ISBN 978-602-52866-0-5
MODUL PRAKTIKUM KEPERAWATAN DASAR
Cetakan Pertama, Januari 2018
14,5 x 21 cm; vi + 99 Halaman
ISBN 978-602-52866-0-5
PENULIS:
Masykur Khair, S.Kep., Ns.
EDITOR:
Masykur Khair, S.Kep., Ns.
PENYUNTING:
Abdul Rohman, SE.
PERANCANG SAMPUL:
Akademi Keperawatan Al-Ikhlas
PAS FOTO
NAMA : …………………………………….
NIM : …………………………………….
ALAMAT : …………………………………….
: …………………………………….
NO TELP : …………………………………….
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
Dasar ini dapat diterbitkan sebagai alat untuk membantu mahasiswa Akademi Keperawatan
Kami menyadari bahwa Ilmu keperawatan berkembang sangat pesat dan buku
panduan praktikum ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan
perkembangan ilmu yang ada dengan selalu membaca berbagai buku lainya dan tidak selalu
Tak ada gading yang retak, saran dan masukan yang ditunjukan untuk
penyempurnaan buku panduan praktikum ini sangat kami harapkan, Semoga buku
panduan praktikum ini dapat bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam proses
pembelajaran.
Penulis
B. Tujuan Umum
Memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk mendemonstrasikan pelaksanaan
tindakan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami gangguan pada pemenuhan
kebutuhan dasar.
C. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan dapat mempraktekan ketrampilan :
1. Gangguan kebutuhan oksigen (Menghitung pernapasan, Memposisikan klien fowler
dan semifowler, Mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan, Memberikan oksigen
nasal kaul, Melatih napas dalam, Melatih batuk efektif)
2. Gangguan kebutuhan cairan (Mengukur tekanan darah, Menghitung nadi,
Pemeriksaan rumple-lead, Memberi minum peroral, Mengumpulkan urine untuk
pemeriksaan, Memasang kondom, Menghitung keseimbangan cairan, Merawat luka
infus, Mengganti cairan infus, Melepas infus, Memonitor tetesan infus, Merawat
kateter urine)
3. Gangguan kebutuhan nutrisi (Mengukur Antropometri, Menghitung indeks masa
tubuh, Memberikan makan peroral)
4. Gangguan kebutuhan eliminasi (Membantu klien eliminasi BAK/BAB diatas tempat
tidur, Memasang diapers/popok)
5. Gangguan kebutuhan aktivitas (Menerima klien baru, Memindahkan klien,
Memposisikan klien, Melatih berjalan, Memandikan klien, Merawat gigi dan mulut,
Merawat rambut)
6. Gangguan keseimbangan suhu tubuh (Mengukur suhu tubuh, Memberikan kompres)
7. Gangguan aman nyaman (Manajemen stres, Memebersihkan lingkungan klien,
Backrub, Mencuci tangan, Menggunakan APD)
8. Prosedur Perawatan pada tindakan kolaborasi (Memberikan obat)
9. Jenis, manfaat dan cara penggunaan alat kesehatan yang sering digunakan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan
10. Penyimpanan dan pemeliharaan alat (Membersihkan dan menyimpan alat, Prinsip
aseptic dan antiseptik pada penggunaan alat kesehatan)
E. Pelaksanaan Praktikum
Sesuai jadwal
F. Metode Evaluasi
1. Sikap dan penampilan : 10 %
2. Kehadiran : 10 %
3. Pretes : 10 %
4. Ujian Praktek Intensif : 70 %
H. Tata Tertib
1. Kehadiran praktikum 100%
2. Berpakaian rapi dan sopan (tidak memakai sandal, kaos oblong, baju ketat, anting-
anting dan rambut gondrong
3. Mengenakan jas laboratorium
4. Mengganti apabila menghilangkan, merusak alat laboratorium
5. Mahasiswa menyiapkan alat sehari sebelum pelaksanaan perasat
6. Mahasiswa wajib memiliki modul praktikum
1. Tekanan Darah
Darah yang mengalir dan menyurut dalam sistem arteri seperti gerakan gelombang,
menyebabkan dua tekanan darah : tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan sistolik adalah
tekanan darah pada puncak gelombang, pada saat ventrikel kiri kontraksi. Inilah yang
pertama dicatat dalam pengukuran tekanan darah. Tekanan diastolik adalah tekanan
antara dua kontraksi ventrikuler, saat jantung pada fase istirahat.
2. Denyut Nadi
Denyut nadi dapat dibedakan menjadi denyut nadi apikal dan perifer. Denyut nadi
apikal adalah denyut yang dirasakan pada daerah apeks jantung. Denyut perifer adalah
denyut yang dirasakan pada perifer tubuh seperti leher, pergelangn dan kaki. Pada klien
yang sehat, laju denyut perifer sama dengan denyut jantung. Perubahan kesehatan klien
dapat memperlemah denyut perifer dan membuatnya sulit untuk dideteksi. Sehingga
pengkajian denyut perifer merupakan suatu komponen penting dalam pengkajian
kesehatan menyeluruh. Beberapa arteri yang bisa digunakan sebagai lokasi menghitung
denyut nadi antara lain :
a. Arteri rasialis di pergelangan tangan
b. Arteri brankialis di siku bagian dalam
c. Arteri karotis di leher
d. Arteri temporalis di pelipis
e. Arteri femoralis di lipatan paha (selangkangan)
f. Arteri dorsalis di kaki
g. Arteri frontalis di ubun-ubun (bayi)
Lokasi denyut perifer yang paling umum digunakan adalah denyut radial. Palpasi
denyut radial dilakukan dengan meletakan dua atau tiga ujung jari pada pergelangan
anterior sepanjang tulang radius. Jika denyut teratur, hitunglah denyut selama 30 detik
lalu hasilnya di kali 2. Jika denyut tidak teratur, kaji denyut, perhatikan empat hal yaitu:
laju, ritme, kekuatan dan elastisitas arteri.
a. Laju denyut kurang 60 kali permenit disebut Bradikardi (dapat dijumpai pada atlet
yang sehat dan terlatih). Denyut yang melebihi 100 kali permenit disebut Takikardi,
dapat juga dijumpai pada klien sehat yang cemas atau baru selesai berolahraga
b. Ritme denyut nadi reltif konstan dan interval diantara dua denyut teratur pada orang
sehat
c. Mengkaji kekuatan denyut nadi dilakukan dengan memeriksa tekanan yang
dikeluarkan sebelum denyut dirasakan
d. Elastisitas arteri dikaji dengan melakukan palpasi sepanjang arteri radius dengan arah
dari proksimal ke distal. Arteri yang normal teraba halus, lurus dan lunak
3. Pernafasan
Kajilah lajupernafasan klien dengan menghitung jumlah nafas selama 30 detik, dan
hasilnya kalikan dengan dua. Jika pemeriksa mendeteksi ketidakteraturan atau kesulitan
bernafas, hitung nafas selama 1 menit penuh. Perhatikan : laju pernafasan pada beberapa
klien dapat meningkat jika mereka sadar bahwa nafas mereka sedang dihitung Untuk itu
tetaplah pertahankan posisi atau postur saat menghitung denyut radial pada saat
menghitung pernafasan.
4. Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan indikator untuk menilai keseimbangan antara pembentukan dan
pengeluaran panas. Suhu permukaan tubuh (suhu kulit, jaringan sub kutan dan lemak)
berfluktuasi sesuai respon terhadap faktor lingkungan sehingga tidak ajeg (unreliable)
untuk pemantauan status kesehatan klien .Oleh karena itu lebih tepat mengukur suhu
inti atau jaringan tubuh bagian dalam seperti thorax dan rongga abdomen karena
suhunya relatif konstan (± 370). Sampai saat ini, suhu inti tubuh diukur biasanya dengan
termometer air raksa. Perawat lebih menyukai menggunakan termometer elektronik yang
memberikan pengukuran lebih akurat hanya dalam waktu 2-60 detik. Pengukuran suhu
inti tubuh inti dapat dilakukan dengan empat cara yaitu oral, rektal, dan aksila
Tujuan :
Tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah.
Mengukur tanda-tanda vital bertujuan untuk memperoleh data dasar, mendeteksi atau
memantau perubahan klien dan memantau klien yang berisiko untuk perubahan kesehatan.
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Memasang tirai/penutup
8 Mengatur posisi klien semifowler/supine
9 Mencuci tangan
10 Memakai sarung tangan
11 Membersihkan aksila yang lebih jauh dengan tissue, pasang termometer
dan letakkan tangan klien menyilang di atas dada
12 Menggulung lengan baju bagian atas pada lengan yang akan dilakukan
pengukuran tekanan darah
13 Melakukan palpasi arteri brachialis, memasang manset 2.5 cm diatas
arteri brachialis
14 Meletakkan diafragma stetoskop diatas arteri brachialis
15 Memompa manset sampai tekanan 30 mmHg diatas titik dimana denyut
tidak terdengar
16 Membuka katup dan membiarkan air raksa turun secara perlahan,
tentukan tekanan sistolik dan diastolik
17 Menghitung nadi selama satu menit penuh
18 Menghitung pernafasan selama satu menit penuh
19 Mengangkat termometer lalu membaca hasilnya
20 Mencuci termometer dengan air sabun, desinfektan dari arah pangkal
ke ujung termometer (reservoir). Kemudian dengan air bersih dari ujung
ke pangkal
21 Mengeringkan termometer dan menurunkan suhunya
FASE TERMINASI
22 Merapikan klien dan alat
23 Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
24 Mengevaluasi respon klien
25 Mengucapkan salam
TOTAL
Pengertian
Latihan nafas dalam adalah bernapas untuk pengambilan oksigen maksimal dan
latihan batuk efektif adalah batuk untuk pengeluaran sekret yang terakumulasi dan
menganggu di saluran pernafasan dengan cara dibatukkan. Latihan nafas dalam dan batuk
dilakukan pada klien yang mengalami gangguan fungsi respirasi.
Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat
menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
Batuk merupakan gerakan refleks yang bersifat reaktif terhadap masuknya benda asing
dalam saluran pernapasan. Gerakan ini terjadi atau dilakukan tubuh sebagai mekanisme
alamiah terutama untuk melindungi paru paru.
Gerakan ini pula yang kemudian dimanfaatkan kalangan medis sebagai terapi untuk
menghilangkan lendir yang menyumbat saluran pernapasan akibat sejumlah penyakit.
Itulah yang dimaksud pengertian batuk efektif.
Batuk efektif merupakan batuk yang dilakukan dengan sengaja. Namun dibandingkan
dengan batuk biasa yang bersifat refleks tubuh terhadap masuknya benda asing dalam
saluran pernapasan, batuk efektif dilakukan melalui gerakan yang terencana atau dilatihkan
terlebih dahulu. Dengan batuk efektif, maka berbagai penghalang yang menghambat atau
menutup saluran pernapasan dapat dihilangkan.
Indikasi :
1. Latihan Nafas Dalam dilakukan pada :
a. Klien dengan gangguan paru obstruktif maupun restriktif
b. Klien pada tahap penyembuhan dari pembedahan thorax
c. Untuk metode relaxasi
2. Batuk Efektif dilakukan pada :
a. Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi secret
b. Klien yang akan di lakukan pemeriksaan diagnostik sputum
c. Klien setelah menggunakan bronkodilator
Tujuan :
Tujuan latihan nafas dalam dan batuk efektif adalah :
1. Meningkatkan kapasitas paru
2. Mencegah atelektasis
3. Membebaskan jalan napas dan akumulasi secret
4. Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
5. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi secret
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Memasang tirai/penutup
8 Mengatur posisi yang nyaman (semi fowler atau supine)
9 Memakai sarung tangan
10 Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
11 Melatih klien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan (menurut SIKI 4 detik), jaga mulut tetap
tertutup), tetap rileks, jangan melengkungkan punggung dan
konsentrasi pada pengembangan abdomen
12 Meminta klien menahan nafas hingga 3 hitungan (menurut SIKI 2 detik)
13 Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup) (menurut SIKI 8 detik)
14 Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan klien bila duduk atau
di dekat mulut bila tidur miring)
15 Meminta klien untuk melakukan nafas dalam 2 kali, yang ke-3:
inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat
16 Menampung lendir dalam sputum pot
FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat
18 Melepaskan sarung tangan dan mencuci tangan
19 Mengevaluasi respon klien
20 Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
21 Mengucapkan salam
22 Mendokumentasikan hasilnya
TOTAL
Pengertian
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui
mulut Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland, 1992). Sputum, dahak, atau
riak adalah sekret yang dibatukkan dan berasal dari tenggorokan, hidung atau mulut.
Perbedaan ini hendaknya dijelaskan kepada klien yang dahaknya akan diperiksa.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang klien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistennya karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara
spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.
Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran
mukosa saluran pernafasan berespons terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran
sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit.
Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur dengan air liur. Cairan sputum
lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa di atasnya, sedangkan cairan sputum yang
bercampur air liur encer dan terdapat gelembung busa di atasnya. Sputum diambil dari
saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang bercampur air liur diambil dari
tenggorokan.
Indikasi :
Pemeriksaan diagnostik
Tujuan :
Mengumpulkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Berikan privasi klien
8 Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan specimen.
9 Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (mis., posisi fowler
atau semi fowler atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini
memungkinkan ventilasi dan ekspansi paru yang maksimum
10 Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau untuk
klien yang tidak dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan
pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien
11 Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi
12 Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke
dalamnya, pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah.
Memasukan sputum ke dalam wadah akan mencegah penyebaran
mikroorganisme ke tempat lain
13 Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah sputum
yang cukup
14 Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah untuk
mencegah perpindahan mikroorganisme ke tempat lain
15 Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar
dengan disinfektan. Beberapa institusi menganjurkan untuk
membersihkan seluruh bagian luar wadah dengan sabun cair dan air
dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas
16 Lepas dan buang sraung tangan
FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat (bantu klien untuk membersihkan mulutnya
dengan obat kumur dan berikan posisi yang nyaman, bila dibutuhkan)
18 Mencuci tangan
19 Mengevaluasi respon klien
20 Mengucapkan salam
21 Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium
a. Patikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan
laboratorium. Tempelkan label dan lampirkan perimintaan
laboratorium pada wadah spesimen
b. Atur agar specimen dikirim segera ke laboratorium atau di
dinginkan.
22 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Catatan :
a. Jangan menyentuh bagaian dalam wadah specimen,
b. Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
c. Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
d. Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat batuk,
e. Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup
analisis)
Pengertian
Pemberian oksigen adalah pemberian oksigen melalui hidung dengan menggunakan
kanule nasal. Kanule nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan
oksigen kontinu dengan aliran 1-6 L/mnt.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak, berbicara,
lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm,
mengiritasi selaput lendir.
Tujuan
Tujuan pemberian oksigen adalah untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan
oksigen
Indikasi :
Klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (memperbaiki terjadinya hipoksemia
dan menurunkan stimulus yang dapat meningkatkan kardiak output)
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi
8 Mengatur posisi yang nyaman (semi fowler atau semi fowler)
9 Menjelaskan prosedur pada klien dan keluarga
10 Memastikan volume air steril dalam tabung pelembab sesuai ketentuan
11 Menghubungkan selang dari kanula nasal ke tabung
pelembab/humidifier
12 Memeriksa apakah oksigen keluar dari kanuIa
13 Memasang kanula/outlet pada hidung klien
14 Meletakkan kanule di atas wajah klien dengan kanule/outlet masuk
hidung dan selang mengelilingi kepala atau menyelipkannya pada daun
telinga. Beberapa model mempunyai pengikat dibawah dagu.
15 Jika kanule tidak pada tempatnya, plester pada sisi wajah, selipkan
kasa di bawah selang pada tulang pipi untuk mencegah iritasi
16 Menetapkan kadar oksigen sesuai program medik.*
17 Menganjurkan klien untuk bernapas melalui hidung dengan mulut
tertutup
18 Mengkaji respon langsung klien terhadap oksigen, seperti warna
pernafasan, ketidaknyamanan dan sebagainya. Memberi
dorongan/support ketika diputuskan pemakaian kanule.
FASE TERMINASI
19 Merapikan klien dan alat
21 Mencuci tangan
22 Mengevaluasi respon klien
23 Mengucapkan salam
24 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien: waktu pemberian,
aliran kecepatan oksigen, rute pemberian, dan respons klien
TOTAL
Catatan :
Kewaspadaan Observasi apakah:
a. Kanula tersumbat atau terlipat
b. Tabung pelembab/humidifier kurang cukup terisi air
c. Volume Oksigen mencukupi/tidak
Pengertian
Pemeriksaan Rumple Leed adalah pemeriksaan peningkatan permeabilitas dinding
pembuluh darah yang ditandai dengan munculnya petechiae. Pemeriksaan penunjang untuk
klien dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever) dengan cara menetapkan TD klien sebelumnya
Indikasi
Pada klien dengan DHF (Dengue Hemoragic Fever)
Tujuan
Mengetahui gejala penyakit utamanya DHF atau DBD atau penyakit lainnya.
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Klien dalam posisi baring telentang
Penegertian
Suatu tindakan mengambil sejumlah urine sebagai sampel untuk pemeriksaan
laboratorium.
Tujuan
1. Mengambil sampel urine yang tidak terkontaminasi untuk menganalisa urine rutin atau
test diagnostik yang meliputi test kultur dan sensitivitas.
2. Mengetahui adanya mikroorganisme dalam urine.
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menutup sampiran
8 Mencuci tangan
9 Memakai handscoen bersih
10 Melakukan pengambilan sampel urine :
Melalui Kateter :
11 Mengklem selang urine bag selama kurang lebih 30 menit.
12 Meletakkan perlak/pengalas dibawah tempat pengambilan urine.
Melakukan pengambilan urine :
a. Kateter dengan port :
13 Mendesinfeksi lokasi penusukan dengan kapas alkohol 70%
14 Menusukkan jarum dengan sudut 900 pada port
15 Melakukan aspirasi urine sebanyak ± 3 – 5 cc untuk pemeriksaan
kultur urine, atau ± 10 – 20 cc untuk pemeriksaan urine lengkap.
16 Memindahkan urine dari spuit kedalam bokal/botol steril
b. Kateter tanpa port :
Pengertian
Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh.
Tujuan
Mengetahui status cairan tubuh :
1. Mengetahui jumlah masukan cairan
2. Mengetahui keluaran cairan
3. Mengetahui balance cairan
4. Menentukan kebutuhan cairan
Keterangan :
Air Metabolisme (AM) :
a. Dewasa : AM = 5 cc x kg BB/hari
b. Anak
1) Usia Balita : 8 cc/kgBB/hari
2) Usia 5 – 7 tahun : 8 – 8,5 cc/kgBB/hari
3) Usia 7 – 11 tahun : 6 – 7 cc/kgBB/hari
4) Usia 12 – 14 tahun : 5 – 6 cc/kgBB/hari
Insensible Water Loss (IWL)
d. Jika Suhu Tubuh Normal
1) Dewasa : IWL = 15 cc x kg BB/hari
2) Anak : IWL = (30 – usia (Thn))cc x kg BB/hari
Jika anak mengompol menghitung urine 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari
e. Jika Terjadi Kenaikan Suhu
IWL = (15 cc x kg BB) + 200 x (Suhu-36,8) 36,80C adalah nilai Konstanta
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menghitung in take oral (baik yang diminum maupun kandungan cairan
dalam makanan yang dikonsumsi)
8 Menghitung in take parenteral
9 Menentukan cairan metabolisme (AM)
10 Menghitung out put urine
11 Menghitung out put feces
12 Menghitung out put abnormal (muntah, drain, perdarahan dll)
13 Menghitung out put IWL (Insensible Water Loss)
14 Menghitung balance cairan
FASE TERMINASI
15 Merapikan klien dan alat
16 Mencuci tangan
17 Mengevaluasi respon klien
18 Mengucapkan salam
19 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Pengertian
Merawat infus adalah suatu proes melakukan perawatan di area pemasangan infus.
Tujuan
Mengurangi resiko infeksi, dan mempertahankan kepatenan aliran infus dari selang infus.
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Pasang sarung bersih
8 Lepaskan plester dan kassa yang melekat pada lokasi penusukan
9 Observasi adanya pembengkakan
10 Bersihkan dengan cairan desinfektan area penusukan
11 Pasang kassa di area penusukan
12 Tutup kembali dan fiksasi kembali di atas kassa
13 Pasang label atau tanda kapan dilakukan perawatan infus
FASE TERMINASI
14 Merapikan klien dan alat
15 Lepaskan sarung tangan
16 Mencuci tangan
17 Mengevaluasi respon klien
18 Mengucapkan salam
19 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Pengertian
Mengganti cairan infus adalah suatu proses mengganti cairan infus yang lama dan sudah
habis atau terdapat pergantian jenis cairan infus. Mengganti botol infuse dilakukan jika
cairan sudah berada di leher botol dan tetesan masih berjalan.
Tujuan
Melanjutkan terapi yang dilakukan, menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit.
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menyiapkan cairan infuse yang baru sesuai dengan macam infus
8 Buka plastik pelapis cairan infus
9 Buka segel cairan infus atau tutup botol cairan infus
10 Klem aliran infus agar cairan tidak mengalir
11 Cabut ujung selang infus dari cairan infus yang lama
12 Dengan gerakan yang cepat sambungkan ujung selang infus dengan
cairan infus yang baru tanpa menyentuh area yang steril
13 Gantung kembali cairan pada tiang (standar),
14 Cek adanya udara di sepanjang selang
15 Yakinkan ruang udara terisi dengan baik (1/3-1/2 bagian dengan isi
cairan infus)
16 Atur kembali tetesan infus
FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat
18 Mengevaluasi hasil/respon klien
19 Mengakhiri kegiatan/memberi salam
20 Mencuci tangan
21 Mendokumentasikan hasil
TOTAL
Pengertian
Melepaskan infus adalah suatu proses melepaskan set infus (abocath, botol infus, selang
infus) dari pembuluh darah vena. Menghentikan atau melepas infuse dilakukan bila program
terapi telah selesai atau bila akan mengganti tusukan yang baru.
Tujuan
Adapun tujuan dari pada melepaskan infus antara lain : membuat klien lebih nyaman karena
lebih mudah untuk beraktivitas, dan mengganti set infus dengan yang baru (bila mana klien
masih membutuhkan terapi intravena).
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Memasang perlak dan pengalas
8 Pasang sarung bersih
9 Menutup klem infuse*
10 Membuka plester pada daerah tusukan sambil memegang jarum
11 Tarik perlahan-lahan abocath infus
12 Tekan area penusukan dengan kapas alkohol selama 2-3 menit
13 Menutup daerah bebas tusukan dengan kasa steril dan diplester
14 Selang infus dan botol caiaran dibuang pada kantong/tempat sampah
FASE TERMINASI
15 Merapikan klien dan alat
16 Lepaskan sarung tangan
17 Mengevaluasi hasil/respon klien
18 Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
19 Mengakhiri kegiatan/memberi salam
20 Mencuci tangan
21 Mendokumentasikan hasil
TOTAL
Pengertian
Memonitor terkesan infus adalah tindakan pemantauan terhadap tetesan cairan infus.
Tujuan
Untuk pemantauan balance cairan, mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan
sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok, mencegah kelebihan cairan
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Membaca program dokter dan memastikan larutan/cairan yang
diberikan tepat
8 Mencaritahu kalibrasi dalam terkesan per mililiter dari set infus
9 Menghitung terkesan infus
10 Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik dril
selama 1 menit dengan jam
11 Atur klem pengatur untuk menaikan atau menurunkan terkesan infus
12 Periksa kecepatan setiap jam
FASE TERMINASI
13 Mengevaluasi hasil/respon klien
14 Mengakhiri kegiatan/memberi salam
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan hasil
TOTAL
Keterangan :
Kalibrasi/Faktor Tetesan :
Mikrodrip = 60 tetes
Makrodrip = 20 tetes
Transfusi set = 15 tetes
Rumus Tetesan Infus :
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑪𝒂𝒊𝒓𝒂𝒏 𝐱 𝑭𝒂𝒌𝒕𝒐𝒓 𝑻𝒆𝒕𝒆𝒔𝒂𝒏
𝑻𝒆𝒕𝒆𝒔𝒂𝒏 𝑰𝒏𝒇𝒖𝒔 (𝒕𝒆𝒕𝒆𝒔/𝒎𝒆𝒏𝒊𝒕) =
𝑱𝒂𝒎 𝐱 𝟔𝟎
Pengertian
Perawatan kateter adalah suatu tindakan keperawatan dalam memelihara kateter dengan
antiseptik untuk membersihkan ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta
mempertahankan kepatenan posisi kateter
Tujuan
1. Menjaga kebersihan saluran kencing
2. Mempertahankan kepatenan (fiksasi) kateter
3. Mencegah terjadinya infeksi
4. Mengendalikan infeksi
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi (pasang tirai, gorden yang ada)
8 Memasang perlak pengalas
9 Mengoles alkohol pada plester dan buka dengan pinset
10 Membuka balutan pada kateter
11 Memakai sarung tangan steril
12 Memperhatikan kebersihan dan tanda-tanda infeksi dari ujung penis
serta kateter
13 Mengoles ujung uretra dan kateter memakai kapas steril yang telah
dibasahi dengan aquadest/air hangat dengan arah menjauhi uretra
14 Mengoles ujung uretra dan kateter memakai Cairan NaCl + bethadin
dengan arah menjauhi uretra
15 Balut ujung penis dan kateter dengan kasa steril kemudian plester
16 Posisikan kateter ke arah perut atau paha dan plester
FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat
18 Lepaskan sarung tangan
19 Mencuci tangan
20 Mengevaluasi respon klien
21 Mengucapkan salam
22 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Pengertian
Tindakan ini dilakukan dengan memasang kateter kondom pada pasien yang inkontinensia
atau pasien koma yang masih mempunyai fungsi pengosongan kandung kemih utuh.
Tujuan
1. Mempertahankan hygiene perinal pasien inkontinensia
2. Mempertahankan eliminasi perkemihan
Tujuan
1. Untuk melihat pertumbuhan
2. Untuk mengetahui/mengidentifikasi status gizi
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
Pengertian
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko
terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap
penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan
seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.
Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau
gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat
diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒌𝒈)
𝑰𝑴𝑻 = 𝟐
(𝑻𝒊𝒏𝒈𝒈𝒊 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏 (𝒎))
Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan
batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal
untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk
kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih
lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan
perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk
kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk
kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi
berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada
akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 – 18,4
ringan
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
Tujuan
untuk memantau status gizi
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Mengukur berat badan (kg)
8 Mengukur tinggi badan (m)
9 Menghitung IMT
FASE TERMINASI
10 Merapikan klien dan alat
11 Mengevaluasi respon klien
12 Mengucapkan salam
13 Mencuci tangan
14 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Pengertian
Pemberian nutrisi per oral adalah suatu proses pemenuhan makanan dan minuman melalui
mulut klien.
Tujuan
Tujuan pemberian nutrisi per oral, antara lain: tercukupinya keseimbangan nutrisi klien,
dan sebagai sosialisasi antara klien-perawat
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kemampuan klien dalam pemenuhan nutrisi peroral
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien/keluarga untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Membawa makanan dengan menggunakan baki
8 Menjaga privasi klien
9 Mendekatkan alat-alat yang akan digunakan
10 Meminta klien berpartisipasi dalam tindakan (mengatur posisi)
11 Memberikan penghargaan klien atas kerjasamanya
12 Membentangkan Serbek di bawa dagu klien
13 Duduk dengan posisi yang memudahkan pekerjaan
14 Menawari minum kepada klien
15 Menyuapkan makanan sedikit-demi dengan menggunakan sendok atau
garpu
16 Memperhatikan apakan makanan sudah ditelan habis klien
17 Setelah memberikan makanan klien diberikan minum
18 Membersihkan mulut klien dan sekitanya dengan tissue
FASE TERMINASI
19 Merapikan klien dan alat
20 Mengevaluasi respon klien
21 Minta terima kasih pada klien atas kerjasamanya
22 Mengucapkan salam
23 Mencuci tangan
24 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Pengertian
Memposisikan klien adalah memberikan/mengubah posisi klien sesuai dengan posisi yang
diinginkan/protap yang ada.
Tujuan
1. Memberi kenyamanan pada klien
2. Prosedural tindakan
3. Terapi/pengobatan
Macam-macam posisi :
1. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan klien. Posisi fowler merupakan posisi
bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-90 tanpa fleksi lutut.
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan
ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
1. Pada klien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada klien yang mengalami mobilisasi
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
3. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan.
4. Naikkan kepala bed 45 sampai 90 sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45, fowler
tinggi 90)
5. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana.
Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
6. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervikal
dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur
tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi
kontraktur dari leher.
Tujuan
1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara/prosedur
Sama seperti posisi fowler, hanya berbeda pada sudut pengangkatanya saja yaitu 15-450
3. Posisi Lithotomi
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas bagian
perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan, dan
memasang alat kontrasepsi.
Indikasi
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Cara Kerja
1. Klien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik ke
arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan klien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi
1. Klien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
2. Untuk persalinan
Cara Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Klien dalam keadaan berbaring telentang
3. Pakaian bawah di buka
4. Tekuk lutut dan di renggangkan
5. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
Tujuan
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut klien dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi
1. Untuk klien yang akan di huknah
2. Untuk klien yang akan diberikan obat melalui anus
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Klien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat
tidur.
4. Bila klien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat
tidur.
6. Posisi Trendelenberg
Pada posisi ini klien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Indikasi
1. Klien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Klien shock
3. Klien hipotensi.
Cara Kerja
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Posisikan klien berbaring telentang, kemudian angkat bantal dibawah kepala
3. Memasang balok pada kedua kaki tempat tidur, di bagian kaki klien atau menaikkan
pada bagian kaki bila ada tempat tidur yang bias diatur.
4. Merapikan klien
5. Perhatikan keadaan umum klien selama bekerja
7. Posisi Supinasi
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu
sedikit elevasi menggunakan bantal. Posisi telentang dengan klien menyandarkan
punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
Indikasi
1. Klien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Klien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body
alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan
yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi
lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan
tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini
mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan
pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
8. Posisi Ponasi
Posisi pronasi (posisi telungkup) adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut atau
tenggorokan.
Indikasi
1. Klien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Klien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi
yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku
lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang
datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase
dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau
hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara
pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada
beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki
pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar
fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah
tekanan yang berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan
serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya
fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Skore
NO ASPEK PENILAIAN Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi (menutup sampiran)
Posisi Fowler dan Semi Fowler
8 Menggunakan sarung tangan bila diperlukan
9 Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan
10 Naikkan kepala bed 45 sampai 90 sesuai kebutuhan (semi fowler 15-
45, fowler tinggi 90)
11 Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada
celah Diana
12 Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Sebagai alternatif kepala
klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa bantal
13 Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
Pengertian
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mandi secara sendiri
dengan cara memandikan di tempat tidur.
Tujuan
1. Menjaga kebersihan tubuh,
2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor,
3. Memperlancar sistem peredaran darah
4. Menambah kenyamanan klien.
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Tinggikan tempat tidur jika perlu
8 Tutup pintu dan sampiran, memakai handscoen
9 Ganti selimut dengan selimut mandi
10 Tanggalkan baju klien
11 Cuci bagian muka, telinga, leher
12 Letakkan handuk dibawah kepala klien
13 Bersihkan mata dari cantus dalam ke cantus luar menggunakan
waslap, dan tidak diberi sabun penggunaan sabun muka disesuaikan
dengan kebiasaan klien, kemudian dibilas dan dikeringkan
14 Bersihkan daun telinga menggunakan waslap dan sabun
15 Bersihkan leher menggunakan waslap dan sabun
16 Cuci lengan klien: letakkan handuk dibawah lengan klien yang jauh dari
perawat dan meninggikan lengan dengan cara memegang bagian siku,
kemudian mencuci lengan dari pergelangan tangan ke ketiak, bilas
dengan air bersih lalu dikeringkan. Ulangi lagi untuk tangan yang lain
17 Mencuci dada dan perut klien: Miringkan klien kearah membelakangi
perawat, lalu letakkan handuk besar melintang di bawah punggung
klien. Kembalikan klien pada posisi supine turunkan selimut mandi
hingga batas atas pubis, cuci dada hingga perut menggunakan waslap
Pengertian
Mengganti pakaian klien yaitu merupakan tindakan mengganti pakaian kotor klien dengan
pakaian yang bersih.
Tujuan
1. Menjaga kebersihan dan kenyamanan klien
2. Untuk meningkatkan gambaran diri & harga diri klien dengan menciptakan susana yang
bersih, rapi & nyaman
3. Untuk mengontrol penyebab mikroorganisme
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi (menutup sampiran)
8 Mengenakan sarung tangan bersih
Membuka pakaian klien yang kotor dengan melepas salah satu lengan
baju
10 Memiringkan klien ke arah lengan yang belum terlepas
Menggulung baju yang kotor hingga bawah punggung klien
9 Memasukkan salah satu lengan baju ke tangan klien dan gulung sisi
yang lain hingga punggung klien
13 Miringkan klien ke arah sebaliknya (arah lengan yang telah terpasang
pakaian bersih)
14 Lepaskan dan angkat pakaian yang kotor, lalu letakan di tempat linen
kotor
15 Masukkan sisi lengan pakaian yang bersih
17 Mengembalikan klien ke posisi yang nyaman
18 Merapikan pakaian klien
FASE TERMINASI
22 Merapikan klien dan alat
23 Mengevaluasi respon klien
24 Mengucapkan salam
25 Mencuci tangan
TOTAL
Tujuan
1. Menjaga kebersihan mulut
2. Meningkatkan nafsu makan
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi (menutup sampiran), memakai handscoen
8 Atur posisi klien dengan cara miringkan kepala klien dan bentangkan
perlak serta alasnya dibawah dagu
9 Letakkan bengkok besar didekat pipi klien
10 Berikan air kepada klien untuk berkumur, tampung air bekas kumur-
kumur pada bengkok.
Pengertian
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan untuk mencuci dan menyisir rambut.
Tujuan
1. Menghilangkan mikroorganisme kulit kepala
2. Menambah rasa nyaman
3. Membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit
4. Memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai celemek dan handscoen
9 Menyiapkan klien: Menutup badan klien dengan selimut mandi
10 Mengatur posisi klien secara diagonal menyilang tempat tidur
11 Mengangkat bantal dari kepala klien
12 Meletakkan perlak dan handuk dibawah kepala klien
13 Memasang plastik talang dari bawah kepala, kesamping bawah menuju
ember. Meletakkan ember diatas kain pel
14 Menutup dada dengan handuk sampai leher
15 Menutup mata klien dengan kassa lembap dan lubang telinga dengan
kapas
16 Menuangkan air pelan-pelan dari pangkal sampai ke seluruh rambut
17 Memberi shampo sampai ke seluruh rambut
18 Memijit kulit kepala dan menggosok sampai berbusa
19 Memutar kepala pada sisi yang lain agar semua kulit kepala bersih, dan
menambah air bila perlu
20 Menuangkan air hangat secukupnya diatas rambut untuk membilas
rambut dan kulit kepala
21 Menggesek rambut diatara jari-jari untuk emamstikan bahwa rambut
benar-benar bersih
22 Memperhatikan kelelahan klien
23 Melepas talang
Pengertian
Membantu pasien BAK yaitu membantu pasien buang air kecil menggunakan urinal yang
diterapkan pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi.
Tujuan
1. Urinal
2. Pengalas
3. Tisu
4. Botol berisi air hangat
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Memasang pelak dibawah bokong klien
10 Melepaskan pakaian bawah klien
11 Mengatur isi pasien (dosa rekumben), tergantung kenyamanan klien
12 Memasang urinal di bawah gluteal/pinggul atau di antara kedua paha
13 Menganjurkan klien untuk berkemih
14 Menyiram genitalia (penis) klien dengan air hangat
15 Mengeringkan genitalia dengan tisu
16 Memasang kembali pakaian bawah klien
FASE TERMINASI
17 Merapikan klien dan alat
18 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
19 Memberi salam
20 Mencuci tangan
21 Mendokumentasikan hasil kegiatan
TOTAL
Pengertian
Membantu pasien BAB yaitu membantu pasien buang air besar menggunakan pispot yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar di toilet. Pasien dibantu
menggunakan pispot (penampung untuk buang air besar di tempat tidur.
Tujuan
1. Pispot (2 buah)
2. Pengalas
3. Tisu
4. Air bersih dalam tempatnya (botol)
5. Sarung tangan
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Memasang pelak dibawah bokong klien
10 Melepaskan pakaian bawah klien
11 Menempatkan pispot di antara pengalas dan gluteal dengan posisi
lubang pispot tepat di bawah rektum
12 Menanyakan kepada klien apakah sudah meras nyaman, bila belum
atur kembali posisi pispot sesuai dengan kebutuhan
13 Menganjurkan klien untuk BAB pada pispot yang disediakan
14 Setelah selesai, singkirkan pispot yang kotor dan ganti dengan pispo
yang bersih.
15 Menyiram anus klien dengan air hingga bersih dan dikeringkan dengan
tisu
FASE TERMINASI
16 Merapikan klien dan alat
17 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
18 Memberi salam
19 Mencuci tangan
20 Mendokumentasikan hasil kegiatan
TOTAL
Pengertian
Yaitu mengganti diaper/popok pasien dengan diapers/popok yang baru. Pemasangan
diapers/popok dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau
yang tidak bisa buang air besar di toilet.
Tujuan
1. Untuk pemantauan pola eliminasi
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien, Memakai sarung tangan
8 Memasang pelak dibawah bokong klien, lalu melepaskan pakaian
bawah klien
9 Melepaskan rekatan diapers pada ke dua sisi, kemudian menekan
bagian ujung dipaer depan klien ke bawah hingga ke bawah genitalia.
Sementara sisi samping diapers yang terjauh dengan perawat digulung
ke bawah hingga bagian samping bokong
10 Membantu pasien mengubah posisi menjadi posisi sim (membelakangi
perawat)
11 Melepaskan popok/diapers dengan menekan dari daerah punggung
hingga ujung genitalia, usahakan semua kotoran masuk dalam diapers
dan tidak terjatuh
12 Masukan diapers ke dalam tempat sampah/kantong kresek
13 Bersihkan area bokong dengan tisu dan bila perlu dengan air hingga
bersih
14 Setelah bersih, memasang popok/diapers yang baru dengan
melekatkan bagian sisi yang membelakangi pasien serta memasukkan
diantara lipatan paha sisi depan diapers
15 Membantu pasien kembali ke posisi berbaring (posisi supinasi)
16 Merapikan sisi diapers yang berada pada sisi terjauh dengan perawat,
kemudian rapikan seluruh posisi diapers dan rekatkan diapers
17 Melepaskan sarung tangan
FASE TERMINASI
18 Merapikan klien dan alat
19 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
20 Memberi salam
21 Mencuci tangan
22 Mendokumentasikan hasil kegiatan
TOTAL
Pengertian
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan menggunakan cairan atau alat
yang dapat menimbulkan hangat atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan.
Jenis-Jenis Kompres
1. Kompres panas
2. Kompres dingin
Tujuan
1. Kompres Panas
a. Memperlancar sirkulasi darah
b. Mengurangi rasa sakit
c. Memberi rasa hangat, nyaman, dan tenang pada klien
d. Merangsang peristatik usus
2. Kompres Dingin
a. Menurunkan suhu tubuh
b. Mencegah peradangan meluas
c. Mengurangi kongesti
d. Mengurangi perdarahan setempat
e. Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
Indikasi
1. Kompres Panas
a. Klien yang kedinginan (suhu tubuh yang rendah)
b. Klien dengan perut kembung
c. Klien yang punya penyakit peradangan, seperti radang persendian
d. Spasme otot
e. Adanya abses, hematoma
2. Kompres Dingin
a. Klien dengan suhu tubuh yang tinggi
b. Klien dengan batuk dan muntah darah
c. Pasca tonsilektomi
d. Radang, memar
Prosedur Pelaksanaan
1. Cara Pemberian Kompres Panas
a. Kompres Panas Basah
1) Persiapan Alat
a) Kom berisi air hangat sesuai kebutuhan
b) Bak seteril berisi dua buah kasa beberapa potong dengan ukuran yang sesuai
c) Kasa perban atau kain segitiga
d) Pengalas
e) Sarung tangan bersih
f) Bengkok
g) Waslap 4 buah/tergantung kebutuhan
h) Pinset anatomi 2 buah
i) Korentang
2) Prosedur
a) Dekatkan alat-alat kedekat klien, perhatikan privasi klien, cuci tangan dan atur
posisi klien yang nyaman
b) Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
c) Kenakan sarung tangan lalu buka balutan perban bila diperban. Kemudian,
buang bekas balutan ke dalam bengkok kosong
d) Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu masukkan ke
dalam kom yang berisi cairan hangat. Kemudian ambil kasa tersebut, peras
sedikit lalu bentangkan dan letakkan pada area yang akan dikompres
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
Kompres Basah-Hangat
7 Dekatkan alat-alat kedekat klien
8 Menjaga privasi klien
9 Mengatur posisi klien yang nyaman
10 Pasang pengalas dibawah daerah yang akan dikompres
11 Ambil beberapa potong kasa dengan pinset dari bak seteril, lalu
masukkan ke dalam kom yang berisi cairan hangat. Peras sedikit
12 Bentangkan dan letakkan pada area yang akan dikompres
13 Bila klien menoleransi kompres hangat tersebut, balut dan tutup kain
kasa basah dengan kasa kering, lalu plester kain kasa tersebut
Kompres Panas (dengan Buli-Buli)
14 Mengisi buli-buli dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah
bagian dari buli-buli tesebut.
15 Keluarkan udara dari dalam buli-buli dengan cara meletakkan atau
menidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar, tekuk bagian atas
buli-buli sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli, kemudian
tutup buli-buli.
16 Periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkan dengan lap
kerja dan masukkan ke dalam kantong/sarung buli-buli
17 Letakkan atau pasang buli-buli pada area yang akan dikompres
18 Kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul
akibat pemberian kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan,
ketidak nyamanan, kebocoran, dsb.
FASE TERMINASI
19 Merapikan klien dan alat
20 Mengevaluasi respon klien
21 Mengucapkan salam
22 Mencuci tangan
23 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Dekatkan alat-alat ke klien
8 Pasang sampiran bila perlu
9 Pasang pengalas pada area yang akan dikompres
Kompres Dingin dengan Air Biasa/Air Es
10 Masukkan waslap/kain kasa kedalam air biasa atau air es lalu diperas
sampai lembab
11 Letakkan waslap/kain kasa tersebut pada area yang akan dikompres
12 Ganti waslap/kain kasa tiap kali dengan waslap/kain kasa yang sudah
terendam dalam air biasa atau air es.
Kompres Panas dengan Kirbat Es/Eskap
13 Periksa kibrat es bocoran atau tidak
14 Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian
dari kirbat tersebut
15 Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di
tutup rapat
16 Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya
17 Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres
18 Observasi reaksi yang timbul pada klien, misalnya iritasi, nyeri, mati
rasa, dan suhu tubuh
19 Angkat eskap bila sudah selesai/tidak dibutuhkan lagi
FASE TERMINASI
20 Merapikan klien dan alat
21 Mengevaluasi respon klien
22 Mengucapkan salam
23 Mencuci tangan
24 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
3. Gerakan :
a. Menggenggam tanggan kanan sambil membuat satu kepalan
semakin kuat, sambil merasakan ketegangan, kemudian
kepalan dilepaskan dan rasakan rileks selama 10 detik. Setelah
selesai tangan kanan kemudian tangan kiri
C. GUIDED IMAGERY
Penegertian
Guided Imagery (imajinasi terbimbing) adalah upaya untuk menciptakan kesan
dalam pikiran klien, kemudian berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara
bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
Guided imagery merupakan proses yang menggunakan kekuatan pikiran dengan
mengarahkan tubuh untuk menyembuhkan diri memelihara kesehatan atau relaks
melalui komunikasi dalam tubuh melibatkan semua indra (visual, sentuhan, penciuman,
penglihatan, pendengaran) sehingga terbentuklah keseimbangan antara pikiran, tubuh,
dan jiwa.
Mendorong untuk mengkhayal (Guided imagery) yaitu melakukan bimbingan yang
baik kepada klien untuk mengkhayal (Asmadi, 2008).
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
FASE ORIENTASI
3 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
4 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
5 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
6 Meposisikan klien dengan senyaman mungkin
7 Meletakkan lengan disamping tubuh pasien, dengan kaki jangan di
silangkan
8 Menarik napas dalam, sambil merasakan perut dan dada terangkat
perlahan dan dengan rileks, keluarkan napas dengan perlahan-lahan
9 Menghitung sampai 4, tarik napas pada hitungan 1 dan 2, lalu
keluarkan napas pada hitungan 3 dan 4
10 Melanjutkan bernapas dengan perlahan, rilekskan tubuh, perhatikan
setiap ketegangan pada otot anda
11 Melanjutkan untuk bernapas dan rileks dengan mengkonsentrasikan
pada wajah, rahang, leher, perhatikan setiap kesulitan
12 Bernapas dalam kehangatan dan relaksasi kosentrasi pada ketegangan
di tangan, perhatikan bagaimana rasanya
13 Membuat kepalan-kepalan tangan yang kuat, saat mulai mengeluarkan
napas, relaksasikan kepala dan tangan.
14 Memperhatikan apa yang dirasakan pada tangan, dengan pikiran
“rileks”, rasakan tangan terasa hangat, berat atau ringan.
15 Mengupayakan untuk lebih rileks dan lebih rileks lagi.
16 Memfokuskan pada lengan atas, memperhatikan setiap ketegangan,
merelaksasikan lengan, membiarkan perasaan relaksasi menyebar dari
jari-jari dan tangan melalui otot lengan.
FASE TERMINASI
17 Mengevaluasi respon klien
18 Mengucapkan salam
19 Mencuci tangan
20 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
FASE ORIENTASI
3 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
4 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
5 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
6 Menggenggam tanggan kanan sambil membuat satu kepalan semakin
kuat, kemudian kepalan dilepaskan dan rasakan rileks selama 10 detik.
Setelah selesai tangan kanan kemudian tangan kiri
7 Menekuk kedua lengan ke belakang pada pergelangan tangan dan jari-
jari menghadap ke langit-langit.
8 Menggenggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan kemudian
membawa kedua kepalan ke pundak.
9 Mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya
10 Mengerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan kulitnya
keriput
11 Menutup keras-keras mata
12 Mengatupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi-gigi
13 Memoncongkan bibir sekuat-kuatnya
14 Meletakkan kepala sehingga dapat beristirahat, kemudian diminta
untuk menekankan kepala pada permukaan bantalan kursi.
15 Membawa kepala ke muka, kemudian diminta untuk membenamkan
dagu ke dadanya.
16 Mengangkat tubuh dari sandaran kursi, kemudian punggung
dilengkungkan, lalu busungkan dada, pertahankan selama 10 detik,
kemudian rileks dan letakkan tubuh kembali ke kursi, sambil
membiarkan otot-otot menjadi rileks.
17 Menarik nafas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara
sebanyak-banyaknya. Pada saat ketegangan dilepas, klien dapat
bernapas normal dengan lega
18 Menarik kuat-kuat perut ke dalam, kemudian menahannya sampai
perut menjadi kencang dan keras. Setelah 10 detik dilepaskan bebas,
kemudian diulang kembali.
19 Meluruskan kedua belah telapak kaki
20 Mengunci lutut
21 Setelah menyelesaikan semua gerakan, rileks dengan menghitung dari
hitungan 5 sampai 1 perlahan, nafas dalam dan merkata buka mata,
dan berkata rileks atau OK.
FASE TERMINASI
22 Mengevaluasi respon klien
23 Mengucapkan salam
24 Mencuci tangan
25 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
FASE ORIENTASI
3 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
4 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
5 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
6 Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai kondisi pasien
(duduk/berbaring)
7 Menganjurkan klien menutup mata.
8 Meletakkan tubuh senyaman-nyamannya.
9 Memeriksa otot-otot klien dalam keadaan relaks.
10 Meminta klien mengambil nafas melalui hidung, tahan sebentar, dan
keluarkan melalui mulut perlahan-lahan (sesuai bimbingan)
11 Meminta klien untuk membayangkan hal-hal yang menyenangkan atau
keindahan, dan pastikan klien mampu melakukannya.
12 Tanyakan kepada klien, bila belum bisa dan gagal, Secara terbimbing
meminta klien untuk melakukan imaginasi sesuai dengan ilustrasi
yang dicontohkan perawat.
13 Membiarkan klien menikmati imaginasinya dengan iringan musik.
14 Melihat adanya respon bahwa klien mampu, dan waktu dalam rentang
15 menit, minta klien untuk membuka mata.
FASE TERMINASI
15 Mengevaluasi respon klien
16 Mengucapkan salam
17 Mencuci tangan
18 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
FASE ORIENTASI
3 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
4 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
5 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
6 Menentukan area pijatan (waktu pijat refleksi bisa dilakukan selama 30
sampai 45 menit, tetapi bagi penderita penyakit kronis, lanjut usia
harus lebih pendek disesuaikan dengan kemampuannya)
7 Mengoleskan minyak agar kulit tidak lecet tatkala dipijat (setiap titik
refleksi hanya dipijat 5 sampai 9 menit dalam sekali pengobatan)
8 Memijat area refleksi di kaki dengan cara dari arah bawah keatas.
Kesemuanya ini disesuaikan menurut arah aliran darah mengalir.
9 Memijat refleksi pada kaki menggunakan tulang jari telunjuk yang
dilipatkan untuk memijat, dipakai khusus titik refleksi yang agak
tersembunyi atau telapak kaki yang banyak dagingnya.
10 Melakukan komunikasi dengan klien selama pemijatan, jangan
membicarakan segala sesuatu yang dapat memberatkan mental pasien
khususnya mengenai pasien
FASE TERMINASI
11 Mengevaluasi respon klien
12 Mengucapkan salam
13 Mencuci tangan
14 Mendokumentasikan prosedur dalam catatan klien
TOTAL
Pengertian
Kebersihan lingkungan klien adalah keberkahan area sekitar klien berada, baik itu di
dalam ruangan maupun di luar ruangan. Kebersihan yang dimaksud di sini yaitu yang
berada disekitar klien atau yang ditempati klien, seperti tempat tidur klien.
Kebersihan lingkungan klien, khususnya tempat tidur akan memberikan kenyamanan
bagi klien. Jika klien merasa nyaman, klien akan dapat tidur tanpa gangguan sehingga
membantu dalam proses penyembuhan. Tempat tidur klien perlu dirancang untuk
memenuhi keamanan, kenyamanan, dan kemampuan adaptasi untuk mengubah posisi.
Tujuan
1. Membersihkan lingkungan klien
2. Memberikan kenyamanan bagi klien
Ada beberapa prosedur tindakan yang harus diketahui terkait dengan kebersihan
lingkungan dan kenyamanan klien, yaitu :
1. Menyiapkan tempat tidur
2. Merapikan tempat tidur dengan klien di atasnya
3. Mengganti alat tenun dengan klien di atasnya
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
1 Mencuci tangan
2 Menyiapkan alat
3 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
4 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
5 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
6 Memasang laken dengan garis lipatan tepat di tengah kasur/tempat
tidur
7 Mngatur sisi kedua samping laken atau tempat tidur dengan sudur 90 0,
kemudian masukkan ke bawah kasur. (Jika laken tidak sesuai
ukurannya, masukkan bagian kepala lebih banyak dari pada bagian
kaki)
8 Memasang pelak, kemudian stik laken di tengah tempat tidur,
memasukkan kedua ujungnya di bawah kasur
9 Melipat selimut menjadi empat secara terbalik, lalu pasang di bagian
bawah. Memasukkan ujung selimut ke bawah kasur
10 Memasang sarung bantal, meletakkan dengan rapi di bagian atas
tempat tidur
11 Merapikan alat
12 Mencuci tangan
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Merapikan tempat tidur sebelah kanan dengan cara sebagai berikut :
8 Memiringkan klien ke kiri
9 Menggulung stik laken hingga batas punggung klien
10 Membersihkan dan rapikan laken
11 Memasang kembali dengan rapih stik laken
12 Merapikan tempat tidur sebelah kiri dengan cara sebagai berikut :
13 Memiringkan klien ke kanan
14 Menggulung stik laken hingga batas punggung klien
15 Memersihkan dan rapikan laken
16 Memasang kembali dengan rapih stik laken
17 Menyusun bantal dan baringkan klien pada posisi yang tepat
18 Memasang selimut
FASE TERMINASI
19 Merapikan alat
20 Mengevaluasi respon klien
21 Mengucapkan salam
22 Mencuci tangan
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi (menutup sampiran)
8 Mengenakan sarung tangan bersih
9 Membantu memindahkan barang-barang/perlengkapan milik klien dari
atas tempat tidur jika ada
10 Membantu klien memiringkan tubuh menjauhi perawat
11 Menggulung laken, pelak, dan stik laken ke arah punggung klien dengan
bagian kotor berada dalam gulungan
13 Memasang alat tenun bersih setengah bagian dengan sisanya tergulung
di belakang punggung klien
Pengertian
Tindakan keperawatan dengan cara memberikan masase pada klien dalam memenuhi
kebutuhan rasa nyaman (nyeri) pada daerah superficial atau pada otot/tulang. Tindakan
masase ini hanya untuk membantu mengurangi rangsangan nyeri akibat terganggunya
sirkulasi.
Tujuan
Pemijatan pada daerah punggung yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan
relaksasi otot, mengurangi ketegangan otot, menstimulasi sirkulasi darah pada kulit.
Backrub baik diberikan kepada klien yang bedrest, agar dapat meningkatkan suplai darah
ke daerah punggung.
Indikasi
1. Penggunaan massage umumnya dianjurkan setelah bekerja berat karena sangat besar
manfaatnya dalam membantu mengembalikan tubuh dalam keadaan pulih. Massage
membantu menghilangkan kelelahan dengan segala gejala yang menyertainya, seperti
rasa pegal, kaku, nyeri, atau perasaan lemas. Massage demikian diasanya dilakukan
kepada seluruh tubuh dalam waktu yang cukup lama, kira-kira satu jam.
2. Pekerjaan ringan tetapi terus menerus seperti misalnya terlalu lama duduk atau berdiri
atau dalam pekerjaan yang menimbulkan kelelahan dan kejenuhan. Dalam hal ini
kelelahan mungkin bersifat mental maupun fisik. Biasanya massage di akhir tugas
tersebut mengembalikan tubuh maupun perasaan kembali nyaman.
3. Untuk merawat dan mengembalikan fungsi bagian badan setelah cedera, membantu
mempercepat proses penyembuhan. Seringkali massage diperlukan untuk misalnya
setelah sembuh dari operasi atau perawatan dari patah tulang. Tugasnya adalah
mengembalikan fungsi-fungsi otot dan persendian yang biasanya mengalami kekakuan.
Kontraindikasi
1. Dalam keadaan terkena infeksi penyakit menular seperti : cacar, campak, demam, liver,
dan lain-lain.
2. Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi.
3. Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan istirahat yang benar.
4. Menderita penyakit yang berkenaan dengan pembuluh darah seperti arterisclerosis,
trombosis dan lain-lain.
5. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti penderita chorea dan neurathenia.
6. Menderita penyakit haemophilia, karena cenderung terjadi pendarahan, meskipun
sebab yang kurang jelas.
7. Menderita penyakit tertentu yang bila dimassage dapat menyebabkan meluasnya infeksi
seperti bisul, borok, dsb
8. Pembengkakkan akibat cedera yang masih baru yang menunjukkan adanya pendarahan
di dalam. Kapiler-kapiler yang tadinya pecah dan telah menutup dapat pecah kembali
bila dimassage. Juga pada luka yang belum sembuh atau baru sembuh.
9. Patah tulang yang baru sembuh. Massage dapat mengganggu letak sambungan.
10. Menderita penyakit tumor atau kanker.
11. Sedang datang bulan atau pada hamil muda. Juga pada peradangan usus buntu
(appendicitis), Gastroentiritis, coliyis, dll. Demikian juga bila ada batu dalam kandung
empedu.
12. Menderita tekanan darah tinggi, pendarahan otak, penyakit jantung dan paru-paru.
Komplikasi
Jika klien tidak mengetahui kulitnya sensitif terhadap lotion atau babyoil yang
digunakan dapat berisiko menimbulkan alergi.
7. Teknik masase dengan gerakan menggesek dengan menggunakan ibu jari dan gerakan
memutar. Masase ini dilakukan bila nyeri dirasakan di daerah punggung dan pinggang
secara menyeluruh (Gambar 8.3 dan 8.4)
8. Teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila nyeri terjadi di daerah
punggung dan pinggang (Gambar 8.5)
9. Teknik petrisasi dengan menekan punggung secara horizontal (Gambar 8.6)
10. Teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari, digunakan pada akhir
masase daerah pinggang (Gambar 8.7)
Dokumentasi
Hal yang di dokumentasikan setelah tindakan backrub/ back massage:
1. Kaji kenyamanan klien dan catat jika terdapat adanya tegangan atau nyeri saat backrub
dilakukan
2. Kaji kembali dan catat tekanan darah dan nadi klien
3. Catat reaksi dan kondisi kulit klien
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi
8 Memberikan posisi yang nyaman (posisi ponasi atau sim)
9 Menganjurkan klien membuka baju/menggulung baju ke atas
10 Mengoleskan minyak/lotion pada daerah yang akan di masase
11 Melakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeri selama 5-10
menit
12 Melakukan masase dengan menggunakan telapak tangan dan jari
dengan tekanan halus
13 Melakukan teknik masase dengan gerakan tangan selang-seling
(tekanan pendek, cepat dan bergantian tangan)dengan menggunakan
telapak tangan dan jari dengan memberikan tekanan ringan
14 Melakukan teknik remasan (mengusap otot bahu)
15 Melakukan teknik masase dengan gerakan menggesek dengan
menggunakan ibu jari dan gerakan memutar
16 Melakukan teknik eflurasi dengan kedua tangan, dapat dilakukan bila
nyeri terjadi di daerah punggung dan pinggang
17 Melakukan teknik petrisasi dengan menekan punggung secara
horizontal
18 Melakukan teknik tekanan menyikat dengan menggunakan ujung jari,
digunakan pada akhir masase daerah pinggang
FASE TERMINASI
19 Merapikan klien dan alat
20 Mengevaluasi respon klien
21 Mengucapkan salam
22 Mencuci tangan
23 Mendokumentasikan hasil kegiatan
TOTAL
Pengertian
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004). Sementara itu
menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting
dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Tujuan
1. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan.
2. Mencegah infeksi silang (cross infection).
3. Menjaga kondisi steril.
4. Melindungi diri dan klien dari infeksi.
5. Memberikan perasaan yang segar dan bersih
Prosedur Kerja :
1. Basuh tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
3. Gosok kedua telapak tangan dengan cara memutar tangan kanan diatas tangan kiri
berlawanan dengan arah jarum jam
4. Gosok punggung tangan dan sela jari tangan bagian luar dengan berlawanan arah
bergantian
5. Gosok sela-sela jari bagian dalam bergantian
6. Gosok punggung jari dengan gerakan setengah memutar olak balik
7. Gosok ibu jari dan sela jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian bawah dengan
gerakan melingkar bergatian
8. Bersihkan sela kuku/ujung jari dengan cara gosokkan ujung jari dengan memutar di
telapak tangan dengan bergantian
9. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
10. Bilas kedua tangan dengan air
11. Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering
12. Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran sebelum dibuang pada tempat sampah
Prosedur Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Melepas cincin, gelang dan jam tangan
3. Basahi kedua tangan dengan air mengalir sampai siku. Gunakan sabun dari siku kearah
lengan bawah, dan tangan satunya
4. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut ke arah luar, kemudian
bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular dengan spon. Lakukan hal yang sama
pada tangan satunya.
5. Bilas tangan secara bergantian dengan air mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan
mengarah keatas sebatas siku
6. Gosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah dengan antiseptik
minimal selama 2 menit
7. Bilas kembali setiap tangan dengan air mengalir secara bergantian
8. Tegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan
atau benda apapun
9. Keringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-anginkan. Seka tangan
dimulai dari ujung jari sampai siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi handuk
yang berbeda
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
1 Basuh tangan dengan air
2 Tuangkan sabun secukupnya
3 Gosok kedua telapak tangan dengan cara memutar tangan kanan diatas
tangan kiri berlawanan dengan arah jarum jam
4 Gosok punggung tangan dan sela jari tangan bagian luar dengan
berlawanan arah bergantian
5 Gosok sela-sela jari bagian dalam bergantian
6 Gosok punggung jari dengan gerakan setengah memutar olak balik
7 Gosok ibu jari dan sela jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian
bawah dengan gerakan melingkar bergatian
8 Bersihkan sela kuku/ujung jari dengan cara gosokkan ujung jari
dengan memutar di telapak tangan dengan bergantian
9 Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan
lakukan sebaliknya
10 Bilas kedua tangan dengan air
11 Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering
12 Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran sebelum dibuang pada
tempat sampah
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
1 Melepas cincin, gelang dan jam tangan
2 Basahi kedua tangan dengan air mengalir sampai siku. Gunakan sabun
dari siku kearah lengan bawah, dan tangan satunya
3 Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut ke arah
luar, kemudian bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular
dengan spon. Lakukan hal yang sama pada tangan satunya.
4 Membilas tangan secara bergantian dengan air mengalir, setelah bersih
tahan kedua tangan mengarah keatas sebatas siku
5 Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan
bawah dengan antiseptik minimal selama 2 menit
6 Membilas kembali setiap tangan dengan air mengalir secara bergantian
7 Menegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan, jangan
sentuh permukaan atau benda apapun
8 Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-
anginkan. Seka tangan dimulai dari ujung jari sampai siku. Untuk
tangan yang berbeda gunakan sisi handuk yang berbeda
TOTAL
Pengertian
Obat merupakan substansi yang diberikan kepada manusia sebagai perawatan, pengobatan,
atau pencegahan terhadap berbagai gangguan yang terjadi dalam tubuh.
Memberikan obat dengan aman dan akurat merupakan salah satu tanggung jawab perawat.
Tanggung jawab perawat dalam pengobatan adalah :
1. Memahami reaksi dan efek samping obat
2. Memberikan obat dengan benar
3. Memonitor respon klien
4. Membantu klien menggunakan obat dengan benar
2. Parenteral
Pemberian obat melalui parenteral merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh.
Ada beberapa cara pemberian obat melalu parenteral :
a. Subcutan (SC)
Yaitu obat disuntikan melalu jaringan antara dermis dan kulit. Tindakan ini biasanya
berupa pemberian/injeksi obat insulin, dengan sudut penyuntikan 45 0 dari
permukaan kulit. Lokasi penyuntikan yaitu pada lengan atas sebelah luar (area
skapula), perut, paha bagian luar/depan (ventrogluteal, dan dorsogluteal) atau pada
daerah dada.
A B
C D
Gambar. Posisi pemberian injeksi intramuscukar. A. Daerah lokasi intramuscular.
B. Daerah ventragluteal. C. Daerah veatus lateralis. D. Daerah deltoid
d. Intravena (IV)
Yaitu obat disuntikan melaui vena. Pemberian obat lewat intravena bisa dilakukan
secara langsung lewat vena, lewat selang intravena maupun lewat wadah cairan
intravena, tergantung pada kebutuhan mediasi dari klien. Pemberian obat melalui
wadah cairan intravena dilakukan dengan infus IV. Pemberian obat dengan cara ini
dilakukan jika obat yang dierikan berjumlah cukup besar dan membutuhkan waktu
yang lama untuk menginjeksikannya.
A
B
3. Topical
Pemberian Obat Kulit Topikal
Tujuan pemberian obat topical :
1. Mempertahankan hidrasi permukaan kulit
2. Melindungi bagian atas kulit
3. Mengurangi iritasi kulit local
4. Membuat anestesi local
5. Mengobati infeksi, abrasi atau iriatasi
Peralatan:
1. Agens topical yang diresepkan (krim, losion, aerosol, spray, bubuk/serbuk, koyo)
2. Baskom yang berisi air hangat, lap, handuk, dan sabun yang tidak mengeringkan
3. Kain perban, plastik penutup, atau plester
4. Hands scoon steril atau sekali pakai
5. Catatan pemberian medikasi
Mencatat KU; hasil dari pemberian obat; Tanggal dan jam pemberian obat, nama obat
yang diberikan dan nama perawat yang memberikan obat
LANGKAH
1. Tinjau kembali kekuatan, waktu pemberian dan tempat pengolesan obat Perhatikan
kondisi kulit klien secara menyeluruh. Cuci area yang sakit, bang sema debris dan
kulit yang mengering (gunakan sabun yang tidak mengeringkan). Memastikan bahwa
obat akan diberikan secara aman dan akurat
2. Pengoles berujung kapas ata spatel lidah. Memberikan dasar untuk menentkan
perubahan kondisi kulit dalam menjalani terapi. Kulit hars bersih untuk pengkajian
yang benar Membuang debris untuk meningkatkan penetrasi obat topical terhadap kulit.
Pembersihan dapat menghilangkan tempat hidup MO dalam debris. Pembersihan juga
membuang sisa-sisa obat sebelumnyaehingga tidak akan terjadi over dosis.
3. Keringkan kulit atau pajanan keudara yang kering. Kelembapan yang berlebihan dapat
mengganggu pemerataan agens topical
4. Jika kulit sangat kering dan mengelupas, oleskan agens topical sewaktu kulit masih
lembab. mempertahankan kelembapan lapisa kulit
5. Letakkan agens topikal pada sarung tangan jika diindikasikan. Sarung tangan sekali
pakai digunakan ketika mengoleskan agens pada lesi kulit
6. Oleskan agens topikal
Spray Aerosol
1. Baca label sesuai jarak yang dianjurkan untuk pemakaian yang efektif. Mencampur isi
dengan propelan ntk memastikan penyebaran spray yang baik dan merata
Kewaspadaan perawat
Mungkin perlu merapatkan bokong klien sebentar untuk menahan dorongan defekasi
Respon klien yang membuthkan tindakan dengan segera
1. Reaksi Alergi :
Tetap tenang dan tenangkan klien. Cari bantuan tetapi tetap bersama klien. Mulai
pemberian oksigen bila klien merasa sesak nafas. Ukur tanda vital sesuai kebutuhan Ikuti
kebijakan lembaga mengenai reaksi alergi
2. Respons vagal refleks (melambatnya frekuensi jantung) sebagai akibat stimulasi rektal
berlebihan:
Tetap tenang dan tenangkan klien. Tetap bersama klien ,cari bantuan dan berikan
pelumas tambahan.
3. Klien melaporkan rasa terbakar atau nyeri pada insersi:
Berikan pelumas tambahan
4. Klien menolak obat:
Identifikasi alasan klien menolak obat,bila obat disembunyikan dokumentasikan
penolakan.Bila obat penting dokumentasikan penolakan dan beritahu dokter.
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Menjaga privasi klien
8 Memakai sarung tangan
9 Mengatur posisi klien
10 Memasang pengalas
11 Mendekatkan alat
Injeksi Intramuskuler (IM)
12 Mengambil obat sesuai dengan dosis yang akan diberikan. Letakan pada
bak injeksi
13 Menentukan area penyuntikan
14 Melakukan desinfeksi pada area yang ditentukan
15 Melepaskan tutup jarum dengan menggunakan teknik satu tangan
16 Mengangkat kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri ,
menusukkan jarum dengan sudut 90 dari kulit (tegak lurus dengan
permukaan kulit)
17 Lakukan aspirasi untuk menentukan tidak mengenai pembuluh darah,
jika tidak ada darah masukkan obat secara perlahan-lahan
18 Memasukkan obat pelan-pelan
19 Mencabut jarum sambil menekan tempat tusukan dengan kapas
alkohol. Massage bagian tsb
20 Menutup jarum dengan teknik satu tangan
21 Mengambil perlak dan pengalas
22 Melepas sarung tangan
23 Mengembalikan klien pada posisi yang nyaman
Injeksi Intravena (IV) langsung
24 Menyiapkan obat yang akan disuntikkan
25 Mencari lokasi penyuntikan dan bebaskan dari pakaian (cari daerah
yang terlihat jelas venanya)
26 Memasang perlak dan alas dibawah daerah yang akan disuntik
27 Membendung area di atas vena yang akan diinjeksi dengan
menggunakan torniquet
28 Melakukan desinfeksi pada area yang ditentukan
29 Meregangkan kulit sedikit dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan kiri,
tusukkan jarum ke dalam vena dengan lubang jarum menghadap
keatas, dengan sudut 20o
30 Lakukan aspirasi untuk mengetahui apakah jarum sudah masuk
kedalam vena yang ditandai dengan darah masuk kedalam tabung spuit
(jika tidak ada darah masukkan sedikit lagi jarum sampai terasa masuk
vena).
31 Buka karet pembendung (torniquet) dan anjurkan klien membuka
kepalan tangannya, masukkan obat secara perlahan jangan terlalu
cepat
32 Meletakan kapas alkohol yang baru diatas jarum, cabut jarum dari kulit
secara dengan agak cepat
Pengertian
Menerima klien baru adalah menerima klien yang datang dari poliklinik, IRD, pindahan dari
ruangan lain yang akan dirawat di Unit Rawat Inap.
Tujuan
Sebagai acuan pelaksanaan perawatan dalam menerima klien baru.
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan tempat tidur klien baru
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam
5 Memperkenalkan diri
FASE KERJA
7 Paien ditempatkan di kelas yang telah disepakati
8 Membantu klien pindah ke tempat tidur bila diperlukan
9 Menerangkan hak dan kewajiban kepada klien dan keluarganya
10 Melaksanakan program orientasi kepada klien, memberitahu tentang
denah ruangan, letak kamar mandi, ruangan perawat dan memberitahu
fasilitas yang tersedia serta cara penggunaannya.
11 Memberitahu tentang jadwal kegiatan rutin ruangan antara lain waktu
mandi, makan, kunjungan dokter dan waktu besuk
12 Melaksanakan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
evaluasi
13 Jika klien datang diantar oleh perawat lain, maka perawat harus
melakukan operan serah terima klien dengan perawat pengantar
FASE TERMINASI
14 Mengevaluasi respon klien & keluarga
15 Melakukan kontrak waktu kegiatan selanjutnya
16 Mengucapkan salam
17 Mencuci tangan
TOTAL
Pengertian
Yaitu memindahkan klien yang tidak dapat/tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur
ke brankard / kursi roda atau sebaliknya
Tujuan
1. Mengurangi atau menghindarkan pergerakan klien sesuai dengan kesadaran fisiknya
2. Memelihara rasa aman dan nyaman pada klien
Indikasi
1. Klien yang tidak dapat berjalan sendiri
2. Klien tidak sadar
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
Pengertian
Membantu klien untuk melatih kembali kelompok-kelompok otot yaitu menggerakan
kaki serta tangan secara bergantian tanpa menggunakan alat bantu berjalan.
Tujuan
1. Memperbaiki penggunaan mekanika tubuh pada saat melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Memulihkan dan memperbaiki ambulasi.
3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh.
Indikasi
1. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan fraktur dan/atau trauma
2. Kliien amputasi kaki: di atas atau dibawah lutut
3. Klien dengan kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri dan kerusakan
musculoskeletal
4. Klien setelah bedah artroskopis lutut
5. Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketidak nyamanan dan mobilisasi
yang di programkan.
6. Klien dengan fraktur ekstremitas bawah
7. Klien dengan postop amputasi ekstremitas bawah
8. Klien dengan kelemahan kaki/post stroke
Kontra indikasi
1. Penderita demam dengan suhu tubuh lebih dari 37o C.
2. Penderita dalam keadaan bedrest.
3. Penderita dengan post op.
4. Klien dengan nyeri yang berhubungan dengan imflamasi, insisi, dan drainasse.
5. Klien yang potensi kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan
turgor kulit.
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
FASE PRAINTERAKSI
1 Mengidentifikasi kebutuhan/indikasi klien
2 Mencuci tangan
3 Menyiapkan alat
FASE ORIENTASI
4 Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
5 Menjelaskan tujuan prosedur tindakan
6 Menanyakan persetujuan klien untuk dilakukan tindakan
FASE KERJA
7 Kaji toleransi aktivitas, kekuatan, nyeri, koordinasi, dan keseimbangan
klien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan
8 Bantu klien untuk bangun dari tempat tidur, lalu berdiri.
9 Anjurkan klien untuk meletakkan tangan di samping badan atau
memegang telapak tangan anda.
10 Berdiri di samping klien dan pegang telapak dan pinggang klien
11 Bantu klien berjalan.
FASE TERMINASI
12 Merapikan klien
13 Mengevaluasi respon klien
14 Mengucapkan salam
15 Mencuci tangan
16 Mendokumentasikan kegiatan
TOTAL
Pengertian
Adalah seperangkat alat yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi
seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi bahaya/kecelakaan
kerja. APD (Alat Pelindung Diri) merupakan satu bentuk proteksi yang harus digunakan oleh
perawat dalam melakukan tindakan untuk mencegah terjadinya infeksi nasokomial.
Tujuan
1. Sebagai proteksi diri ( Melindungi kulit dan selaput lendir petugas dari resiko pajanan
darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, ekskreta, kulit yang tidak utuh dan selaput
lendir pasien)
2. Mencegah infeksi nasokomial
Ada berbagai macam APD yang sering digunakan di rumah sakit, antara lain : sarung tangan
bersih/steril, masker, gaun operasi, penutup kepala, celemek, sepatu, dll.
1. Memakai Sarung Tangan
Sarung tangan digunakan untuk mencegah terjadinya transmisi pathogen baik secara
langsung maupun tidak langsung. Penggunaan sarung tangan menurut CDC (Centrr for
Disease Control and Prevention ) akan menurunkan :
a. Kemugkinan terjadinya kontak dengan mikroorganisme yang infeksius
b. Resiko penyebaran flora endogen dari perawat ke klien
c. Resiko penyebaran mikroorganisme dari klien ke perawat
Sarung tangan digunakan pada saat :
a. Mengalami luka pada kulit
b. Melakukan tindakan invasive
c. Beresiko untuk terpapar dengan darah dan cairan tubuh
Sarung tangan yang dipakai di rumah sakit untuk tindakan yaitu sarung tangan bersih
dan steril. Untuk memakai saru tangan bersih tidak memerlukan proseduran khusus,
tapi untuk memakai sarung tangan steril ada protap tertentu yang harus dijalankan.
2 3
2. Penutup Kepala
Tujuan :
Mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada di rambut dan kulit kepala petugas
terhadap alat-alat daerah steril dan juga sebaliknya untuk melindungi kepala/rambut
petugas dari percikan bahan bahan dari pasien.
Indikasi Pemakaian Tutup Kepala :
3. Memakai Masker
Tujuan :
a. Mencegah membran mukosa petugas terkena kontak dengan percikan darah dan
cairan tubuh
b. Mencegah kontak droplet dari mulut dan hidung yang mengandung mikroorganisme
saat bicara, batuk, bersin
Prosedur kerja :
a. Cuci tangan
b. Tentukan tepi atas atau bawah masker
c. Pasang masker menutupi hidung dan mulut, kemudian ikat tali-talinya. Tali bagian
atas diikat ke kepala belakang melewati bagian atas telinga. Tali bagian bawah diikat
ke belakang leher.
d. Tanggalkan masker dengan melepas ikatan tali-talinya, kemudian lipat masker
dengan bagian luar di sebelah dalam
e. Cuci tangan kembali
4. Memakai Skort/Celemek
Celemek adalah bentuk pakaian untuk penutup pakaian yang digunakan pada waktu
melakukan satu tindakan.
Tujuan memakai celemek yaitu :
a. Melindungi pakaian dari kotoran
b. Mengurangi bahaya penularan
Prosedur kerja :
a. Mencuci tangan
b. Peganglah tali penggantung celemek serta masukkan melalu kepala
c. Kedua tali pada sisi kanan dan kiri diikat pada bagian belakang tubuh dengan ikatan
yang mudah di lepas.
d. Untuk melepas, buka ikatan celemek yang ada dibelakang tubuh
e. Lepaskan celemek melalui kepala
f. Gantung celemek.
g. Mencuci tangan kembali
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
1 Persiapan alat :
a. Sepasang handscoon steril
b. Wastafel/air mengalir untuk cuci tangan
c. Handuk bersih
d. Sabun
2 Lepaskan jam tangan, cincin dan gelang
3 Lakukan cuci tangan (lihat prosedur cuci tangan)
4 Buka kemasan sarung tangan steril, pertahankan sarung tangan pada
permukaan dalam pembungkus
5 Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri
6 Kenakan sarung tangan pada tangan yang lebih dominan (tangan
kanan) dengan cara :
d. Pegang tepi sarung tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan
non dominan
e. Masukkan jari tangan ke dalam sarung tangan
Hanya boleh memegang bagian dalam sarung tangan saja, dan pastikan
sarung tangan tidak menyentuh bagian yang tidak steril
7 Ambil sarung tangan yang kedua dengan tangan dominan dengan
memegang bagian luar sarung tangan, lalu masukan jari tangan ke
dalam sarung tangan
8 Lakukan penyesuaian sarung tangan dengan jari-jari, pastikan jari-jari
pada posisi yang tepat
9 Menjaga tangan agar tidak menyentuh area yang tidak steril, dengan
menekuk siku, telapak tangan sejajar dengan kepala atau kedua tangan
mengatup
TOTAL
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
1 Menyiapkan alat: pengering tangan (handuk, waslap), gaun operasi
2 Mencuci tangan dan menjaga tangan tidak menyentuh benda lain yang
tidak steril disekitarnya
3 Mengeringkan tangan dengan handuk/waslap steril
4 Mengambil baju dengan cara mengambil baju pada ban leher dengan
tangan kiri sedang tangan kanan diangkat setinggi bahu.
Masukkan tangan kanan dengan posisi membentang ke lubang lengan
baju
5 Setelah itu menyusul masukkan tangan kiri ke lubang lengan baju
berikutnya tanpa menyentuh bagian luar baju.
6 Perawat yang menggunakan gaun steril maju dan kemudian tali baju
yang ada di leher dan pinggang bagian belakang ditalikan oleh orang
kedua (asisten) dengan hati-hati, jangan sampai menyentuh baju bagian
depan serta menalikannya dengan simpul sederhana agar mudah
melepasnya
7 Menghindari menyentuh benda lain di sekitarnya
TOTAL
Pengertian
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat kesehatan adalah instrumen,
aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 116/SK/79, Alat
kesehatan dapat digolongkan menjadi :
1. Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2. Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan binatang piaraan
3. Alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan
4. Wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol infus
5. Peralatan obstetri dan hgynekologi
6. Pelalatan anestesi
7. Peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi
8. Peralatan dan perlengkapan kedokteran THT
9. Peralatan dan perlengkapan kedokteran mata
Sebagai dasar pengenalan alat-alat kesehatan tidak semua golongan alat diketengahkan,
hanya alat-alat kesehatan yang ada di apotik dan sering dipergunakan oleh pasien atau
dipergunakan medis dan perawat di rumah sakit.
7. Scalpel
Scapel Blade Mata Pisau operasi
Scapel Handel Gagang pisau operasi
Masker Oksigen
Pinset anatomis.
Penggunaanya adalah untuk
menjepit kasa sewaktu
menekan luka, menjepit
jaringan yang tipis dan lunak.
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
Menyiapkan Alat Pemasangan Infus
1 Menyiapkan Infus Set
2 Menyiapkan IV Cateter
3 Menyiapkan Torniquet
4 Menyiapkan Cairan untuk Pemasangan Infus
5 Menyiapkan Perlak
6 Menyiapkan Bengkok
7 Menyiapkan plester/hypafix
8 Menyiapkan kapas alkohol (cairan desinfektan)
9 Menyiapkan peralatan steril pada bak instrumen
10 Menyiapkan handscoen bersih
11 Menyiapkan gunting
Menyiapkan Alat Pemasangan Kateter
12 Menyiapkan selang kateter
13 Menyiapkan urine bak
14 Menyiapkan jeli
15 Menyiapkan bengkok
16 Menyiapkan hendscoen steril
17 Menyiapkan plester
18 Menyiapkan gunting
TOTAL
1. DESINFEKSI
Desinfeksi adalah tindakan membunuh mikroorganisme patogen atau apatogen, tetapi
tidak membunuh spora yang terdapat dalam alat-alat perawatan atau permukaan
jaringan. Bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi pada tindakan invasi serta
mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
Cara Desinfeksi :
a. Desinfeksi dengan cara mencuci
1) Cuci peralatan yang kotor dengan sabun, kemudian besihkan dan basahi dengan
alkohol 70%
2) Bersihkan luka kotor dengan menyiram luka dengan perhidol atau H2O2 3%,
betadine, atau larutan antiseptik lainnya
3) Bersihkan kulit atau jaringan tubuh yang akan dioperasi dengan yodium tinctura
3%, kemudian dengan alkohol 70%
4) Bersihkan vulva dengan larutan sublimat 1/1.000, PK (Permanganas Kalikus)
1/1.000, atau larutan sejenisnya.
b. Desinfeksi dengan cara mengoleskan
1) Oleskan luka dengan merkurokrom atau bekas luka jahitan menggunakan alkohol
70% atau betadine
c. Desinfeksi dengan cara merendam
1) Rendam tangan dengan larutan lysol 0,5%
2) Rendam peralatan dengan Lysol 3-5% selama 2 jam
3) Rendam alat tenun dengan Lysol 3-5% selama sekitar 24
d. Desinfeksi dengan cara menjemur
1) Jemur kasur, alat tenun, bantal, tempat tidur, dan peralatan (misalnya urinal dan
pispot) di bawah sinar matahari selama dua jam untuk setiap permukaan
Cara Membuat Larutan Desinfektan :
a. Larutan sabun
1) Sabun padat/krim/cair
2) Gelas ukur
3) Timbangan
4) Alat pengocok
5) Air panas/hangat
6) Baskom
Prosedur kerja :
1) Membuat larutan sabun dari abu padat atau krim
a) Masukan 4 gram sabun padat atau krim ke dalam 1 liter air panas/hangat. Aduk
sampai larut
2) Membuat larutan sabun dari sabun cair
a) Masukkan 3 mL sabun cair ke dalam 1 liter air panas/hangat. Aduk sampai larut
Larutan sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan dan peralatan medis, misalnya
peralatan dari logam, kaca, dan plastik.
b. Lysol dan Creolin
Alat dan bahan :
1) Larutan Lysol atau Creolin
2) Gelas ukur
3) Baskom
4) Air
Prosedur kerja :
1) Membuat larutan Lysol atau Creolin 0,5%
a) Campurkan 5 mL Lysol atau Creolin ke dalam 1 liter air. Larutan Lysol 0,5%
dapat digunakan untuk mencuci tangan, sedangkan larutan Creolin 0,5% dapat
digunakan untuk mendesinfeksi lantai.
2) Membuat larutan lysol atau creoli 1%-3%
a) Campurkan Lysol atau Creolin sebanyak 10 mL (untuk larutan 1%), 20 mL
(untuk larutan 2%), atau 30 mL (untuk larutan 3%) ke dalam 1 liter air. Larutan
Lysol 1% dapat digunakan untuk mendesinfeksi peralatan medis. Larutan Lysol
2. STERILISASI
a. Jenis peralatan yang disterikan antara lain sebagai berikut
1) Peralatan logam, contohnya pinset, gunting, dan spekulum
2) Peralatan kaca, contohnya sepit (suit) dan tabung kimia
3) Peralatan karet, contohnya kateter, sarung tangan, pipa lambung, dan drain
4) Peralatan ebonit, contohnya kanule rektum dan kaul trakea
5) Peralatan email, contohnya bengkok (nierbekken) dan baskom
6) Peralatan porselen, contohnya mangkok, cangkir, dan piring
7) Peralatan plastik, contohnya slang infus
8) Peralatan tenun, contohnya kain kasa, tampon, dek operasi, baju, dan sarung
tangan
b. Prosedur kerja
1) Bersihkan peralatan yang disterilkan
2) Beri label pada peralatan yang dibungkus
3) Lakukan sterilisasi dengan salah satu cara berikut ini
a) Sterilisasi dengan cara rebus
Rebus peralatan dalam air mendidih (1000C) selama 15-20 menit. Peralatan yang
disterilkan dengan cara ini antara lain adalah peralatan dari logam, kaca, dan
karet.
b) Sterilisasi dengan cara stoom
Sterilkan peralatan dengan uap panas di dalam autoklaf dengan waktu, suhu,
dan tekanan tertentu. Contohnya peralatan yang dapat disterilkan dengan cara
ini adalah alat tenun
c) Sterilisasi dengan cara panas kering
Sterilkan peralatan dengan panas kering menggunakan oven panas tinggi.
Peralatan yang dapat disterilkan dengan cara ini antara lain peralatan logam
tajam dan peralatan dari kaca
d) Sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia
Sterilkan peralatan dengan menggunakan bahan kimia, misalnya alkohol,
sublimat, dan uap formalin. Peralatan yang dapat disterilkan dengan cara ini
antara lain peralatan yang cepat rusak jika tekena panas, misalnya sarung
tangan dan kateter
Skore
NO ASPEK YANG DINILAI Ket
(1-10)
Mencuci Alat
1 Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2 Membersihkan alat yang kotor dengan sabun di air mengalir
3 Membersihkan dan mebasahi dengan alkohol 70%
4 Mengeringkan alat yang sudah dibersihkan
Mensterilkan Alat
5 Menyiapkan alat yang sudah dibersihkan dan keringkan
6 Memilah alat (membungkus bila perlu dibungkus)
7 Memasukan dan menata alat ke dalam mesin sterilisator
8 Menyetel/menyalakan mesin sterilisator
9 Setelah steril, menyimpan alat pada tempatnya
TOTAL
Pemulasaraan jenazah adalah perawatan jenazah sehingga jenazah layak dan aman untuk
dibawa keluarga. Jenazah adalah seseorang yang sudah mati. Seseorang dinyatakan mati
bila berhentinya secara permanen tanpa bisa pulih lagi semua hal berikut :
1) Fungsi batang otak
2) Fungsi sistem pernafasan dan paru-paru secara spontan
3) Fungsi sistem peredaran darah dan jantung secara spontan
Indikasi
Perawatan jenazah dimulai setelah dokter menyatakan kematian pasien. Jika
pasien meninggal karena kekerasan atau dicurigai akibat kriminalitas, perawatan jenazah
dilakukan setelah pemeriksaan medis lengkap melalui autopsi.
Menjelang ajal atau sekarat (dying) merupakan kondisi ketika seseorang semakin mendekati
keatian. Kondisi ini dapat disebabkan oleh sakit parah (terminal) atau kondisi lain yang
berujun pada kematian. Kematian (death) adalah kondisi ketika fungsi jantung dan paru-
paru serta kerja otak berhenti secara permanen. Secara umum, respon seseorang dalam
menghadapi kematian sama seperti respon seseorang pada proses kehilangan dan berduka,
sesuai dengan tahapan Kuber Ross, yaitu penyangkalan atau penolakan, kemarahan, tawar
menawar, depresi dan penerimaan.
Tujuan Tindakan yaitu:
1. Mempertahankan kenyamanan fisiologis dan psikologis untuk mencapai kematian yang
damai dan bermartabat
2. Membantu mengurangi rasa takut dan putus asa pasien maupun keluarga
3. Membantu pasien dan keluaraga menerima kenyataan
4. Mempertahankan harapan
Ritual menjelang tidur adalah seragkaian kegiatan yang dilakukan oleh pasien sebelum
memulai tidur, misalnya berdo’a, sikat gigi, dll.
Istrahat dan tidurmmutlak dibutuhkan oleh setiap orang untuk dapat menjaga status
lesehatan pada tingkat yang optimal. Tidur dapat dikatakan sebagai kondisi ketika seseorang
tidak sadar, tetapi dapat dibangunkan oleh stimulus atau sensori yang sesuai. Kondisi ini
ditandai dengan aktivitas fisik yang minim, tingkat kesadaran bervariasi, terjadi perubahan
proses fisiologis, dan terjadi penurunan respon terhadap stimulus eksternal.
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kebutuhan tidur. Ada
atau tidak adanya stimulus tertentu dari lingkungan dapat menghambat upaya tidur,
contohnya suhu yang tidak nyaman, ventilasi yang buruk, atau suara-suara tertentu.
Stimulus tersebut dapat memperlambat proses tidur. Namun, seiring waktu individu dapat
teradaptasi terhadap kondisi tersebut sehingga tidak lagi terpengaruh. Menciptakan
lingkungan yang kondusif merupakan salah satu cara untuk membuat pasien nyaman dan
dapat memenuhi kebutuhan istrahat dan tidurnya dengan baik.
Mekanisme fisiologis dan perilaku mengatur keseimbangan antara panas yang hilang dan
panas yang dihasilkan. Agar suhu tubuh tetep konstan dan ada dalam rentang yang sesuai,
ada berbagai mekanisme untuk mempertahankan hubungan antara produksi panas dan
kehilangan panas. Terapkan pengetahuan tentang kontrol suhu untuk mendukung
pengaturan suhu.
A. Vulva Hygiene
Perawatan perineum atau vulva hygiene merupakan perawatan yang dilakukan untuk
menyehatkan daerah antara paha yang dibatasi vulva atau anus, perawatan ini
umumnya dilakukan pada ibu pada masa pasca melahirkan. Tujuan dari perawatan ini
adalah mengurangi rasa nyeri, mencegah terjadinya infeksi khususnya daerah perineum,
vulva maupun uterus, kebersihan perineum dan vulva, dan memenuhi kebutuhan rasa
nyaman.
B. Penis Hygiene
Penis hygiene merupakan tindakan membersihkan daerah genital dan perineal pada
pasien pria yang tidak bisa melakukannya secara mandiri. Tujuan tindakan ini adalah
untuk menjaga kebersihan, mencegah infeksi, serta memberikan rasa nyaman pada
pasien
Aziz, Alimul H.. 2008. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia; Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatab; Buku 2. Jakarta : Salemba Medika.
Barnest., Vichi Vine., 1989. Clinical Skill and Assessment Techniques in Nursing Practice.
London : Scoth Foreman and Company.
Belland, Kethleen Hoerth & Wells, Marry Ann. 1986. Clinical Nursing Prosedures. California:
Jones and Battlett Publisher
Carol., Taylor., 1989., Fundamental of Nursing : The Art and Science of Nursing Care,
Philadelphia : JB. Lippincott Company.
Craven R and Hirnle C.J. 2000. Fundamentals of Nursing, Human Health and Function. Third
Edition. Philadelphia : Lippincott
Kozier., Barbara. 1995. Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice. Fith Edition.
Philadelphia : Addison–Wesley Publishing Company.
Lynn, P. B.. 2011. Taylor’s Clinical Nursing Skill; A Nursing Process Approach. Third Edition.
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI.
Meeker, B. & Rhoads, J. 2011. Davis Guide To Clinical Nursing Skills. Philadelphia : F A Davis
Co.
Potter, P.A., 2000., Pocket Guide ti Basic Skill and Procedures (3rd ed)., Toronto : Mosby
Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara
Publisher
Sjamsuhidajat, R. & De Jong, W. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002, Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, Alih
Bahasa : Monica Ester, Jakarta : EGC