Anda di halaman 1dari 4

Firda Novidyawati/182011101057/Manajemen Puskesmas/dr. Rony Prasetyo, M.

Kes

7 Langkah Keselamatan Pasien

Bidang pelayanan kesehatan saat ini telah mengalami kemajuan yang sangat signifikan berupa
penemuan-penemuan ilmiah kedokteran moderen. Namun, hampir setiap tindakan medis memiliki risiko.
Banyaknya jenis pemeriksaan dan prosedur, jenis obat serta jumlah pasien dan staf fasilitas kesehatan yang
cukup besar merupakan hal yang potensial untuk terjadi kesalahan medis (medical errors). Kesalahan medis
didefinisikan sebagai suatu kegagalan tindakan medis yang telah direncanakan untuk diselesaikan tidak
seperti yang diharapkan (kesalahan tindakan) atau perencanaan yang salah untuk mencapai suatu tujuan
(kesalahan perencanaan). Terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa cedera yang dialami pasien
akibat pelayanan medis berdampak pada timbulnya luka permanen, masa rawat inap yang lama, bahkan
sampai terjadi kematian. Konsekuensi akibat banyaknya bukti pelayanan kesehatan yang dianggap
merugikan pasien maka perlu dikembangkan sistem keselamatan pasien sebagai sistem khusus untuk
membantu profesional kesehatan, manajer layanan medis, organisasi kesehatan, pemerintah dan konsumen
untuk memahami prinsip-prinsip dan konsep-konsep keselamatan pasien. Elemen dalam program
keselamatan pasien akan menitikberatkan pada komitmen dari tenaga medis untuk memberikan pelayanan
secara aman, dan penyedia layanan kesehatan dapat melibatkan pasien dan keluarga pasien dalam
meningkatkan keselamatan pasien.

Keselamatan pasien merupakan sebuah sistem keamanan pasien yang mencegah terjadinya cedera
akibat melaksanakan suatu tindakan ataupun tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilaksanakan.
Menurut Vincent (2008) dalam buku ajar manajemen keselamatan pasien kementrian kesehatan republik
indonesia, keselamatan pasien didefinisikan sebagai penghindaran, pencegahan, dan perbaikan dari hasil
tindakan yang buruk atau injuri yang berasal dari proses perawatan kesehatan. Sedangkan berdasarkan
Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 1691 tahun 2011, keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil.

Dalam menerapkan acuan keselamatan pasien, fasilitas kesehatan harus dapat melaksanakan tujuh
langkah keselamatan pasien. Terdapat beberapa istilah dalam manajemen kesehatan yang harus diketahui,
yaitu:
a. Insiden keselamatan pasien yang selanjutnya disebut insiden adalah setiap kejadian tidak disengaja dan
kondisi yang mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien, terdiri dari Kejadian Tidak
Diharapkan, Kejadian Nyaris Cedera, Kejadian Tidak Cedera dan Kejadian Potensial Cedera;
b. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) ialah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien;
c. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) ialah terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien;
d. Kejadian Tidak Cedera (KTC) ialah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera;
e. Kondisi Potensial Cedera (KPC) ialah kondisi yang sangat berpotensi menimbulkan cedera namun belum
terjadi insiden;
f. Kejadian sentinel ialah suatu KTD yang menyebabkan kematian atau cedera serius.

Tujuh langkah keselamatan sebagai acuan dalam menjalankan program kesehatan pasien memuat hal-
hal seperti membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien, memimpin dan mendukung staf,
mengintegrasikan aktivitas pelaporan risiko, mengembangkan sistem pelaporan, melibatkan dan
berkomunikasi dengan pasien, belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien, serta mencegah
cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien (Rachmawati dkk, 2017).

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 1691 tahun 2011, pasal 9 ayat (2) menjelaskan tentang
standar keselamatan pasien berupa tujuh keselamatan pasien yang harus ada pada fasilitas kesehatan, yaitu:
1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
Rumah sakit atau fasilitas kesehatan memiliki kebijakan yang menjabarkan apa yang harus dilakukan staf
segera setelah terjadi insiden, bagaimana langkah-langkah pengumpulan fakta harus dilakukan dan
dukungan apa yang harus diberikan kepada staf, pasien, dan keluarga.
2. Memimpin dan mendukung staf
Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien di rumah sakit dengan
menerapkan:
a. Memastikan ada anggota Direksi atau Pimpinan yang bertanggung jawab atas keselamatan pasien;
b. Identifikasi di tiap bagian rumah sakit, seseorang yang dapat diandalkan untuk menjadi “penggerak”
dalam gerakan keselamatan pasien;
c. Memprioritaskan keselamatan pasien dalam agenda rapat Direksi atau Pimpinan maupun rapat-rapat
manajemen rumah sakit;
d. Memasukkan keselamatan pasien dalam semua program latihan staf rumah sakit dan pastikan
pelatihan ini diikuti dan diukur efektivitasnya.
3. Mengintegrasikan pengelolaan risiko
Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta lakukan identifikas dan asesmen hal yang
potensial bermasalah dengan menerapkan:
a. Menelaah kembali struktur dan proses yang ada dalam manajemen risiko klinis dan nonklinis, serta
memastikan hal tersebut mencakup dan terintegrasi dengan keselamatan pasien dan staf
b. Mengembangkan indikator-indikator kinerja bagi sistem pengelolaan risiko yang dapat dimonitor oleh
direksi atau pimpinan rumah sakit;
c. Menggunakan informasi yang benar dan jelas dari sistem pelaporan insiden dan asesmen risiko untuk
dapat secara proaktif meningkatkan kepedulian terhadap pasien.
4. Mengembangkan sistem pelaporan
Memastikan staf dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada
Komite Nasional keselamatan pasien Rumah Sakit dengan melengkapi rencana implementasi sistem
pelaporan insiden ke dalam maupun ke luar, yang harus dilaporkan.
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
Mengembangkan cara-cara komunikasi terbuka dengan pasien. Langkah penerapannya yaitu:
a. Memastikan terdapat kebijakan yang jelas menjabarkan cara-cara komunikasi terbuka selama peoses
asuhan tentang insiden dengan para pasien dan keluarganya;
b. Memastikan pasien dan keluarga mendapat informasi yang benar dan jelas bila terjadi insiden;
c. Memberi dukungan, pelatihan, dan dorongan semangat kepada staf agar selalu terbuka kepada pasien
dan keluarganya.
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
Mendorong staf untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar tentang bagaimana dan mengapa
kejadian itu timbul. Langkah penerapannya, yaitu:
a. Memastikan staf terkait telah terlatih untuk melakukan kajian insiden secara tepat, yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi penyebab;
b. Mengembangkan kebijakan yang menjabarkan dengan jelas kriteria pelaksanaan Analisis Akar
Masalah (root cause analysis/RCA) yang mencakup insiden yang terjadi dan minimum satu kali per
tahun melakukan Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) untuk proses risiko tinggi.
7. Mencegah cedera melui implementasi sistem keselamatan pasien
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem
pelayanan. Langkah penerapannya yaitu:
a. Menggunakan informasi yang benar dan jelas diperoleh dari sistem pelaporan, asesmen risiko, kajian
insiden, dan audit serta analisis, untuk menentukan solusi setempat;
b. Solusi tersebut dapat mencakup penjabaran ulang sistem (struktur dan proses), penyesuaian pelatihan
staf dan/atau kegiatan klinis, termasuk penggunaan instrumen yang menjamin keselamatan pasien;
c. Melakukan asesmen risiko untuk setiap perubahan yang direncanakan;
d. Sosialisasikan solusi yang dikembangkan oleh Komite Nasional keselamatan pasien Rumah Sakit;
e. Memberi umpan balik kepada staf tentang setiap tindakan yang diambil atas insiden yang dilaporkan.

Tujuh langkah keselamatan pasien rumah sakit merupakan panduan yang lengkap untuk menuju
keselamatan pasien, sehingga tujuh langkah tersebut harus dilaksanakan oleh setiap rumah sakit dan fasilitas
kesehatan yang lain.
Daftar Pustaka

1. Emanuel, L., Berwick, D., dan Conway, J. 2008. What exactly is patient safety? Advances in Patient
Safety, 1–18.
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Buku Ajar Manajemen Keselamatan Pasien
3. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 1691 tahun 2011 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
4. Rachmawati, A. R., Putri, A. W., dan Ayun, S. 2017. Analisis Pelaksanaan Tujuh Langkah Menuju
Keselamatan Pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. JKM.

Anda mungkin juga menyukai