ID Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut M
ID Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut M
Florence Meliawaty
Abstrak
Odontektomi gigi molar rahang bawah yang tumbuh tidak normal merupakan operasi
yang paling sering dilakukan pada bagian bedah mulut. Tujuan sterilisasi adalah membunuh
semua bentuk mikroorganisme hidup termasuk sporanya pada alat-alat yang disterilkan.
Tujuan penelitian ini untuk menilai efisiensi proses sterilisasi dengan pemanasan kering, oven
dengan ozon dan infrared sebagai pengendalian infeksi. Penelitian eksperimen laboratoris ini
dilakukan di bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Jatinangor.
Sterilisasi dilakukan dengan tiga metode, pemanasan kering dengan oven+ozon, pemanasan
kering dengan oven+infra merah pada suhu 125°C selama 15 menit, keduanya dipantau dengan
Bacillus atrophaeus sebagai indikator biologis, dan autoklafisasi pada 121°C selama 15 menit
dengan Geobacillus stearothermophilus sebagai pemantauan biologis, dengan 17 kali pengulangan.
Setelah sterilisasi, semua indikator ditanam pada lempeng agar, dan dinilai pertumbuhannya.
Jumlah koloni dihitung menggunakan alat penghitung koloni bakteri elektris Stuart. Setiap
proses sterilisasi disertai kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setelah autoklafisasi semua spora mati, sebaliknya sterilisasi dengan oven, masih menghasilkan
pertumbuhan koloni pada lempeng agar, tetapi setelah 3 kali pengulangan oven+infra merah
tidak terdapat pertumbuhan koloni. Pemanasan dengan oven+ozon hanya mengurangi jumlah
spora, bahkan sampai 5 kali pengulangan. Pengurangan jumlah koloni berbanding terbalik
dengan peningkatan pengulangan. Berdasarkan analisis statistik ternyata perbedaannya sangat
bermakna. Simpulan penelitian ini bahwa sterilisasi dengan oven+infra merah akan dicapai
setelah 3 kali pengulangan (30-35 menit) dan sterilisasi dengan oven+ozon hanya membunuh
bakteri dalam bentuk vegetatif.
147
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
Abstract
Odontectomy of the abnormal growth of lower molars is the most often performed in oral surgery.
Sterilization is carried out to completely kill all forms of microbial life including bacterial spores on the
items being processed. Biologic monitoring provides the main guarantee of sterilization. The aim of this
study was to find the efficiency of the sterilization process by a more practical and economical dry heat
method, oven plus ozone and infrared as an infection control. This experimental laboratory study was
conducted at the Oral Maxillofacial Surgery Department in the Hasan Sadikin General Hospital
Bandung and at the Microbiology Laboratory Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Jatinangor.
The protocol was performed in three methods of sterilization: dry heat with oven+ozon, dry heat with
oven+infrared (125°C-15 minutes), both were monitored by Bacillus atrophaeus as the biologic
indicators, and autoclavization (121°C-15 minutes) with Geobacillus stearothermophilus as the biological
monitoring, with 17 times repetition. After sterilization, all of the indicators were cultured on Nutrient
agar plates (NAPs), and the subsequent growth was assessed. The colony forming units (CFUs) were
counted by Stuart electric bacteria colony counter. Adequate positive and negative controls were used in
every cycle. The results showed that after autoclavization all spores were killed. In comparison, dry
heating in oven still left CFUs on the NAPs, but no colonies grew after 3 repetitions by oven+infrared.
Heating in oven+ozon only reduced the spore numbers, even after repeating 5 times. The reduction of the
CFUs was greater after more repetition. According to the statistical analysis, the differences were
significant. This study concluded that sterilization by oven+infrared would be achieved after 3 holding
times (30-35 minutes) and dry heat with oven+ozon could only act as germicide.
148
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
menggunakan spore strip atau suspensi masing-masing alat dapat diuji secara
biakan spora; untuk cara autoklafisasi mikrobiologis, namun dengan cara ini
digunakan Geobacillus stearothermophilus, alat tersebut tidak dapat dipakai lagi
sedangkan pada sterilisasi dengan oven untuk perawatan pasien. Berdasarkan
dipakai Bacillus atrophaeus.1,2,3 hal itu diperlukan suatu indikator yang
Autoklaf merupakan alat sterilisasi dapat digunakan sebagai jaminan
yang mahal harganya. Inovasi oven bahwa sterilisasi alat berhasil dengan
sudah banyak diterapkan, diantaranya baik. Indikator biologis merupakan
melalui penambahan ozon dan infrared, persyaratan mutlak yang diperlukan
sehingga menjadi alat sterilisasi yang untuk membuktikan bahwa pemantauan
jauh lebih murah. Ruangan dalam oven sterilisasi dengan autoklafisasi ataupun
itu dibagi menjadi 2, bagian atas melalui pemanasan dengan oven,
dilengkapi ozon sedangkan bagian keduanya berhasil dengan baik. Dengan
bawah dengan infrared (Gambar 1). latar belakang uraian di atas, diadakan
Pemanasan dalam oven ini hanya penelitian untuk menguji hasil proses
dilakukan selama 15 menit dalam sterilisasi dengan alat tersebut, untuk
temperatur 125Ý&. Secara teoritis mendapatkan efisiensi sterilisasi alat
sterilisasi melalui pemanasan dalam bedah mulut melalui inovasi oven
oven konvensional, dilaksanakan pada dengan ozon dan infrared.
WHPSHUDWXU Ý& VHODPD MDP DWDX Tujuan penelitian ini adalah
SDGD WHPSHUDWXU Ý& VHODPD MDP 1,2 membandingkan jumlah mikro-
Perbedaan temperatur dan waktu organisme indikator biologis antara
sterilisasi ini menarik untuk ditelaah metode sterilisasi dengan oven+ozon,
lebih lanjut. oven+infrared dan autoklafisasi untuk
Ozon bersifat bakterisid, alat serta bahan tindakan odontektomi
mikobakterisid, dan sporisid.4 di klinik Bedah Mulut, mencapai
Sterilisator dengan menggunakan proses sterilisasi alat dan bahan
bentuk dasar radiasi infrared membunuh odontektomi berdasarkan analisis
spora Bacillus atrophaeus. Keuntungan indikator biologisnya untuk
teknologi infrared adalah waktu siklus meminimumkan terjadinya infeksi pasca
pendek, pemakaian energi rendah, tidak bedah, meningkatkan upaya pencegahan
ada residu, dan tidak beracun terhadap infeksi silang di klinik Bedah Mulut
lingkungan,4 hanya jaminan sterilitasnya untuk bekerja secara aman serta asepsis
tidak pernah disertakan, oleh karena yang relatif praktis dan biaya yang lebih
tidak dilengkapi termometer, sehingga ekonomis dibandingkan dengan oven
pemantauan hasil sterilitas secara fisika konvensional yang jauh lebih mahal
sulit ditentukan. Pemantauan dengan sehingga terjamin rasa aman bagi pasien
indikator pun tidak selalu diterapkan dan para klinisi.
selama proses sterilisasi. Sterilitas
149
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
150
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
151
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
Masing-masing alat bekas pakai 0,1 ml, lalu ditanam secara merata pada
dibilas dengan 10 ml bulyon steril dalam /$% GLHUDPNDQ Ý& VHODPD -24 jam.
petri besar steril. Air bilasan sebagai Sebagai kontrol negatif LAB yang tidak
bahan pemeriksaan (BP) dijadikan ditanami, diinkubasi bersama-sama.
suspensi bakteri homogen. BP diambil Keesokan harinya dilakukan PJK2.
0,1 ml dengan semprit sekali pakai lalu Setelah itu dibuat lagi suspensi Bacillus
ditanam pada LAD secara merata atrophaeus dengan kekeruhan Mc
dengan oese berdasarkan metode streak Farland 0,5 dan diencerkan secara seri
plate. Biakan LAD dibawa ke supaya setara dengan PJK1. Suspensi
laboratorium Mikrobiologi Jatinangor tersebut dipipet masing-masing 0,5 ml
untuk dieramkan dalam inkubator dimasukkan ke dalam tabung reaksi
GHQJDQ VXKX Ý& VHODPD -24 jam. yang berisi 1x1 cm kertas saring tebal
Keesokan harinya dihitung jumlah yang telah disterilkan supaya terserap
koloni yang tumbuh pada LAD. semuanya (tabung A1, A2 « $17) dan
Penghitungan jumlah koloni (PJK1) yang dibiarkan sampai strip spora tersebut
tumbuh pada LAD tersebut digunakan kering.
sebagai jumlah awal bakteri uji yaitu Untuk memperoleh gambaran
Bacillus atrophaeus yang akan disterilisasi mikroskopis spora yang tercat setelah
dengan oven+ozon, oven+infrared, dan perlakuan sterilisasi, dibuat pula
Geobacillus stearothermophilus untuk suspensi Bacillus atrophaeus dengan
autoklafisasi. kekeruhan setara Mc Farland 1, lalu
Indikator biologis Geobacillus dicampurkan dengan larutan karbol
stearothermophilus mudah diperoleh fukhsin sama banyak sehingga menjadi
dalam bentuk a self-contained vial kekeruhan Mc Farland 0,5. Dari suspensi
(AttestTM 3M 1262P, ATCC 7953), campuran ini dipipet 0,5 ml dan
sedangkan untuk Bacillus atrophaeus diserapkan pada kertas saring steril
(ATCC 9372) yang tersedia berupa dalam tabung reaksi (tabung B 1,
biakan. Berhubung sterilisasi yang akan B2 « %17).
dilakukan adalah pemanasan kering Indikator biologis (IB) untuk proses
dalam oven maka untuk uji sterilitasnya autoklafisasi menggunakan strip spora
digunakan strip spora dalam bentuk Geobacillus stearothermophilus dalam
yang kering pula. Untuk keperluan ini kemasan yang tersedia (AttestTM 3M
kertas saring tebal dipotong dengan 1262P, ATCC 7953). Setelah itu proses
ukuran 1x1 cm, dan masing-masing perlakuan dilaksanakan berdasarkan:
potongan kertas saring tersebut 1. metode 1: sterilisasi dengan autoklaf
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, pada temperatur 121oC selama 15
disumbat dengan kapas yang dibalut menit terhadap 17 kemasan IB
kain kasa, lalu disterilkan dalam oven Geobacillus stearothermophilus yang
dengan suhu 160°C selama 2 jam. tersedia di perdagangan, sebagai
Bacillus atrophaeus disuspensikan pengulangan perlakuan
dalam bulyon yang disetarakan dengan 2. metode 2: sterilisasi dengan
kekeruhan Mc Farland 0,5 dan dipipet pemanasan kering (oven+ozon) suhu
152
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
125oC selama 15 menit untuk tabung menit. Perlakuan ini diulang sebanyak
A dan B yang berisi strip spora 17 kali untuk tabung A dan B
Bacillus atrophaeus berdasarkan sterilisasi dengan metode 1,
3. metode 3: sterilisasi dengan 2, dan 3.
pemanasan kering (oven+infrared) Setelah autoklafisasi, vial IB yang
suhu 125oC selama 15 menit berisi Geobacillus stearothermophilus
terhadap tabung A dan B yang berisi dicampurkan mediumnya dengan
strip spora Bacillus atrophaeus. menekan vial/tutup medium sampai
Sebagai kontrol positif digunakan 1 ampul bagian dalam pecah. Setelah itu
tabung A dan B yang tidak disterilkan, 0,1 ml isi vial tersebut ditanam pada
sedangkan untuk kontrol negatif dipakai LAB berdasarkan metode penggarisan
kertas saring steril yang dibasahi bulyon dan diinkubasi pada temperatur 55°C
steril dengan perlakuan yang sama. selama 1 minggu. Sebagai kontrol positif
Setelah selesai sterilisasi, masing- juga ditanamkan vial yang tidak
masing tabung A dengan strip spora diautoklafisasi, sedangkan untuk
termasuk kontrol positif dan negatif kontrol negatif digunakan LAB yang
dimasukkan 5 ml bulyon steril, lalu tidak ditanami, namun diinkubasi
dikocok pada vortex mixer supaya spora dengan cara yang sama. Setelah inkubasi
yang melekat pada kertas saring terlepas dilakukan PJK dengan electric bacteria
dan tersebar secara merata dalam colony counter (dokter Stuart).
bulyon tersebut. Karena setelah sterilisasi dengan
Penilaian mikroskopis dilakukan metode 2 (oven+ozon) dan metode 3
berdasarkan pengecatan Gram dan (oven+infrared) masih terdapat
pengecatan spora menurut Klein. pertumbuhan bakteri indikator pada
Suspensi Bacillus atrophaeus dalam biakan LAB, maka proses sterilisasi
tabung ini dipipet sebanyak 0,1 ml, dengan oven ini dilanjutkan lagi. Setelah
ditanam pada LAB steril, diinkubasi selesai proses sterilisasi pertama tombol
pada suhu 37°C selama 18-24 jam. ´RQµ SDGD RYHQ WHUVHEXW VHJHUD PHQMDGL
Sebagai kontrol negatif untuk medium ´RIIµ 8QWXN PHQJXODQJL SURVHV
pembiakan digunakan LAB dari bulyon sterilisDVL WRPERO ´RQµ GLWHNDQ NHPEDOL
yang tidak ditanami dan diinkubasi Dengan demikian akan terjadi proses
dengan cara yang sama. Keesokan sterilisasi 2 kali dan dengan cara yang
harinya dilakukan PJK terhadap masing- sama dilanjutkan sampai 3 kali, 4 kali,
masing biakan LAB. dan 5 kali, yaitu sampai tercapai
Penilaian terhadap tabung B setelah keadaan steril berdasarkan pemeriksaan
sterilisasi, ditambahkan 1 ml larutan bakteriologis; setelah dalam pengecatan
NaCl fisiologis, kemudian dibuat Gram tidak tampak adanya bakteri dan
preparat untuk dinilai berdasarkan pada biakan LAB tidak terdapat
pengecatan spora menurut Klein, namun pertumbuhan koloni. PJK dilakukan
pemanasannya dilakukan selama proses melalui electric bacteria colony counter
sterilisasi dengan oven 125°C selama 15
153
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
(dokter Stuart), dengan cara meletakkan F hitung = RJK (K) / RJK (E),
biakan LAB di atas ruang hitung. sebagai pembandingnya digunakan
Supaya tidak terjadi penghitungan F tabel dari Tabel Distribusi F
2 kali, koloni yang terdapat pada garis dengan dk (s-1; n-s-2) dan taraf
vertikal dihitung dalam kotak sebelah kepercayaan D. Kriterianya : tolak
kiri, sedangkan koloni yang terdapat Ho jika F hitung dengan rumus di
pada garis horizontal dihitung dalam atas > dari F tabel.
kotak sebelah atas. Perbedaan PJK pada Jika hasil pengujian dengan ANOVA
masing-masing biakan LAB dihitung bersifat signifikan (bermakna)
dan dianalisis secara statistik. selanjutnya dilakukan uji Rentang
Analisis data dilakukan dengan Newman Keuls berpasangan (Pengujian
cara: untuk Hipotesis 2). Analisis data
1. analisis univariabel yang bertujuan dilakukan pada derajat kepercayaan
menggambarkan tentang proses 95% GHQJDQ QLODL S ”
sterilisasi alat dan bahan
odontektomi berdasarkan analisis
setiap indikator biologis Hasil dan Pembahasan
2. untuk menjawab hipotesis 1 dan 2 Pemeriksaan mikroskopis berdasar-
dapat dilakukan dengan hipotesis kan pengecatan Gram terhadap preparat
statistik sebagai berikut: yang dibuat dari semua bahan
H0 : B = 0 melawan H1 % • pemeriksaan (BP), memperlihatkan
Statistik ujinya digunakan statistik t bahwa hampir seluruh preparat terdapat
data berpasangan dengan rumus bakteri Gram positif, bentuk kokus,
t = b / (sb / —n ) diameter ± 1µm, dengan formasi
dengan: b = rata-rata beda sebelum tersusun seperti rantai, sehingga bakteri
dan setelah sterilisasi, Sb = beda ini diduga sebagai streptococcus. Pada
simpangan baku (standar deviasi = bilasan dari beberapa alat tidak tampak
Std), n = banyak sampel. Statistik t hadirnya bakteri, namun dari alat
dengan rumus di atas berdistribusi t- lainnya selain streptococcus, juga
student. Kriteria pengujiannya adalah ditemukan adanya kokus Gram positif,
terima Ho jika t hitung terletak formasi bergerombol yang disebut
dalam batas-batas t tabel sebagai staphylococcus. Beberapa preparat
berikut : -t(n-1), (D) < t hitung < t(n-1); (D). memperlihatkan adanya batang Gram
3. untuk menjawab hipotesis 3 yaitu positif, sebaliknya bakteri yang Gram
membandingkan tiga cara sterilisasi negatif tidak tampak pada preparat
dapat diturunkan hipotesis statistik: yang diperiksa.
H 0 : µ1 = µ2 = µ3
H1 : salah satu tanda = tidak berlaku Indikator Biologis (IB) Geobacillus
Statistik ujinya digunakan ANOVA stearothermophilus dan Bacillus atrophaeus
(Analysis of variance), dengan statistik Pengecatan Gram terhadap IB
ujinya F. Dari tabel akan diperoleh F Geobacillus stearothermophilus yang tidak
hitung dengan rumus: disterilkan/sebelum sterilisasi (kontrol
154
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
B
A
Gambar 2. A. Geobacillus stearothermophilus dalam pengecatan Gram
B. Biakan Geobacillus stearothermophilus pada LAB
155
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
A B
Gambar 4. Biakan LAD yang Berasal dari Alat Bekas Pakai Odontektomi
156
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
157
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
Tabel 1. Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri pada Biakan LAD yang Berasal dari
Alat dan Bahan Bekas Pakai Odontektomi Molar Rahang Bawah (n = 17)
Alat dan bahan bekas pakai Ukuran statistik (jumlah koloni bakteri)
bekas pakai
Rata-rata SD Median Rentang
158
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
A B C
159
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
A B C
Gambar 6. Koloni Bacillus atrophaeus pada LAB Setelah Sterilisasi dengan Oven+infrared.
A. sterilisasi 1 kali, B. sterilisasi 2 kali, C. sterilisasi 3 kali
160
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
Gambar 7. Penurunan Jumlah Koloni IB pada Biakan LAB akibat Pemanasan dengan
Oven+infrared
3). Walaupun perbedaannya relatif lebih besar (52%), dan nilai ini mencapai
tidak banyak, namun jelas bahwa puncaknya setelah sterilisasi
setelah sterilisasi satu kali pada oven+infrared 2 kali (97,7%), karena
oven+ozon tampak penurunan PJK setelah sterilisasi 3 kali tidak ditemukan
6,5%; lebih besar sesudah sterilisasi 2 adanya spora yang tumbuh pada biakan
kali (14%), dan nilai ini makin besar LAB.
setelah sterilisasi 3 kali (20,7%), Perbandingan penurunan jumlah
sebaliknya penurunan PJK yang koloni IB akibat sterilisasi dengan
dihasilkan akibat sterilisasi dengan oven+ozon dan oven+infrared
oven+infrared 1 kali, diperoleh nilai yang digambarkan dalam Gambar 8.
161
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
162
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
163
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
keadaan panas dan lembab, protein akan 20-25) jumlah spora yang tumbuh pada
didenaturasikan dengan cepat dan biakan LAB relatif lebih kecil
dilanjutkan proses koagulasi sehingga dibandingkan sterilisasi 1 kali (15
mikroba tersebut mati.6 Berdasarkan menit). Demikian pula pada pemanasan
hasil ini terbukti bahwa autoklafisasi 3 kali sterilisasi panas yang terbentuk
yang dilakukan pada temperatur 121°C bertambah dan jumlah spora akan
selama 15 menit merupakan sterilisasi berkurang sampai 0 karena semakin
yang ideal dan memenuhi persyaratan banyak spora yang mati. Hal ini dapat
penggunaan alat-alat kritis yang steril, menjelaskan mengapa setelah proses
dan diperlukan untuk bekerja secara pemanasan diulang 3 kali (menit ke 30-
asepsis. 35 menit) maka semua spora akan mati,
Begitu pula sesudah sterilisasi walaupun sangat disayangkan
dengan oven+ozon 2 kali (20-25 menit), temperatur yang dicapai tidak dapat
3 kali (30-35 menit), 4 kali (40-45 menit) dicatat. Setelah sterilisasi dilakukan 4
dan 5 kali (50-55 menit), meskipun tidak kali (menit ke 40-45), dan 5 kali (menit
didapatkan bentuk vegetatif yang ke 50-55), tampak bahwa semua spora
hidup, setelah inkubasi dengan suhu tidak ada dalam pemeriksaan
37°C selama 18-24 jam, spora Bacillus mikroskopis dan tidak tumbuh pada
atrophaeus masih mampu membentuk biakan LAB, yang berarti bahwa semua
koloni pada biakan LAB. Jadi sterilisasi spora sudah mati. Dengan demikian
dengan oven+ozon hanya mematikan proses pemanasan dengan oven+infrared
bentuk vegetatif saja, menghasilkan sesudah 3 kali dapat dikatakan
proses disinfeksi, walaupun sudah sterilisasi. Berdasarkan hasil ini dapat
dilakukan pengulangan 1 kali, 2 kali, 3 dibuktikan bahwa oven yang dilengkapi
kali, 4 kali bahkan 5 kali, namun belum infrared dapat digunakan untuk
mampu membunuh semua sporanya, sterilisasi dengan mengulang proses
atau dengan kata lain hanya bersifat pemanasannya sampai minimum 3 kali
bakterisid dan bukan sporisid. 6 (menit ke 30-35). Mekanisme panas
Sebaliknya sterilisasi dengan menghancurkan spora bakteri yaitu
oven+infrared dapat menurunkan jumlah melalui inaktivasi protein, kalsium,
spora Bacillus atrophaeus yang relatif asam dipikolinat dan DNA dengan
lebih banyak dibandingkan dengan menyerap air dalam protoplasma sel.
oven+ozon. Infrared akan menghasilkan Karena itu terjadi kekeringan spora dan
panas sehingga temperatur meningkat proses metabolisme terhenti yang
menjadi lebih tinggi. Pemanasan ini berakibat kematian sel.9 Selain itu panas
akan menyebabkan inisiasi spora, untuk juga menyebabkan denaturasi protein
melaksanakan proses germinasi menjadi yaitu melemahnya ikatan kimia enzim
bentuk vegetatifnya, sehingga pada yang berfungsi memelihara bentuk
pemanasan berikutnya bentuk vegetatif alami enzim. Kerusakan ikatan kimia
akibat proses germinasi spora tersebut menyebabkan distorsi bentuk enzim
akan mati.14 Itulah sebabnya pada sehingga enzim tidak berfungsi dan
sterilisasi oven+infrared 2 kali (menit ke
164
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
165
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167
166
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)
167