Anda di halaman 1dari 3

Laila Rizqi Kurniawati/182011101070/Kesehatan Lingkungan & Kesehatan Kerja

/dr. Angga Mardro Raharjo, Sp. P

Ergonomi dalam Lingkungan Kerja

Penyakit akibat kerja timbul akibat adanya ketidakseimbangan antara tugas dan kemampuan pekerja,
sehingga menimbulkan sikap kerja paksa seperti sikap kerja statis dan repetitif yang berlangsung terus-
menerus. Adanya hal teresebut dapat mengakibatkan terjadinya penyakit akibat kerja yang berdampak pada
penurunan produktivitas kerja. Seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja, terdapat dampak postitif
terhadap laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun pekerja juga mempunyai risiko negatif penyakit
akibat kerja dan kecelakaan kerja. Kecenderungan naiknya angka kejadian penyakit akibat kerja dan
kecelakaan kerja perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dan seluruh elemen masyarakat.
Kesehatan bagi pekerja adalah hak pekerja yang harus dipenuhi. Amanat Undang-Undang No 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan pada Pasal 86 disebutkan bahwa setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk
memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini dipertegas lagi melalui terbitnya
Undang- Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan yang menyebutkan bahwa pengelola tempat kerja
wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja. Penyakit akibat kerja timbul dikarenakan adanya ketidakseimbangan antara
tugas,organisasi dan lingkungan terhadap kemampuan manusia yang melakukannya. Keadaan ini
menimbulkan upaya adaptasi diantaranya dengan melakukan sikap kera paksa. Posisi statis dan repetitive
yang berlangsung terus menerus dapat mengakibatkan terjadinya penyakit akibat kerja yang berdampak pada
penurunan produktivitas kerja.

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan
mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa ergonomi adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia yang
ditujukan untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Ilmu ergonomi di Indonesia telah mulai dikenal
sejak dulu, namun sampai saat ini penerapannya masih jauh dari harapan. Banyak faktor yang menyebabkan
kurang membudayanya penerapan ergonomi, diantaranya disebabkan karena masih kurangnya pengetahuan
tentang ergonomi sehingga sosialisasi pembudayaan penerapan ergonomi dimasyarakat terhambat. Ergonomi
memiliki peranan penting dalam industrialisasi sehingga dapat mengurangi beban kerja. Dengan adanya
evaluasi fisiologis, psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat terukur dan disarankan untuk
dimodifikasi sehingga menyesuaikan antara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban tambahan
Kegiatan fisik, yaitu intensitas, tempo, jam kerja dan waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan
(kelembaban, suhu, gerakan udara, kebisingan, penerangan, warna, debu, dan lain-lain), data biologis
(modifikasi kerja oleh karena usia), dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (missal gerakan mekanis, kerja
malam, shift kerja) diperlukan perhatian utama dalam evaluasi kapasitas dan beban kerja. Kondisi
lingkungan masing-masing tempat perlu diperhatikan juga, seperti seperti iklim dan keadaan gizi, di daerah
panas atau pegunungan, di laut, pada ketinggian atau di bawah tanah. Gizi dan iklim juga memegang peranan
penting di negara berkembang. Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan
kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan social melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan
mengkordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu
usia produktif maupun setelah tidak produksi.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek yaitu teknis, ekonomis, antropologis
dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas
hidup yang tinggi.
Masalah-masalah ergonomi dapat dikategorikan ke dalam bermacam-macam grup yang berbeda,
bergantung kepada wilayah spesifik dari efek tubuh seperti :
1. Anthtropometri
Antropometri berhubungan dengan konflik dimensional antara ruang geometri fungsional dengan
tubuh manusia. Antropometri ini merupakan pengukuran dari dimensi tubuh secara linear, termasuk berat
dan volume. Jarak jangkauan, tinggi mata saat duduk, dan lainnya. Masalah-masalah antropometri
merupakan manifestasi dari kekurang cocokannya antara dimensi ini dan desain dari ruang kerja.
Pemecahannya adalah memodifikasi desain dan menyesuaikan kenyamanan.
2. Kognitive
Masalah kognitif muncul ketika informasi beban kerja yang berlebihan dan infomasi beban kerja di
bawah kebutuhan proses. Keduanya dalam jangka waktu yang panjang maupun dalam jangka waktu pendek
dapat menyebabkan ketegangan. Pada sisi lain, fungsi ini tidak sepenuhnya berguna untuk pemeliharaan
tingkat optimum. Pemecahannya adalah untuk melengkapkan fungsi manusia dengan fungsi mesin untuk
meningkatkan performansi sebaik pengembangan pekerjaan.
3. Musculoskeletal
Ketegangan otot dan sistem kerangka termasuk dalam kategori ini. Hal tersebut dapat menyebabkan
insiden kecil atau trauma efek kumulatif. Pemecahan masalah ini terletak pada penyediaan bantuan
performansi kerja atau mendesain kembali pekerjaan untuk menjaga agar kebutuhannya sesuai dengan batas
kemampuan manusia.
4. Kardiovaskular
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem sirkulasi, termasuk jantung. Akibatnya adalah
jantung memompakan lebih banyak darah ke otot untuk memenuhi tingginya permintaan oksigen.
Pemecahannya yaitu mendesain kembali pekerjaan untuk melindungi pekerja dan melakukan rotasi
pekerjaan.
5. Psychomotor
Masalah ini terletak pada ketegangan pada sistem psychomotor yang menegaskan kebutuhan
pekerjaan untuk disesuaikan dengan kemampuan manusia dan menyediakan bantuan performansi pekerjaan.

Aplikasi ergonomi dapat dilaksanakan dengan prinsip pemecahan masalah. Pertama, melakukan
identifikasi masalah yang sedang dihadapi dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Kedua,
menentukan prioritas masalah dan masalah yang paling mencolok harus ditangani lebih dahulu. Kemudian
dilakukan analisis untuk menentukan alternatif intervensi.Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penerapan ergonomi, yaitu :
1. Kondisi fisik, mental dan sosial harus diusahakan sebaik mungkin sehingga didapatkan tenaga
kerja yang sehat dan produktif
2. Kemampuan jasmani dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan antropometri, lingkup gerak
sendi dan kekuatan otot.
3. Lingkungan kerja harus memberikan ruang gerak secukupnya bagi tubuh dan anggota tubuh
sehingga dapat bergerak secara leluasa dan efisien.
4. Pembebanan kerja fisik dimana selama bekerja peredaran darah meningkat 10- 20 kali.
Meningkatnya peredaran darah pada otot-otot yang bekerja memaksa jantung untuk memompa darah lebih
banyak.
5. Sikap tubuh dalam bekerja. Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja
kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapan yang dipergunakan,
diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukan
gerakan-gerakan yang dibutuhkan.
Sumber :
1. Fakultas Kedokteran Universitas Jember. 2021. Modul Materi Pembelajaran Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Jember.
2. Kementrian Republik Indonesia. 2003. Undang-undang Republik Indonesia nomor 13 tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan.
3. Kementrian Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009
Tentang Kesehatan.
4. Purwanti, D. 2017. Hubungan Antara Ergonomi Kerja Terhadap Timbulnya Gangguan Kesehatan
Akibat Kerja pada Pekerja di PG KREMBOONG Sidoarjo. Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan
dan Kedokteran Keluarga, 8(1).

Anda mungkin juga menyukai