Anda di halaman 1dari 13

1.

1 Konsep Dasar Hemoroid


1.1.1. Defenisi
Hemoroid atau wasir merupakan salah satu dari gangguan sirkulasi darah.
Gangguan tersebut dapat berupa pelebaran (dilatasi) vena yang disebut venectasia
atau varises daerah anus dan perianus yang disebabkan oleh bendungan dalam
susunan pembuluh vena. Hemoroid terbagi atas 2 yaitu hemoroid eksterna adalah
pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) di bawah atau luar linea
dentate. Hemoroid interna adalah pelebaran vena yang berada dibawah mukosa
(submukosa) diatas atau di dalam linea dentate (Arif, 2017).

1.1.2. Etiologi
Menurut Nurarif (2016) Hemoroid timbul karena dilatasi, pembengkakan
atau inflamasi vena hemorrhoidalis yang disebabkan oleh faktor-faktor resiko
atau pencetus seperti :
a) Mengedan pada buang air besar (BAB) yang sulit
b) Pola buang air besar yang salah (lebih banyak menggunakan jamban duduk,
terlalu lama duduk di jamban sambil membaca, merokok)
c) Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud, tumor
abdomen)
d) Kehamilan (disebabkan tekanan jenis pada abdomen dan perubahan hormonal)
e) Usia (dimana pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh,
otot sfingter menjadi tipis)
f) Konstipasi kronik
g) Diare akut yang berlebihan dan diare kronik
h) Hubungan seks peranal
i) Kurang minum air dan kurang makan-makanan berserat (sayur dan buah)
j) Kurang olahraga/imobilisasi
1.1.3 WOC (Nurarif 2016)

Konstipasi Peningkatan tekanan Peningkatan tekanan Nutrisi yang kujrang


intra abdomen vena hemoroidalis mengandung serat

Peleburan pembuluh darah vena pada pleksus haemorrhoidalis (pada saluran anus)

Pre Operasi Post Operasi

Pembedahan
Resiko injuri Trombosis

Trauma Defekasi Prolaps hemoroid Kurang terpaparnya Terputusnya kontinuitas


Ansietas
informasi jaringan
Resiko Takut BAB
perdarahan

Merangsang saraf di Luka insisi


Feses keras Keterbatasan gerak
hipotalamus

Perdarahan Intoleransi Aktivitas Tempat masuknya


Nyeri Akut
mikroorganisme
Resiko
Resiko
Konstipasi
Ketidakseimbangan
Resiko infeksi
cairan
1.1.4 Manifestasi
Wijaya (2017) menyatakan bahwa ada beberapa gejala yang timbul pada
penderita hemoroid antara lain :
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feses yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan
feses. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar
karena kaya akan zat asam dan jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
3) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
4) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri hemoroid yang
keluar setelah defekasi sampai pada suatu keadaan dimana hemoroidnya tidak
dapat dimasukkan.
5) Keluarnya mukus dan adanya feses pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
6) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
7) Pembengkakan atau penonjolan di daerah dubur
8) Rasa tidak puas saat buang air besar
1.1.5 Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif (2016) Ada tiga pemeriksaan penunjang pada penderita
hemoroid untuk menegakan diagnosa yaitu :
1) Pemeriksaan Colok
Dubur Diperlukan untuk menyingkirkan kemugkinan karsinoma rektum.
Pada hemoroid interna tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya
tidak cukup tinggi dan biasanya tidak nyeri
2) Anoskop
Diperlukan untuk melihat hemoroid interna yang tidak menonjol keluar
3) Proktosigmoidoskopi
Untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau
proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi
1.1.6 Penatalaksanaan
Menurut wijaya (2017), penatalaksanaa pada hemoroid ada dua yaitu :
1) Penatalaksaan Konservatif
a) koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti
kodein.
b) Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan,
menghindari konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar
c) Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid.
Penggunaan steroid yang berlama-lama harus dihindari untuk
mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat
membantu mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta
efek antiinflamasi meskipun belum diketahui bagaimana mekanismenya
2) Pembedahan
Pembedahan hemoroid disebut Hemoroidektomy yaitu Suatu tindakan
pembedahan dan cara pengangkata pleksus hemoroidalis dan mukosa atau
tanpa mukosa yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar
berlebih. Apabila hemoroid internal derajat I tidak membaik dengan
penatalaksanaan konservatif, maka dapat dilakukan tindakan pembedahan.
HIST (Hemorrhoid Institute of South Texas) menetapkan indikasi
tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:
a) Hemoroid internal derajat II berulang.
b) Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala
c) Mukosa rektum menonjol keluar anus
d) Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.
e) Kegagalan penatalaksanaan konservatif
f) Permintaan pasien.
Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:
a) Skleroterapi
Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %,
vegetable oil, quinine, dan urea hydrochlorate atau hypertonic salt
solution. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi
sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi
fibroblast, dan trombosis intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan
fibrosis pada sumukosa hemoroid sehingga akan mencegah atau
mengurangi prolapsus jaringan hemoroid. Teknik ini murah dan
mudah dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan
yang tinggi.
b) Rubber band ligation
Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan
nekrosis iskemia, ulserasi dan scarring yang akan menghasilkan
fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur ini
adalah nyeri dan perdarahan.
c) Infrared thermocoagulation
Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi panas.
Manipulasi instrument tersebut dapat digunakan untuk mengatur
banyaknya jumlah kerusakan jaringan. Prosedur ini menyebabkan
koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid. Teknik ini singkat
dan dengan komplikasi yang minimal.
d) Bipolar Diathermy
Biasanya digunakan pada hemoroid internal derajat rendah
e) Laser haemorrhoidectom.
f) Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligatio
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan proktoskop yang
dilengkapi dengan doppler probe yang dapat melokalisasi arteri.
Kemudian arteri yang memperdarahi jaringan hemoroid tersebut
diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran darah
ini diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.
g) Cryotherapy
Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang
sangat rendah untuk merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal
yang terbentuk di dalam sel, menghancurkan membran sel dan jaringan.
Namun prosedur ini menghabiskan banyak waktu dan hasil yang
cukup mengecewakan sehingga Cryotherapy adalah teknik yang paling
jarang dilakukan untuk hemoroid
h) Stappled Hemorrhoidopexy
Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada
bagian proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled
hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa nyeri paska operasi selain
itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar
hemorrhoidectomy
1.1.7 Diagnosa keperawatan (Nurarif, 2016)
Pre op
1. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
2. Resiko konstipasi berhubungan dengan pengerasan feses
3. Resiko perdarahan berhubungan dengan trauma defekasi
4. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan perdarahan

Post op
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (proses pembedahan)
2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keengganan melakukan pergerakan
karena nyeri
3. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogenik lingkungan
1.1.8 Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA NOC & KRITERIA HASIL NIC (INTERVENSI KEPERAWATAN)


KEPERAWATAN [ CITATION Sue161 \l 1033 ] [ CITATION PPN18 \l 1033 ]
1 Pre op NOC : Tingkat Kecemasan Terapi Relaksasi Otot Progressif
Setelah dilakukan tindakan Observasi
Ansietas berhubungan dengan keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman
proses pembedahan diharapkan kecemasan klien berkurang 2. Monitor secara berkala untuk memastikan otot rileks
sampai dengan hilang dengan kriteri 3. Monitor adanya indicator tidak rileks (misalnya ada
hasil : gerakan atau pernapasan yang berat)
1. Wajah tidak tegang Terapeutik
2. Klien tidak khawatir 1. Atur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi
3. Tekanan darah dalam batas normal 2. Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi lainnya
4. Nadi dalam batas normal yang nyaman
5. Tidak berkeringat 3. Hentikan sesi relaksasi secara bertahap
6. Klien mengungkapkan kelegaan 4. Beri waktu kepada klien untuk mengungkapkan perasaan
tentang terapi
Edukasi
1. Anjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak
sempit
2. Anjurkan klien untuk menegangkan otot selama 5-10
detik kemudian anjurkan untuk merilekskan otot 20-30
detik
3. Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih dari
5 detik untuk menghindari kram otot
4. Anjurkan focus pada sensasi otot yang ditegangkan
5. Anjurkan klien untuk bernapas secara perlahan
2 Resiko Konstipasi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Konstipasi
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam pasien Observasi
pengerasan feses dapat mengurangi risiko mengalami 1. Identifikasi faktor risiko konstipasi (mis. asupan serat
kesulitan dan penegeluaran feses tidak tidak adekuat, asupan cairan tidak adekuat, aganglionik,
lengkap dengan kriteria hasil : kelemahan otot abdomen, aktivitas fisik kurang)
1. Pengeluaran feses meningkat 2. Monitor tanda dan gejala konstipasi (mis. defekasi
2. Nyeri abdomen menurun sampai kurang 2 kali seminggu, defekasi lama / sulit, feses keras,
hilang peristaltik menurun)
3. Konsistensi feses lukan 3. Identifikasi status kognitif untuk mengkomunikasikan
4. Frekuensi BAB meningkat atau kebutuhan
kembali normal 4. Identifikasi penggunaan obat-obatan yang menyebabkan
5. Mengejan saat defekasi menurun konstipasi
Teraupetik
1. Batasi minuman yang mengandung kafein dan alkohol
2. Jadwalkan rutinitas BAK
3. Lakukan masase abdomen
4. Berikan terapi akrupresur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan faktor risiko konstipasi
2. Anjurkan minum air putih sesuai dengan kebutuhan
(1500-2000 mL/hari)
3. Anjurkan mengkonsumsi makanan berserat (25-30
gram/hari)
4. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik sesuai kebutuhan
5. Anjurkan berjalan 15-20 menit 1-2 kali/hari
6. Anjurkan berjongkok untuk memfasilitasi proses
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi, bila berlu
3 Resiko Perdarahan Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Perdarahan
berhubungan dengan trauma keperawatan selama 3x24 jam pasien Observasi
defekasi dapat mengurangi risiko mengalami 1. Monitor tanda dan gejala perdarahan
kehilangan darah baik internal maupun 2. Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan
eksternal dengan kriteria hasil : setelah kehilangan darah
1. Tidak ada perdarahan pada anus 3. Monitor tanda-tanda vital ortostatik
2. Feses tanpa darah 4. Monitor koagulasi
3. Turgor kulit baik Terapeutik
4. Thrombosit dalam batas normal 1. Pertahankan bed rest selama perdarahan
2. Batasi tindakan invasive, jika perlu
3. Gunakan kasur pencegah dekubitus
4. Hindari pengukuran suhu rectal
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
2. Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
3. Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
5. Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
6. Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika
perlu
2. Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
3. Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
4 Resiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Cairan
volume cairan berhubungan keperawatan selama 3x24 jam pasien Observasi
dengan perdarahan dapat mengurangi risiko penurunan, 1. Monitor status hidrasi (mis. frekuensi nadi, kekuatan
peningkatan atau percepatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembapan mukosa,
perpindahan cairan dari intravaskuler, turgor kulit, tekanan darah)
interstisial atau intraselular dengan 2. Monitor berat badan harian
kroteria hasil : 3. Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialysis
1. Asupan cairan meningkat 4. Monitor hassil pemeriksaan laboratorium (mis.
2. Output urin meningkat hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urine, BUN)
3. Membran mukosa lembap 5. Monitor status hemodinamik (mis. MAP, CVP, PAP,
4. Asupan makanan meningkat PCWP jika tersedia)
5. Edema menurun Terapeutik
6. Dehidrasi menurun 1. Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
2. Berika asupan cairan, sesuai kebutuhan
3. Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
5 Post Op NOC : Kontrol nyeri Manajemen nyeri
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi
dengan agen pencedera fisik keperawatan selama 1x24jam 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
(prosedur pembedahan) diharapkan nyeri teratasi dengan serta intensitas nyeri
Kriteri Hasil : 2. Identifikasi skala nyeri, serta respon nonverbal terhadap
1. Klien tampak rileks nyeri
2. Mengenali kapan nyeri terjadi 3. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
menggambarkan faktor penyebab 4. Monitor efek penggunaan analgesic
3. Menggunakan tindakan Teraupetik
pengurangan (nyeri) tanpa 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
analgesik 2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
4. Melaporkan perubahan terhadap 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
gejala nyeri /nyeri berkurang Edukasi
5. Melaporkan nyeri yang terkontrol 1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic

6 Intoleransi aktivitas NOC : Toleransi terhadap aktivitas Manajemen energi


berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan Observasi
keengganan melakukan keperawatan selama 1x24 jam 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
pergerakan karena nyeri diharapkan klien dapat menunjukan
2. Monitor kelemahan fisik
toleransi terhadap aktivitas. 3. Monitor pola dan jam tidur
Dengan kriteria hasil : 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
1. Kemampuan aktivitas meningkat aktivitas
secara bertahap Teraupetik
2. Tidak ada keluhan sesak dan lelah 1. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan atau aktif
selama dan setelah aktivitas 2. Berika aktivitas distraksi yang menyenangkan
3. Fasilitasi duduk di samping tempat tidur, jika tidak dapat
3. Saturasi oksigen baik ketika
berpindah atau berjalan.
beraktivitas Edukasi
4. TTV dalam batas normal 1. Anjurkan tirah baring
5. Terjadi peningkatan pada kekuatan 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
tubuh bagian bawah dan atas Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan
7 Resiko infeksi NOC : Keparahan Infeksi Pencegahan infeksi
Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 jam Monitor tanda dan gejala lokal maupun sistemik
diharapkan tidak terjadi infeksi dengan Teraupetik
kriteria hasil : 1. Batasi jumlah pengunjung
1. Tidak muncul tanda-tanda infeksi 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
2. Klien tidak demam 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tin dakan
3. Klien tidak menggigil 4. Pertahankan teknik aseptik
4. Luka dalam kedaan bersih dan Edukasi
steril 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5. Penigkatan jumlah sel darah putih 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa konsisi luka operasi
Kolaborasi
kolaborasi pemeberian antibotik
DAFTAR PUSTAKA

Arif Muttaqin, K. S. (2017). Asuhan Keperawatan Perioperatif : Konsep proses dan


aplikasi . Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A. H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Diagnosa Nanda, NIC,


NOC dalam berbagai kasus. Yogyakarta: MediAction.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Sue Moorhead, M. j. (2016). Nursing Ourcomes Classification (NOC). Oxford: CV


Mecomedia.

Wijaya, Y. M. (2017). KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan Dewasa) Teori


dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Mediika.

Anda mungkin juga menyukai