Anda di halaman 1dari 21

Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut

melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared

Florence Meliawaty

Program Studi Kedokteran Gigi, Universitas Kristen Maranatha


Jl. Prof. drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia

Abstrak
Odontektomi gigi molar rahang bawah yang tumbuh tidak normal merupakan operasi
yang paling sering dilakukan pada bagian bedah mulut. Tujuan sterilisasi adalah membunuh
semua bentuk mikroorganisme hidup termasuk sporanya pada alat-alat yang disterilkan.
Tujuan penelitian ini untuk menilai efisiensi proses sterilisasi dengan pemanasan kering, oven
dengan ozon dan infrared sebagai pengendalian infeksi. Penelitian eksperimen laboratoris ini
dilakukan di bagian Bedah Mulut dan Maksilofasial Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung dan
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Jatinangor.
Sterilisasi dilakukan dengan tiga metode, pemanasan kering dengan oven+ozon, pemanasan
kering dengan oven+infra merah pada suhu 125°C selama 15 menit, keduanya dipantau dengan
Bacillus atrophaeus sebagai indikator biologis, dan autoklafisasi pada 121°C selama 15 menit
dengan Geobacillus stearothermophilus sebagai pemantauan biologis, dengan 17 kali pengulangan.
Setelah sterilisasi, semua indikator ditanam pada lempeng agar, dan dinilai pertumbuhannya.
Jumlah koloni dihitung menggunakan alat penghitung koloni bakteri elektris Stuart. Setiap
proses sterilisasi disertai kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setelah autoklafisasi semua spora mati, sebaliknya sterilisasi dengan oven, masih menghasilkan
pertumbuhan koloni pada lempeng agar, tetapi setelah 3 kali pengulangan oven+infra merah
tidak terdapat pertumbuhan koloni. Pemanasan dengan oven+ozon hanya mengurangi jumlah
spora, bahkan sampai 5 kali pengulangan. Pengurangan jumlah koloni berbanding terbalik
dengan peningkatan pengulangan. Berdasarkan analisis statistik ternyata perbedaannya sangat
bermakna. Simpulan penelitian ini bahwa sterilisasi dengan oven+infra merah akan dicapai
setelah 3 kali pengulangan (30-35 menit) dan sterilisasi dengan oven+ozon hanya membunuh
bakteri dalam bentuk vegetatif.

Kata kunci: sterilisasi, Bacillus atrophaeus, Geobacillus stearothermophilus, pemanasan kering,


autoklafisasi

147
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

Sterilization Efficacy of Oral Surgery Instruments through Innovation


of Oven with Ozone and Infrared

Abstract
Odontectomy of the abnormal growth of lower molars is the most often performed in oral surgery.
Sterilization is carried out to completely kill all forms of microbial life including bacterial spores on the
items being processed. Biologic monitoring provides the main guarantee of sterilization. The aim of this
study was to find the efficiency of the sterilization process by a more practical and economical dry heat
method, oven plus ozone and infrared as an infection control. This experimental laboratory study was
conducted at the Oral Maxillofacial Surgery Department in the Hasan Sadikin General Hospital
Bandung and at the Microbiology Laboratory Faculty of Dentistry, Padjadjaran University, Jatinangor.
The protocol was performed in three methods of sterilization: dry heat with oven+ozon, dry heat with
oven+infrared (125°C-15 minutes), both were monitored by Bacillus atrophaeus as the biologic
indicators, and autoclavization (121°C-15 minutes) with Geobacillus stearothermophilus as the biological
monitoring, with 17 times repetition. After sterilization, all of the indicators were cultured on Nutrient
agar plates (NAPs), and the subsequent growth was assessed. The colony forming units (CFUs) were
counted by Stuart electric bacteria colony counter. Adequate positive and negative controls were used in
every cycle. The results showed that after autoclavization all spores were killed. In comparison, dry
heating in oven still left CFUs on the NAPs, but no colonies grew after 3 repetitions by oven+infrared.
Heating in oven+ozon only reduced the spore numbers, even after repeating 5 times. The reduction of the
CFUs was greater after more repetition. According to the statistical analysis, the differences were
significant. This study concluded that sterilization by oven+infrared would be achieved after 3 holding
times (30-35 minutes) and dry heat with oven+ozon could only act as germicide.

Keywords: sterilization, Bacillus atrophaeus, Geobacillus stearothermophilus, dry heat, autoclavization

Pendahuluan sehingga harus digunakan alat dan


Molar tiga rahang bawah sering bahan yang steril.1
tumbuh tidak normal sehingga Proses sterilisasi alat bedah
memerlukan pengangkatan dan umumnya dilakukan berdasarkan
merupakan prosedur bedah mulut yang pemanasan basah yaitu autoklafisasi dan
paling sering dilakukan di tempat pemanasan kering melalui oven.
praktek. Keberhasilan suatu operasi Pemantauan proses sterilisasi
harus dicapai dengan prosedur dan didasarkan dengan tiga cara yaitu secara
teknik operasi yang baik, keterampilan fisika dengan mengukur temperatur,
operator yang memadai, serta teknik tekanan, dan waktu;1 secara kimia
asepsis sebagai pencegahan infeksi pasca dengan autoclave tape, sterilization pouch
operasi.1 Dalam tindakan bedah mulut, yang memperlihatkan perubahan warna
alat yang dipakai akan berkontak bila telah tercapai siklus sterilisasi yang
dengan jaringan/mukosa yang terbuka, dilakukan; secara biologis dengan

148
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

menggunakan spore strip atau suspensi masing-masing alat dapat diuji secara
biakan spora; untuk cara autoklafisasi mikrobiologis, namun dengan cara ini
digunakan Geobacillus stearothermophilus, alat tersebut tidak dapat dipakai lagi
sedangkan pada sterilisasi dengan oven untuk perawatan pasien. Berdasarkan
dipakai Bacillus atrophaeus.1,2,3 hal itu diperlukan suatu indikator yang
Autoklaf merupakan alat sterilisasi dapat digunakan sebagai jaminan
yang mahal harganya. Inovasi oven bahwa sterilisasi alat berhasil dengan
sudah banyak diterapkan, diantaranya baik. Indikator biologis merupakan
melalui penambahan ozon dan infrared, persyaratan mutlak yang diperlukan
sehingga menjadi alat sterilisasi yang untuk membuktikan bahwa pemantauan
jauh lebih murah. Ruangan dalam oven sterilisasi dengan autoklafisasi ataupun
itu dibagi menjadi 2, bagian atas melalui pemanasan dengan oven,
dilengkapi ozon sedangkan bagian keduanya berhasil dengan baik. Dengan
bawah dengan infrared (Gambar 1). latar belakang uraian di atas, diadakan
Pemanasan dalam oven ini hanya penelitian untuk menguji hasil proses
dilakukan selama 15 menit dalam sterilisasi dengan alat tersebut, untuk
temperatur 125Ý&. Secara teoritis mendapatkan efisiensi sterilisasi alat
sterilisasi melalui pemanasan dalam bedah mulut melalui inovasi oven
oven konvensional, dilaksanakan pada dengan ozon dan infrared.
WHPSHUDWXU Ý& VHODPD MDP DWDX Tujuan penelitian ini adalah
SDGD WHPSHUDWXU Ý& VHODPD MDP 1,2 membandingkan jumlah mikro-
Perbedaan temperatur dan waktu organisme indikator biologis antara
sterilisasi ini menarik untuk ditelaah metode sterilisasi dengan oven+ozon,
lebih lanjut. oven+infrared dan autoklafisasi untuk
Ozon bersifat bakterisid, alat serta bahan tindakan odontektomi
mikobakterisid, dan sporisid.4 di klinik Bedah Mulut, mencapai
Sterilisator dengan menggunakan proses sterilisasi alat dan bahan
bentuk dasar radiasi infrared membunuh odontektomi berdasarkan analisis
spora Bacillus atrophaeus. Keuntungan indikator biologisnya untuk
teknologi infrared adalah waktu siklus meminimumkan terjadinya infeksi pasca
pendek, pemakaian energi rendah, tidak bedah, meningkatkan upaya pencegahan
ada residu, dan tidak beracun terhadap infeksi silang di klinik Bedah Mulut
lingkungan,4 hanya jaminan sterilitasnya untuk bekerja secara aman serta asepsis
tidak pernah disertakan, oleh karena yang relatif praktis dan biaya yang lebih
tidak dilengkapi termometer, sehingga ekonomis dibandingkan dengan oven
pemantauan hasil sterilitas secara fisika konvensional yang jauh lebih mahal
sulit ditentukan. Pemantauan dengan sehingga terjamin rasa aman bagi pasien
indikator pun tidak selalu diterapkan dan para klinisi.
selama proses sterilisasi. Sterilitas

149
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

Gambar 1. Sterilisator untuk Pemanasan Kering3

Bahan dan Cara dengan autoklaf, berdasarkan jumlah


Sebagai bahan pemeriksaan kontaminan pada alat-alat bekas pakai
digunakan bilasan alat bekas pakai tindakan odontektomi molar rahang
tindakan odontektomi pasien molar tiga bawah di klinik Bedah Mulut dan
rahang bawah di klinik Bedah Mulut Maksilofasial RSHS Bandung. Hasilnya
dan Maksilofasial Rumah Sakit Hasan dinilai melalui pemeriksaan
Sadikin Bandung. Alat-alat dan bahan mikrobiologis dengan pengecatan
yang dipakai dalam klinik terdiri atas bakteri dan pembiakan spora sebagai
kaca mulut, pinset, sonde, scalpel, bein, indikator biologis.
tang cabut, kuret, jarum, benang, syringe. Besar sampel ditentukan
Alat laboratorium yang digunakan berdasarkan rumus untuk menguji
dalam penelitian yaitu autoklaf (Melag perbedaan dua rata-rata yaitu:
tipe MELAtronic®23) sebagai sterilisator 2 S2 (ZD + ZE )2
dengan pemanasan basah dan oven Q •
(Corona® ZTP 80A-7) sebagai sterilisator d2
dengan pemanasan kering yang Ket. : n = besar sampel minimal
dilengkapi dengan ozon di bagian atas S = standar deviasi gabungan
dan infrared di bagian bawah. Selain itu d = besarnya perbedaan rata-rata
juga alat yang lazim digunakan di jumlah koloni antara kedua jenis
laboratorium mikrobiologi, termasuk sterilisasi
bahan untuk pengecatan Gram dan ZD dan ZE diperoleh dari tabel
pengecatan Klein. distribusi normal standar, untuk taraf
Medium pembiakan bakteri terdiri kepercayaan 95 % (ZD dari tabel sesuai
atas lempeng agar darah (LAD), dengan 1,96) dan untuk power test 95 %
lempeng agar biasa (LAB), dan bulyon. (ZE dari tabel = 1,65). Karena nilai S dan
Indikator biologis untuk pemantauan d tidak diketahui, maka ditentukan
hasil sterilisasi yaitu Bacillus atrophaeus berdasarkan pilot study dengan
(ATCC 9372) untuk pemanasan dengan mengambil ukuran sampel kecil (n=5).
oven, dan Geobacillus stearothermo-philus Dari hasil pilot study diperoleh standar
(AttestTM 3M 1262P, ATCC 7953) untuk deviasi jumlah koloni pada sterilisasi ke-
proses autoklafisasi.1,4,5 1 untuk perlakuan oven+ozon adalah
Jenis penelitian yang dilakukan 46,462 dan untuk perlakuan
adalah penelitian eksperimen murni oven+infrared adalah 26,876; dan standar
(true experimental study) terhadap deviasi gabungan adalah 37,954 serta
sterilisasi yang dilakukan dengan besarnya perbedaan rata-rata jumlah
oven+ozon, oven+infrared dibandingkan

150
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

koloni ditetapkan secara klinis bawah di klinik Bedah Mulut RSHS


bermakna adalah 50. Bandung selama November 2009 hingga
Berdasarkan rumus besar sampel di Maret 2010. 0,1 ml dari bulyon ditanam
atas maka diperoleh :
pada LAD steril untuk penghitungan
2 x 37,9542 (1,96 + 1,65) )2
Q • jumlah koloni (PJK) bakteri yang
502 terdapat pada bilasan tersebut. Sisanya
n • dimasukkan ke dalam Erlenmeyer untuk
disterilkan dalam oven+ozon dan
Jadi dalam penelitian ini diperlukan oven+infrared, lalu 0,1 ml ditanam pada
minimal sampel berjumlah 15. LAD steril lainnya. Perlakuan ini
Variabel penelitian yang digunakan
diterapkan terhadap 17 pasien
adalah:
1. variabel bebas adalah teknik odontektomi. Pada penelitian
sterilisasi pendahuluan ini, semua bulyon yang
2. variabel terikat yaitu jumlah bakteri telah disterilkan tersebut tidak
dari alat-alat bekas pakai memperlihatkan pertumbuhan koloni
odontektomi yang tumbuh pada bakteri pada tiap biakan LAD, yang
LAD dan digunakan sebagai jumlah berarti bakteri mati setelah sterilisasi.
awal Bacillus atrophaeus dan Menurut teori, mikroorganisme yang
Geobacillus stearothermophilus sebagai paling resisten terhadap sterilisasi
indikator biologis adalah spora.6
3. variabel yang terkendali yaitu cara Berdasarkan hal tersebut, sterilisasi
dan proses sterilisasi dibuat sama dilakukan terhadap spora Geobacillus
pada setiap perlakuan, alat-alat stearothermophilus dalam autoklaf dan
odontektomi yang sejenis, Bacillus atrophaeus dalam oven+ozon dan
pembuatan medium pembiakan, cara oven+infrared di klinik Bedah Mulut dan
pengambilan bahan penelitian, Maksilofasial RSHS dengan prinsip
dilakukan dengan metode yang bahwa jika spora mati, pasti bakteri
sama, cara pengeraman mikroba mati.
pada suhu 35°-37°C selama 18-24 Pemeriksaan bakteriologis berupa
jam, kecuali Geobacillus PJK bakteri kontaminan dilaksanakan di
stearothermophilus dalam suhu 55°C laboratorium Mikrobiologi FKG Unpad
selama 7 hari di Jatinangor yang telah diawali dengan
4. variabel pengganggu yang tidak penelitian pendahuluan. Karena yang
terkendali yakni jumlah orang dan dipakai adalah indikator biologis dan
udara selama odontektomi di klinik supaya dapat dihitung maka jumlahnya
Bedah Mulut dan Maksilofasial RSHS disesuaikan dengan jumlah bakteri
Bandung. kontaminan yang melekat pada alat
Sampel diperoleh dari bulyon bekas pakai: kaca mulut, sonde, pinset,
bilasan 10 macam alat bekas pakai scalpel, syringe, tang cabut, bein, kuret,
pasien yang mendapat perawatan jarum, benang.
odontektomi pada molar tiga rahang

151
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

Masing-masing alat bekas pakai 0,1 ml, lalu ditanam secara merata pada
dibilas dengan 10 ml bulyon steril dalam /$% GLHUDPNDQ Ý& VHODPD -24 jam.
petri besar steril. Air bilasan sebagai Sebagai kontrol negatif LAB yang tidak
bahan pemeriksaan (BP) dijadikan ditanami, diinkubasi bersama-sama.
suspensi bakteri homogen. BP diambil Keesokan harinya dilakukan PJK2.
0,1 ml dengan semprit sekali pakai lalu Setelah itu dibuat lagi suspensi Bacillus
ditanam pada LAD secara merata atrophaeus dengan kekeruhan Mc
dengan oese berdasarkan metode streak Farland 0,5 dan diencerkan secara seri
plate. Biakan LAD dibawa ke supaya setara dengan PJK1. Suspensi
laboratorium Mikrobiologi Jatinangor tersebut dipipet masing-masing 0,5 ml
untuk dieramkan dalam inkubator dimasukkan ke dalam tabung reaksi
GHQJDQ VXKX Ý& VHODPD -24 jam. yang berisi 1x1 cm kertas saring tebal
Keesokan harinya dihitung jumlah yang telah disterilkan supaya terserap
koloni yang tumbuh pada LAD. semuanya (tabung A1, A2 « $17) dan
Penghitungan jumlah koloni (PJK1) yang dibiarkan sampai strip spora tersebut
tumbuh pada LAD tersebut digunakan kering.
sebagai jumlah awal bakteri uji yaitu Untuk memperoleh gambaran
Bacillus atrophaeus yang akan disterilisasi mikroskopis spora yang tercat setelah
dengan oven+ozon, oven+infrared, dan perlakuan sterilisasi, dibuat pula
Geobacillus stearothermophilus untuk suspensi Bacillus atrophaeus dengan
autoklafisasi. kekeruhan setara Mc Farland 1, lalu
Indikator biologis Geobacillus dicampurkan dengan larutan karbol
stearothermophilus mudah diperoleh fukhsin sama banyak sehingga menjadi
dalam bentuk a self-contained vial kekeruhan Mc Farland 0,5. Dari suspensi
(AttestTM 3M 1262P, ATCC 7953), campuran ini dipipet 0,5 ml dan
sedangkan untuk Bacillus atrophaeus diserapkan pada kertas saring steril
(ATCC 9372) yang tersedia berupa dalam tabung reaksi (tabung B 1,
biakan. Berhubung sterilisasi yang akan B2 « %17).
dilakukan adalah pemanasan kering Indikator biologis (IB) untuk proses
dalam oven maka untuk uji sterilitasnya autoklafisasi menggunakan strip spora
digunakan strip spora dalam bentuk Geobacillus stearothermophilus dalam
yang kering pula. Untuk keperluan ini kemasan yang tersedia (AttestTM 3M
kertas saring tebal dipotong dengan 1262P, ATCC 7953). Setelah itu proses
ukuran 1x1 cm, dan masing-masing perlakuan dilaksanakan berdasarkan:
potongan kertas saring tersebut 1. metode 1: sterilisasi dengan autoklaf
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, pada temperatur 121oC selama 15
disumbat dengan kapas yang dibalut menit terhadap 17 kemasan IB
kain kasa, lalu disterilkan dalam oven Geobacillus stearothermophilus yang
dengan suhu 160°C selama 2 jam. tersedia di perdagangan, sebagai
Bacillus atrophaeus disuspensikan pengulangan perlakuan
dalam bulyon yang disetarakan dengan 2. metode 2: sterilisasi dengan
kekeruhan Mc Farland 0,5 dan dipipet pemanasan kering (oven+ozon) suhu

152
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

125oC selama 15 menit untuk tabung menit. Perlakuan ini diulang sebanyak
A dan B yang berisi strip spora 17 kali untuk tabung A dan B
Bacillus atrophaeus berdasarkan sterilisasi dengan metode 1,
3. metode 3: sterilisasi dengan 2, dan 3.
pemanasan kering (oven+infrared) Setelah autoklafisasi, vial IB yang
suhu 125oC selama 15 menit berisi Geobacillus stearothermophilus
terhadap tabung A dan B yang berisi dicampurkan mediumnya dengan
strip spora Bacillus atrophaeus. menekan vial/tutup medium sampai
Sebagai kontrol positif digunakan 1 ampul bagian dalam pecah. Setelah itu
tabung A dan B yang tidak disterilkan, 0,1 ml isi vial tersebut ditanam pada
sedangkan untuk kontrol negatif dipakai LAB berdasarkan metode penggarisan
kertas saring steril yang dibasahi bulyon dan diinkubasi pada temperatur 55°C
steril dengan perlakuan yang sama. selama 1 minggu. Sebagai kontrol positif
Setelah selesai sterilisasi, masing- juga ditanamkan vial yang tidak
masing tabung A dengan strip spora diautoklafisasi, sedangkan untuk
termasuk kontrol positif dan negatif kontrol negatif digunakan LAB yang
dimasukkan 5 ml bulyon steril, lalu tidak ditanami, namun diinkubasi
dikocok pada vortex mixer supaya spora dengan cara yang sama. Setelah inkubasi
yang melekat pada kertas saring terlepas dilakukan PJK dengan electric bacteria
dan tersebar secara merata dalam colony counter (dokter Stuart).
bulyon tersebut. Karena setelah sterilisasi dengan
Penilaian mikroskopis dilakukan metode 2 (oven+ozon) dan metode 3
berdasarkan pengecatan Gram dan (oven+infrared) masih terdapat
pengecatan spora menurut Klein. pertumbuhan bakteri indikator pada
Suspensi Bacillus atrophaeus dalam biakan LAB, maka proses sterilisasi
tabung ini dipipet sebanyak 0,1 ml, dengan oven ini dilanjutkan lagi. Setelah
ditanam pada LAB steril, diinkubasi selesai proses sterilisasi pertama tombol
pada suhu 37°C selama 18-24 jam. ´RQµ SDGD RYHQ WHUVHEXW VHJHUD PHQMDGL
Sebagai kontrol negatif untuk medium ´RIIµ 8QWXN PHQJXODQJL SURVHV
pembiakan digunakan LAB dari bulyon sterilisDVL WRPERO ´RQµ GLWHNDQ NHPEDOL
yang tidak ditanami dan diinkubasi Dengan demikian akan terjadi proses
dengan cara yang sama. Keesokan sterilisasi 2 kali dan dengan cara yang
harinya dilakukan PJK terhadap masing- sama dilanjutkan sampai 3 kali, 4 kali,
masing biakan LAB. dan 5 kali, yaitu sampai tercapai
Penilaian terhadap tabung B setelah keadaan steril berdasarkan pemeriksaan
sterilisasi, ditambahkan 1 ml larutan bakteriologis; setelah dalam pengecatan
NaCl fisiologis, kemudian dibuat Gram tidak tampak adanya bakteri dan
preparat untuk dinilai berdasarkan pada biakan LAB tidak terdapat
pengecatan spora menurut Klein, namun pertumbuhan koloni. PJK dilakukan
pemanasannya dilakukan selama proses melalui electric bacteria colony counter
sterilisasi dengan oven 125°C selama 15

153
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

(dokter Stuart), dengan cara meletakkan F hitung = RJK (K) / RJK (E),
biakan LAB di atas ruang hitung. sebagai pembandingnya digunakan
Supaya tidak terjadi penghitungan F tabel dari Tabel Distribusi F
2 kali, koloni yang terdapat pada garis dengan dk (s-1; n-s-2) dan taraf
vertikal dihitung dalam kotak sebelah kepercayaan D. Kriterianya : tolak
kiri, sedangkan koloni yang terdapat Ho jika F hitung dengan rumus di
pada garis horizontal dihitung dalam atas > dari F tabel.
kotak sebelah atas. Perbedaan PJK pada Jika hasil pengujian dengan ANOVA
masing-masing biakan LAB dihitung bersifat signifikan (bermakna)
dan dianalisis secara statistik. selanjutnya dilakukan uji Rentang
Analisis data dilakukan dengan Newman Keuls berpasangan (Pengujian
cara: untuk Hipotesis 2). Analisis data
1. analisis univariabel yang bertujuan dilakukan pada derajat kepercayaan
menggambarkan tentang proses 95% GHQJDQ QLODL S ”
sterilisasi alat dan bahan
odontektomi berdasarkan analisis
setiap indikator biologis Hasil dan Pembahasan
2. untuk menjawab hipotesis 1 dan 2 Pemeriksaan mikroskopis berdasar-
dapat dilakukan dengan hipotesis kan pengecatan Gram terhadap preparat
statistik sebagai berikut: yang dibuat dari semua bahan
H0 : B = 0 melawan H1 % • pemeriksaan (BP), memperlihatkan
Statistik ujinya digunakan statistik t bahwa hampir seluruh preparat terdapat
data berpasangan dengan rumus bakteri Gram positif, bentuk kokus,
t = b / (sb / —n ) diameter ± 1µm, dengan formasi
dengan: b = rata-rata beda sebelum tersusun seperti rantai, sehingga bakteri
dan setelah sterilisasi, Sb = beda ini diduga sebagai streptococcus. Pada
simpangan baku (standar deviasi = bilasan dari beberapa alat tidak tampak
Std), n = banyak sampel. Statistik t hadirnya bakteri, namun dari alat
dengan rumus di atas berdistribusi t- lainnya selain streptococcus, juga
student. Kriteria pengujiannya adalah ditemukan adanya kokus Gram positif,
terima Ho jika t hitung terletak formasi bergerombol yang disebut
dalam batas-batas t tabel sebagai staphylococcus. Beberapa preparat
berikut : -t(n-1), (D) < t hitung < t(n-1); (D). memperlihatkan adanya batang Gram
3. untuk menjawab hipotesis 3 yaitu positif, sebaliknya bakteri yang Gram
membandingkan tiga cara sterilisasi negatif tidak tampak pada preparat
dapat diturunkan hipotesis statistik: yang diperiksa.
H 0 : µ1 = µ2 = µ3
H1 : salah satu tanda = tidak berlaku Indikator Biologis (IB) Geobacillus
Statistik ujinya digunakan ANOVA stearothermophilus dan Bacillus atrophaeus
(Analysis of variance), dengan statistik Pengecatan Gram terhadap IB
ujinya F. Dari tabel akan diperoleh F Geobacillus stearothermophilus yang tidak
hitung dengan rumus: disterilkan/sebelum sterilisasi (kontrol

154
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

positif) memperlihatkan bakteri bentuk Biakan IB yang tidak disterilkan


batang yang berwarna ungu, sehingga yaitu sebagai kontrol positif pada LAB
digolongkan Gram positif (Gambar 2). memperlihatkan pertumbuhan koloni di
Dalam bentuk vegetatif ini terdapat sekitar strip spora (Gambar 2B). Selain
daerah kosong tidak berwarna, itu, suspensi spora dalam bulyon dan
berbentuk lonjong. Pengecatan spora ditanam pada LAB menghasilkan koloni
menurut Klein menghasilkan adanya yang tersebar di seluruh permukaan
spora berwarna merah, terletak biakan.
subterminal dalam bentuk vegetatifnya, Sesudah perlakuan autoklafisasi, IB
dan banyak spora yang terlepas dari Geobacillus stearothermophilus dalam
bentuk batang, menjadi spora bebas. kemasannya tidak berubah warna,
Gambaran yang hampir sama juga berarti bahwa sterilisasi berhasil dengan
diperoleh dari biakan Bacillus atrophaeus. baik.1 Pengecatan Gram maupun Klein
Dibandingkan dengan Geobacillus untuk IB Geobacillus stearothermophilus
stearothermophilus pada pengecatan pasca autoklafisasi tidak
Gram, Bacillus atrophaeus tampak sebagai memperlihatkan adanya bakteri ataupun
bakteri bentuk batang yang lebih spora lagi. Begitu pula pada pengecatan
tersusun seperti rantai, sehingga Gram yang dibuat dari strip spora
terdapat gambaran streptobacillus. Pada Bacillus atrophaeus setelah sterilisasi
biakan LAB Bacillus atrophaeus dengan oven tidak ditemukan bentuk
memperlihatkan koloni yang vegetatif bakteri. Berdasarkan
pinggirannya tidak rata, relatif besar pengecatan Klein tampak spora
dengan diameter 2-5 mm (Gambar 3). berwarna merah tanpa bentuk
Pada pengecatan Klein, spora Bacillus vegetatifnya, kecuali setelah sterilisasi
atrophaeus yang subterminal terletak dengan oven+infrared yang dilakukan 3
lebih ke bagian ujung dibandingkan kali, 4 kali, dan 5 kali tidak ditemukan
spora Geobacillus stearothermophilus yang hadirnya bentuk vegetatif maupun
relatif lebih ke tengah. spora bakteri pada semua preparat yang
diperiksa.

B
A
Gambar 2. A. Geobacillus stearothermophilus dalam pengecatan Gram
B. Biakan Geobacillus stearothermophilus pada LAB

155
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

A B

Gambar 3. A. Bacillus atrophaeus dalam pengecatan Gram


B. Biakan Bacillus atrophaeus pada LAB

Gambar 4. Biakan LAD yang Berasal dari Alat Bekas Pakai Odontektomi

Dibandingkan dengan Geobacillus spora Geobacillus stearothermophilus yang


stearothermophilus pada pengecatan relatif lebih ke tengah.
Gram, Bacillus atrophaeus tampak sebagai Biakan IB yang tidak disterilkan
bakteri bentuk batang yang lebih yaitu sebagai kontrol positif pada LAB
tersusun seperti rantai, sehingga memperlihatkan pertumbuhan koloni di
terdapat gambaran streptobacillus. Pada sekitar strip spora (Gambar 2B). Selain
biakan LAB Bacillus atrophaeus itu, suspensi spora dalam bulyon dan
memperlihatkan koloni yang ditanam pada LAB menghasilkan koloni
pinggirannya tidak rata, relatif besar yang tersebar di seluruh permukaan
dengan diameter 2-5 mm (Gambar 3). biakan.
Pada pengecatan Klein, spora Bacillus Sesudah perlakuan autoklafisasi, IB
atrophaeus yang subterminal terletak Geobacillus stearothermophilus dalam
lebih ke bagian ujung dibandingkan kemasannya tidak berubah warna,

156
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

berarti bahwa sterilisasi berhasil dengan memperlihatkan reaksi hemolisis


baik.1 Pengecatan Gram maupun Klein (Gambar 4).
untuk IB Geobacillus stearothermophilus
pasca autoklafisasi tidak Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri pada
memperlihatkan adanya bakteri ataupun LAD yang Berasal dari Alat dan Bahan
spora lagi. Begitu pula pada pengecatan Bekas Pakai
Gram yang dibuat dari strip spora Penghitungan Jumlah Koloni (PJK)
Bacillus atrophaeus setelah sterilisasi bakteri pada biakan LAD yang berasal
dengan oven tidak ditemukan bentuk dari alat dan bahan bekas pakai
vegetatif bakteri. Berdasarkan odontektomi bervariasi antara 2-235
pengecatan Klein tampak spora dengan rata-rata 5,9-195,6 dan SD 2,2-
berwarna merah tanpa bentuk 37,6 (Tabel 1).
vegetatifnya, kecuali setelah sterilisasi Berdasarkan PJK (Tabel 1) terlihat
dengan oven+infrared yang dilakukan 3 bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri
kali, 4 kali, dan 5 kali tidak ditemukan yang tumbuh pada LAD yang paling
hadirnya bentuk vegetatif maupun kecil berasal dari tang yaitu 5,9 dengan
spora bakteri pada semua preparat yang rentang 2-10, sedangkan jumlah
diperiksa. terbanyak berasal dari kaca mulut
dengan rata-rata 195,6 dan rentang 98-
Biakan LAD sebagai Hasil Penanaman 235. Berdasarkan hasil ini diasumsikan
Bahan Pemeriksaan jumlah bakteri kontaminan selama
Penanaman BP pada LAD odontektomi dipilih dari PJK yang
menghasilkan biakan yang terdiri atas terbanyak yaitu berasal dari kaca mulut
beberapa macam koloni berbeda. Pada (98-235) dengan rata-rata 195,6. Nilai
umumnya biakan LAD didominasi oleh PJK ini dijadikan jumlah awal spora
koloni yang bulat kecil (pin-pointed), dalam pemantauan hasil sterilisasi pada
pinggirannya rata, dengan ukuran penelitian yang dilakukan atau jumlah
diameter 0,3-0,5 mm, dan di awal spora indikator IB, yaitu PJK1.
sekelilingnya terdapat warna hijau pada
biakan LAD sehingga dinyatakan Proses Sterilisasi dengan Pemanasan
dengan reaksi hemodigesti. Koloni Pada waktu proses autoklafisasi
lainnya juga berbentuk bulat dan akan dimulai termometer menunjukkan
mempunyai ukuran diameter yang angka 27°C. Setelah pemanasan
relatif lebih besar (0,8-1 mm), tanpa berlangsung 15 menit, temperatur
memberikan reaksi terhadap LAD, yang autoklaf mencapai 121°C dan tetap stabil
berarti anhemolisis. Koloni yang berasal selama 15-20 menit. Temperatur
dari batang Gram positif berbentuk menurun pada menit ke-40, sedangkan
bulat tidak beraturan, diameter 1,2-2 proses pengeringan (drying) diawali
mm; beberapa diantaranya pada menit ke-50.

157
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

Tabel 1. Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri pada Biakan LAD yang Berasal dari
Alat dan Bahan Bekas Pakai Odontektomi Molar Rahang Bawah (n = 17)

Alat dan bahan bekas pakai Ukuran statistik (jumlah koloni bakteri)
bekas pakai
Rata-rata SD Median Rentang

1. Tang cabut 5,9 2,2 6 2-10


2. Bein 8,7 3,3 9 4-15
3. Scalpel 8,6 2,2 8 6-14
4. Syringe 9,2 4,0 8 4-19
5. Sonde 9,2 2,9 8 6-15
6. Jarum 10,2 3,0 10 6-15
7. Pinset 21,4 3,8 21 15-28
8. Kuret 20,4 4,3 20 12-28
9. Kaca mulut 195,6 37,6 210 98-235
10. Benang 90,7 22,8 91 53-127

Pada pemanasan dengan stearothermophilus tumbuh menjadi


oven+ozon dan oven+infrared, koloni kasar, bentuknya tidak beraturan,
sejakPHQHNDQ WRPERO µRQµ VWHULOLVDVL dengan diameter 1-3 mm. Pada kontrol
pertama kali memerlukan waktu 15 negatif juga tidak terlihat pertumbuhan
PHQLW ODOX WRPERO µRQµ PHQMDGL µRIIµ bakteri.
6HVXGDK LWX WRPERO µRQµ WLGDN GDSDW
ditekan sampai menunggu 5 menit, Penghitungan Jumlah Koloni Bacillus
barulah sterilisasi ke-2 dimulai, namun atrophaeus Sebelum dan Sesudah Sterilisasi
hanya berlangsung 5 menit, dan tombol dengan Oven+ozon
µRQµ EHUXEDK MDGL µRIIµ NHPEDOL Sebelum sterilisasi dengan
Selanjutnya istirahat 5 menit lagi, oven+ozon rentang koloni Bacillus
supaya sterilisasi ke-3 dapat dilakukan atrophaeus berjumlah 237-389 (Tabel 3).
dan juga berlangsung selama 5 menit. Sesudah sterilisasi 1 kali PJK turun
Proses ini berulang demikian menjadi 220-361 dan berkurang akibat
sampai sterilisasi ke-5. sterilisasi 2 kali (201-333). Setelah
sterilisasi 3 kali makin kecil lagi (187-
Jumlah Koloni Geobacillus 312), begitu pula sesudah sterilisasi 4
stearothermophilus Sebelum dan Sesudah kali (170-295), dan paling kecil selesai
Autoklafisasi sterilisasi 5 kali (152-272). Begitu pula
Sesudah autoklafisasi pada biakan sesudah sterilisasi 1 kali, koloni yang
LAB tidak tampak pertumbuhan koloni tumbuh relatif lebih rapat dan tampak
Geobacillus stearothermophilus (Tabel 2), diameternya kecil, sedangkan setelah
walaupun di kontrol positif Geobacillus sterilisasi ke-2 dan 3 gambaran
koloninya relatif lebih besar (Gambar 5).

158
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

Tabel 2. Jumlah Koloni G. stearothermophilus Sebelum dan Sesudah Autoklafisasi


No Sterilisasi
Sampel Sebelum Sesudah
1 294 0
2 315 0
3 362 0
4 256 0
5 312 0
6 265 0
7 328 0
8 298 0
9 312 0
10 267 0
11 353 0
12 231 0
13 284 0
14 311 0
15 241 0
16 291 0
17 269 0
Rerata 293.47 0.00
Std 36.380 0.000

A B C

Gambar 5. Biakan LAB Bacillus atrophaeus Setelah Sterilisasi dengan Oven+ozon


A. sterilisasi 1 kali, B. sterilisasi 2 kali, C. sterilisasi 3 kali

159
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

Tabel 3. Penghitungan Jumlah Koloni Bacillus atrophaeus Sebelum/Sesudah Sterilisasi


dengan Oven+ozon (n = 17)
Jumlah koloni Bacillus atrophaeus Ukuran statistik

Rata-rata SD Median Rentang

Sebelum sterilisasi 312,6 44,0 301 237-389


Sesudah sterilisasi 1 kali 292,2 41,6 283 220-361
Sesudah sterilisasi 2 kali 269,2 42,4 261 201-333
Sesudah sterilisasi 3 kali 248,4 41,5 240 187-312
Sesudah sterilisasi 4 kali 229,6 41,2 223 170-295
Sesudah sterilisasi 5 kali 206,5 37,0 203 152-272
Keterangan : ANOVA Repeated Measures : F= 15,54; p<0,001
Perbandingan antara pengukuran berdasarkan uji t berpasangan p<0,001

Penghitungan Jumlah Koloni Bacillus pada pemanasan oven+ozon dan setelah


atrophaeus Sebelum/Sesudah Sterilisasi sterilisasi 2 kali tampak grafik lebih
dengan Oven dan Infrared mendatar (Gambar 7).
Hasil seperti ini tampak pada
biakan LAB yang mula-mula (sterilisasi Perbandingan Penurunan Jumlah Koloni
1 kali) padat, kemudian berkurang Bacillus atrophaeus antara Sterilisasi
setelah sterilisasi 2 kali, dan akhirnya Oven+ozon dan Sterilisasi Oven+infrared
sesudah sterilisasi 3 kali biakan LAB Koloni Bacillus atrophaeus yang
tidak ditumbuhi koloni Bacillus tumbuh pada biakan LAB sesudah
atrophaeus lagi (Gambar 6 dan 7). sterilisasi dengan oven dan ozon
Gambaran grafik PJK IB pada berjumlah lebih kecil dibandingkan
biakan LAB akibat pemanasan dengan sebelum sterilisasi. Begitu pula PJK
oven+infrared memperlihatkan garis setelah sterilisasi 2 kali, 3 kali, 4 kali, 5
yang menurun relatif lebih tajam kali berjumlah lebih kecil dibandingkan
dibandingkan penurunan yang terjadi perlakuan sterilisasi sebelumnya (Tabel

A B C

Gambar 6. Koloni Bacillus atrophaeus pada LAB Setelah Sterilisasi dengan Oven+infrared.
A. sterilisasi 1 kali, B. sterilisasi 2 kali, C. sterilisasi 3 kali

160
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

Gambar 7. Penurunan Jumlah Koloni IB pada Biakan LAB akibat Pemanasan dengan
Oven+infrared

3). Walaupun perbedaannya relatif lebih besar (52%), dan nilai ini mencapai
tidak banyak, namun jelas bahwa puncaknya setelah sterilisasi
setelah sterilisasi satu kali pada oven+infrared 2 kali (97,7%), karena
oven+ozon tampak penurunan PJK setelah sterilisasi 3 kali tidak ditemukan
6,5%; lebih besar sesudah sterilisasi 2 adanya spora yang tumbuh pada biakan
kali (14%), dan nilai ini makin besar LAB.
setelah sterilisasi 3 kali (20,7%), Perbandingan penurunan jumlah
sebaliknya penurunan PJK yang koloni IB akibat sterilisasi dengan
dihasilkan akibat sterilisasi dengan oven+ozon dan oven+infrared
oven+infrared 1 kali, diperoleh nilai yang digambarkan dalam Gambar 8.

Gambar 8. Perbandingan Persentase Penurunan Jumlah Koloni Bacillus Atrophaeus


pada Biakan LAB Sesudah Sterilisasi dengan Oven+ozon dan
Oven+infrared

161
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

Pengecatan Gram yang dibuat hidup secara anaerob, misalnya Prevotela


langsung dari BP memperlihatkan intermedius, Porphyromonas gingivalis atau
hadirnya streptococcus. Hasil ini sangat Fusobacterium fusiformis sehingga sukar
ditunjang oleh adanya koloni pada atau malahan tidak tumbuh pada
biakan LAD yang di sekeliling pengeraman secara aerob seperti yang
koloninya terbentuk daerah dilakukan dalam penelitian ini. 9
hemodigesti. Biakan Streptococcus  Adanya bakteri pada preparat
menghasilkan reaksi hemodigesti pada langsung maupun pada biakan LAD,
LAD karena bakteri ini dapat mengubah membuktikan bahwa bilasan alat dan
hemoglobin (Hb) yang berada dalam bahan bekas pakai pasien
darah menjadi met-hemoglobin, terkontaminasi oleh bakteri yang berasal
sehingga menghasilkan daerah dari rongga mulut pasien selama
berwarna kehijauan pada biakan padat tindakan odontektomi, karena
yang mengandung darah. Bakteri ini sebelumnya semua alat sudah
termasuk streptococcus grup viridians, disterilkan, dan tangan operator pada
dominan dalam rongga mulut. Jumlah waktu operasi berlangsung telah
streptococcus relatif lebih banyak dilindungi dengan sarung tangan yang
dibandingkan Staphylococcus atau steril pula. Inilah sebabnya alat bekas
batang Gram positif. Ke dalam pakai tindakan odontektomi mutlak
Streptococcus grup viridians termasuk S. harus disterilkan dahulu sebelum
salivarius, S. sanguis, S. mitis dan S. digunakan pada pasien berikutnya. Jika
mutans.7 tidak dilakukan sterilisasi, maka alat
Staphylococcus dan batang Gram tersebut dapat menjadi perantara
positif dapat ditemukan dalam rongga berpindahnya penyakit kepada pasien
mulut, namun jumlahnya tidak lainnya, apalagi alat-alat ini termasuk
sebanyak streptococcus, sehingga dapat alat kritis yang akan berkontak langsung
absen pada beberapa preparat. dengan jaringan operasi sehingga infeksi
Walaupun mudah tumbuh pada biakan silang dan infeksi nosokomial mudah
LAD, namun jumlahnya hanya sedikit, terjangkit akibat tindakan odontektomi. 1
sehingga bakteri ini tidak tampak pada Penanaman IB yang tidak
semua BP yang diperiksa. Staphylococcus disterilkan yaitu kontrol positif pada
yang dapat hadir dalam rongga mulut biakan LAB memperlihatkan
termasuk Staphylococcus salivarius.7,8 tumbuhnya bentuk vegetatif, baik untuk
Bakteri yang bersifat Gram negatif Geobacillus stearothermophilus maupun
tidak tampak pada pengecatan Gram, Bacillus atrophaeus. Hal ini menyatakan
karena bakteri ini berjumlah sedikit, bahwa IB yang digunakan mengandung
sehingga tidak tampak dalam preparat spora yang mampu melakukan
yang diperiksa. Demikian pula pada germinasi untuk kembali ke bentuk
biakan tidak ditemukan hadirnya vegetatifnya. Jadi kedua IB tersebut
bakteri Gram negatif, yang mungkin layak dipakai sebagai indikator biologis

162
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

untuk pemantauan hasil sterilisasinya. baru dan diinkubasi dengan suasana


Sebaliknya kontrol negatif yaitu LAB menguntungkan. Hasil ini juga
yang tidak ditanami IB setelah inkubasi membuktikan bahwa spora Bacillus
tidak tumbuh koloni, artinya LAB yang atrophaeus dapat digunakan sebagai
dipakai adalah steril dan tidak pemantau keberhasilan proses sterilisasi
mengandung bakteri lainnya. Dengan dengan oven yang digunakan.
hasil yang diperoleh ini dinyatakan juga Pada pengecatan Klein umumnya
bahwa LAB tersebut memenuhi suspensi bakteri yang berspora
persyaratan sebagai medium yang dapat dicampur dengan Karbol fukhsin sama
digunakan dalam penelitian ini, karena banyak, lalu dipanaskan di atas
bakterinya dapat tumbuh dengan baik penangas air selama 15-20 menit. Dalam
pada medium LAB. penelitian ini digunakan suspensi
Setelah proses autoklafisasi, pada Bacillus atrophaeus yang berspora,
biakan LAB tidak ditemukan lagi kemudian diserapkan pada kertas saring
pertumbuhan koloni Geobacillus yang telah disterilkan supaya tidak
stearothermophilus. Keadaan ini mengandung bakteri lainnya. Proses
membuktikan bahwa proses sterilisasi melalui oven dengan suhu
autoklafisasi yang dilakukan dengan 125°C selama 15 menit akan mematikan
temperatur 121°C selama 15 menit bakteri, tetapi belum mampu mematikan
menghasilkan keadaan yang steril. Bila spora. Dinding spora yang relatif lebih
spora saja sudah mati, berarti semua tebal dan mengandung kalsium
bakteri yang mempunyai daya tahan dipikolinat dalam jumlah yang besar
relatif lebih rendah daripada sporanya menghalangi proses kematian
akan mati pula. Sebaliknya, setelah sporanya.6 Itulah sebabnya pada
proses pemanasan dengan oven pengecatan Klein yang dilakukan segera
temperatur 125°C selama 15 menit, baik setelah proses sterilisasi terhadap strip
oven+ozon, maupun oven+infrared spora yang dibuat, maka bakterinya
belum dapat dikatakan steril, karena sudah hancur/mati, sehingga yang
pada biakan LAB masih terdapat tampak hanyalah spora bebas.
pertumbuhan koloni Bacillus atrophaeus, Walaupun demikian spora tersebut
walaupun pada pengecatan Gram dan masih mampu tumbuh dan membentuk
Klein tidak tampak adanya bentuk koloni pada biakan LAB setelah
vegetatifnya. Keadaan itu menyatakan diinkubasi.
pula bahwa pemanasan dengan Proses kematian bakteri dan
oven+ozon dan oven+infrared dengan sporanya dalam autoklafisasi
temperatur 125°C selama 15 menit hanya berlangsung secara denaturasi dan
membunuh bakteri dalam bentuk koagulasi protein dalam sel mikroba. 4
vegetatif saja, dan tidak mampu Uap air yang dihasilkan selama proses
menghancurkan sporanya. Spora sterilisasi menyebabkan lingkungan
tersebut akan melaksanakan proses yang lembab dan memaksa semua spora
germinasi bila ditanam pada medium melaksanakan proses germinasi. Dalam

163
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

keadaan panas dan lembab, protein akan 20-25) jumlah spora yang tumbuh pada
didenaturasikan dengan cepat dan biakan LAB relatif lebih kecil
dilanjutkan proses koagulasi sehingga dibandingkan sterilisasi 1 kali (15
mikroba tersebut mati.6 Berdasarkan menit). Demikian pula pada pemanasan
hasil ini terbukti bahwa autoklafisasi 3 kali sterilisasi panas yang terbentuk
yang dilakukan pada temperatur 121°C bertambah dan jumlah spora akan
selama 15 menit merupakan sterilisasi berkurang sampai 0 karena semakin
yang ideal dan memenuhi persyaratan banyak spora yang mati. Hal ini dapat
penggunaan alat-alat kritis yang steril, menjelaskan mengapa setelah proses
dan diperlukan untuk bekerja secara pemanasan diulang 3 kali (menit ke 30-
asepsis. 35 menit) maka semua spora akan mati,
Begitu pula sesudah sterilisasi walaupun sangat disayangkan
dengan oven+ozon 2 kali (20-25 menit), temperatur yang dicapai tidak dapat
3 kali (30-35 menit), 4 kali (40-45 menit) dicatat. Setelah sterilisasi dilakukan 4
dan 5 kali (50-55 menit), meskipun tidak kali (menit ke 40-45), dan 5 kali (menit
didapatkan bentuk vegetatif yang ke 50-55), tampak bahwa semua spora
hidup, setelah inkubasi dengan suhu tidak ada dalam pemeriksaan
37°C selama 18-24 jam, spora Bacillus mikroskopis dan tidak tumbuh pada
atrophaeus masih mampu membentuk biakan LAB, yang berarti bahwa semua
koloni pada biakan LAB. Jadi sterilisasi spora sudah mati. Dengan demikian
dengan oven+ozon hanya mematikan proses pemanasan dengan oven+infrared
bentuk vegetatif saja, menghasilkan sesudah 3 kali dapat dikatakan
proses disinfeksi, walaupun sudah sterilisasi. Berdasarkan hasil ini dapat
dilakukan pengulangan 1 kali, 2 kali, 3 dibuktikan bahwa oven yang dilengkapi
kali, 4 kali bahkan 5 kali, namun belum infrared dapat digunakan untuk
mampu membunuh semua sporanya, sterilisasi dengan mengulang proses
atau dengan kata lain hanya bersifat pemanasannya sampai minimum 3 kali
bakterisid dan bukan sporisid. 6 (menit ke 30-35). Mekanisme panas
Sebaliknya sterilisasi dengan menghancurkan spora bakteri yaitu
oven+infrared dapat menurunkan jumlah melalui inaktivasi protein, kalsium,
spora Bacillus atrophaeus yang relatif asam dipikolinat dan DNA dengan
lebih banyak dibandingkan dengan menyerap air dalam protoplasma sel.
oven+ozon. Infrared akan menghasilkan Karena itu terjadi kekeringan spora dan
panas sehingga temperatur meningkat proses metabolisme terhenti yang
menjadi lebih tinggi. Pemanasan ini berakibat kematian sel.9 Selain itu panas
akan menyebabkan inisiasi spora, untuk juga menyebabkan denaturasi protein
melaksanakan proses germinasi menjadi yaitu melemahnya ikatan kimia enzim
bentuk vegetatifnya, sehingga pada yang berfungsi memelihara bentuk
pemanasan berikutnya bentuk vegetatif alami enzim. Kerusakan ikatan kimia
akibat proses germinasi spora tersebut menyebabkan distorsi bentuk enzim
akan mati.14 Itulah sebabnya pada sehingga enzim tidak berfungsi dan
sterilisasi oven+infrared 2 kali (menit ke

164
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

menghentikan reaksi metabolisme yang sebagai kontaminan hanya terdiri dari


mengakibatkan kematian sel.9 bakteri yang berjumlah sedikit, dapat
Pada autoklafisasi, pemantauan saja tercapai keadaan steril. Itulah
temperatur mudah dilakukan sebabnya sebelum disterilkan semua alat
berdasarkan penunjukkan angka pada harus dicuci sampai bersih sehingga
termometer, sebaliknya oven yang jumlah bakteri kontaminan berjumlah
digunakan dalam penelitian ini tidak minimum.
dilengkapi termometer sehingga sulit Berdasarkan hasil penelitian ini
menentukan temperatur yang dicapai. dapat pula disarankan penggunaan
Untuk hasil pemantauan yang baik, spora bakteri sebagai indikator biologis
sangat disarankan agar pabrik dapat dalam proses sterilisasi alat dan bahan
melengkapi oven tersebut dengan odontektomi, untuk memenuhi
termometer yang mudah dibaca selama persyaratan dalam standard
proses sterilisasi berlangsung. precaution. 13,14 Bila dalam proses
Pengulangan proses sterilisasi sterilisasi dengan oven+infrared tercapai
dengan oven yang ke-2, dan ke-3 kali keadaan steril maka oven tersebut dapat
pada oven+infrared, maupun pada direkomendasikan untuk digunakan
oven+ozon sampai 5 kali dapat dalam proses sterilisasi dalam tindakan
meningkatkan temperatur dan waktu operasi yang lainnya.
sterilisasi walaupun setelah 5 menit
WRPERO µRQµ EHUXEDK PHQMDGL µRIIµ
Dapat dijelaskan bahwa pengulangan Simpulan
proses sterilisasi berarti pemanasan Sterilisasi dengan oven yang
bertambah sehingga temperaturnya dilengkapi ozon dan infrared yang
meningkat dan waktunyapun dilakukan pada temperatur 125°C
bertambah. Pada pemanasan 1 kali (15 selama 15 menit belum dapat
menit) umumnya bakteri sudah mati membunuh seluruh spora Bacillus
dan terjadi proses inisiasi pada spora atrophaeus sebagai IB. Spora tersebut
bakteri. Itulah sebabnya pada baru hancur semuanya setelah sterilisasi
pemanasan ke 2 (menit ke 20-25), maka dengan oven+infrared sebanyak 3 kali
akan terjadi kematian spora yang lebih (menit ke 30-35 menit), atau jumlah
banyak, sehingga seluruh spora mati spora akan berkurang bila dipanaskan
setelah pemanasan ke 3 (menit ke 30-35). dengan oven+ozon. Pengurangan
Hal yang berbeda terjadi pada jumlah spora semakin bertambah besar
ozon, walaupun proses sterilisasi sebanding dengan peningkatan jumlah
diulang sampai 5 kali (menit ke 50-55), pengulangan perlakuan.
masih ada spora yang hidup, namun Hasil jaminan steril berdasarkan
semua bentuk vegetatif bakteri sudah PJK indikator biologis setelah sterilisasi
mati. Proses sterilisasi ini baik dilakukan dengan oven+infrared, oven+ozon
untuk makanan yang dapat mematikan berbeda bermakna bila dibandingkan
semua bentuk vegetatifnya.10,11,12 Bila dengan autoklaf yang mampu

165
JKM. Vol.11 No.2 Februari 2012:147-167

membunuh spora Geobacillus sehingga tindakan odontektomi dapat


stearothermophilus hanya dalam 1 kali dilaksanakan berdasarkan standard
perlakuan autoklafisasi. Pada precaution dengan baik. 15,16

pemanasan dengan oven+infrared, proses


sterilisasi tercapai setelah 3 kali
perlakuan sterilisasi, sebaliknya Daftar Pustaka
pemanasan dengan oven+ozon hanya 1. Miller CH, Palenik CJ. Infection control
terjadi proses desinfeksi walaupun telah & management of hazardous materials
dilakukan pengulangan pemanasan for the dental team. 3rd ed. St. Louis:
sampai 5 kali. Elsevier Mosby; 2005.
2. Samaranayake LP. Principles of infection
Berdasarkan kematian spora
control. In: Taylor A. Essential
Bacillus atrophaeus setelah sterilisasi 3
microbiology for dentistry. 2nd ed. St.
kali dengan oven+infrared, maka IB
Louis: Churchill Livingstone, 2002; p.
Bacillus atrophaeus dapat digunakan 255-57.
sebagai uji sterilitas pada pemanasan 3. Corona Booklet for ZTP80A type
dengan oven+infrared walaupun pada double-door Dryer Sterilizer. [cited 2010
oven+ozon hanya terjadi proses February 15]. Available from:
bakterisid. http://entryad.com/sterilisator-corona-
ztp800a-double-dooralatterapi.blogspot.
com.
Saran 4. Crawford JJ. Sterilization, disinfection,
Oven yang disertai ozon+infrared and asepsis in dentistry. In: Mc. Ghee JR,
Michalek AM, Cassell GH. Dental
hendaknya dilengkapi dengan
microbiology. Philadelphia: Harper &
termometer sehingga temperaturnya
Row Publ. Inc., 1982; p. 189-92.
dapat dipantau dengan lebih baik.
5. Dusseau JY. Gaseous sterilization. In:
Proses sterilisasi dengan Russell AD. Principles and practice of
oven+infrared sebaiknya dilakukan disinfection preservation and
minimum 3 kali supaya semua sterilization. 4th ed. Massachusetts:
kontaminan pada alat termasuk bakteri Blackwell Publishing Ltd., 2004; p. 361-
dan sporanya dapat hancur/mati, 63.
sedangkan proses pemanasan sampai 5 6. Kolstad R, White RR. Disinfection and
kali dalam oven+ozon baik untuk sterilization. In: Willett NP, White RR,
disinfeksi, bukan sterilisasi. Sebelum Rosen S. Essential dental microbiology.
proses sterilisasi dengan oven, Connecticut: Appleton & Lange, 1991; p.
seyogyanya alat bekas pakai 55-83.
7. Lambert PA. Resistance of bacterial
dicuci/dibersihkan dengan cermat,
spores to chemical agents. In Russell AD.
sehingga jumlah bakteri kontaminan
Principles and practice of disinfection
termasuk sporanya berjumlah
preservation and sterilization. 4th ed.
minimum. Massachusetts: Blackwell Publishing
Pemantauan keberhasilan sterilisasi Inc., 2004; p. 184-90.
layak diterapkan dengan menggunakan
spora bakteri sebagai indikator biologis,

166
Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut
melalui Inovasi Oven dengan Ozon dan Infrared
(Florence Meliawaty)

8. Scannapieco FA. Oral Microbiology and


immunology. American Society for
Microbiology Press; 2006.
9. Molinari JA. Sterilization and
disinfection. In: Schuster GS. Oral
microbiology and infectious disease. 3 rd
ed. Philadelphia: B.C. Decker Inc., 1990;
p. 153-74.
10. Talaro K, Talaro A. Foundations in
microbiology. 2nd ed. Dubuque, IA.
Brown Publishers, 1996; p. 328-31.
11. Miller CH, Palenik CJ. Sterilization-
monitoring. In: Sprehe C. Infection
control in dental settings. CDC, 2003, p.
26-9.
12. Jackson RJ, Crawford JJ. Principles of
sterilization and disinfection. In: Mc
Ghee JR, Michalek AM, Cassell GH.
Dental microbiology. Philadelphia:
Harper & Row Publ. Inc., 1982; p. 143-6.
13. Rutala WA, Weber DJ. Guideline for
disinfection and sterilization. In: health
care facilities. Center for Disease Control
and Prevention (CDC) Guidelines; 2008.
14. Favero MS., Bond WW. Sterilization,
disinfection and antisepsis in the
hospital. In: Hausler WJ, Hermann KL,
Isenberg ID, Shadomy HJ. Manual of
clinical microbiology. 5th ed. Washington
DC: American Society for Microbiology,
1991; p. 561-64.
15. Prescott LM, Harley JP, Klein DA.
Microbiology. 5th ed. Singapore:
McGraw-Hill; 2003.
16. Maalouf K. Infection control and proper
sterilization. Guidelines for instrument
processing. Group Practice Journal
Volume 56; 2007.

167

Anda mungkin juga menyukai