 (2% x Rp 45.918.336,00) – Rp 918,367,32

Kas – Rp 49.591.802,28

Gross up yang dilakukan oleh PT Jaya Jaya memungkinkan pembebanan secara


fiskal biaya jasa teknik dari PT Simdang untuk kemudian disetorkan ke kas negara.
Secara akuntansi, pembukuan ini seimbang meskipun tidak dalam waktu yang sama.

3. PERENCANAAN PAJAK PPH PASAL 26


PPh Pasal 26 berdasarkan UU No 36 Tahun 2008 merupakan pajak penghasilan
yang dikenakan atas penghasilan yang diterima wajib pajak luar negeri dari Indonesia
selain bentuk usaha tetap (BUT) di Indonesia. Tarif 20% (final) atas jumlah bruto
yang dikenakan atas :

a. Dividen
b. Bunga, termasuk premium, diskonto, insentif yang terkait dengan jaminan
pembayaran pinjaman
c. Royalti, sewa, dan pendapatan lain yang terkait dengan penggunaan aset
d. Insentif yang berkaitan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
e. Hadiah dan penghargaan
f. Pensiun dan pembayaran berkala
g. Premi swap dan transaksi lindung lainnya
h. Perolehan keuntungan dari penghapusan utang

Tarif 20% (final) dari laba bersih yang diharapkan dari:

a. Pendapatan dari penjualan aset di Indonesia.


b. Premi asuransi, premi reasuransi yang dibayarkan langsung maupun melalui
pialang kepada perusahaan asuransi di luar negeri.

Berikut skema perhitungan dalam perencanaan pajak :

PT Daegu membayar bunga pinjaman kepada Bank di luar negeri sebesar Rp


100.000.000,00 sesuai dengan perjanjian pajak penghasilannya ditanggung oleh badan
tersebut dan tarif pemotongan PPh Pasal 26 yang berlaku sebesar 20%.

Berikut dasar pengenaan PPh Pasal 26

PPh 26 = 100 : 80 x Rp 100.000.000,00

PPh 26 = Rp 125.000.000,00

PPh Pasal 26 yang terutang

PPh 26 Terutang = 20% x Rp 125.000.000,00

PPh 26 Terutang = Rp 25.000.000,00

Jadi jumlah biaya bunga yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto PT Daegu
yaitu sebesar Rp 125.000.000,00 (Rp 10.000.000,00 + Rp 25.000.000,00).

Anda mungkin juga menyukai