Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Tafsir Tarbawi
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah Swt., kami panjatkan atas limpahan Rahmat,
Hidayah serta Inayah-Nya, kami bisa menyelesaikan karya Ilmiyah berupa makalah yang
singkat dan sederhana ini. Solawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi akhir jaman, penolong umat, yaitu Baginda Muhammad Saw. yang telah
menunjukkan kita kepada jalan hidup lurus yang di ridhoi oleh Allah Swt., dengan ajarannya
agama Islam
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas dari Ibu Dosen Mata Kuliah
Tafsir Tarbawi dengan judul Materi Pendidikan, Fakultas Tarbiyah Program Studi
Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen Pengampu
Ibu Sri Tuti Rahmawati,MA yang selalu kami harapkan keberkahannya dan semua pihak
yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini masih belum sempurna, untuk itu perlu masukan dari semua pihak
terutama Sri Tuti Rahmawati, MA dan teman-teman Mahasiswi lainnya. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi penyusun sendiri umumnya para pembaca
makalah ini, apabila ada kekurangan dalam penulisan makalah ini Penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Terima kasih.
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Tujuan Masalah ................................................................................................
C. Tujuan Masalah ................................................................................................
A. Kesimpulan .......................................................................................................
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah Swt yang diturunkan kepada seluruh umat
manusia melalui nabi Muhammad Saw untuk menjadi petunjuk dalam menjalani
kehidupan ini Al-Qur’an yang berisi muatan ayat-ayat, yang dalam bentuk bahasa
Arab secara etimologisnya bermakna “tanda-tanda”1 Di samping al-Qur’an, ayat atau
tanda yang diberikan Allah Swt kepada makhluknya adalah dalam bentuk alam raya
dan dalam diri manusia itu sendiri. Al-Qur’an memperkenalkan dirinya dengan
berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang
keotentikannya dijamin oleh Allah Swt, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.2
1
Fariz Pari Syamsuri dan Kusmana, Pengantar Kajian Al-Qur’an, Pustaka Husna,
Jakarta, 2004, hlm 147
2
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat, Mizan, Bandung, 2013, hlm 27
3
Nasarudin Umar, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks, Elsaq Press,
Yogyakarta, 2005, hlm 9
habis,4yaitu dalam memberikan tuntunan manusia kepada kebahagiaan di dunia dan di
akhirat.
B. Rumusan Masalah
1. Tafsir surah al ghosyiyah ayat 17-20
2. Tafsir surah al a’raf ayat 204
3. Tafsir surah al dzariyat ayat 20-21
4. Hadis-hadis tentang materi pendidikan
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui tentang tafsir surah al ghosyiyah ayat 17-20
2. Mengetahui tentang tafsir surah al a’raf ayat 204
3. Mengetahui tentang tafsir surah al dzariyat ayat 20-21
4. Mengetahui tentang hadis-hadis tentang materi pendidikan
BAB II
4
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an Kritik Terhadap Ulumul Qur’an, terj
Khairon Nahdliyin, Yogyakarta, 2005, hlm 6
PEMBAHASAN
Tema utama surah ini adalah uraian tentang hari kiamat dengan balasan dan
ganjaran bagi manusia. Dikemukakan juga tentang kecaman terhadap orang-orang
yang tidak menarik pelajaran dari ayat-ayat Allah yang terhampar di bumi dan dilangit5
ْ ُط َح
ت ِ َْوإِلَى اأْل َر
ِ ض َك ْيفَ س
Di ciptakan رفعۃ
5
M. Quraish Shihab, Tafsir Al Mishbah. Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (Jakarta: lentera Hati,
2002), Hlm. 263
Dan gunung والی الجبال
Imam Muslim telah meriwayatkan hadis ini dari Amr An-Naqid, dari Abun
Nadr alias Hasyim ibnul Qasim dengan sanad yang sama, dan Imam Bukhari
memberinya komentar. Imam Turmuzi dan Imam Nasai meriwayatkannya melalui
hadis Sulaiman ibnul Mugirah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad, Imam Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Nasai, dan Imam Ibnu
Majah meriwayatkan hadis ini melalui Al-Lais ibnu Sa'd, dari Sa'id Al-Maqbari, dari
Syarik ibnu Abdullah ibnu Abu Namir, dari Anas dengan sanad yang sama secara
panjang lebar. Dan di akhir hadisnya disebutkan bahwa telah menceritakannya
kepadaku Dammam ibnu Sa’labah saudara lelaki Bani Sa'id ibnu Bakr.
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah
menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja'far, telah menceritakan kepadaku
Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar yang telah menceritakan bahwa Rasulullah Saw.
sering menceritakan tentang seorang wanita yang hidup di masa Jahiliah yang berada
di atas sebuah bukit bersama anak laki-lakinya sedang menggembalakan ternak
kambing. Maka anaknya bertanya "Hai Ibu, siapakah yang telah menciptakan
engkau?" Ibunya menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan
ayahku?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan
diriku?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan
langit?" Si ibu menjawab, "Allah." Si anak bertanya, "Siapakah yang menciptakan
bumi?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan
gunung?" Si ibu menjawab, "Allah." Ia bertanya, "Siapakah yang menciptakan
kambing ini?" Si ibu menjawab, "Allah." Maka si anak berkata, "Sesungguhnya aku
benar-benar mendengar Allah mempunyai kedudukan yang penting di atas
segalanya," lalu ia menjatuhkan dirinya dari atas gunung itu sehingga tubuhnya
hancur. Ibnu Umar mengatakan, "Rasulullah Saw. sering menceritakan kisah ini
kepada kami." Ibnu Dinar mengatakan bahwa Abdullah ibnu Umar sering
menceritakan kisah ini kepada kami. Tetapi di dalam sanad hadis ini terdapat
kelemahan. Abdullah ibnu Ja'far yang disebutkan dalam sanad hadis ini adalah Al-
Madini, seorang yang dinilai lemah oleh putranya sendiri (yaitu Imam Ali ibnul
Madini) dan juga oleh yang lainnya.6
6
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-ghasyiyah-ayat-17-26.html (diakses pada tanggal
29 September 2021)
juga menjelaskan tentang orang-orang yang mendurhakai Allah SWT akan
dimasukkan ke dalam api neraka yang sangat panas. Ketika haus mereka diberi
minuman air mendidih. Ketika mereka lapar, mereka memohon agar diberi makanan.
Namun yang mereka dapat hanyalah pohon berduri yang bahkan binatang pun tak
mau memakannya.7
Imam Ibnu Jarir dan Imam Ibnu Abu Hatim kedua-duanya mengetengahkan
sebuah hadis melalui Qatadah, yang menceritakan bahwa ketika Allah
menggambarkan kenikmatan-kenikmatan yang terdapat di dalam surga, orang-orang
yang sesat merasa takjub terhadap hal tersebut. Maka Allah swt. menurunkan firman-
Nya, "Maka apakah mereka tidak memperhatikan binatang unta, bagaimana ia
diciptakan?" (Q.S. Al Ghaasyiyah, 17)8
Ketika orang-orang musyrik menginkari dan tidak mempercayai hari kebangkitan,
Allah Swt memberikan kritik argumentatif berupa teguran sekaligus perintah yang
menunjukkan kekuasaan Allah atas segala sesuatu berupa ciptaannya, seperti unta,
langit, bumi dan gunung. Allah memberikan teguran kepada mereka dengan
menggunakan sindirian kalimat tanya agar mereka dapat Permulaan ayat tersebut
menggunakan hamzah al istifham (kata tanya). Dalam konteks ayat ini, kata tanya
bermakna li al taqri’ wa al taubikh (teguran dan celaan). Teguran dan celaan ditujukan
kepada mereka yang mendustakan hari kiamat. Mereka mendapatkan teguran karena
tidak melakukan al nadzar kepada objek yang disebutkan pada ayat berikutnya
Teguran di atas dapat bermakna sebagai suatu perintah melakukan sesuatu yaitu al
nadzar yang berarti memikirkan atau merenungkan sesuatu dengan mata
Objek pertama yang perlu diperhatikan adalah bagaimana unta diciptakan. Alasan
umum mengapa hewan ini disebutkan secara khusus dalam proses al nadzar adalah
karena unta adalah hewan yang paling dekat dengan orang arab sebagai relevansi
dimana Alquran diturunkan. Banyak pakar kemudian melakukan penelitian tak
terkecuali para ulama yang menguraikan keistimewaan dan kelebihan dari seekor
unta. Unta adalah hewan yang kuat berjalan ber mil-mil dan kuat membawa beban
7
https://www.dream.co.id/your-story/kandungan-surah-al-ghasyiyah-dan-keutamaan-bila-membacanya-
2102092.html (diakses pada tanggal 30 September 2021)
8
Qsoft v.7.0.5 by alqurandata.com 2014 dan dapat dilihat juga Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii
Asbaabin Nuzuul,atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie (Jakarta,Gema Insani,2000), hal.
622
yang begitu berat. Daging dan susunya dapat dikonsumsi. Dalam perjalanan di padang
pasir, unta memiliki sistem perlindungan dari pasir yang sangat halus. Unta memiliki
punuk berupa gundukan lemak yang berfungsi sebagai cadangan makanan secara
berkala ketika berada dalam kondisi lapar dan perjalanan yang sukar ditemukan
makanan. Diman unta dapat bertahan tanpa air selama 3 pekan.
Tidaklah mereka memperhatikan langit,bagaimana ia ditinggikan tanpa adanya
tiang penyangga. Memperhatikan gunung yang dipancangkan dengan kuat sehingga
menjadi paku bumi dan menjada stablitas bumi agar tidak berguncang dan bergeser.
Kemudian memperhatikan bumi yang tidak dibentangkan begitu saja, namun juga
telah Allah siapkan isi-isinya, baik apa yang dikandung dan di atasnya, dapat
dimanfaatkan demi kemaslahatan umat manusia9
Surah al-A’raf yang berarti “Tempat Tertinggi” adalah salah satu dari tujuh
surat dalam al-Qur’an yang memilik banyak ayat atau disebut juga surah Assab’u
Ththiwaal (tujuh surat terpanjang). Surah al-A’rah diturunkan sebelum surah al-
An’am dan urutan dalam al-Qur’an surah tersebut adalah surah ke 7. Surah al-A’raf
Memiliki 206 ayat yang kesemua ayat tersebut dianugrahkan kepada Nabi
Muhammad Saw sebelum Beliau hijrah ke Madinah atau tepatnya Beliau masih
berdomisil di Makkah, oleh sebab itu surah al-A’raf digolongkan ke dalam surah
Makkiyah.Dan penamaan surah al-A’raf tersebut diambil dari kata al-A’raf itu sendiri
yang terdapat pada ayat ke -46 dalam surah tersebut. Kata al-A’raf bermakna tempat
tertinggi yang berada pada batas antara surga dan neraka, yaitu tempat orang-orang
yang belum dapat memasuki surga dan mereka dapat menyaksikan kehidupan orang-
orang mukmin dalam surga dengan segala kenikmatan yang dianugrahkan kepada
mereka, dan juga mereka dapat melihat orang-orang kafir dalam neraka dengan segala
penyiksaan yang diberikan kepada mereka.
ِ ئ ْالقُرْ آنُ فَا ْستَ ِمعُوا لَهُ َوأَ ْن
َصتُوا لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون َ َوإِ َذا قُ ِر
َو ِا َذاDan jika
9
Al Quran Al Karim “The Wisdom”, (Al Mizan: Bandung, 2014), h. 1185
َ قُ ِرDibacakan
ئ
ٗ لَهLalu
ِ َو اَ ْنDiamlah
صتُوْ ا
َال الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا اَل تَ ْس َمعُوْ ا لِ ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ِن َو ْال َغوْ ا فِ ْي ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْغلِبُوْ ن
َ َلوق
َ
ُ َما لِي أُنَا َز:ُ قَا َل ِإنِّي أَقُول.ِ نَ َع ْم يَا َرسُو َل هَّللا:ٌهَلْ قَ َرأَ أَ َح ٌد ِم ْن ُك ْم َم ِعي آنِفًا؟ " قَا َل َر ُجل
ع ْالقُرْ آنَ ؟
11
https://quranhadits.com/quran/7-al-a-raf/al-araf-ayat-204/ (diakses pada tanggal 29 September 2021)
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari az-Zuhri bahwa ayat ini (al-
Araaf: 204) turun berkenaan dengan seorang pemuda Anshar yang mengikuti
bacaan ayat-ayat al-Quran yang dibacakan Rasulullah, sebelum beliau selesai
membacanya. Ayat ini melarang mengganggu orang yang sedang membaca al-
Quran.
Diriwayatkan oleh Said bin Manshur di dalam Sunan-nya, dari Abu Mamar
yang bersumber dari Muhammad bin Kab bahwa ketika para shahabat mendengar
ayat al-Quran dari Rasulullah saw., merekapun mengulanginya sebelum
Rasulullah selesai membacanya. Maka turunlah ayat ini (al-Araaf: 204) yang
memerintahkan untuk mendengar dan memperhatikan bacaan Al Quran.
Menurut as-Suyuti, melihat riwayat-riwayat di atas, ayat ini (al-Araaf: 204)
adalah Madaniyyah,
Dan di ف
ِ َو
أۡل
Bumi itu ِ ٱ َ ۡر
ض
Ibnu Katsir menafsirkan bahwa yang dimaksud ayat ini adalah bahwa di dunia
ini telah terdapat tanda-tanda yang semuanya itu menunjukkan keagungan Sang Maha
Pencipta dan kekuasaannya yang sangat luas, seperti bermacam-masam
tumbuhtumbuhan, hewan-hewan, padang-padang, gunung-gunung, gurun-gurun, dan
sungaisungai, dan perbedaan bahasa dan ras atau warna kulit pada manusia dan apa-
apa yang terdapat dalam diri manusia yaitu akal, pemahaman, harkat, dan
12
Al Imam Abu Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 27, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2004), hal. 16
kebahagiaan.13
Adanya perbedaan dalam diri manusia inilah seharusnya membuat setiap manusia
harus memperhatikan dirinya sendiri baik itu bentuk fisik, yang berkaitan dengan
paras muka, jenis kelamin dan kejiwaan yang meliputi kecenderungan dan kekuatan
jiwanya serta berkaitan dengan intelektual yaitu akal, pemahaman, harkat dan
kesenangannya atas berbagai persoalan. Karena perbedaan dalam diri manusia
tersebut sangat penting kiranya manusia untuk memiliki konsep diri yang jelas baik
itu berkaitan dengan fisik, kejiwaan dan kadar intelektual yang dimilikinya. Dengan
mengetahui konsep diri yang jelas setiap individu akan mengetahui secara terfokus
apa yang dapat mereka kontribusikan, untuk kemudian dapat mengoptimalkan potensi
mereka yang telah dikaruniahi oleh Allah untuk menggapai kesuksesan dunia akhirat.
13
Paul J. Centi, Mengapa Rendah Diri, Alih Bahasa: A.M. Hardjana, (Yogyakarta: Kanisius,1993) hal.9
berlaku sebaik-baiknya dan menjauhi potensi buruk sesuai dengan tuntunan yang
telah Allah Swt. sediakan untuk manusia.
يدعو لو.
()رواه متلم
روي عن أيب غتان أيب حازم أخر َبن أبودمحمبن يوسف أالصبهاَن
أبنأأبوسعيدبن االعرايب ثناأبوبكردمحمبن عبيد املروروزي ثنا سعيد
14
https://www.muttaqin.id/2018/08/hikmah-kandungan-surat-az-zariyat-56-beribadah.html (diakses
pada tanggal 30 september 2021)
15
http://pa-jepara.go.id/berita-seputar-peradilan/177-drs-sobirin-m-h-tugas-dan-kewajiban (diakses pada
tanggal 30 September 2021)
بن منصور ثنا عبدالعزيزبن دمحم أخر َبن دمحمبن عجالن عن القعقاع
بن حكيم عن أيب صاحل عن أيب ىريرة هنع هلال يضر قال :قال رسول هلال
ص.م :اَّنا بعثت ألمت مكارم األخالق-
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keberadaan al-Qur’an sebagai sumber utama dalam pengembangan konsep
pendidikan Islam dapat dibuktikan dengan nyata serta akurat. Konsep pendidikan
Islam yang berdasarkan al-Qura’an tersebut dapat dikatakan lebih unggul
dibandingkan dengan konsep yang tidak berdasarkan al-Qur’an. Hal ini memang
sejalan dengan sifat ajaran Islam itu sendiri yang bersifat universal, integrated,
komprehensif, utuh dan berdaya tahan untuk jangka waktu yang tidak terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
Fariz Pari Syamsuri dan Kusmana, Pengantar Kajian Al-Qur’an, Pustaka Husna,
Jakarta, 2004
Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat), Mizan, Bandung, 2013
Nasarudin Umar, Tafsir Sosial Mendialogkan Teks dengan Konteks, Elsaq Press,
Yogyakarta, 2005
Nasr Hamid Abu Zaid, Tekstualitas Al-Qur’an Kritik Terhadap Ulumul Qur’an, terj
Khairon Nahdliyin, Yogyakarta, 2005
http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-ghasyiyah-ayat-17-26.html (diakses
pada tanggal 29 September 2021)
https://www.dream.co.id/your-story/kandungan-surah-al-ghasyiyah-dan-keutamaan-bila-
membacanya-2102092.html (diakses pada tanggal 30 September 2021)
Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul,atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an,
terj. Tim Abdul Hayyie (Jakarta,Gema Insani,2000)
https://tafsir.learn-quran.co/id/surat-7-al-a'raf/ayat-204
https://quranhadits.com/quran/7-al-a-raf/al-araf-ayat-204/
Al Imam Abu Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir Ibnu Kasir Juz 27, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2004
Paul J. Centi, Mengapa Rendah Diri, Alih Bahasa: A.M. Hardjana, (Yogyakarta: Kanisius,1993)
https://www.muttaqin.id/2018/08/hikmah-kandungan-surat-az-zariyat-56-beribadah.html
http://pa-jepara.go.id/berita-seputar-peradilan/177-drs-sobirin-m-h-tugas-dan-kewajiban