Anda di halaman 1dari 23

GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH PADA MASA

KEHAMILAN

Disusun Oleh : Rizka Ananda


Nim : 1901008

Pembimbing :

Ns. Darmawati, M. kep.,Sp.Mat

STIKes Medika Nurul Islam


Program Studi Ilmu Keperawatan
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur hanyalah bagi Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya kepada sehingga mampu menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas dengan judul makalah “Gangguan Pembekuan darah Pada Kehamilan” ini dengan
baik.
Kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang
menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk sempurnanya makalah ini, sehingga
dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang dengan cepat.

Sigli, 6 Juli 2021


DAFTAR ISI

Kata
pengantar .........................................................................................................................................
.
Daftar
isi ...........................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
belakang ............................................................................................................................
B. Rumusan
masalah........................................................................................................................
C.
Tujuan ..........................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian gangguan pembekuan
darah ..................................................................................
B. Gangguan pembekuan darah pada masa
kehamilan ..............................................................
C.
Etiologi .........................................................................................................................................
D.
Patofisiologi ..................................................................................................................................
E. Tanda dan
Gejala ........................................................................................................................
F.
Komplikasi ...................................................................................................................................
G.
Pencegahan ..................................................................................................................................
H.
Pengobatan...................................................................................................................................
I.
Penatalaksaan ...............................................................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A.Pengkajian ...................................................................................................................................
.
B.
Diagnosa .......................................................................................................................................
C.
Intervensi .....................................................................................................................................
D.
Implementasi ...............................................................................................................................
E.
Evaluasi ........................................................................................................................................
BAB IV Penutup
A.
Kesimpulan ..................................................................................................................................
Daftar
pustaka ..................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Gangguan pada faktor pembekuan darah adalah perdarahan yang terjadi karena
adanya kelainan pada proses pembekuan darah sanhg ibu ,sehingga darah tetap mengalir.
Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak
menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus untuk
mencegah perdarahan. Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan
yang berupa hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi tetapi abnormalitas yang
didapat biasanya yang menjadi masalah. Kadar fibrinogen yang meningkat pada saat
kehamilan, sehingga kadar fibrinogen kisaran normal pada wanita yang tidak hamil harus
mendapatkan perhatian. DIC yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang
umumnya disebabkan oleh hipo atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular
merata .

Rumusan Masalah
A. Apakah pengertian gangguan pembekuan darah ?
B. Apa saja gangguan pembekuan darah pada masa hamil ?
C. Bagaimana etiologinya ?
D. Bagaimana patofisiologinya ?
E. Apa tanda dan gejalanya ?
F. Apa saja komplikasinya ?
G. Bagaimana pencegahannya ?
H. Bagaimana pengobatannya ?
I. Bagaimana penatalaksanaannya ?

Tujuan
A. Untuk mengetahui apa pengertian dari gangguan pembekuan darah
B. Untuk mengetahui gangguan pembekuan darah pada masa kehamilan
C. Untuk mengetahui bagaimana etiologinya
D. Untuk mengetahui bagaimana ptofisiologinya
E. Untuk mengetahui tanda dan gejalanya
F. Untuk mengetahui komplikasinya
G. Untuk mengetahui pencegahannya
H. Untuk mengetahui pengobatannya
I. Untuk mengetahui penatalaksanaannya

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Gangguan pembekuan darah (yang juga disebut trombofilia atau hiperkoagulasi) adalah
penyakit yang melibatkan pembekuan darah secara berlebihan bahkan pada daerah di mana
seharusnya pembekuan tidak boleh terjadi; seperti pada pembuluh darah sehingga
mengakibatkan kondisi yang membahayakan jiwa. Gangguan pada faktor pembekuan darah
(trombosit) adalah Pendarahan yang terjadi karena adanya kelainan pada proses pembekuan
darah sang ibu, sehingga darah tetap mengalir. Terluka, melahirkan, dan bahkan cabut gigi
pun dapat menyebabkan pendarahan. Bagi yang memiliki gangguan pendarahan seperti
hemofilia, hal-hal tersebut dapat menyebabkan pendarahan yang parah. Pada umumnya,
trombosit jenis sel darah yang beredar di dalam tubuh akan menuju ke daerah yang terluka
dan berkumpul hingga mereka membentuk suatu sumbatan. Proses pembekuan ini secara
medis disebut koagulasi. Faktor protein juga terlibat dalam proses pembekuaan, untuk
memastikan bahwa trombosit ini saling merekat. Ketika gumpalan darah telah terbentuk dan
pendarahan telah terhenti, gumpalan darah akan diserap kembali oleh tubuh dan
menimbulkan jaringan luka.

B. Gangguan pembekuan darah pada masa hamil

a. Pembekuan normal
Secara normal, ada keseimbangan (homeostatis) yang rapuh antara dua sistem yang
saling berlawanan, sistem hemostatis dan sistem fibrinolisis. Sistem
hemostatis terlibat dalam proses penyelamatan hidup dengan menghentikan aliran darah
dari pembuluh darah yang cedera, sebagian melalui pembentukan fibrin
yang tidak larut, yang berperan sebagai plak trombosis hemostatis. Fase-fase koagulasi
melibatkan interaksi faktor-faktor koagulasi dimana setiap faktor secara berurutan
mengaktifkan faktor selanjutnya. Sistem fibrinolisis mengacu pada proses dimana fibrin
terbagi menjadi produk degradasi fibrin (FDP) dan sirkulasi diperbaiki.

*b. Koagulasi Intravaskular Diseminata

Disseminated intravascular coagulation ( DIC, Sindrom defibrinasi, koagulapati


defibrinasi, koagulapati konsumtif) adalah bentuk patologis pembekuan yang difusi dan
mengonsumsi sejumlah besar faktor pembekuan, menyebabkan perdarahan interna/eksterna
yang luas. Secara sederhana, DIC merupakan konsumsi faktor pembekuan dalam jumlah
besar ( Dorman, 1989).
Pemeriksaan fisik menunjukkan perdarahan yang tidak lazim.
Perdarahan spontan dari gusi atau hidung wanita dicatat. Petekie muncul di
sekiling manset pengukuran tekanan darah pada lengannya. Perdarahan berlebihan dapat
terjadi dari tempat trauma ( mis, tempat pungsi , tempat
injeksi, torehan akibat pencukuran daerah perineum atau abdomen, cedera
akibat insersi kateter urine). Oleh karena itu, haluran urine dipantau. Kebutuhan
emosional keluarga dikenali dan didukung. Ansietas,rasa duka, dan perubahan konsep diri
dapat muncul akibat kehilangan dan kehilangan janin.
Prognosis ibu dan janin bergantung kepada derajat dan luas gangguan penyebab juga
respons wanita terhadap terapi yang tepat dan cepat. Resiko
maternal, lebih jauh, meningkat jika janin meninggal di dalam uterus.

*c. Gangguan pembekuan lain

Purpura trombositopenia autoimun (ATP) merupakan gangguan autoimun dimana


antibodi antitrombositmenurunkan rentang hidup trombosit. Trombositopenia,kerentanan
kapiler , dan peningkatan waktu perdarahan merupakan tanda diagnostik gangguan ini.
ATP dapat menyebabkan perdarahan setelah kelahiran sesaria atau akibat laseria vagina
atau laseria serviks. Insiden perdarahan pascapartum di uterus atau hematoma vagina juga
meningkat pada ATP.
Transfusi trombosit diberikan untuk mempertahankan hitunganntrombosit 100.000/mm3
Kortikosteroid diberikan jika diagnosa ditegakkan sebelum atau selama kehamilan.
Splenektomi, jika dibutuhkan ,ditunda sampai
setelah masa nifas. Trombositopenia neonatus, suatu akibat proses penyakit maternal.,
terjadi pada sekitar 50% kasus dan diasosiasikan dengan mortalitas yang tinggi.
Penyakit von willwbrand, suatu tipe hemofilia, kemungkinan merupakan gangguan
perdarahan turunan yang paling umum terjadi (cunningham,dkk.,1992) penyakit ini
merupakan akibat faktor defisiensi VIII dan disfungsi trombosit. Penyakit ini ditransmisi
sebagai sifat dominan autosom pada kedua jenis kelamin. Walaupun penyakit willwbrand
jarang ditemukan, penyakit ini merupakan salah satu defek pembekuan kongenital yang
paling umum dialami wanita usia subur di Amerika. Karena faktor VIII meningkatselama
masa hamil, peningkatan ini cukup untuk menghindari bahaya akibat perdarahan selama
melahirkan. Namun, wanita harus diobservasi selama sekurang-kurangnya satu minggu
pascapartum. Terapi penyakit von willwbrand terdiri dari penggantian faktor VIII melalui
pemberian kryopresipitat atau plasma beku segar.

C. Etiologi

Pada periode post partum awal, kelainan sistem koagulasi dan platelet biasanya tidak
menyebabkan perdarahan yang banyak, hal ini bergantung pada kontraksi uterus untuk
mencegah perdarahan. Deposit fibrin pada tempat perlekatan plasenta dan penjendalan darah
memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada
memiliki peran penting beberapa jam hingga beberapa hari setelah persalinan. Kelainan pada
daerah ini dapat menyebabkan perdarahan post partun sekunder atau perdarahan eksaserbasi
dari sebab lain, terutama trauma.
Abnormalitas dapat muncul sebelum persalinan atau didapat saat persalinan.
Trombositopenia dapat berhubungan dengan penyakit sebelumnya, seperti ITP atau
sindroma HELLP sekunder, solusio plasenta, DIC atau sepsis. Abnormalitas platelet dapat
saja terjadi, tetapi hal ini jarang. Sebagian besar merupakan penyakit sebelumnya, walaupun
sering tak terdiagnosis.
Abnormalitas sistem pembekuan yang muncul sebelum persalinan yang berupa
hipofibrinogenemia familial, dapat saja terjadi, tetapi abnormalitas yang didapat biasanya
yang menjadi masalah. Hal ini dapat berupa DIC yang berhubungan dengan solusio plasenta,
sindroma HELLP, IUFD, emboli air ketuban dan sepsis. Kadar fibrinogen meningkat pada
saat hamil, sehingga kadar fibrinogen pada kisaran normal seperti pada wanita yang tidak
hamil harus mendapat perhatian. Selain itu, koagulopati dilusional dapat terjadi setelah
perdarahan post partum masif yang mendapat resusiatsi cairan kristaloid dan transfusi PRC.
DIC, yaitu gangguan mekanisme pembekuan darah yang umumnya disebabkan oleh hipo
atau afibrinigenemia atau pembekuan intravascular merata (Disseminated Intravaskular
Coagulation)
DIC juga dapat berkembang dari syok yang ditunjukkan oleh hipoperfusi jaringan, yang
menyebabkan kerusakan dan pelepasan tromboplastin jaringan. Pada kasus ini terdapat
peningkatan kadar peningkatan kadar D-dimer dan penurunan fibrinogen yang tajam, serta
pemanjangan waktu trombin (thrombin time).

D. Patofisiologi
Kelainan koagulasi generalisata ini dianggap sebagai akibat dari lepasnya substansi –
substansi serupa tromboplastin yang berasal dari produk konsepsi ke dalam sirkulasi darah
ibu atau akibat aktivasi factor XII oleh endotoksin. Setelah itu mulailah serangkaian reaksi
berantai yang mengaktifkan mekanisme pembekuan darah, pembentukan dan pengendapan
fibrin dan, sebagai konsekuensinya, aktivasi sistem fibrinolitik yang normalnya sebagai
proteksi. Gangguan patofisiologi yang kompleks ini menjadi suatu lingkaran setan yang
muncul sebagai diathesis perdarahan klinis dengan berubah – ubahnya hasil rangkaian tes
pembekuan darah sehingga membingungkan.

E. Tanda dan gejala


- Ptekie muncul
- Perdarahan spontan dari gusi atau hidung
- Perdarahan berlebihan dapat terjadi di tempat trauma
- Ibu mengalami takikardi dan diaforesis.

F. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi obstetric yang diketahui berhubungan dengan DIC (Koagulasi
Intravaskuler Diseminata) :
1.Sepesi oleh kuman gram negative, terutama yang mneyertai dengan abortus septic
2.Syok berat
3.Pemberian cairan hipertonik ke dalam uterus. (Schward, 2000)

G.Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai
dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan
mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan
pascapersalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1.Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap
penyakit kronis, anemia dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien
tersebut ada dalam keadaan optimal.
2.Mengenal faktor predisposisi PPP seperti multiparitas, anak beras, hamil kembar,
hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan resiko tinggi
lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
3.Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4.Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan
5.Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun
6.Mengesuai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan
rujukan sebagaimana mestinya. (Sarwono, 2008)

H. Pengobatan
Pasien perlu dirawat bila secara klinis ada gangguan pembekuaan darah atau dari
serangkaian pemeriksaan laboratorium diperlihatkan adanaya kemunduran fungsi
pemebekuan darah secara progresif.
Nilai normal Kehamilan DIC

Hitung trombosit Sama Lebih rendah

150.000-400.000/mm3

Waktu protombin yang Memendek Memanjang

cepat

75-125%

Waktu protomboplastin Memendek Memanjang

parsial

30-45%

Waktu thrombin Memendek Memanjang

10-15 detik

Pengukuran fibrinogen 300-600 mg% Menurun

(atau titer) 200-400 mg%

Produk-produk pecahan Negative Dapat diukur

fibrin

Pengukuran faktor V 75 Sama Menurun

125%

Pengukuran faktor VII Mungkin meningkat menurun

50-200%

Tujuan utama pengobatan adalah menghilngkan sumber material serupa tromboplastin,


tetapi evalusai produk konsepsi akan mendatangkan resiko perdarahan vaginal atau bedah.
Dengan alasan inilah, proses pembekuaan normal harus dipulihkan lebih dahulu
sebelum melakukan persalina operatif.
1.Pemberian faktor-faktor pembekuan
2.Menghambat proses patofisiologi dengan antikoagulasi heparin samapi faktor-faktor
pembekuan pulih kembali
Cara pengobatan yang akan dipilih tergantung kepada ancaman jiwa pasien segera akibat
perdarahan yang aktif pada saat diagnosis ditegakkan atau akibat persalinan yang akan
segera terjadi.
a.Bila dicurigai ada perdarahan aktif dari uterus dari persalinan operatif, harus
diberikan pengobtan sebagai terjadi :
1.Monitor tanda-tanda vital secara kontiyu termasuk pengukuran tekanan vena
sentral dan mempertahankan produksi urin
2.Berikan oksigen melalui masker
3.Mengatasi syok dengan segera adalah penting, bila memungkinkan dengan
darah lengkap segar.
4.Pemberian faktor-faktor pembekuan : pengobatan denga plasma beku segar
lebih disukai daripada dengan preparat depot fibrinogen (pooled fibrinogen)
komersial karena dapat memperkecil resiko penularan hepatitis, pengantian
volume tambahan, serta tersediannya aneka macam faktor-faktor pembekuaan.
Setiap liter plasma beku segar dapat diharapkan mengandung 2-3 g fibrinogen.
Karena kira-kira diperlukan 2-6 g fibrinogen, bila hal tidak dapat
disediakan dengan perparat tersebut (baik karena tidak tersedia atau karena
masalah-masalah hipervolema) dapat dipakai fibrinogen depot komersial.
Masalah utama yang berkaitan dengan pengantian fibrinogen dengan
menggunakan salah satu preparat tersebut di atas adlah waktu psruhnya yang
singkat kalau ada banyak trombhin dan timbunan fibrin intravaskuler lebih
lanjut. Dengan alasan inilah, preparat-preparat tersebut hanya boleh digunakan
untuk segera mengendalikan perdarahan sebelum persalinan dan pertama bila
persalinan harus dilaksankan dengan operasi seksio sesaria.
Dengan demikian prosedur pengobatan seperti di atas serta melakukan
pengosongan uterus, biasanya akan terjadi perbaikan spontan pembekuan
darahnya, sehingga tidak diperhatikan terapi lebih lanjut.
b. Bila tidak ada perdarahan uterus dan persalinannya dapat ditunda (yaitu, sindrom
janin mati yang tertinggal dalam uterus tetapi jelas tidak ada soluiso plasenta),
tindakan sebagai berikut dilakukan :
1.Heparinisasi : 100 IU/kg setiap 4 jam, atau 600 IU/kg/24 jamdenga infuse
kontiu
Pemberian heparin dihentikan setelash terjadi perbaikan faktor-faktor
pembekuan kedalam batas normal, dan hanya dalam keadaan inilah persalina
boleh dilaksanakan.
Terapi fibrinogen jarang dilakukan jika sekiranya diindikasikan pada
pasien obstetric selalu karena DIC dan akan berhenti sendiri setelah pengobtan
primer. Kita harus selalu ingat bahwa keberadaan fibrinolisis merupakan suatu
respons protektifterhadap koagulasi intravaskuler. (Schward, 2000).

I.Penatalaksanaan
Jika tes koagulasi darah menunjukkan hasil abnormal dari onset terjadinya perdarahan
post partum, perlu dipertimbangkan penyebab yang mendasari terjadinya perdarahan post
partum, seperti solutio plasenta, sindroma HELLP, fatty liver pada kehamilan, IUFD, emboli
air ketuban dan septikemia. Ambil langkah spesifik untuk menangani penyebab yang
mendasari dan kelainan hemostatik.
Penanganan DIC identik dengan pasien yang mengalami koagulopati dilusional. Restorasi
dan penanganan volume sirkulasi dan penggantian produk darah bersifat sangat esensial.
Perlu saran dari ahli hematologi pada kasus transfusi masif dan koagulopati.
Konsentrat trombosit yang diturunkan dari darah donor digunakan pada pasien dengan
trombositopenia kecuali bila terdapat penghancuran trombosit dengan cepat. Satu unit
trombosit biasanya menaikkan hitung trombosit sebesar 5.000 – 10.000/mm3. Dosis biasa
sebesar kemasan 10 unit diberikan bila gejala-gejala perdarahan telah jelas atau bila hitung
trombosit di bawah 20.000/mm3. transfusi trombosit diindakasikan bila hitung trombosit
10.000 – 50.000/mm3, jika direncanakan suatu tindakan operasi, perdarahan aktif atau
diperkirakan diperlukan suatu transfusi yang masif. Transfusi ulang mungkin dibutuhkan
karena masa paruh trombosit hanya 3 – 4 hari.
Plasma segar yang dibekukan adalah sumber faktor-faktor pembekuan V, VII, IX, X dan
fibrinogen yang paling baik. Pemberian plasma segar tidak diperlukan adanya kesesuaian
donor, tetapi antibodi dalam plasma dapat bereaksi dengan sel-sel penerima. Bila ditemukan
koagulopati, dan belum terdapat pemeriksaan laboratorium, plasma segar yang dibekukan
harus dipakai secara empiris.
Kriopresipitat, suatu sumber faktor-faktor pembekuan VIII, XII dan fibrinogen, dipakai
dalam penanganan hemofilia A, hipofibrinogenemia dan penyakit von Willebrand. Kuantitas
faktor-faktor ini tidak dapat diprediksi untuk terjadinya suatu pembekuan, serta bervariasi
menurut keadaan klinis.
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
GANGGUAN PEMBEKUAN DARAH MASA KEHAMILAN
A. Pengkajian
1.Biodata ( identitas pasien dan penanggung jawab )
2. Data Subyektif (DS)
A.Keluhan Utama
B.Riwayat kesehatan yang lalu
C.Riwayat penyakit keluarga
a.Nutrisi
b.Eliminasi : BAK BAB
c.Istirahat/tidur
d.Aktifitas
e.Personal hygiene
D.Psikososial dan spiritual
a.Psikologis
b.Sosial
c.Budaya
d.Spiritual
3. Data Obyektif (DO)
A.Pemeriksaan Umum
a. KU (Keadaan Umum)
b. TTV
c. Nadi : Lemah dan cepat
d. Suhu : Turun
e. RR : Meningkat
B. Pemeriksaan Khusus
I. Inspeksi
a. Muka : pucat, terlihat cemas dan lemah.
b. Mata : konjungtiva pucat
c. Mulut : pucat, ada perdarahan pada gusi
d. Leher : simetris, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
e. Ketiak : tidak ada luka, tidak ada benjolan
f. Dada : simetris, tidak ada benjolan, pergerakan nafas simetris.
g. Payudara :simetris, hypervaskularisasi, hyperpegmentasi aerola mammae.
h. Perut : tidak ada luka bekas operas
i. Genetalia : tidak ada tanda-tanda infeksi
j. Ekstremitas : ekstremitas atas ( simetris, tonus bagus, turgor bagus ),
k. ekstremitas bawah ( simetris, tonus bagus, turgor bagus )

II. Palpasi
a. Payudara : simetris
b. Perut : perut lembek, nyeri tekan abdomen bawah
c. Ekstremitas : oedema (-)

III. Auskultasi
a. Dada : wheezing (-), ronchi (-)
b. Perut : bising usus (+)
IV. Perkusi
Reflek patella : +/+

C. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : HB 7%
b. Trombosit : 100.000/mm3
2. Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan cemas terhadap keadaannya


(00146).
2. Nyeri akut berhubugan dengan angens cidera biologi ditandai dengan ekspresi wajah
nyeri (00132)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan gangguan
musculoskeletal (00085)

3. Intervensi Keperawatan

Dx : Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan cemas terhadap


keadaannya (00146).
1. Pengurangan Kecemasan (5820)
a. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
b. Nyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
c. Berikan informasi faktual terkait diagnosis,perawatan dan prognosis
d. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
e. Dorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
2. Peningkatan Koping (5230)
a. Dukung hubungan (pasien) dengan orang yang memiliki ketertarikan dan tujuan yang
sama
b. Sediakan informasi aktual mengenai diagnosis, penanganan, dan prognosis
c. Berikan penilaian mengenai pemahaman pasien terhadap proses penyakit
d. Gunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
e. Berikan suasana penerimaan.
Dx : Nyeri akut berhubugan dengan angens cidera biologi ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri (00132)
1. Manajemen nyeri (3016)
a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat timbulnya nyeri.
b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan.
c. Berikan pengetahuan mengenai timbulnya rasa nyeri
d. Gunakan teknik komunikasi terapeutik dalam mengkaji tingkat nyeri pasien.
e. Berikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

Dx : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan gangguan


musculoskeletal (00085)
1. Terapi aktivitas (4310)
a. kolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi, dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan
b. Bantu klien untuk tetap focus pada kekuatan yang dimiliki dibandingkan
dengan kelemahannya
c. Bantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya: ambulansi, berpindah,
berputar dan kebersihan diri) sesuai kebutuhan
d. Ciptakan lingkunganyang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara
berkala sesuai dengan indikasi
e. Berikan kesempatan pada keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara
yang tepat
4. Implementasi

Dx : Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan cemas terhadap


keadaannya (00146).
1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
2. Menyatakan dengan jelas harapan terhadap perilaku klien
3. Memberikan informasi faktual terkait diagnosis perawatan dan prognosis
4. Berada di sisi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi ketakutan
5. Mendorong keluarga untuk mendampingi klien dengan cara yang tepat
6. Mendukung hubungan (pasien) dengan orang yang memiliki ketertarikan dan tujuan
yang sama
7. Menyediakan informasi aktual mengenai pemahaman pasien terhadap proses penyakit
8. Menggunakan pendekatan yang tenang dan memberikan jaminan
9. Memberikan suasana penerimaan

Dx : Nyeri akut berhubugan dengan angens cidera biologi ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri (00132)
1. Melakuan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor yang memperberat timbulnya nyeri.
2. Mengbservasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan.
3. Memberikan pengetahuan mengenai timbulnya rasa nyeri
4. Menggunakan teknik komunikasi terapeutik dalam mengkaji tingkat nyeri pasien.
5. Memberikan kompres hangat pada lokasi nyeri.
6. Mengkolaborasikan dengan tim medis dalam pemberian analgetik.

Dx : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan gangguan


musculoskeletal (00085)
1. Berkolaborasi dengan (ahli) terapis fisik, okupasi, dan terapis rekreasional dalam
perencanaan dan pemantauan program aktivitas, jika memang diperlukan.
2. Membantu klien untuk tetap focus pada kekuatan yang dimiliki dibandingkan
dengan kelemahannya.
3. Membantu dengan aktivitas fisik secara teratur (misalnya: ambulansi, berpindah,
berputar dan kebersihan diri) sesuai kebutuhan.
4. Menciptakan lingkunganyang aman untuk dapat melakukan pergerakan otot secara
berkala sesuai dengan indikasi.
5. Memberikan kesempatan pada keluarga untuk terlibat dalam aktivitas, dengan cara
yang tepat.

5. Evaluasi
1. S :
pasien mengatakan :
- Darah yang keluar sudah tidak sebanyak yang tadi
- Perutnya terasa mulas
- Pasien sudah bisa buang air kecil walau masih sedikit
2. O :
Jumlah darah kurang lebih 300 cc, perut teraba keras, tidak ada tanda-tanda infeksi
maupun syok, vesika urinaria kosong, klien tidak terpasang kateter, klien sudah bisa
BAK secara spontan walau masih sedikit-sedikit, pasien terpasang infuse 20 tpm.
TTV : TD : 120/80 mmHg, Nadi : 80x/mnt, RR : 20x/mnt, Suhu : 37ºC
3. A :
Masalah teratasi sebagian
4. P :
Intervensi dilanjutkan : observasi KU, TTV, Vesika Urinaria, Jumlah Darah, Warna,
Bau, Konsistensi.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Gangguan pembekuan darah adalah kondisi yang mengganggu proses koagulasialias pembekuan
darah. Normalnya, darah akan langsung mulai membeku setelah cedera terjadi untuk mencegah
Anda mengalami kehilangan banyak darah yang bisa berakibat fatal. Proses pembekuan darah
bisa terganggu jika Anda tidak memiliki faktor pembeku darah yang mencukupi. Gangguan
pembekuan darah yaitu diantaranya Gangguan pada tingkat pembuluh darah. Pada penyakit
pembuluh darah, termasuk aterosklerosis, trombosit cenderung mudah beragregasi
DAFTAR PUSTAKA

Betz, C. L., & Sowden, L. A. (2009). In Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5. Jakarta: EGC.

Engram,B.(1998). Hemofilia. In Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Volume 2


(p.413). Jakarta: EGC.

Handayani, W., & Haribowo, A. S. (2008). In Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Hematologi (p. 119). Jakarta: Salemba Medika.

Ngastiyah. (2005). In Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Price, S. A., & Wilson, L. M. (1994). Pembekuan. In Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 4 (pp. 272-273). Jakarta: EGC.

Wong, D. L. (2003). Anak Dengan Hemofilia. In Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik


(p.544). Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai