1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puja dan puji kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu
wata’ala. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasul panutan umat,
Muhammad, keluarga, sahabat, dan para pengikut Beliau hingga akhir zaman nanti.
Penulis sadari sepenuhnya, hanya karena nikmat dari Nya lah penulis bisa
menyelesaikan penyusunan Pedoman Pelayanan Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) Rumah
Sakit. Semoga buku Pedoman Pelayanan Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) ini bisa menjadi
pedoman pelaksanaan kegiatan di Rumah Sakit. Tak lupa penulis mengucapkan terima
kasih yang setulus-tulusnya kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian
Pedoman Pelayanan Instalasi Sterilisasi Pusat (CSSD) ini.
Akhirnya penulis sadari, masih banyak kekurangan yang dijumpai dalam
penyusunan ini. Saran dan kritik senantiasa kami harapkan untuk perbaikan di masa-masa
yang akan datang.
Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh
2
SAMBUTAN DIREKTUR
Alhamdulillah segala puja dan puji kita haturkan kehadirat Allah Subhanahu
wata’ala. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasul panutan umat,
Muhammad, keluarga, sahabat, dan para pengikut Beliau hingga akhir zaman nanti.
Penghargaan kami berikan kepada penulis yang telah menyelesaian penyusunan
buku ini dengan sebaik-baiknya.
Kepada masing-masing unit/ instalasi diharapkan untuk menjadikan pedoman ini
sebagai acuan dalam menjalankan pelayanan di unit/ instalasi masing-masing.
Demikian, atas kerjasama yang baik kami sampaikan terima kasih.
RS At-Tin Hospital
Direktur
3
DAFTAR ISI
4
KATA PENGANTAR......................................................................................................................II
SAMBUTAN DIREKTUR...............................................................................................................III
DAFTAR ISI.................................................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG........................................................................................................... 1
B. TUJUAN PEDOMAN
1. TUJUAN UMUM......................................................................................................... 1
2. TUJUAN KHUSUS........................................................................................................1
D. BATASAN OPERASIONAL.................................................................................................2
E. LANDASAN HUKUM........................................................................................................3
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN...............................................................................................4
C. PENGATURAN JAGA........................................................................................................5
A. STANDAR FASILITAS........................................................................................................6
C. KALIBRASI ALAT............................................................................................................ 10
1. PERENCANAAN.........................................................................................................11
2. PENGADAAN.......................................................................................................11
3. DEKONTAMINASI................................................................................................12
4. PENGEMSAN.......................................................................................................18
5. PEMBERIAN TANDA............................................................................................18
6. METODE STERILISASI..........................................................................................19
7. PENYIMPANAN...................................................................................................19
8. DISTRIBUSI..........................................................................................................20
B. ALUR PELAYANAN...................................................................................................20
BAB V LOGISTIK
A. PENGERTIAN........................................................................................................... 26
B. TUJUAN................................................................................................................... 26
1. ALKOHOL............................................................................................................ 33
2. FORMALDEHID................................................................................................... 33
3. NATRIUM HIPOKLORIT.......................................................................................35
A. PENGERTIAN........................................................................................................... 37
B. TUJUAN...................................................................................................................37
1. TUJUAN UMUM..................................................................................................37
2. TUJUAN KHUSUS................................................................................................ 37
BAB IX PENUTUP.................................................................................................................39
8
DAFTAR TABEL
9
DAFTAR GAMBAR
1
0
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sterilisasi adalah suatu proses pengolahan alat atau bahan yang bertujuan
untuk menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan
dapat dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Rumah sakit sebagai institusi penyedia
pelayanan kesehatan yang mengutamakan keselamatan pasien dan petugas selalu
berupaya untuk mencegah terjadinya resiko infeksi rumah sakit. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dengan
cara melakukan sterilisasi pada alat atau bahan tertentu yang bertujuan untuk
menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba termasuk endospora dan dapat
dilakukan dengan proses kimia atau fisika. Salah satu indicator keberhasilan dalam
pelayanan rumah sakit adalah rendahnya angka infeksi nosokomial di rumah sakit. Untuk
mencapai hal tersebut maka perlu dilakukan pengendalian infeksi di rumah sakit.
1
2
tinggi (DTT) atau sterilisasi.
1
3
2. Peralatan yang telah dipakai untuk pasien infeksius harus didekontaminasi terlebih
dulu sebelum digunakan untuk pasien lainnya.
3. Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dimusnahkan sesuai prinsip pembuangan
sampah dan limbah yang benar. Hal ini juga berlaku untuk alat yang dipakai berulang,
jika akan dibuang.
4. Untuk alat bekas pakai yang akan di pakai ulang, setelah dibersihkan dengan
menggunakan spons, di DTT dengan klorin 0,5% selama 10 menit.
5. Peralatan nonkritikal yang terkontaminasi, dapat didisinfeksi menggunakan alkohol
70%. Peralatan semikritikal didisinfeksi atau disterilisasi, sedangkan peralatan kritikal
harus didisinfeksi dan disterilisasi.
6. Untuk peralatan yang besar seperti USG dan X-Ray, dapat didekontaminasi
permukaannya setelah digunakan di ruangan isolasi.
14
a. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT)
Sterilisasi panas kering adalah salah satu teknik lama untuk mensterilkan
peralatan gelas dan peralatan lainnya. Dalam metode ini, udara panas bersuhu
tinggi dan selanjutnya prosesnya sama dengan metode konduksi. Panas diserap
dari area sekitar peralatan dan dipindahkan ke lapisan berikutnya, dan perlahan-
lahan seluruh peralatan menjadi panas dan mencapai sterilisasi. Waktu dapat
bervariasi dari 1 jam hingga 2 jam bersama dengan suhu 160 ° C hingga 170 ° C.
Proses oksidasi terlibat untuk menghancurkan mikroba. Meskipun metode ini
membutuhkan waktu lebih lama daripada sterilisasi panas lembab karena tidak
adanya air, energi tinggi diperlukan untuk memutus ikatan peptida dari protein
yang ada dalam mikroba.
Keuntungan sterilisasi Panas Kering, adalah :
a) Andal, tidak beracun.
b) Biaya rendah dan mudah dipasang.
c) Karena instrumen tetap kering setelah sterilisasi, tidak ada kemungkinan korosi.
d) Tidak berbahaya bagi lingkungan.
Kerugian dari Sterilisasi Panas Kering, adalah :
a) Membutuhkan lebih banyak waktu untuk sterilisasi.
b) Paparan pada suhu yang lebih tinggi dapat membahayakan instrumen.
1.
TUJUAN
Umum :
Sebagai pedoman dalam pelayanan sterilisasi alat dan bahan guna menekan kejadian
infeksi di Rumah Sakit At-Tin Hospital
Khusus :
1. Sebagai pedoman dalam pelayanan pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD).
16
3. Dapat membantu menurunkan angka kejadian infeksi atau infeksi nosokomial di Rumah
Sakit
4. Sebagai panduan kerja bagi tenaga pemberi pelayanan pusat sterilisasi dalam
memberikan pelayanan.
5. Sebagai panduan kerja bagi tenaga di satelit CSSD sebagai tangan panjang pelayanan
pusat sterilisasi dalam memberikan pelayanan sterilisasi.
6. Mewujudkan patient safety sebagai wujud pengendalian infeksi nosokomial di rumah
sakit.
2. MANFAAT
Sebagai pedoman penatalaksanaan pusat sterilisasi (CSSD) dan satelit CSSD yang berada
di unit kerja dalam meningkatkan mutu pelayanan yang bertujuan untuk mencegah
resiko terjadinya infeksi di Rumah Sakit
E. LANDASAN HUKUM
7. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Lainnya tahun 2008
9. The APSIC Guidlines For Desinfection and Sterilisation of Instruments In Healt Care
Facilities, 2017.
17
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Status Kesehatan
18
Seluruh tenaga yang bekerja di pusat sterilisasi Rumah Sakit (CSSD) dan di satelit
CSSD diharapkan:
1. Sehat jasmani, rohani
2. Tidak pernah menderita/ sedang menjalani proses pengobatan TBC pada setahun
terakhir.
3. Mempunyai data kesehatan yang mencakup data fisik dan X-ray untuk penyakit
paru.
4. Cek up kesehatan dan mempunyai laporan mengenai sakit yang pernah dialami
selama bekerja di CSSD seperti infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi
gastrointestinal, infeksi pada mata dan tertusuk jarum minimal setahun satu kali.
Kualifikasi tenaga yang bekerja di CSSD dibedakan sesuai dengan kapasitas tugas dan
tanggung jawabnya. Pembagian tugasnya dibagi atas penanggungjawab dan teknis
pelayanan sterilisasi.
1) Kepala Instalasi Kamar bedah dan CSSD Uraian tugas:
a. Memberikan pengarahan terkait ketenagaan dan pekerjaan yang berhubungan
dengan pelayanan unit.
b. Mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, ilmu pengetahuan, ketrampilan
dalam pengembangan diri/ personel CSSD.
c. Menyiapkan konsep dan rencana kerja serta melakukan evaluasi terhadap kinerja
petugas CSSD.
d. Membuat perencanaan program kerja.
e. Bertanggungjawab kepada direktur pelayanan.
f. Melakukan pengendalian infeksi, supervise langsung, mengganti/ revisi prosedur,
mengevaluasi staf dan melaporkannya.
1. Kualifikasi Tenaga:
20
b) Pada RS kelas C, minimal pendidikan D3 kesehatan atau D3 umum dengan masa
kerja 5 tahun di Rumah Sakit
2) Penanggungjawab CSSD
Uraian tugas :
a. Mengarahkan semua aktivitas staf yang berkaitan dengan proses sterilisasi
di rumah sakit.
b. Mengarahkan semua aktivitas terkait supply alat medis steril bagi
perawatan pasien di rumah sakit.
c. Mengikuti ilmu pengetahuan terkini dalam pengembangan diri/ personel
lain demi kemajuan CSSD.
d. Menentukan metode yang tepat dan effektif bagi pelayanan sterilisasi
e. Bertanggungjawab terhadap penggunaan alat dan bahan sterilisasi secara
benar.
f. Memastikan bahwa proses yang diterapkan dalam pelayanan sterilisasi
diterapkan dengan baik.
g. Melakukan koordinasi dengan unit lain dan bekerjasama dalam
mewujudkan mutu pelayanan.
h. Memberikan masukan dan mengusulkan rencana program CSSD
i. Bertanggungjawab langsung kepada direktur pelayanan rumah sakit.
j. Membuat program orientasi tenaga baru.
k. Membuat rencana program terhadap kebutuhan alat dan bahan sesuai
kebutuhan.
l. Mendapat kursus/ pelatihan tambahan tentang prosedur dan teknis
20
sterilisasi.
m. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang konsep aktivitas dari unit
yang dipimpinnya.
n. Mendapat kursus/ pelatihan tentang manajemen dan kepemimpinan.
o. Mengetahui tentang psikologi personel.
p. Dapat bekerja dengan baik dalam berbagai kondisi.
q. Mempunyai keinginan mengembangkan sterilisasi.
r. Kondisi kesehatan baik secara jasmani maupun rohani
3) Staf CSSD
Uraian tugas:
a. Bertanggungjawab kepada penanggungjawab CSSD
e. Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
i. Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan, gedung/
bangunan dan aset yang ada.
Kualifikasi Tenaga:
1) Minimal lulusan SMA/ SMK atau sederajat dengan tambahan kursus/ pelatihan
sterilisasi.
2) Dapat belajar dengan cepat.
20
5) Tahan terhadap bahan yang digunakan di CSSD.
4) Administrator
Uraian tugas :
e) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
j) Ikut menjaga, memelihara dan rasa memiliki unit CSSD terhadap peralatan, gedung/
bangunan dan aset yang ada.
Kualifikasi Tenaga:
7. Disiplin dalam mengerjakan pelaporan bulanan, stok opname, anfrah BMHP, dll.
20
5) Staf Satelit CSSD
Uraian tugas:
a) Bertanggungjawab kepada penanggung jawab unit masing-masing dibawah
supervise penanggungjawab CSSD
b) Tahan terhadap bahan yang digunakan selama proses sterilisasi
c) Menerapkan apa saja yang sudah diajarkan
d) Mengikuti prosedur kerja/ standar prosedur operasional yang ada
e) Dapat menjalankan perintah pekerjaan baik secara langsung maupun melalui telp.
f) Dapat menjalankan pekerjaan rutin/ harian yang relative membosankan.
g) Dapat menerima tekanan kerja.
h) Memakai alat pelindung diri setiap melakukan aktifitas CSSD.
Kualifikasi Tenaga:
20
BAB III
STANDAR FASILITAS
Sarana fisik dan peralatan di CSSD sangat mempengaruhi efisiensi kerja dan
membantu pelayanan di pusat sterilisasi rumah sakit.Dalam perencanaan sarana fisik dan
bangunan sebaiknya melibatkan staf CSSD. Mengingat pusat sterilisasi merupakan
jantung rumah sakit dimana CSSD mempunyai tugas pokok menerima bahan dan alat
medik dan menjadikan seluruh bahan dan alat medik dari semua unit di rumah sakit
dalam kondisi rsirsirsirsisteril serta mendistribusikannya sesuai kebutuhan kondisi steril.
Hal ini tidak lepas dari menentukan lokasi/ tempat CSSD berada.
A. Bangunan CSSD
Lokasi CSSD sebaiknya berdekatan dengan ruang pemakai alat/ bahan steril
terbesar dirumah sakit seperti kamar bedah, ICU, unit perawatan, dll di rumah sakit.
Penetapan/ pemilihan lokasi yang tepat akan memudahkan dan berdampak pada
efisiensi kerja dan meningkatkan pengendalian infeksi di rumah sakit. Lokasi ytang
tepat akan meminimalkan resiko kontaminasi silang karena pengaruh lalu lintas/
transportasi alat steril. Unit CSSD diupayakan juga dekat dengan loundry atau
pencucian linen karena set linen untuk kebutuhan steril akan lebih mudah dalam
penyimpanan
20
D. Pembangunan dan Persyaratan Ruang Sterilisasi
Pada prinsipnya ruang CSSD terdiri dari ruang bersih dan ruang kotor yang
didesain sedemikian rupa untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang
antara ruang kotor ke ruang bersih.Selain itu pembagian ruang CSSD juga dibuat
senyaman mungkin disesuaikan dengan alur kerjanya.
Ruang CSSD dibagi dalam 5 ruang yaitu :
1) Ruang dekontaminasi
Udara dan partikel kecil pada debu dapat membawa mikroorganisme dari satu
termpat ke tempat lainsehingga dapat mengkontaminasi alat kesehatan yang sudah
melewati dekontaminasi, alat bersih siap disterilkan dan bahkan alat yang sudah steril.
Oleh sebab itu, ruang dekontaminasi harus mempunyai system ventilasi yang baik,
yaitu:
b. Tekanan udara harus negative supaya tidak mengkontaminasi udara ruang lainnya.
20
c. Tidak dianjurkan penggunaan kipas angin.
20
E. Suhu dan kelembaban
1. Kebersihan
Kebersihan ruang CSSD sangatlah penting. Pembersihan ruang, alat dan bahan yang ada di
CSSD harus menggunakan pembersih yang sesuai.Debu, serangga dan vermin adalah
pembawa mikroorganisme penyebab/ penyebar infeksi. Harus ada peraturan tertulis
mengenai prosedur pengumpulan sampah, pembuangan limbah dan transportasinya. Hal
in diberlakukan pada sampah dan limbah baik yang menyebabkan infeksi dan yang
berbahaya atau tidak.
3. Setidaknya sekali sehari membersihkan meja kerja, tempat cuci dan peralatan. Membuang
sampah setiap hari, dan mengganti bahan-bahan yang kotor. Langsung membersihkan setiap
ada tumpahan cairan. Teratur membersihkan rak penyimpanan, dinding, langit-langit, AC dan yang
lainnya. Bekerjasama dengan sanitasi terhadap control binatang perusak.
Pemisahan sampah infeksius dan non infeksius.
Terletak dibelakang area unit di rumah sakit. Dirancang sebagai area terpisah dengan area
disebelahnya. Barang/ alat kotor langsug datang/ masuk ke ruang dekontaminasi. Barang/ alat
kotor dicuci/ dibersihkan dan/ atau didesinfeksi sebelum masuk ke area bersih atau ruang setting
sebelum masuk ke mesin sterilisasi. Terdapat peralatan yang memadai untuk proses
dekontaminasi, pembersihan alat kesehatan.
22
5. Ruang Setting alat
Diruang ini dilakukan proses pengemasan alat. Alat kesehatan sebelum masuk
mesin sterilisasi disetting sesuai dengan kebutuhan alat yang dibutuhkan oleh
berbagai unit/ ruangan. Diruang ini juga menyimpan alat dan bahan bersih dan
dianjurkan ada tempat penyimpanan barang bersih.
6. Ruang Produksi dan Setting Linen
Ruang ini adalah ruang untuk mempersiapkan bahan penunjang seperti kassa,
kapas, cotton swabs, handscoon, dan lain-lain. Diruang ini juga dilakukan pemeriksaan
linen dari loundry, dilipat dan dikemas berdasar setting linen kebutuhan kamar bedah,
kamar bersalin, poliklinik, IGD dan ruang lain yang membutuhkan. Pada daerah ini
terdapat rak penyimpanan barang dan linen untuk persiapan sterilisasi.
7. Ruang Sterilisasi
Dari ruang produksi dan setting linen, alat, bahan dan barang masuk ke mesin
sterilisasi. Proses sterilisasi ini dilakukan berdasar bahan dan jenisnya. Desain mesin
sterilisasi pintu masuk alat bersih berbeda dengan pintu keluar saat alat sudah steril.
Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kontaminasi barang yang sudah steril
terhadap kontaminan. Untuk ruang sterilisasi dengan menggunakan Etilen Oksida,
sebaiknya dibuatkan ruang khusus yang terpisah tetapi masih dalam satu unit dan
memungkinkan udara keluar atau penggunaan ekshouse.
8. Ruang Penyimpanan Barang Steril
Ruang ini berada dekat dengan ruang sterilisasi. Apabila menggunakan mesin
sterilisasi dua pintu, maka pintu belakang langsung berhubungan dengan ruang
simpan barang steril.Penerangan pada ruang ini harus memadai, suhu ruang antara
18- 22 Celcius dan kelembaban 35-75 %, menggunakan tekanan positif dan
mempunyai dinding lantai keras tapi halus sehingga mudah dibersihkan. Alat steril
yang disimpan ditata di atas rak penyimpanan yang ada jarak dari lantai 19-24 cm
dan minimum 43 cm dari langit-langit. Rakmempunyai jarak 5 cm dari dinding untuk
memudahkan pembersihan. Hindari terjadinyapenumpukan debu pada kemasan
23
dan jangan letakkan rak dekat dengan kran atau saluran air lainnya. Petugas yang
berdinas di ruang penyimpanan barang steril adal;ah petugas yang terlatih, sehat,
terbebas dari penyakit menular terutama yang ditularkan melalui droplet. Petugas
didalam ruang penyimpanan bahan steril menggunakan jas khusus yang sesuai
dengan persyaratan. Lokasi ruang penyimpanan barang steril tidak berada di lalu
lintas utama dengan pintu khusus dan jendela yang minim untuk mengurangi
kemungkinan kuman dariluar masuk.
F. Pemeliharaan Mesin Sterilisasi
G. Kalibrasi alat
Kalibrasi alat secara periodic dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Kalibrasi alat harus dilakukan oleh orang terlatih terhadap jenis mesin sterilisasi.
Secara periodic minimal sekali dalam setahun dilakukan oleh BPFK atau Badan
Pengamanan Fasilitas KesehatanDepartemen Kesehatan atau agen tunggal pemegang
merk alat.
H. Pendokumentasian
24
Informasi yang dimuat adalah:
6. Keterangan/ lain-lain
Pusat sterilisasi (CSSD) harus dilengkapi dengan alat pelindung diri sesuai
kebutuhan tenaga kerja yang ada didalamnya. Apron lengan panjang yang tahan
terhadap cairan kimia, penutup kepala, masker dan goggle yang dipakai oleh staf
saat melakukan pekerjaan yang memungkinkanadanya percikanatau kontaminasi
cairan yang mengandung darah atau cairan infeksius lainnya.Harus ada alas kaki
khusus untuk memasuki ruang dekontaminasi dan penutup kaki yang tahan air.
Penggunaan sarung tangan, gaun pelindung dan goggle harus dicuci setiap selesai
dipakai.
25
BAB IV
Pusat sterilisasi (CSSD) melayani semua unit dirumah sakit yang membutuhkan
alat dan bahankondisi steril. Dalam melaksanakan tugasnya, CSSD selalu berhubungan
dengan unit lain diantaranya yaitu:
a) Bagian loundry/ pencucian.
c) nstalasi farmasi
d) Sanitasi.
f) PPI.
• Linen
• Instrumen / alat
2) Pencucian
• Setting
• Set Instrument
• Set Linen.
26
3) Pengemasan dan labeling
• Linen
• Instrume
• BHP
4) Proses sterilisasi
a. Linen
b. Instrumen
c. BHP
d. Perendaman
f. Pengeringan
g. Pengesetan
h. Pengemasan
i. Labeling
j. Proses sterilisasi
l. Distribusi
1. Dekontaminasi
Alat kesehatan pakai ulang yang sudah terkontaminasi harus ditangani dengan
serius, dikumpulkan dan dibawa ke CSSD sedemikian rupa sehingga dapat terhindar dari
kontaminasi terhadap pengunjung, pasien, pekerja dan fasilitas lainnya. Proses
penanganannya adalah:
- Peralatan habis pakai dipisahkan dari limbahnya. Ditempatkan oleh
pekerjanya langsung yang mengetahui potensi terjadinya infeksi dari
peralatan tersebut.
28
- Pisahkan benda tajam dan masukkan kedalam container khusus benda tajam
- Kain dan linen dipisahkan dan masukkan ke unit loundry untuk penanganan
lebih lanjut.
- Peralatan yang terkontaminasi ditempatkan dalam wadah khusus dan
masuk ke ruang dekontaminasi melewati petugas pencatatan
- Pembuangan limbah Limbah atau pembuangan harus dipisahkan dari alat pakai ulang .
Diidentifikasi dan dibuang sesuai kebijakan RS mengacu peraturan pemerintah.
3. Mencuci/ Cleaning
Semua alat pakai ulang harus melalui pencucian hingga benar-benar bersih
sebelum dilakukan sterilisasi.
29
• Bahan-bahan Pencuci (Cleaning Agents) Supaya efektif, bahan pencuci
harus membantu menghilangkan residu dan kotoran organic tanpa
merusak alat. Bahan pencuci harus:
• Sesuai dengan bahan yang disarankan pada alat dan metode mencuci yang dipilih.
• Ikuti rekomendasi dari produsen alat mengenai tipe bahan pencuci yang
dapat dipakai.
• Pemilihan bahan pencuci juga bergantung pada tipe kotoran yang ada. Protein
cukup bengan detergen yang bersifat basa. Garam mineral dengan
menggunakan detergen asam.
• Pertimbangkan penggunaan enzyme pelarut protein untuk mencuci alat.
Mencuci bersih adalah proses menghilangkan semua partikel yang kelihatan dan
hampir semua partikel yang tidak tampak, dan menyiapkan alat-alat agar aman
untuk proses desinfeksi dan sterilisasi. Mencuci dapat dilakukan secara manual
maupun mekanikal atau kombinasi keduanya. Untuk memastikan kebersihan alat
dan supaya tidak merusak alat, maka:
• Dibongkar dan periksa semua komponen dalam kondisi lengkap.
• Dimulai dengan merendam dalam air pada suhu 20 C-43 C selama 15-20
menit dan atau dalam produk enzyme yang dapat melepaskan darah dan
protein lainnya untuk mencegah terjadinya koagulasi darah pada alat dan
juga membantu menghilangkan mikroorganisme.
• Penggunaan enzymatic sesuai ketentuan produk pabrikan.
• Bilas dengan air keran yang mengalir untuk menghilangkan protein dan
partikel- partikel kotoran.
7. Mencuci Manual
• Pencucian secara manual dilakukan pada intrumen atau alat yang lembut dan rumit.
• Gunakan sikat yang sesuai dengan kebutuhan alat atau yang disarankan
30
oleh produsen alat.
• Bilas dengan air mengalir dengan suhu 40 C-50 C. Lebih baik lagi
menggunakan air deionisasi atau air sulingan.
• Setelah dicuci, dibilas, keringkan terlebih dahulu sebelum melalui proses berikutnya.
8. Mencuci Mekanik
31
• Tipe-tipe Bahan Kemasan :Kertas (paper craft)
• Kain (linen)
f. Tips dan penempatan yang tepat indicator kimia eksternal dan internal
14. Metode atau teknik pengemasan
17. Aplikasi informasi pengendalian mutu, seperti nomer lot, tanggal, kode petugas
21. Petunjuk penempatan pada penyimpanan dan atau distribusi ke tempat pemakaian
Bahan kemasan harus memudahkan penyerapan gas dan uap sterilan yang baik, dan
juga siap melepaskan gas dan uap tersebut dari kemasan dan isinya selama waktu
aerasi
• Sterilisasi uap
Proses sterilisasi yang menggunakan uap jenuh di bawah tekanan untuk waktu
paparan tertentu dan pada suhu tertentu.
• Sterilisasi dengan Plasma
Pengujian alat sterilisasi dilakukan oleh vendor pemilik mesin pada waktu
yang telah disepakati dua belah pihak. Pengelola rumah sakit wajib
mengkalibrasikan alat ukur radiasi secara berkala sekurang-kurangnya 1
(satu) tahun sekali. Pengelola rumah sakit wajib mengkalibrasi keluaran
radiasi (output) peralatan radioterapi secara berkala sekurang-kurangnya 2
(dua) tahun sekali. Kalibrasi hanya dapat dilakukan oleh instalasi yang telah
33
terakreditasi dan ditunjuk oleh Badan Pengawas
24. Monitoring dan Evaluasi
1) Monitoring
34
siklus keberapa dari mesin sterilisasi. Pengidentifikasian ini akan memudahkan
pada saat diperlukannya melakukan
recall atau penarikan kembali kemasan yang sudah terdistribusikan.
3. Waktu pemaparan dan suhu (kalau belum tercatat oleh mesin sterilisasi)
4. Nama operator
Setiap kemasan steril yang akan digunakan harus diberi label yang
mengindikasikan waktu kadaluarsa untuk memudahkan melakukan rotasi stok,
walaupun kadaluarsa tidak tergantung pada waktu melainkan pada kejadian
yang dialami oleh kemasan tersebut. Penetapan batas kadaluarsa pada semua
peralatan sesuai kesepakatan dengan komite PPI setelah melakukan
pemeriksaan mikrobiologi. Batas kadaluarsa Shelf Life untuk kemasan steril
lebih terkait pada suatu kondisi daripada waktu. Semua peralatan yang telah
benar penanganan, dibungkus, disterilkan dan disimpan dengan baik pada
kondisi lingkungan yang terkontrol dan ditangani oleh tangan yang bersih akan
selalu steril tanpa batas waktu, kecuali terdapat kondisi kemasan terganggu
(rusak, bocor, kotor, basah). Tetapi jaminan penyimpanan di unit kerja masing-
masing belum dapat disamakan. Sehingga CSSD dan komite PPI membuat
standar waktu sebagai batas kadaluarsa.
a. Kadaluarsa alat kritikal/ instrumen adalah 6 (enam) bulan dari tanggal proses
sterilisasi
b. Tanggal kadaluarsa linen atau set yang dibungkus dengan linen adalah
3 (tiga) hari dari tanggal proses sterilisasi
c. Tanggal kadaluarsa untuk alat re use dengan menggunakan sterilisasi
suhu rendah (EO) adalah 1 (satu) tahun dari tanggal proses sterilisasi
d. Tanggal kadaluarsa untuk barang single use yang dilakukan reuse
adalah sesuai penanganan sterilisasinya. Jika penggunaan mesin
steam/ suhu tinggi sama halnya dengan yang 1(satu) bulan, jika
penanganan menggunakan mesin EO/ suhu rendah, masa kadaluarsa
bisa 1 (satu) tahun dari tangga pemprosesan. Hal ini dilakukan sebagai
antisipasi penggunaan alat medis steril yang tidak steril. Jika sudah
melewati tanggal kadaluarsa yang tertera pada kemasan, sementara
keutuhan alat dan fungsi masih baik, unit pengguna dapat mengembalikan
produk ke CSSD untuk dilakukan proses sterilisasi kembali.
4) Evaluasi
Setiap kegiatan harus selalu di evaluasi pada tahap proses akhir seperti
pada tahap pengemasan, sterilisasi dan sebagainya, juga evaluasi secara
keseluruhan dalam rangka kinerja dari pengelolaan sterilisasi di Rumah
Sakit.
Tujuan dari evaluasi tersebut antara lain :
LOGISTI
K
Logistik Farmasi merupakan segala sesuatu kebutuhan bahan medis yang diperlukan CSSD
dalam rangka pelaksanaan pelayanan sterilisasi di rumah sakit. Adapun prosedur yang
perlu diperhatikan dalam proses permintaan barang (stock) ke logistik farmasi yaitu :
1. Petugas Administrasi menulis permintaan barang (stock) secara tertulis di buku
permintaan barang dengan sepengetahuan penanggungjawab CSSD
2. Buku permintaan dicek dan ditanda tangani oleh penanggungjawab CSSD
38
PEDOMAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
39
• Pastikan semua peralatan yang digunakan untuk melakukan proses
sterilisai mengalami pengujian secara teratur dan dijamin bekerja secara
baik
• Pastikan bahwa semua komponen instrument berada dalam keadaan lengkap,
dan berfungsi secara normal
• Pastikan bahwa semua mesin sterilisasi termonitor secara visual selama
siklus berlangsung melalui pengujian indikator kimia, biologis dan pengujian
deteksi udara dalam chamber (sistem mesin sterilisasi uap pre-vakum)
B. Tujuan
c. Gosok punggung tangan dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya.
d. Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari.
f. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya.
40
g. Gosokkan dengan memutar ujung jari-jari tanagn kanan di telapak tangan
kiri dan sebaliknya.
h. Bilas kedua tangan dengan air mengalir.
a. Sarung Tangan melindungi tangan dari bahan yang dapat menularkan penyakit
dan melindungi pasieen dari mikroorganisme yang berada di tangan petugas
kesehatan. Sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepas sarung tangan
lakukan kebersihan tangan menggunakan antiseptik cair atau handrub berbahan
dasar alkohol.Satu pasang sarung tangan harus digunakan untuk setiap pasien,
sebagai upaya untuk menghindari kontaminasi silang. Pemakaian sepasang
sarung tangan yang sama atau mencuci tangan yang masih bersarung tangan,
ketika melakukan perawatan di bagian tubuh yang kotor kemudian berpindah ke
bagian tubuh yang bersih, bukan merupakan praktek yang aman.
b. Masker harus cukup besar untuk melindungi hidung, mulut, bagian bawah
dagu, dan rambut pada wajah(jenggot). Masker dipakai untuk menahan
cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau petugas bedah
berbicara, batuk atau bersin serta untuk mencegah percikan darah atau cairan
tubuh lainnya memasuki hidung atau mulut petugas kesehatan. Bila masker
tidak terbuat dari bahan tahan cairan, maka
c. Alat Pelindung Mata melindungi petugas dari percikan darah atau cairan
41
tubuh lain dengan cara melindungi mata. Pelindung mata mencakup kacamata
(goggles) plastik bening, kacamata pengaman, pelindung wajah dan visor.
Petugas kesehatan harus menggunakan masker dan pelindung mata atau
pelindung wajah, jika melakukan tugas yang memungkinkan adanya percikan
cairan secara tidak sengaja ke arah wajah. Bila tidak tersedia pelindung wajah,
petugas kesehatan dapat menggunakan kacamata pelindung atau kacamata
biasa serta masker.
d. Topi digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga serpihan
kulit dan rambut tidak tercampur ke limbah infeksius. Topi harus cukup besar
untuk menutupsemua rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
perlindungan pada petugas, tetapi tujuan utamanya adalah untuk melindungi
pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang terpercik dari limbah infeksius.
e. Apron yang terbuat dari karet atau plastik, merupakan penghalang tahan air
untuk sepanjang bagian depan tubuh petugas kesehatan. Petugas kesehatan
harus mengenakan apron ketika melakukan penghitungan dan pemilahan
linen kotori. Apron akan mencegah cairan tubuh pasien yang ada di linen
mengenai baju dan kulit petugas kesehatan.
f. Pelindung Kaki digunakan untuk melindungi kaki dari cedera akibat benda
tajam atau benda berat yang mungkin jatuh secara tidak sengaja ke atas
kaki. Sepatu yang tahan terhadap benda tajam atau kedap air harus
tersedia di Laundry.
Pemakaian APD di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
e. Kenakan masker.
42
f. Kenakan penutup kepala.
b. Lepaskan celemek.
e. Lepaskan masker.
h. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih.sker tersebut tidak efektif untuk
mencegah kedua hal tersebut.
D. Prosedur Penanganan Kecelakaan
a. Tertusuk Jarum
3) Cuci dengan air sabun/ desinfektan. (Jika perlu bilas dengan alkohol 70 %)
2) Untuk mata cuci dengan air mengalir dari pangkal ujung mata dekat hidung
dengan memiringkan kepala.
3) Untuk kulit cuci dengan air mengalir dan air sabun / desinfektan (Jika perlu,
bilas menggunakan alkohol 70 %) dan keringkan dengan handuk bersih.
4) Penanganan selanjutnya sesuai alur prosedur.
43
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
44
Keselamatan Kerja adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan,
kerusakan dan segala bentuk kerugian baik terhadap manusia, maupun yang
berhubungan dengan peralatan, obyek kerja, tempat bekerja, dan lingkungan kerja,
secara langsung dan tidak langsung.
Kesehatan Kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan
yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang mengadaptasi antara pekerjaan dengan manusia dan manusia
dengan jabatannya. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang selanjutnya
disingkat K3RS adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan
kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,
pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakan
kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit.
B. Tujuan
4. pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan
Kesehatan Kerja;
5. pencegahan dan pengendalian kebakaran;
6. pengelolaan prasarana Rumah Sakit dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja;
7. pengelolaan peralatan medis dari aspek keselamatan dan Kesehatan Kerja; dan
3. analisis risiko
4. evaluasi risiko
5. pengendalian risiko
46
dan Kesehatan Kerja di area Rumah Sakit.
2. pemetaan area risiko merupakan hasil identifikasi area risiko terhadap
kemungkinan kecelakaan dan gangguan keamanan di Rumah Sakit.
3. upaya pengendalian merupakan tindakan pencegahan terhadap risiko kecelakaan
dan gangguan keamanan.
1. Kegiatan yang bersifat kuratif paling sedikit meliputi pelayanan tata laksana
penyakit baik penyakit menular, tidak menular, penyakit akibat kerja dan
kecelakaan akibat kerja, dan penanganan pasca pemajanan (post exposure
profilaksis).
2. Kegiatan yang bersifat rehabilitatif paling sedikit meliputi rehabilitasi medik
dan program kembali bekerja (return to work).
I. Pencegahan Kecelakaan Pada Petugas
Bahaya pemaparan terhadap darah dan cairan tubuh lainnya maupun zat-zat kimia di
lingkungan CSSD dapat menyebabkan luka, penyakit dan dalam kondisi yang ekstrim
menyebabkan kematian. Upaya pencegahan dapat di lakukan secara efektif dengan
menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, penutup kepala, penutup kaki,
gaun anti cairan, masker maupun goggle mata. Penyedian alat pelindung diri menjadi
tanggung jawab institusi bersangkutan, tetapi adalah tanggung jawab petugas CSSD untuk
melindungi dirinya dengan menggunakan alat pelindung diri secara benar.
Penanganan yang salah terhadap alat-alat tajam terkontaminasi seperti pisau, jarum dll
dapat menyebabkan rusaknya permukaan kulit yang pada akhirnya dapat memungkinkan
masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh sehingga menyebabkan terjadinya
penyakit
K. Saran tindakan aman
48
5. Ikuti petunjuk/rekomendasi pabrik untuk penanganan zat kimia secara aman,
dan gunakan alat pelindung diri untuk mencegah pemaparan zat kimia
terhadap kulit dan membran mukosa yang dapat menyebabkan luka bakar
kimia
6. Berhati-hatilah apabila mendekati daerah dimana air biasa digunakan, periksa
kondisi lantai untuk mencegah terjatuh akibat licin lantai, sebaiknya ada rambu-
rambu peringatan
Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih yang
sudah mendapatkan pelatihan tentang prinsip dasar sterilisasi dan cara
menggunakan mesin sterilisasi secara benar. Dengan demikian maka kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja dapat diperkecil dan upaya untuk menghasilkan barang-
barang steril menjadi lebih terjamin. Jenis-jenis luka yang dapat terjadi di daerah ini
meliputi luka bakar pada kulit maupun membran mukosa, akibat kelalaian pada
penggunaan zat kimia maupun akibat terlalu dekatnya posisi terhadap sumber panas
(sterilisasi uap atau kereta barang yang panas). Luka bakar elektris, akibat
penggunaan instrument/alat listrik. Luka pada mata akibat cipratan zat kimia
sehingga pemakaian alat pelindung mata diperlukan. Saran tindakan aman
1. Gunakan sarung tangan tahan panas pada saat menangani kereta mesin sterilisasi
atau pada saat berhubungan dengan objek lain bersuhu tinggi
2. Letakkan kereta mesin sterilisasi diluar daerah lalu lalang petugas CSSD lain
untuk menghindari petugas lain menyentuh kereta yang panas ini.
3. Tindakan hati-hati harus diperhatikan pada saat menggunakan “sealer panas
“ dan pemotong kantung sterilisasi (pouches)
4. Pengoperasian mesin sterilisasi hanya boleh dilakukan oleh petugas terlatih
5. Pengoperasian dan instalasi mesin sterilisasi etilen oksida harus dilakukan dengan
memperhatikan sistem ventilasi dan sistem exhaust yang berhubungan langsung
49
dengan udara luar (ke luar gedung)
6. Pada saat memindahkan barang ke dalam cabinet aerasi, petugas harus
menggunakan sarung tangan dan tidak memegang barang dekat dengan tubuh
atau menghisap udara di atas barang yang di pindahkan tersebut
7. Pada saat memindahkan wadah dari mesin EO ke dalam aerator sebaiknya
kereta ditarik dan tidak di dorong
8. Setelah barang di masukkan ke dalam kabinet aerasi dan siklus aerasi sudah di
jalankan, maka fase siklus tersebut tidak boleh dihentikan sampai proses aerasi
selesai
9. Apabila ada petugas yang terpapar dengan EO segera bawa ke ruang gawat
darurat untuk evaluasi lebih lanjut
M. Penanganan zat-zat kimia di CSSD
Penanganan zat-zat kimia di CSSD sangat perlu di perhatikan mengingat banyak zat kimia
yang digunakan di CSSD bersifat toksik. Apabila penanganannya tidak dilakukan dengan
baik maka dapat membahayakan baik petugas CSSD itu sendiri maupun pasien
a. Alkohol
Alkohol dalam bentuk Etil atau Isopropil alkohol (60-90 %) digunakan sebagai
desinfektan intermediat dengan kemampuan bakterisidal, tuberkulosidal, fungisidal, dan
virusidal Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
50
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
b. Formaldehid
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20
51
menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan
lembut Tindakan pertolongan pada pemaparan
gastrointestinal
Pada keracunan formaldehid ringan, perlu dilakukan tindakan berikut:
1. Segera beri pasien air atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk
pengenceran. Untuk orang dewasa maksimal 20 cc sekali minum, untuk anak-
anak maksimal 100 ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat dipertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi.
c. Etilen Oksida
Etilen oksida merupakan zat kimia yang banyak digunakan dalam proses sterilisasi
kimia alat-alat kesehatan, pereaksi dalam sintesa kimia organik terutama dalam
pembuatan etilen glikol, fungisida, dan fumigan bahan makanan dan tekstil. Bahaya
utama terhadap kesehatan Inhalasi : Pemaparan jangka pendek : iritasi, daya cium
52
menurun, dispnea, nyeri kepala, mengantuk, gejala mabuk, gangguan
keseimbangan tubuh Kontak kulit : Pemaparan jangka pendek : reaksi alergi, kulit
terasa panas, melepuh, frostbite. Kontak mata : Pemaparan jangka pendek : terasa
panas, frostbite, mata berair, pemaparan jangka panjang dapat menimbulkan
kontak Tertelan : Pemaparan jangka pendek : terasa panas terbakar, sakit
tenggorokan, mual, muntah,frostbite, diare, nyeri perut, nyeri dada, nyeri kepala,
sianosis. Pemaparan jangka panjang : Kerusakan hati, potensial karsinogen
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
53
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut
Tindakan pertolongan pemaparan gastrointestinal
1. Induksi muntah tidak dilakukan (kontra indikasi)
3. Berikan karbon aktif dosis tunggal 1 gr/kg atau dewasa 30-100 gr dan anak-
anak 15- 30 gr. Cara pemberian : dicampur rata dengan perbandingan 5-10 gr
karbon aktif dengan 100-200 ml air. Dewasa 10 gr tiap 20 menit, anak-anak 5 gr
tiap 20 menit
e . Lisol
Lisol merupakan nama lain dari kelompok zat kimia fenol, asam karbolat,
hidroksibenzena, asam fenilat, resol, karbon kreolin, likresol. Lisol banyak digunakan
sebagai desinfektan rumah tangga untuk membersihkan lantai, kamar mandi/WC dan
untuk menghilangkan bau busuk. Dalam bidang kesehatan digunakan sebagai larutan
antiseptic dengan konsentrasi antara 1 -2 %. LDL oral pada manusia adalah 140 mg/kg.
Bahaya utama pada kesehatan. Pada kulit dan mukosa : Gatal dan mati rasa dan pada
keadaan berulang atau berat : kemerahan, gatal dan luka bakar Kronis pada kulit :
Eritema, vesikel, dan akhirnya padat mengalami dermatitis kontak. Pemaparan mata :
Iritasi konjungtiva, kornea berwarna putih, edema palpebra dan iritis, nyeri abdomen,
muntah dan rash. Jika konsentrasi fenol > 5 % dapat menyebabkan luka bakar pada pada
mulut dan esophagus. Efek pada sistem kardiovaskuler : Hipotensi dan syok, Efek pada
ginjal : Urin berwarna gelap karena hemoglobinuri Efek pada pernafasan : Depresi
pernafasan dan gagal nafas
Tindakan pertolongan
1. Bawa korban ke ruangan dengan sirkulasi udara yang baik
54
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter
mata Tindakan pertolongan pada pemaparan kulit
1. Bawa pasien segera ke pancuran terdekat
2. Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir minimal 10 menit
3. Jika tidak tersedia air, sekalah bagian kulit dengan kain atau kertas secara perlahan
4. Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahan dan
buanglah dalam wadah/plastik tertutup
5. Pada saat memberikan pertolongan, gunakan alat pelindung diri seperti sarung
tangan, masker, apron
6. Keringkan dengan handuk yang kering dan
lembut Tindakan pertolongan pemaparan
gastrointestinal
1. Segera beri pasien atau susu untuk diminum secepat mungkin untuk pengenceran.
Untuk orang dewasa maksimal 250 cc sekali minum, untuk anak-anak maksimal 100
ml.
2. Kontra indikasi untuk induksi muntah dan pemberian karbon-aktif
3. Dalam keadaan tertentu, pemasangan pipa lambung yang lembut dan fleksibel
dapat di pertimbangkan setelah pengenceran dan pemeriksaan endoskopi
f . Natrium Hipoklorit
Larutan pemutih pakaian yang biasa digunakan biasanya mengandung bahan aktif
Natrium hipoklorit (Na OCL) 5-10 %. Selain digunakan sebagai pemutih juga
digunakan sebagai disinfektan. Pada konsentrasi > 20 % zat ini bersifat korosif dan
bila tertelan akan berbahaya karena jika kontak dengan asam lambung akan
melepaskan asam klorat gas klor bebas dalam lambung yang apabila terhirup dapat
55
menyebabkan kerusakan paru- paru.
Bahaya utama terhadap kesehatan
2. Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan lakukan irigasi
dengan sejumlah air bersih atau NaCL 0,9 % perlahan selama 15-20 menit
3. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
5. Tutuplah mata dengan kain kassa steril lalu segera kirim/konsul ke dokter mata
56
BAB VIII
PENGENDALIAN
MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan
untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Definisi Indikator
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suat variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator
yang baik adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria
Standar :
1. Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang
berwenang dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab
untuk mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
2. Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
3. Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus
memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut:
1) Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
a. Keprofesian
b. Efisiensi
c. Keamanan petugas
d. Kepuasan pasien
57
2) Indikator yang dipilih
a. Indikator lebih diutamakan untuk menilai output daripada input dan proses
b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kelompok
daripada untuk perorangan.
c. Dapat digunakan untuk membandingkan antar daerah dan antar Rumah Sakit
d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk
dimonitor
Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk dapat menilai
indikator, sehingga dapat sebagai batas yang memisahkan antara mutu baik dan
mutu tidak baik.
5. Standar yang digunakan
58
BAB IX
PENUTU
P
Pedoman Pelayanan CSSD merupakan suatu panduan yang menjadi acuan dan
diharapkan dapat membantu rumah sakit pada umumnya dan bagian CSSD pada
khususnya untuk menambah pengetahuan tentang tata cara pelayanan CSSD di rumah
sakit yang sesuai dengan prosedur dan peraturan perundangan yang berlaku. Mudah-
mudahan buku ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman bagi petugas CSSD di
Rumah sakit
Ditetapkan di : Kab.Semarang
DI RS At-Tin Hospital
TembusanYth:
1.KetuaKomitePencegahandanPengendalianInfeksi
2.Unitterkait
3. Arsip
57
PEDOMAN KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI