Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

LEUKEMIA

Dosen Pengampu : Titis Widaryani, SKM, M.Kes

Disusun Oleh:

Kelompok 11

1. Ummul Kalsum (PO7247320050)


2. Sri Hartina (PO7247320049)
3. Sri Wahyuni (PO7247320048)

POLTEKKES KEMENKES PALU

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN TOLITOLI

2021/2022

i
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompk untuk mata kuliah
Kebijakan Pemerintah Dalam Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular,
dengan judul Makalah Leukemia.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah dengan judul leukimia dapat terselesikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Tolitoli, 11 Maret 2022

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................1
1.3 Rumusan Masalah..............................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................2
2.1 Definisi...............................................................................................2
2.2 Tanda dan Gejala...............................................................................3
2.3 Klasifikasi..........................................................................................5
2.4 Epidemiologi......................................................................................7
2.5 Etiologi dan Faktor Resiko................................................................8
2.6 Riwayat Alamih.................................................................................10
2.7 Diagnosis............................................................................................11
2.8 Tata laksana.......................................................................................18
BAB III PENUTUP......................................................................................20
3.1 Kesimpulan........................................................................................20
3.2 Saran..................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................28

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum
tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih
yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-
reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu
sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel
darah diharapkan be-reproduksi kembali.

Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah penyakit leukimia seperti


kita telah tahu bersama bahwa penyakit ini adalah penyakit mematikan.
2. Untuk mengetahui cara pengobatan dan penanganan leukimia kemudian
terapi2 apa saja yang harus dilakukan apabila sudah terkena lekimia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Leukimia ?
2. Bagaimana tanda dan gejela dari Leukimia ?
3. Bagaimana klasifikasi dari Leukimia ?
4. Bagaimana epidemiologi dari Leukemia ?
5. Bagaimana etiologi dan factor resiko dari Leukimia ?
6. Bagaimana riwayat alamiah Leukimia ?
7. Bagaimana diagnosis pada Leukimia ?
8. Bagaimana tata laksana dari Leukimia ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI LEUKIMIA


Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik
yang beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi
maligna dari sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid.
Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau
abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Sel leukemia mempengaruhi
hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal dan imunitas
tubuh penderita.
Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan
banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak
banyak merupakan sel yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang
semakin meninggi ini dapat mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang
sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).
Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi
tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan
tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen ke
dalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses
pembekuan darah).
Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya,
Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah
memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal.
Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya
atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan
tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi
kembali.
Pada kasus Leukemia (kanker darah), sel darah putih tidak merespon
kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak

2
terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di
dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini
bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya, Seseorang
dengan kondisi seperti ini (Leukemia) akan menunjukkan beberapa gejala
seperti; mudah terkena penyakit infeksi, anemia dan perdarahan.
Menurut Ahmad Ramadi (1998) leukemia merupakan penyakit ganas,
progresif pada organ - organ  pembentukan darah yang ditandai dengan
proliferasi dan perkembangan leukosit serta pendahulunya secara abnormal di
dalam darah dan sumsum tulang belakang. Proliferasi sel leukosit yang
abnormal, ganas, sering disertai bentuk leukosit yang tidak abnormal,
jumlahnya berlebihan, dapat ,menyebabkan anemia, trombositopenia, dan
diakhiri dengan kematian (Mansjoer, 1999).
Menurut jenisnya, leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan
limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar ,
pembagian leukemia adalah sebagai berikut  yaitu :Leukemia
limfoid :Leukemia Limfoblastik Akut (LLA)Merupakan kanker  yang
paling sering menyerang anak-anak dibawah umur 15 tahun, dengan puncak
insidensi antara umur 3 sampai 4 tahun. Manifestasi dari LLA adalah berupa
proliferasi limpoblas abnormal dalam sum-sum tulang dan tempat-tempat
ekstramedular. Paling sering terjadi pada laiki - laki dibandingkan
perempuan,  LLA jarang terjadi (Smeltzer dan Bare, 2001). Gejala pertama
biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal menghasilkan sel darah merah
dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa: lemah dan sesak nafas, karena
anemia (sel darah merah terlalu sedikit) infeksi dan demam karena,
berkurangnya jumlah sel darah putih perdarahan, karena jumlah trombosit
yang terlalu sedikit.

2.2 TANDA DAN GEJALA PENYAKIT LEUKIMIA


Gejala penderita leukemia bevariasi tergantung dari jumlah sel abnormal dan
tempat berkumpulnya sel abnormal tersebut. Gejala umum pasien leukemia
yaitu :
1. Demam atau keringat malam

3
2. Sering mengalami infeksi
3. Merasa lemah atau capai
4. Pucat
5. Sakit kepala
6. Mudah berdarah atau memar.Misalnya gusi mudah berdarah saat sikat
gigi, muda memar saat terbentur ringan)
7. Nyeri pada tulang dan/atau sendi
8. Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut, akibat pembesaran
limpa
9. Pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan ketiak
10. Penurunan berat badan
Manifestasi klinis penderita leukemia akut disebabkan adanya penggantian
sel pada sumsum tulang oleh sel leukemik , menyebabkan gangguan produksi
sel darah merah . Depresi produksi platelet yang menyebabkan purpura dan
kecenderungan terjadinya perdarahan . Kegagalan mekanisme pertahanan
selular karena penggantian sel darah putih oleh sel lekemik, yang
menyebabkan tingginya kemungkinan untuk infeksi . Infiltrasi sel-sel
leukemik ke organ-organ vital seperti liver dan limpa oleh sel-sel leukemik
yang dapat menyebabkan pembesaran dari organ-organ tersebut . ( Cawson,
1982 ).
Sedangkan pada penderita Leukemia itu sendiri disebabkan sbb:
a. Normalnya tulang marrow diganti dengan tumor yang malignan,
imaturnya sel blast.Adanya proliferasi sel blast, produksi eritrosit dan
platelet terganggu sehingga akan menimbulkan anemia dan
trombositipenia.
b. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistempertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi
c. Manifestasi akan tampak pada gambaran gagalnya bone marrow dan
infiltrasi organ, sistem saraf pusat. Gangguan pada nutrisi dan
metabolisme. Depresi sumsum tulang yang akan berdampak pada
penurunan lekosit, eritrosit, faktor pembekuan dan peningkatan
tekanan jaringan.

4
d. Adanya infiltrasi pada ekstra medular akan berakibat terjadinya
pembesaran hati, limfe,nodus limfe, dan nyeri persendian. (Suriadi, &
Yuliani R, 2001: hal. 175)

2.3 KLASIFIKASI
Leukimia diklasifikasikan dalam 4 bagian :
1. Leukeumia Limfositik Kronik (LLK)
Leukemia Limfositik Kronik (LLK) ditandai dengan adanya sejumlah
besar limfosit (salah satu jenis sel darah putih) matang yang bersifat
ganas dan pembesaran kelenjar getah bening. Lebih dari 3/4 penderita
berumur lebih dari 60 tahun, dan 2-3 kali lebih sering  menyerang
pria. Pada awalnya penambahan jumlah limfosit matang yang  ganas 
terjadi di kelenjar getah bening. Kemudian menyebar ke hati dan 
limpa, dan kedua nya mulai membesar. Masuknya limfosit ini ke
dalam sumsum tulang akan menggeser sel-sel yang normal, sehingga
terjadi anemia dan penurunan jumlah sel darah putih dan trombosit di
dalam darah. Kadar dan aktivitas antibodi (protein untuk melawan
infeksi) juga berkurang. Sistem kekebalan yang biasanya melindungi
tubuh terhadap serangan dari luar, seringkali menjadi salah arah dan
menghancurkan jaringan tubuh yang normal.
Manifestasinya adalah :
a. Adanya anemia
b. Pembesaran nodus limfa
c. Pembesaran organ abdomen
d. Jumlah eritrosi dan trombosit mungkin normal atau menurun
e. Terjadi  penurunan  jumlah    limfosit (limfositopenia)

2. Leukemia Mieloid Akut


LMA mempunyai insidensi tahunan 5-6 kasus tiap juta anak
kurang dari 15 tahun. Di Amerika ,350-500 kasus baru tiap
tahun .LMA merupakan 15-20% dari leukimia anak tetapi terutama
sebagai leukimia neonatal atau congenital .Tidak ada perbedaan

5
insidensi dalam hal jenis kelamin atau ras dan, kecuali sedikit kenaikan
selama remaja ,disitribusi kasus menurut umur konsisten selama masa
anak Insidensi LMA melebihi angka perkiraan pada kelainan genetic,
termasuk trisomi 21,anemia Fanconi ,anemia Diamond
Blackfan ,sindrom kostmann, dan sindrom Bloom. Anak yang
mendapatkan terapi keganasan sebelumnya juga mengalami rikiso :
insidensi LMA sekunder mendekati 5% seteelah terapi beberapa
malignitas. Insidensi itu mencapai puncak dalam 10 setahun dari
keganasan awal. Kejadian berkaitandengan terapi spesifik { obat
alkilasi seperti siklofosfamid, obat yang menghambat reparasi DNA
seperti etoposid}. Terapi radiasi yang diberikan bersama kemoterapi
juga meningkatkan risiko leukimia sekunder.
3. Leukemia Mielositik akut (LMA)
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), Leukemia akut ini mengenai
sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke sua sel
mieloid;monosit, granulosit, eritrosit, dan trombosit. Semua kelompok
usia dapat terkena , insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya
usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Gambaran klinis LMA, antara lain yaitu ;terdapat peningkatan
leukosit,  pembesaran pada limfe, rasa lelah, pucat, nafsu makan
menurun, anemia, ptekie, perdarahan , nyeri tulang, Infeksi
4. Leukemia Mielogenus Kronik (LMK)
Leukemia Mielositik (mieloid, mielogenous, granulositik, LMK)
adalah suatu penyakit dimana sebuah sel di dalam sumsum tulang
berubah menjadi ganas dan menghasilkan sejumlah besar granulosit
(salah satu jenis sel darah putih) yang abnormal. Dimasukkan kedalam
keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak terdapat sel normal
dibaniding dalam bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan,
jarang menyerang individu di bawah umur 20 tahun, namun
insidensinya meningkat sesuai pertambahan umur. Gambaran klinis
LMK mirip dengan LMA, tetapi gejalanya lebih ringan yaitu; Pada
stadium awal, LMK bisa tidak menimbulkan gejala. Tetapi beberapa

6
penderita bisa mengalami: kelelahan dan kelemahan, kehilangan nafsu
makan, penurunan berat badan, demam atau berkeringat dimalam hari,
perasaan penuh di perutnya (karena pembesaran limpa) (Smeltzer dan
Bare, 2001).

2.4 EPIDEMIOLOGI
Epidemiologi leukemia secara global prevalensi 13.7 per 100.000 populasi
dengan tingkat mortalitas 6.8 per 100.000 populasi per tahun. Di Indonesia,
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa leukemia merupakan
salah satu kanker yang paling banyak ditemui pada anak-anak.

Global
Menurut data statistic kanker Surveillance, Epidemiology, and End
Results Program National Cancer Institute prevalensi leukemia sebesar 13.7
per 100.000 populasi per tahun, dan jumlah kematian leukemia sebesar 6.8
per 100.000 populasi per tahun. Pada tahun 2017 diperkirakan sebanyak
62.130 kasus baru leukemia dan 24,500 orang akan meninggalan karena
leukemia. Leukemia berada di urutan ke-9 dilihat dari prevalensi kejadiannya,
yaitu sebesar 3.7% dari seluruh kanker di United States.
Prevalensi kasus leukemia pada kelompok usia 65-74 merupakan
prevalensi tertinggi yaitu sebesar 22.4% dengan median usia 66 tahun saat
terdiagnosis leukemia. Sedangkan jumlah kematian akibat leukemia paling
tinggi ditemui pada kelompok usia 75-84 tahun yaitu sebesar 30.2% dengan
median usia 75 tahun saat kematian.
Prevalensi kasus leukemia dilihat dari jenis kelamin didapatkan bahwa
kejadian pada laki-laki lebih tinggi dari perempuan yaitu sebesar 17.6%, dan
perempuan sebesar 10.7%. Ras yang paling tinggi menderita leukemia adalah
ras kaukasian (18.5% laki-laki, 11,3% perempuan).
Kejadian leukemia pada anak (0-19 tahun) menurut CDC pada tahun
2014 adalah sebesar 8.4 per 100.000 ditemukan pada kelompok usia 1-4
tahun dan tingkat kematian akibat leukemia sebesar 0.8 per 100.000 anak
ditemukan pada kelompok usia 15-19 tahun.[6,7]

7
Indonesia
Menurut data Data Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Litbangkes
Kementerian Kesehatan RI dan Data Penduduk Sasaran, prevalensi kanker di
Indonesia berturut-turut adalah kanker serviks (0.8%), kanker payudara
(0,5%), dan kanker prostat (0,2%). Riset yang dilakukan di RS Kanker
Dharmais pada tahun 2010-2013 menyebutkan bahwa leukemia tidak
termasuk dalam 10 kanker terbanyak di Indonesia.
Namun menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan
prevalensi kanker anak umur 0-14 tahun sebesar 16.291 kasus, dan jenis
kanker yang paling banyak diderita anak di Indonesia yaitu leukemia dan
retinoblastoma. Pada riset yang dilakukan pada pasien anak di RS Kanker
Dharmais pada tahun yang sama menyatakan bahwa leukemia adalah
penyakit dengan jumlah kasus baru dan jumlah kematian terbanyak di RS
Kanker Dharmais.

2.5 ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO


Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, namun diketahui beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi frekuensi leukemia, seperti :
1. Radiasi
Radiasi dapat meningkatkan frekuensi LMA dan LMA. Tidak ada
laporan mengenai hubungan antara radiasi dengan LLK. Beberapa
laporan yang mendukung:
a. Para pegawai radiologi lebih sering menderita leukemia
b. Penderita dengan radioterapi lebih sering menderita leukemia
c. Leukemia ditemukan pada korban hidup kejadian bom atom
Hiroshima dan Nagasaki, Jepang
2. Faktor leukemogenik
Terdapat beberapa zat kimia yang telah diidentifikasi dapat
mempengaruhi frekuensi leukemia:
a. Racun lingkungan seperti benzena
b. Bahan kimia industri seperti insektisida

8
c. Obat untuk kemoterapi
3. Virus
Virus dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia
feline, HTLV-1 pada dewasa. Menurut Smeltzer dan Bare (2001)
meskipun penyebab leukemia tidak diketahui, presdiposisi genetik
maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan.
Faktor lingkungan berupa paparan radiasi pergion dosis tinggi disertai
manifestasi leukemia yang timbul bertahun-tahun kemudian. Zat-zat
kimia (misalnya benzen, arsen, pestisida, kloramfenikol,
fenilbutazone, dan agen antineoplastil) dikaitkan dengan frkuensi
yang meningkat khususnya agen-agen alkil. Leukemia biasanya
mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis
leukemia tidak diketahui. Virus menyebabkan beberapa leukemia
pada binatang (misalnya kucing). Virus HTLV-I (human T-cell
lymphotropic virus type I), yang menyerupai virus penyebab AIDS,
diduga merupakan penyebab jenis leukemia yang jarang terjadi pada
manusia, yaitu leukemia sel-T dewasa. Pemaparan terhadap
penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan
pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia.
Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma
Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.
4. Faktor Lingkungan
Di antara faktor-faktor lingkungan yang dianggap penyebab leukemia,
berikut adalah beberapa yang paling masuk akal:
a. Merokok - merokok ini diyakini akan meningkatkan kemungkinan
terkena leukemia. Meskipun statistik menunjukkan bahwa sekitar
20 persen dari kasus leukemia akut yang berhubungan dengan
merokok, leukemia juga terjadi kepada orang-orang yang tidak
merokok dan karena itu tidak dapat dianggap sebagai penyebab
leukemia pada dirinya sendiri;

9
b. Berkepanjangan paparan radiasi - Radiasi dianggap memfasilitasi
pengembangan leukemia. Hal ini diyakini bahwa paparan sinar-X
dapat menyebabkan leukemia;
c. Pemaparan berkepanjangan untuk benzena - statistik
mengungkapkan bahwa ini merupakan faktor utama risiko dalam
beberapa bentuk leukemia, seperti leukemia myelogenous;
d. Kemoterapi dan pengobatan kanker - pengobatan kanker dan
kemoterapi sebelumnya dikenal untuk memfasilitasi terjadinya dan
pengembangan leukemia dan dapat dianggap sebagai penyebab
leukemia masuk akal. Dalam beberapa tahun dari penyelesaian
kemoterapi dan perawatan lainnya untuk beberapa bentuk kanker,
kebanyakan orang dapat mengembangkan leukemia.

Diantara faktor-faktor genetik yang dianggap penyebab leukemia, yang


berikut ini dianggap paling penting:

1. Kelainan kromosom - beberapa sindrom genetik jarang diketahui


berkontribusi pada penyebab leukemia.
2. Sistem kekebalan masalah genetik - sistem kekebalan tubuh lemah sangat
mungkin untuk memfasilitasi terjadinya leukemia dan karenanya dapat
dianggap sebagai penyebab leukemia;
3. Down syndrome - anak yang lahir dengan sindrom ini mempunyai risiko
yang tinggi mengembangkan leukemia akut.

Daftar kemungkinan penyebab leukemia dapat melanjutkan lebih lanjut,


tetapi ini adalah faktor yang paling umum yang dianggap terkait dengan
leukemia. Sementara beberapa dari mereka dapat dicegah, yang lain berada
dalam gen dan sekarang tidak dapat diperbaiki. Di masa depan, Namun,
berkat kemajuan medis, kami mungkin akan dapat mencegah leukemia dan
bentuk lain dari kanker.

2.6 RIWAYAT ALAMIAH


Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan  kita
dengan infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai dengan perintah,

10
dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Lekemia meningkatkan
produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka
terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti biasanya.
Sel lekemia memblok produksi sel  darah putih yang normal , merusak
kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel lekemia juga merusak produksi sel
darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel tersebut
berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan.
Menurut Smeltzer dan Bare (2001) analisa sitogenik menghasilkan banyak
pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada pasien dengan
leukemia,. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan
struktur, yang termasuk translokasi ini, dua atau lebih kromosom mengubah
bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah dianggap
menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal. Leukemia terjadi jika proses
pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih mengalami gangguan dan
menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut seringkali
melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel
yang kompleks). Penyusunan kembali kromosom (translokasi kromosom)
mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel, sehingga sel
membelah tak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang
menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa menyusup ke
dalam organ lainnya, termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal dan
otak.

2.7 DIAGNOSIS
Petunjuk pertama diagnosis AML biasanya hasil abnormal pada hitung darah
lengkap. Sementara kelebihan abnormal sel-sel darah putih (leukositosis) adalah
penemuan yang umum, dan ledakan leukemia kadang-kadang terlihat. AML juga
dapat hadir dengan penurunan terisolasi di trombosit, sel darah merah, atau bahkan
dengan jumlah''''sel darah putih rendah (leukopenia). Sementara diagnosis dugaan
AML dapat dilakukan melalui pemeriksaan apusan darah tepi bila ada ledakan

11
beredar leukemia, diagnosis pasti biasanya membutuhkan aspirasi sumsum tulang
yang memadai dan biopsi.
Sumsum atau darah diperiksa melalui mikroskop cahaya maupun flow cytometry
untuk mendiagnosis adanya leukemia, untuk membedakan AML dari jenis lain
leukemia (misalnya leukemia lymphoblastic akut), dan untuk mengklasifikasikan
subtipe penyakit (lihat di bawah).
Contoh sumsum atau darah biasanya juga diuji untuk translokasi kromosom oleh
Sitogenetika rutin atau neon hibridisasi in situ. Studi Genetika juga dapat dilakukan
untuk mencari mutasi spesifik dalam gen seperti FLT3, nucleophosmin, dan KIT,
yang dapat mempengaruhi hasil dari penyakit. Cytochemical noda pada noda darah
dan sumsum tulang sangat membantu dalam pembedaan AML dari SEMUA dan
dalam subklasifikasi AML. Kombinasi dari myeloperoxidase atau Sudan noda hitam
dan noda esterase non spesifik akan memberikan informasi yang diinginkan dalam
banyak kasus. The myeloperoxidase atau reaksi Sudan hitam yang paling berguna
dalam membangun identitas AML dan membedakan dari SEMUA. The esterase non-
spesifik noda digunakan untuk mengidentifikasi komponen monocytic di AMLs dan
untuk membedakan leukemia monoblastic buruk dibedakan dari SEMUA.
Diagnosis dan klasifikasi AML dapat menantang, dan harus dilakukan oleh
hematopathologist memenuhi syarat atau hematologi. Dalam kasus sederhana,
kehadiran fitur morfologi tertentu (seperti batang Auer) atau hasil aliran tertentu
cytometry dapat membedakan AML dari leukemia lain, namun tanpa adanya fitur
tersebut, diagnosis mungkin lebih sulit. Menurut banyak digunakan kriteria WHO,
diagnosis AML ditetapkan dengan menunjukkan keterlibatan lebih dari 20% dari
darah dan / atau sumsum tulang oleh myeloblasts leukemia. AML harus hati-hati
dibedakan dari "pra-leukemia" kondisi seperti sindrom myelodysplastic atau
myeloproliferative, yang diperlakukan berbeda. Karena promyelocytic leukemia akut
(APL) memiliki hal dpt sembuh tertinggi dan membutuhkan bentuk unik
pengobatan, penting untuk segera mendirikan atau mengeluarkan diagnosis ini
subtipe leukemia.
Fluorescent hibridisasi in situ dilakukan pada sumsum tulang darah atau sering
digunakan untuk tujuan ini, karena mudah mengidentifikasi translokasi kromosom (t
[15, 17]) yang menjadi ciri khas APL

Jika Anda mempunyai gejala atau hasil skrining yang mengarah ke


penyakit leukemia, dokter harus mengetahui apakah gejala tersebut berasal

12
dari kanker atau dari kondisi kesehatan yang lain. Anda akan diminta untuk
menjalani tes darah dan prosedur diagnostik berikut ini:

1. Pemeriksaan fisik – dokter akan memeriksa pembengkakan di kelenjar


getah bening, limfa, limpa dan hati.
2. Tes darah – laboratorium akan memeriksa jumlah sel-sel darah.
Leukemia menyebabkan jumlah sel-sel darah putih meningkat sangat
tinggi, dan jumlah trombosit dan hemoglobin dalam sel-sel darah merah
menurun. Pemeriksaan laboratorium juga akan meneliti darah untuk
mencari ada tidaknya tanda-tanda kelainan pada hati dan/atau ginjal.
3. Biopsi – dokter akan mengangkat sumsum tulang dari tulang pinggul
atau tulang besar lainnya. Ahli patologi kemudian akan memeriksa
sampel di bawah mikroskop, untuk mencari sel-sel kanker. Cara ini
disebut biopsi, yang merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah
ada sel-sel leukemia di dalam sumsum tulang.
4. Sitogenetik – laboratorium akan memeriksa kromosom sel dari sampel
darah tepi, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening.
5. Processus Spinosus – dengan menggunakan jarum yang panjang dan
tipis, dokter perlahan-lahan akan mengambil cairan cerebrospinal
(cairan yang mengisi ruang di otak dan sumsum tulang belakang).
Prosedur ini berlangsung sekitar 30 menit dan dilakukan dengan
anestesi lokal. Pasien harus berbaring selama beberapa jam setelahnya,
agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan apakah ada sel-
sel leukemia atau tanda-tanda penyakit lainnya.
6. Sinar X pada dada – sinar X ini dapat menguak tanda-tanda penyakit di
dada.

 Diagnosa banding
Limfositosis dapat terjadi  akibat infeksi oleh virus yang terjadi pada anak-
anak oleh karena itu perlu dibuat diagnosa banding dengan leukemia
limfoblastik akut. Pada infeksi biasanya tidak disertai  dengan anemia dan
trombositopenia.

13
Mononukleosis infeksiosa  yang juga disertai dengan limfositis harus
dibuat diagnosa banding dengan leukemia limfoblastik akut. Limfosit pada
mononukleosis infeksiosa berbentuk limfosit atipik  bukan limfoblas, pada
mononukleosis  tidak ada anemia dan trombositopenia.
Apabila gejala  trombositopeni yang sangat menonjol  maka harus dibuat
diagnosa banding dengan purpura  trombositopeni idiopatik (P.T.I). Pada
PTI  tidak terdapat limfositosis  akan tetapi terdapat  granulositosis. Juga
pada PTI tidak terdapat anemia, kecuali apabila disertai dengan
perdarahan  yang cukup banyak. Dua hal yang perlu diingat yaitu :
a. Apabila  seorang anak terkena  suatu infeksi  maka sering disertai
dengan limfositosis.
b. Dalam hal yang menyulitkan diagnosa banding  diselesaikan
dengan pemeriksaansum-sum tulang, oleh karena  kelainan pada 
sumsum tulang berupa infiltrasi limfoblas telah  terjadi sejak 
stadium awal dari leukemia limfoblastik akut.
 Diagnosa pasti
Anemia,  trombositopenia dan  limfoblastoma disertai  dengan infiltrasi
limfoblas dalam  sumsum  tulang.

A. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosa Penyakit Leukemia (Kanker Darah) Penyakit Leukemia
dapat dipastikan dengan beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah ;
Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or
CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound,
Spinal tap/lumbar puncture. Menurut Doengoes dkk  (1999)
menyatakan bahwa pemeriksaan penunjang mengenai leukemia
adalah :
1. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia
normositik.
2. Hemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
3. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
4. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah (<50.000/mm)

14
5. SDP : mungkin lebih dari 50.000/cm dengan peningkatan SDP
yang imatur (mungkin menyimpang ke kiri). Mungkin ada sel
blast leukemia.
6. PT/PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum/urine : mungkin meningkat
9. Muramidase serum (lisozim) : penigkatabn pada leukimia
monositik akut dan mielomonositik.
10. Copper serum : meningkat
11. Zinc serum : meningkat
12. Biopsi sumsum tulang : SDM abnormal biasanya lebih dari 50
% atau lebih dari SDP pada sumsum tulang. Sering 60% - 90%
dari blast, dengan prekusor eritroid, sel matur, dan
megakariositis menurun.
13. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan
derajat keterlibatan

B. PERAWATAN
Terapi
Pertama-tama  perbaiki dahulu keadaan  umum dengan  memperbaiki
kondisi anemia, trombsitopenia yang  mengancam. Perbaikan 
keadaan  umum  tentu  hanya  dengan  transfusi darah.  Dapat
diberikan transfusi  dengan  darah  lengkap atau  dengan  transfusi 
dengan  darah  merah  saja.
Apabila trombositopenianya  berat, maka  kemungkinan perdarahan
alat dalam tinggi  maka  diberikan transfusi darah  merah saja. Terapi 
terhadap  leukemia  terdiri  dari  beberapa  tahap. Tahap  pertama
adalah  tahap  induksi  dengan  pemberian :
a. Vincristin dosis satu  minggu  satu kali.
b. Prednison
Apabila  telah  terjadi remisi yang  ditandai dengan  perbaikan 
keadaan umum dan  status  hematologis  maka  dilanjutkan  dengan 

15
tahap  konsolidasi .Remisi klinis adalah :  perbaikan  keadaan  umum, 
tidak  ada  febris lagi.
Remisi hematologis dimana  kadar  hemoglobin naik, mencapai
kadar normal, jumlah lekosit menurun demikian juga  trombosit
menjadi  normal. Jumlah limfoblas dalam sumsum  tulang kurang dari
10% tahap  konsolidasi ini  ditujukan terhadap sel-sel leukemia yang 
bersarang  di susunan saraf pusat yaitu  dengan  pemberian metotrexat
intratechal + radiasi susunan saraf pusat.
Setelah  selesai  tahap  konsolidasi dilanjutkan  dengan  tahap 
pemeliharaan  dengan  pemberian  purinethol (antagonis purin ).
Kemoterapi  di  atas  adalah salah satu  protokol yang  banyak 
dipergunakan . Apabila  respon terapi  di atas tidak  berhasil  dapat 
diberikan protokol lain.
Tindakan  yang  juga  dapat  dilakukan  adalah  cangkok sumsum
tulang. Mengingat  bahwa  respon  terhadap  khemoterapi  pada 
umumnya  cukup baik maka terapi  dengan  tindakan  cangkok
sumsum tulang dilaksanakan pada  remisi kedua.

2.8 TATA LAKSANA


A. PENANGANAN DAN PENGOBATAN LEUKIMIA
Penanganan kasus penyakit Leukemia biasanya dimulai dari gejala
yang muncul, seperti anemia, perdarahan dan infeksi. Secara garis
besar penanganan dan pengobatan Leukemia bisa dilakukan dengan
cara single ataupun gabungan dari beberapa metode dibawah ini:
1. Chemotherapy/intrathecal medications
2. Therapy Radiasi. Metode ini sangat jarang sekali digunakan
3. Transplantasi bone marrow (sumsum tulang)
4. Pemberian obat-obatan tablet dan suntik
5. Transfusi sel darah merah atau platelet.
Sistem Therapi yang sering digunakan dalam menangani
penderita leukemia adalah kombinasi antara Chemotherapy
(kemoterapi) dan pemberian obat-obatan yang berfokus pada

16
pemberhentian produksi sel darah putih yang abnormal dalam bone
marrow. Selanjutnya adalah penanganan terhadap beberapa gejala dan
tanda yang telah ditampakkan oleh tubuh penderita dengan monitor
yang komprehensive.
Dapat juga dengan pengobatan :
1. Protokol pengobatan
2. Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu :
Protokol half dose metothrexate (Jakarta 1994)  dan Protokol
Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000)
3. Pengobatan suportif ; Terapi suportif misalnya transfusi
komponen darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan
psikososial.

B. PENCEGAHAN
1. Menghindari paparan bahan kimia.
Paparan bahan kimia, seperti benzena dan formaldehyde, disebut
dapat meningkat risiko seseorang terkena leukemia. Oleh karena
itu, salah satu cara pencegahan leukemia, yaitu dengan
menghindari paparan kedua bahan kimia tersebut.Dilansir dari
American Cancer Society, benzena adalah cairan yang berbau
harum, tidak berwarna, dan mudah terbakar. Cairan ini dapat
ditemukan di bensin dan kerap digunakan dalam industri bahan
kimia, seperti plastik, pelumas, karet, pewarna, deterjen, obat-
obatan, dan pestisida.Untuk dapat mencegah leukemia, Anda
perlu menghindari kontak kulit dengan bensin dan hindari
berdekatan dengan mobil yang sedang tidak bergerak agar tidak
terpapar asap knalpot mobil. Anda pun perlu mengurangi paparan
dari cat, bahan pewarna lain, atau produk mengandung benzena
lainnya, terutama di ruang tanpa ventilasi.Bila Anda bekerja di
industri bahan kimia, bicarakan dengan atasan Anda untuk
mengganti benzena dengan bahan pelarut lain atau menggunakan
peralatan pelindung diri agar sebisa mungkin terhindar dari

17
paparan.Selain benzena, formaldehyde juga bisa berbahaya bagi
kesehatan Anda bila terpapar secara terus menerus. Formaldehyde
adalah bahan kimia yang biasa digunakan dalam beberapa bahan
bangunan dan produk rumah tangga, seperti lantai, furnitur, kain,
kosmetik, deterjen, cat, dan pestisida.Oleh karena itu, rumah Anda
sendiri bisa berbahaya bagi Anda karena kandungan formaldehyde
yang tinggi. Untuk pencegahan leukemia, Anda perlu memilih
furnitur dan produk rumah tangga dengan kandungan
formaldehyde yang rendah atau tanpa formaldehyde.Namun, bila
sudah terlanjur menggunakan produk dengan kandungan tersebut,
Anda bisa mengurangi paparannya dengan membuka jendela
rumah selama beberapa menit setiap hari untuk menghirup udara
segar, gunakan kipas angin sebanyak mungkin, jaga suhu dan
kelembapan di dalam rumah, serta jangan merokok di dalam
rumah.
2. Menghindari paparan radiasi yang tidak perlu.
Paparan radiasi tingkat tinggi, seperti ledakan bom atom atau
bekerja di pabrik senjata atom dan pembangkit listrik, disebut
dapat meningkatkan risiko seseorang terkena leukemia. Oleh
karena itu, mengurangi paparan radiasi bisa menjadi salah satu
cara untuk mencegah leukemia.Untuk meminimalkan paparan,
Anda bisa mengurangi jam bekerja, menambah jarak antara Anda
dan sumber radiasi, atau menggunakan pelindung diri. Bicarakan
dengan atasan Anda mengenai hal ini.Selain itu, paparan radiasi
dari pemeriksaan atau pengobatan medis juga perlu dihindari
sebagai bentuk pencegahan leukemia, seperti radioterapi, rontgen
sinar-X, atau lainnya. Anda bisa memilih jenis pemeriksaan
lainnya, seperti ultrasound, yang lebih aman (bila
memungkinkan). Konsultasikan dengan dokter Anda mengenai
manfaat dan risiko dari penggunaan peralatan tersebut.
3. Menghindari rokok

18
Rokok mengandung berbagai zat berbahaya yang dapat
menyebabkan kanker, termasuk leukemia. Oleh karena itu, Anda
perlu berhenti merokok dan menghindari asap rokok sebagai salah
satu cara untuk pencegahan leukemia. Bila perlu, konsultasikan
dengan dokter bagaimana cara berhenti merokok yang tepat jika
hal ini dirasa sulit.
4. Menjaga berat badan ideal.
Beberapa studi menunjukkan, kegemukan atau obesitas mungkin
meningkatkan risiko leukemia. Oleh karena itu, Anda bisa
menurunkan risiko penyakit ini dengan menjaga berat badan tetap
ideal.Anda bisa melakukannya dengan berolahraga secara rutin
dan teratur serta menghindari makanan berkalori tinggi. Lakukan
olahraga 30 menit sehari untuk menjaga tubuh tetap sehat. Anda
pun bisa mengecek berat badan ideal Anda melalui kalkulator
BMI (body mass index) di sini.
5. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang.
Mengonsumsi makanan tertentu memang tidak secara langsung
dapat mencegah kanker. Namun, mengonsumsi makanan bergizi
seimbang dapat menjaga kesehatan tubuh Anda, sehingga cara ini
dapat mencegah berbagai penyakit, termasuk leukemia. Sebagai
pencegahan kanker, termasuk leukemia, Anda perlu mengonsumsi
beragam buah dan sayuran yang kaya antioksidan, kacang-
kacangan, biji-bijian, dan yang mengandung lemak sehat. Anda
pun perlu membatasi jumlah makanan olahan dan yang digoreng,
lemak yang tidak sehat, gula, serta karbohidrat olahan.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang


beragam, ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari
sel-sel pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di
dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini
keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Sel
leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah normal
dan imunitas tubuh penderita.

Kata leukemia berarti darah putih, karena pada penderita ditemukan banyak sel
darah putih sebelum diberi terapi. Sel darah putih yang tampak banyak merupakan sel
yang muda, misalnya promielosit. Jumlah yang semakin meninggi ini dapat
mengganggu fungsi normal dari sel lainnya.

Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel
darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang
atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah
diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel
darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil
sel darah yang membantu proses pembekuan darah).

B. Saran

Diharapkan kepada seluruh masyarakat agar dapat mengetahui tanda dan


gejala leukimia dan segera melakukan terapi bagi yang telah menderita
leukimia. Kemudian bagi yang belum terkena leukimia dapat mengetahui
pencegahan-pencegahannya.

20
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, gary dkk.2006.Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC

Buku Nelson Edisi ke 15 Behrman, kliegman dan Arvin.2000.Ilmu Kesehatan


Anak Edisi 15 Volume 3.Jakarta : EGC

Viethanurse,2009.Leukimia.diakses

19 april 2011 http://viethanurse.wordpress.com/2009/02/25/asuhan-


keperawatan-anak-dengan-leukemia/

News-medical,2011.Leukimia.diakses

20 april 2011 http://www.news-medical.net/health/Acute-Myeloid-


Leukemia-Diagnosis-%28Indonesian%29.aspx

Buku Nelson Edisi ke 15 Behrman, kliegman dan Arvin.2000.Ilmu Kesehatan


Anak Edisi 15 Volume 2.Jakarta : EGC

21

Anda mungkin juga menyukai