Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

KELUARGA BERENCANA ( KB )

DOSEN PENGAMPU : Ns. Sova Evi, S. Kep, M. Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6 :

Zahra Safitri

Ririn B.Dj Yontong

Magfira Ramadhani

Nr Arvita Ramadhanti

Husdaniati

Kartika Sri Anggraini

Maikel Marcelino Tore

Dean Alfredo Sinadia

POLTEKKES KEMENKES PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN TOLITOLI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kami ucapkan atas berkah dan rahmat yang
diberikan Allah kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan
pendahuluan ini tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata
kuliah Maternitas Keperawatan. Terciptanya Makalah ini, tidak hanya hasil
kerja keras kami, melainkan banyak pihak – pihak yang memberikan
dorongan – dorongan motivasi. Sekali lagi kami mengucapkan terimakasih
atas terselesainya makalah ini.
Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat
bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai
Keluarga Berencana. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju
arah yang lebih baik.

Tolitoli, 30 September 2021

KELOMPOK 6

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

i
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................3

2.1 Keluarga Berencana (KB) .............................................................................3


2.2 Kontrasepsi ....................................................................................................4

2.3 Jenis Jenis Kontrasepsi...................................................................................5

2.4 Keluarga Berencana.......................................................................................12

2.5 Konseling KB ................................................................................................14

BAB III PENUTUP..................................................................................................................18

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................18

3.2 Saran.......................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 latar belakang

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan


kesehatan preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut
WHO (World Health Organization) adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,
mengatur jarak kelahiran, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan
kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). Program keluarga berencana
memberikan kesempatan untuk mengatur jarak kelahiran atau mengurangi
jumlah kelahiran dengan menggunakan metode kontrasepsi hormonal atau
non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara ataupun permanen,
meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki tingkat efektifitas yang
berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014). Penggunaan kontrasepsi
merupakan tanggung jawab bersama antara pria dan wanita sebagai
pasangan, sehingga metode kontrasepsi yang akan dipilih sesuai dengan
kebutuhan serta keinginan bersama. Dalam hal ini bisa saja pria yang
memakai kontrasepsi seperti kondom, coitus interuptus (senggama terputus)
dan vasektomi.

1.2 Rumusan masalah


1. Menjelaskan apa Pengertian Keluarga Berencana (KB)
2. Menjelaskan apa yang dimaksud Kontrasepsi
3. Menjelaskan dan Menyebutkan Jenis Jenis Kontrasepsi
4. Menjelaskan Manfaat Keluara Berencana
5. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan Konseling KB

1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mengetahui apa yang dimaksud keluarga Berencana dan
bagaiamana mengaplikasiakan alat-alat kontrasepsi yang aman
untuk digunakan.
2. Tujuan khusus
1) Mengetahui apa Pengertian Keluarga Berencana (KB)
2) Mengetahui apa yang dimaksud Kontrasepsi

1
3) Mengetahui Jenis Jenis Kontrasepsi
4) Mengetahui Manfaat Keluara Berencana
5) Mengetahui apa yang dimaksud dengan Konseling KB

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Keluarga Berencana (KB)


1. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang di inginkan. Maka dari itu, pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan
(Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan)
maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak
akibat melahirkan pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan
melahirkan pada usia tua (Hartanto, 2002).
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai
berikut :

2
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

2.2 Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen
(Wiknjosastro, 2007). Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur
oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang
telah di buahi ke dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014).
2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara
kontrasepsi dapat di nilai pada 2 tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu
cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak di
inginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti
aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan
kontrasepsi dalam keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya di
pengaruhi oleh faktor- faktor seperti pemakaian yang tidak hati-hati,
kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan sebagainya.
3. Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik
ialah kontrasepsi yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode
kontrasepsi yaitu:
a. Faktor pasangan
 Umur

3
 Gaya hidup
 Frekuensi senggama
 Jumlah keluarga yang di inginkan
 Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
 Sikap kewanitaan
 Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
 Status kesehatan
 Riwayat haid
 Riwayat keluarga
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan panggul.

2.3 Jenis Jenis Kontrasepsi


1. Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi
yang paling efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi
(Baziad, 2008). Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana
estrogen dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar
hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap folikel
dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).
a. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,
terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui
hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat pengeluaran
Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga perkembanagan dan
kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di samping itu progesteron
dapat menghambat pengeluaran Hormone Luteinizing (LH). Estrogen
mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus
endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba,
2010).
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka
estrogen dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih

4
banyak tetapi tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan
mencegah ovulasi selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk
membantu pengaturan hormon realising factors of hipotalamus,
membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium
dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja secara
primer menekan atau depresi dan melawan isyarat-isyarat dari
hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini atau
prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari
endometrium (Hartanto, 2002).
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala,
nyeri pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-
kadang disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan
disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat
meningkatkan berat badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan.
Kepada penderita pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan
diuretik. Kadang-kadang efek samping demikian mengganggu akseptor,
sehingga hendak menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam
kondisi tersebut, akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi
hormonal dengan kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain
efek samping kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga
memiliki efek samping jika dalam dosis yang berlebihan dapat
menyebabkan perdarahan tidak teratur, bertambahnya nafsu makan
disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat), alopsia, kadang-
kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan), hipomenorea. Fluor
albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi hormonal dengan
progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh meningkatnya infeksi
dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang,
retensi air, dan garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri
kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran
leukorhea, dan menimbulkan perlunakan serviks. Komponen progesteron
menyebabkan payudara tegang, acne (jerawat), kulit dan rambut kering,
menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram (Manuaba, 2010).
b. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal

1) Pil KB kombinasi progestin dan estrogen

Kandungan di dalam pil KB ini adalah kombinasi antara hormon


progestin dan estrogen. Alat kontrasepsi yang satu ini membantu
menahan agar indung telur (ovarium) tidak memproduksi sel telur. Pil

5
KB juga menyebabkan adanya perubahan pada lendir serviks atau leher
rahim serta endometrium agar sperma tidak bisa ‘bertemu’ dengan sel
telur. Pil KB umumnya harus diminum setiap hari untuk mencegah
pelepasan sel telur (ovulasi). Sebelum Anda menggunakannya, penting
untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pil KB. Salah satu
kelebihannya adalah pil KB bisa mengurangi perdarahan saat
menstruasi.Di samping itu, jenis KB ini juga dapat mengurangi gejala
PMS atau premenstrual syndrome.
Untuk mengurangi risiko terkena penyakit kanker ovarium dan
sindrom ovarium polikistik (PCOS) yang sama-sama menjadi penyebab
kista pada indung telur.
Sementara kekurangan dari pil KB kombinasi adalah berpotensi
meningkatkan berat badan, risiko hipertensi, dan penyakit
kardiovaskular. Namun, efek samping ini bisa dicegah dengan
menerapkan diet sehat dan berolahraga secara teratur.
2) Pil KB progestin
Jenis KB hormonal berikutnya dikenal dengan nama pil mini.
Berbeda dengan pil kombinasi, pil KB mini hanya mengandung progestin
dengan takaran dosis yang lebih rendah. Pil KB mini dapat membuat
lendir serviks menjadi lebih kental sehingga mencegah sperma ‘bertemu’
dengan sel telur. Menggunakan jenis KB ini juga dapat mencegah proses
ovulasi meski hanya pada saat-saat tertentu. Melansir dari Mayo Clinic,
untuk menggunakan pil KB mini sebagai alat kontrasepsi tidak perlu
menunggu terlalu lama hingga masa subur Anda berakhir.
Penggunaan pil mini juga cenderung lebih aman dibandingkan
dengan risiko efek samping pil KB kombinasi. Jenis KB ini tidak
menimbulkan efek samping, seperti hipertensi, dan tidak mengganggu
produksi air susu ibu (ASI) bila Anda sedang menyusui. Namun, pil KB
mini tetap dapat menyebabkan peningkatan berat badan dan membuat
siklus menstruasi menjadi tidak teratur..

3) KB suntik
KB suntik adalah alat kontrasepsi yang diberikan dengan cara
menyuntikkan hormon progestin ke dalam aliran darah.Apabila
digunakan dengan benar, jenis KB ini termasuk paling efektif mencegah
kehamilan pada masa subur hingga 99 persen.
Dengan begitu, KB suntik bisa membantu Anda untuk merencanakan
kehamilan dengan tepat.
Ada dua jenis suntik KB yang tersedia dipasaran, yaitu:
 Suntikan KB 1 bulan (Cyclofem atau Mesigyna)

6
 Suntikan KB 3 bulan (Depo-Provena).
Jenis KB ini tentunya lebih praktis dibandingkan dengan minum pil
KB karena Anda tidak perlu khawatir jika lupa minum pil tetapi telanjur
berhubungan seks. Manfaat lainnya dari KB suntik adalah menurunkan
risiko terjadinya kehamilan etopik (janin di luar rahim). Hanya saja, jenis
KB ini tetap memiliki risiko meningkatkan berat badan dan mengganggu
masa subur.

4) IUD (Intra-Uterine Device) hormonal

IUD adalah alat kontrasepsi yang memiliki bentuk seperti huruf T.


Alat kontrasepsi ini dipasang di dalam rahim dengan menyisakan sedikit
benang pada vagina untuk menandakan posisinya. Ada 2 macam alat
kontrasepsi IUD yang bisa Anda pilih, yaitu IUD tembaga (non-
hormonal) dan IUD hormonal. IUD hormonal atau KB spiral
mengandung hormon progesteron sintetis. Hormon ini dapat membuat
dinding rahim menebal sehingga mencegah terjadinya pembuahan. Sama
seperti jenis KB hormonal lainnya, terdapat juga kelebihan dan
kekurangan dari KB IUD.
IUD adalah alat kontrasepsi yang dapat digunakan untuk waktu
jangka panjang. Jadi, Anda hanya perlu memasangnya sekali untuk
periode waktu tertentu. Setelah IUD dilepas pun masa subur Anda bisa
kembali normal dengan cepat. Sayangnya, posisi alat IUD bisa bergeser
saat berada di dalam rahim. Hal ini bisa membuat penggunaannya \ terasa
tidak nyaman, termasuk saat melakukan hubungan intim. Selain itu, KB
IUD bisa menyebabkan efek samping seperti kram dan perdarahan
menstruasi yang jadi lebih banyak.

2. Kontrasepsi Non Hormonal

KB Non Hormonal merupakan alat kontrasepsi yang tidak


mengandung hormon. Sehingga, penggunaannya tidak mempengaruhi
kondisi hormonal dalam tubuh. Sebenarnya, metode KB Non
Hormonal bukanlah hal baru di masyarakat. Sebab, sebagian
masyarakat sudah pernah menggunakannya. Memiliki jenis yang
beragam, metode KB Non Hormonal ini dapat ditemukan pada
beberapa jenis alat kontrasepsi. Sebut saja, kondom, IUD dan medis
operasi (steril untuk pria dan wanita).
a. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Non Hormonal

7
Cara Kerja Pada asarnya cara kerja kontrasepsi non hormonal
dengan metode sederhana adalah menghindari senggama selama kurang
lebih 718 hari, termasuk masa subur dari tiap siklus. Sedangkan kondom
menghalangi spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita
(Hartanto, 2004).

b. Macam-Macam Kontrasepsi Non Hormonal

1. Kondom

Salah satu jenis KB non hormonal yang mungkin sudah Anda


ketahui sejak lama adalah kondom. Terdapat dua jenis kondom yang
berbeda, yaitu kondom yang digunakan oleh pria dan wanita. Menurut
Center of Disease Control and Prevention, kedua jenis kondom sama-
sama berfungsi untuk mencegah sel sperma yang keluar saat penetrasi
tidak masuk ke dalam tubuh wanita melalui vagina.
Kontrasepsi non hormonal ini tergolong mudah digunakan karena
hanya perlu menggunakan saat sedang berhubungan seks. Artinya,
kontrasepsi non hormonal ini tidak perlu ‘menetap’ di dalam tubuh Anda,
atau Anda konsumsi setiap hari. Efektivitas kondom tergolong tinggi,
selama Anda tahu cara memasang kondom dengan benar.Pasalnya,
kondom sering kali gagal melindungi dari kehamilan jika tidak tepat
pemakaiannya, sehingga kondom tidak bisa berfungsi dengan baik.

2. Diafragma

Diafragma adalah salah satu KB non hormonal yang juga bisa


Anda gunakan. Kontrasepsi non hormonal ini berbentuk seperti setengah
lingkaran yang berukuran kecil dan terbuat dari silikon. Seorang wanita
memasukkan diafragma ke dalam vagina sehingga bisa menutupi leher
rahim atau serviks.
Berikan spermisida pada diafragma sebelum memasukkannya ke
dalam vagina. Tingkat efektivitas dari penggunaan diafragma adalah 88
persen. Artinya, 12 dari 100 wanita yang menggunakan diafragma masih
memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan. Perlu diingat bahwa
diafragma harus berada di dalam vagina hingga 6 jam setelah
berhubungan seksual, namun tidak boleh lebih dari 24 jam.
Salah satu penyebab dari menurunnya tingkat efektivitas dari
penggunaan KB non hormonal yang satu ini adalah diafragma tidak
digunakan sesuai dengan aturan. Sebagai contoh, saat diafragma
dimasukkan ke dalam vagina, Anda tidak menambahkan spermisida pada

8
sisi-sisi diafragma. Padahal, adanya spermisida dapat membantu
meningkatkan efektivitasnya.

3. Spermisida

Spermisida ternyata termasuk ke dalam KB non hormonal yang


bisa Anda gunakan tanpa harus menggunakan diafragma. Spermisida
adalah bahan kimia yang dapat membunuh sel sperma. Biasanya,
kontrasepsi non hormonal ini berbentuk krim, foam, atau gel.
Saat digunakan, spermisida sendiri atau tidak bersamaan dengan
kontrasepsi non hormonal lainnya, spermisida memiliki potensi gagal
mencegah kehamilan hingga 28 persen. Oleh sebab itu, lebih baik Anda
menggunakan spermisida bersamaan dengan kondom atau kontrasepsi
non hormonal lainnya.
Penggunaan KB non hormonal yang satu ini sangat minim efek
samping. Hanya saja, beberapa orang yang menggunakannya mengalami
iritasi pada kulitnya. Di samping itu, terdapat kandungan Nonoxynol-9
pada spermisida yang beredar di pasaran. Zat ini dapat menyebabkan
perubahan pada kulit di sekitar area genital Anda dan meningkatkan
potensi Anda mengalami HIV.

4. Spons

Spons adalah kontrasepsi yang terbuat dari busa plastik dan


mengandung spermisida. Menggunakan spons sebagai metode
kontrasepsi bisa dilakukan dengan memasukkannya ke dalam vagina
sebelum melakukan hubungan intim dengan pasangan.
Setelah berhubungan seksual, kemudian sperma dikeluarkan dari
vagina dengan bantuan alat yang disebut nylon loop. Sebenarnya, spons
tergolong kurang efektif pada wanita yang sudah pernah hamil
sebelumnya. Namun, pada wanita yang belum pernah mengalami
kehamilan, KB non hormonal ini tergolong efektif, hingga memiliki
tingkat efektivitas hingga 91 persen.
Meski begitu, Anda harus memerhatikan efek samping yang
mungkin ditimbulkan dari penggunaan KB non hormonal ini. Pasalnya,
spons dapat meningkatkan risiko Anda mengalami infeksi jamur dan alat
kontrasepsi ini tidak disarankan untuk dibiarkan berada di dalam vagina
lebih dari 30 jam. Sama halnya seperti kondom, KB ini hanya boleh
digunakan satu kali pemakaian. Artinya, harus membuang setelah selesai
digunakan.

9
5. IUD tembaga

Terdapat dua jenis IUD atau KB spiral, salah satunya adalah IUD
yang dilapisi dengan tembaga. Berbeda dengan KB IUD hormonal, IUD
tembaga tidak mengandung hormon sama sekali. Lapisan tembaga pada
badan IUD itu sendiri ternyata cukup dalam membantu Anda menunda
kehamilan. Jika ingin menggunakannya, harus berkonsultasi terlebih
dahulu pada dokter. Selain itu, penggunaan IUD tembaga ini harus
dilakukan dengan bantuan dokter atau ahli medis profesional lainnya.
IUD tembaga termasuk KB non hormonal yang mudah digunakan untuk
jangka panjang.
Pasalnya, saat memasang IUD, bisa menggunakannya hingga 10
tahun lamanya. Tentu KB ini cocok untuk penggunaan jangka panjang.
Tingkat efektivitas dari KB IUD tembaga ini juga sangat tinggi,
mencapai angka 99 persen. Namun, Anda harus tetap memerhatikan efek
samping yang mungkin ditimbulkan. Sebagai contoh, menstruasi Anda
bisa lebih deras. Anda mungkin juga mengalami perdarahan pada vagina
saat sedang tidak haid. Selain itu, penggunaan IUD tembaga juga tidak
dapat melindungi Anda dari penularan penyakit menular seksual.

2.4 Manfaat Keluarga Berencana


Keluarga berencana (KB) merupakan program skala nasional yang
dikelola oleh Badan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Ada
banyak manfaat program keluarga berencana yang ditawarkan oleh
negara. Salah satunya adalah menghasilkan keluarga yang berkualitas.
Berikut ini manfaat Keluarga Berencana :

1) Menjaga kesehatan ibu dan bayi

Program kehamilan yang direncanakan dengan matang akan


memberikan dampak baik bagi kesehatan ibu dan bayi. Selain itu,
program KB juga memberikan pengarahan mengenai langkah-langkah
untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik sebelum maupun setelah
melahirkan.

2) Mendorong kecukupan ASI dan pola asuh yang baik bagi anak

Dengan program KB, suami istri dapat merencanakan waktu


kehamilan dengan tepat. Hal ini erat kaitannya dengan
kecukupan ASI dan pola asuh anak. Idealnya, jarak anak pertama dan
kedua antara 3–5 tahun.

10
Dengan jarak waktu ini, anak pertama bisa mendapatkan manfaat
ASI dengan maksimal, yaitu dari ASI eksklusif dan ASI hingga 2 tahun.
Tidak hanya itu, anak juga jadi bisa mendapatkan perhatian penuh dari
orang tuanya selama masa perkembangannya. Kedua hal ini tentu akan
sangat berdampak positif untuknya.

3) Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan

Suami dan istri yang tidak menjalankan program KB berisiko


mengalami kehamilan yang tidak direncanakan. Misalnya, perempuan di
atas 35 tahun dan belum menopause yang melakukan hubungan intim
tanpa alat kontrasepsi bisa saja hamil. Namun kehamilan ini berisiko
tinggi dan bisa berdampak fatal pada ibu dan bayi.
Begitu juga dengan kehamilan yang terlalu dini setelah melahirkan.
Misalnya, seorang wanita bisa saja melahirkan ketika anak pertama
masih berusia di bawah 1 tahun. Pada kondisi ini, ibu tidak mendapatkan
pemulihan yang utuh setelah melahirkan anak sebelumnya. Hal ini bisa
berdampak pada kesehatan fisik maupun mental ibu.

4) Mencegah penyakit menular seksual

Meski dilakukan antar suami istri, hubungan seksual tidak terlepas


dari risiko terjadinya penyakit menular seksual, seperti sifilis, gonore,
hingga HIV/AIDS. Namun, hal ini bisa dicegah dengan penggunaan alat
kontrasepsi, seperti kondom.

5) Menurunkan angka kematian ibu dan bayi

Manfaat program keluarga berencana lainnya adalah untuk


menurunkan risiko kematian ibu dan bayi. Kasus ini masih sering
dijumpai di masyarakat, terutama pada kehamilan yang berisiko
tinggi mengalami komplikasi, seperti pada wanita berusia lebih 35 tahun,
wanita yang memiliki penyakit kronis tertentu, dan wanita yang baru saja
melahirkan.

6) Membentuk keluarga yang berkualitas

Semua yang direncanakan dengan baik juga bisa berbuah baik.


Dalam hal ini, merencanakan kehamilan dan jumlah anak bukan cuma
masalah waktu, tapi juga soal eknomi, pendidikan anak, dan pola
asuh.Jika semua itu direncanakan dengan baik, peluang menciptakan
keluarga berkualitas pun akan semakin besar.

11
Ada beberapa tujuan penting dilaksanakannya program keluarga
berencana yaitu,
1) Membentuk keluarga kecil sejahtera, sesuai dengan kondisi ekonomi
keluarga tersebut.
2) Mencanangkan keluarga kecil dengan cukup 2 anak.
3) Mencegah terjadinya pernikahan di usia dini.
4) Menekan angka kematian ibu dan bayi akibat hamil di usia yang
terlalu muda atau terlalu tua, atau akibat penyakit sistem reproduksi.
5) Menekan jumlah penduduk serta menyeimbangkan jumlah kebutuhan
dengan jumlah penduduk di Indonesia.

Dari tujuan dan manfaat program keluarga berencana di atas, Anda


bisa melihat bahwa program KB tidak ada kaitannya dengan menolak
kehadiran anak. Program KB justru dibuat untuk menyehatkan dan
menyejahterakan keluarga Indonesia. Oleh karena itu, sudah selayaknya
kita ikut menyukseskan program keluarga berencana.
2.5 Konseling KB
Konseling adalah bantuan secara profesional yang diberikan
konselor kepada klien secara tatap muka empat mata yang dilaksanakan
interaksi secara langsung dalam rangka memperoleh pemahaman diri
yang lebih baik, kemampuan mengontrol diri dan mengarahkan diri
untuk dimanfaatkan oleh klien dalam rangka pemecahan masalah dan
memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang.
Konseling KB merupakan percakapan tatap muka atau wawancara
antara klien dengan konselor, yang diselenggarakan dengan sengaja,
dengan tujuan membantu klien tersebut membuat keputusan yang sesuai
dengan kondisi dan keinginannya, serta pilihannya berdasarkan informasi
yang lengkap tentang alat kontrasepsi.
Konseling KB mempunyai manfaat untuk mengetahui kemantapan
calon peserta atau peserta KB dalam memilih dan menggunakan alat KB.
Dengan proses konseling KB bisa diketahui, apakah cara KB yang dipilih
dan dipakai oleh peserta KB benar-benar atas kemauan sendiri atau
karena mengikuti kehendak orang lain.
1. Langkah-langkah Konseling KB

a Teknik Gather
menurut gallen dan leitennaier (1987) memberikan satu akronim yang
dapat dijadikan panduan bagi petugas klinik KB untuk melakukan
konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan
singkatan dari :
G : Greet

12
Berikan salam, mengenalkan diri dan membuka komunikasi.
A : Ask atau Assess
Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menilai apakah
keluhan/keinginan yang disampaikan memang sesuai dengan
kondisi yang dihadapi.
T : Tell
Beritahukan bahwa persoalan pokok yang dihadapi oleh pasien
adalah seperti yang tercermin dari hasil tukar informasi dan harus
dicarikan upaya penyelesaian masalah tersebut.
H : Help
Bantu pasien untuk memahami masalah utamanya dan masalah itu
yang harus diselesaikan. Jelaskan beberapa cara yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut, termasuk keuntungan dan
keterbatasan dari masing – masing cara tersebut. Minta pasien
untuk memutuskan cara terbaik bagi dirinya.
E : Explain
Jelaskan bahwa cara terpilih telah diberikan atau dianjurkan dan
hasil yang diharapkan mungkin dapat segera terlihat atau
diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil seperti yang
diharapkan. Jelaskan pula siapa dan dimana pertolongan lanjutan
atau darurat dapat diperoleh.
R : Refer dan Return visit
Rujuk apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang
sesuai atau buat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih
telah diberikan.
b Konseling KB SATU TUJU
Dalam memberikan konseling. Khususnya bagi calon klien KB yang
baru hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sedah dikenal dengan
kata kunci SATU TUJU.Penerapan SATU TUJU tersebut tidak perlu
dilakukan secara berurutan karena petugas harus menyesuaikan diri
dengan kebutuhan klien .Beberapa klien membutuhkan lebih banyak
perhatian pada langkah yang satu dibandingkan dengan langkah
lainnya.Kata kunci SATU TUJU dalah sebagai berikut :
SA : sapa dan salam
Sapa dan salam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan
perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara ditempat yan
nyaman serta terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun
rasa percaya diri.Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta
jelaskan pelayanan apa yang dapat diperolehnya.
T : Tanya

13
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya.Tanyakan konstrasepsi yan diiginkan ole
klien. Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan oleh klien
ssuai dengan kata-kata, gerak isyarat dan caranya.Coba tempatkan diri
kita di dalam hati klien.Perlihatkan bahwa kita memahami. Dengan
memahami pengetahuan, kebutuhan dan keinginan klien kita dapat
membantunya.
U: Uraikan
Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
reproduksi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontrasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia
ingini, serta jelaskan pula jenis-jenis lain yang ada. Juga jelaskan
alternative kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien.Uraikan
juga mengenai risiko penularan HIV/ Aids dan pilihan metode ganda.
TU : Bantu
Bantulah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berfikir
mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Doronglah klien untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan
pertanyaan. Tanggapilah secara terbuka. Petugas membantu klien
mempertimbangkan criteria dan keinginan klien terhadap setiap jenis
kontrasepsi.Tanyakan juga apakah pasangannya akan memberikan
dukungan dengan pilihan tersebut. Jika memungkinkan diskusikan
mengenai pilihan tersebut pada pasangannya. Pada akhirnya yakinkan
bahwa klien telah membuat suatu keputusan yang tepat. Petugas dapat
menanyakan : Apakah anda sudah memutuskan pilhan jenis
kontrasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih yang akan digunakan.
J : Jelaskan
Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi
pilihannya setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan
perlihatkan alat/ obat kontrasepsinya.Jelaskan bagaimana alat / obat
kontrasepsi tersebut digunakan dan bagaimana cara penggunaannya.
Sekali lagi doronglah klien untuk bertanya dan petugas menjawab
secara jelas dan terbuka.Beri penjelasan juga tentang manfaat ganda
metode kontrasepsi, misalnya kondom yang dapat mencegah infeksi
menular seksual (IMS).Cek pengetahuan klien tantang penggunaan
kontrasepsi pilihannya dan puji klien apabila dapat menjawab dengan
benar.
U : Kunjungan Ulang

14
Perlunya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buatlah
perjanjian, kapan klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan
atau permintaan kontrasepsi jika dibutuhkan. Perlu juga selalu
mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu masalah.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak


dan jarak kelahiran anak yang di inginkan. Maka dari itu, pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan (Sulistyawati, 2013).

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga


kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran
yang bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan
yang dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan
menghentikan) maksud dari kebijakaan tersebut yaitu untuk
menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan pada usia muda, jarak
kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua (Hartanto)

3.2 Saran

Kami sebagai penulis, menyadari bahwa makalah ini banyak sekali


kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran tentang pembahasan makalah diatas.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com.Kontrasepsi.online.diakses pada 30 september 2020. Dari
https://hellosehat.com/seks/kontrasepsi/pertimbangan-saat-ganti-
alatkontrasepsi/
https://m.merdeka.com.online. diakses pada 30 september 2020. Dari
https://m.merdeka.com/malang/gaya-hidup/yuk-kenalan-dengan-kb-non-
hormonal-1707104.html
https://dppkbpmd.bantulkab.go.id tujuan-dan-manfaat-program-keluarga-berencana
online. diakses pada 30 september 2020.
https://dppkbpmd.bantulkab.go.id/kenali-tujuan-dan-manfaat-program-
keluarga-berencana/
http://lph.unpar.ac.id.pendampingan/konseling, diakses pada 30 september 2020.
http://lph.unpar.ac.id/index.php/pendampingan/konseling/
http://jurnalbidandiah.blogspot.com/langkah-langkah-konseling diakses pada 30
september 2020. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/langkah-
langkah-konseling-kb_8908.html

16

Anda mungkin juga menyukai