Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA

GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI

DISUSUN OLEH :

NAMA : SETYA ARESTI FEBRIANI

NIM : B1A020075

KELAS :B

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS BIOLOGI

JURUSAN BIOLOGI

PURWOKERTO

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

JUDUL PRAKTIKUM ...........................................................................................1

I. TUJUAN...............................................................................................................1

II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………..1

III. METODOLOGI PERCOBAAN ........................................................................4

3.1 Alat.........................................................................................................4

3.2 Bahan .....................................................................................................4

3.3 Prosedur Percobaan................................................................................4

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………………...,…..7

4.1 Data Pengamatan……………………………………………….....…...7

4.2 Data Perhitungan……………………………………………….....…...11

4.2 Pembahasan…………………………………………….…………..….11

V. KESIMPULAN DAN SARAN……….……………………………………..…17

5.1 Kesimpulan……………….…………………………...……………….17

5.2 Saran………………………………………………...…………...….....17

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................18

ii
GLIKOLISIS DALAM SEL RAGI

I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mempelajari proses glikolisis di dalam sel ragi dengan
mengukur kadar glukosa yang tersisa, tinggi kadar etanol, dan tinggi
kolom CO2.
2. Mahasiswa dapat mempelajari pengaruh inhibitor terhadap glikolisis.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Glikolisis merupakan rangkaian reaksi yang mengkonversi glukosa
menjadi piruvat. Pada organisme aerob, glikolisis adalah pendahuluan daur
asam sitrat dan rantai transport elektron, saat sebagian besar energi bebas
glukosa dihasilkan. Sepuluh reaksi glikolisis terjadi di dalam sitosol. Pada
tahap pertama, glukosa dikonversi menjadi fruktosa 1,6-bifosfat melalui
reaksi fosforilasi, isomerasi, dan fosforilasi kedua. Dua molekul ATP dipakai
per molekul glukosa pada reaksi-reaksi ini. Pada tahap kedua, fruktosa 1,6
difosfat dipecah oleh aldolase membentuk dihrosiaseton fosfat dan
gliserildehida 3-fosfat, yang dengan mudah mengalami interkonvensi.
Gliseraldehida 3 fosfat kemudian mengalami oksidasi dan fofforilasi
membentuk 1-3-bisfosfogliserat, suatu asetil fosfat dengan potensi transfer
fosforil yang tinggi. 3-fosfogliserat kemudian terbentuk dan ATPdihasilkan.
Pada tahap akhir glikolisis, fosfoenolpiruvat, zat antara kedua dengan potensi
transfer yang tinggi, dibentuk melalui pergeseran fosforil dan dehidrasi. ATP
lainnya dihasilkan sewaktu fosfienolpiruvat dikonnversi menjadi piruvat.
Tedapat keuntungan bersih dua molekul ATP pada pembentukan dua molekul
piruvat dari satu molekul glukosa (Lehninger, 1982).
Jalur glikolisis mempunyai peran ganda: degradasi glukosa untuk
menghasilkan ATP, dan memberikan unit-unit penyusun untuk sintesis
komponen-komponen sel. Kecepatan konversi glukosa piruvat diatur sesuai
dengan dua keperluan utama sel ini. Pada reaksi fisiologis, reaksi-reaksi
glikolisis dengan mudah reversible kecuali reaksireaksi yang dikalisis oleh
heksokinase, fosfofruktokinase, dan piruvat kinase. Fosfofruktokinase,
elemen pengontrol terpenting pada glikolisis, dihambat oleh kadar tinggi ATP
dan sitrat, dan diaktifkan oleh AMP dan fruktosa 2,6 bifosfat. Pada hati,

1
2

bifosfat menandakan bahwa glukosa berlimpah. Karenanya, fosfofruktokinase


aktif bila diperlukan energy atau unit-unit penyusun. Hksokinase dihambat
oleh glukosa 6-fosfat, yang berakumulasi bila fosfofruktokinase aktif. Piruvat
kinase situspengontrol lainnya, secara alosterik dihambat oleh ATP dan
alanin, dan diaktif oleh fruktosa 1,6 bifosfat. Akibatnya, piruvat kinase aktif
maksimal bila muatan energy rendah dan zat-zat ntara glikolisis menumpuk.
Piruvat kinase, seperti enzim bifungsi yang mengontrol kadar fruktosa 2,6
bisfosfat, diatur melalui fosforilasi. Kadar glukosa yang rendah dalam darah
mendorong fosforilasi pirivat kinase hati, sehingga aktivitasnya menurun
dengan demikian menurunkan pemakaian glukosa dalam hati (Simanjuntak
dan Silalahi, 2003).
Ragi (yeast) merupakan fungi yang tidak mempunyai kemampuan
membentuk miselium danpada tahap tertentu dalam siklus kehidupannya
berbentuk sel-sel tunggal yang bereproduksi dengan buah (budding) atau
pemecahan (fission). Ragi merupakan organisme fakultatif yang mempunyai
kemampuan menghasilkan energi dari senyawa organikdalam kondisi aerob
maupun anaerob sehingga ragidapat tumbuh dalam kondisi ekologi yang
berbeda. Ragi dapat tumbuh dan berkembang biak lebih cepat daripada fungi
yang bermiselium (Wina, 1999).
Pada ragi asam piruvat didekarboksilasi (sebuah CO2 dikeluarkan)
sebelum direduksi oleh NADH. Hasilnya ialah sebuah molekul CO2 dan
sebuah molekul etanol (sebenarnya masing-masing dua molekul untuk setiap
molekul glukosa yang difermentasi) (Lehninger, 1982).
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
Glukosa Etanol karbondioksida
Glukosa adalah gula yang umumnya sebagai substrat awal untuk proses
fermentasi. Glukosa melalui jalur glikolisis dapat diubah langsung menjadi
asam piruvat yang nantinya akan menjadi substrat untuk reaksi fermentasi.
Selain itu, glukosa juga terdapat dalam jumlah banyak bila dibandingkan
dengan monosakarida lain. Namun, bukan hanya glukosa yang dapat melalui
proses fermentasi. Manosa, fruktosa, dan galaktosa dapat difermentasi namun
prosesnya tidak langsung. Prosesnya harus melalui beberapa proses
3

pengubahan monosakarida tersebut oleh enzim yang berperan mengubah


bentuknya menjadi glukosa. Enzim galaktokinase digunakan pada reaksi
pengubahan galaktosa menjadi galaktosa-1-fosfat. Galaktosa 1-fosfat
kemudian diubah menjadi uridin difosfat galaktosa (UDP-galaktosa) oleh
enzim UDP galaktosapirofosforilase yang terdapat dalam hati orang dewasa.
Selanjutnya, UDP galaktosa diubah menjadi UDP glukosa oleh enzim UDP
glukosa epimerase (Haryadi, 2013).
Beberapa jenis molekul dapat mempengaruhi aktivitas enzim. Aktivitas
dari enzim dapat dipengaruhi oleh beberapa jenis molekul, salah satunya
adalah inhibitor. Inhibitor merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat
atau menurunkan laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim.Zat penghambatatau
inhibitor dapat menghambat kerja enzim untuk sementara atau secara tetap.
Inhibitor enzim dibagi menjadi dua, yaituinhibitor kompetitif dan inhibitor
nonkompetitif.
a. Inhibitor kompetitif adalah molekul penghambat yang bersaing dengan
substrat untuk mendapatkan sisi aktif enzim. Contohnya, sianida bersaing
dengan oksigen untuk mendapatkan hemoglobin dalam rantai respirasi
terakhir. Penghambatan inhibitor kompetitif bersifat sementara dan dapat
diatasi dengan cara menambah konsentrasi substrat.
b. Inhibitor nonkompetitif adalah molekul penghambat enzim yang bekerja
dengan cara melekatkan diri pada luar sisi aktif enzim. Sehingga, bentuk
enzim berubah dan sisi aktif enzim tidak dapat berfungsi. Hal ini
menyebabkan substrat tidak dapat masuk ke sisi aktif enzim.
Penghambatan inhibitor nonkompetitif bersifat tetap dan tidak dapat
dipengaruhi oleh konsentrasi substrat (Herlambang, 2006).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu, tabung
peragian, erlenmeyer, gelas beker, gelas ukur, tabung reaksi, piring
conway dengan penutupnya, pipet tetes, pipet ukur, filler, dan seperangkat
alat spektrofotometer.
3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu,
suspensi ragi, standar glukosa 0,06 mg/ml, standar glukosa 0,08 mg/ml,
larutan glukosa 2%, larutan arsenat 4%, larutan Na-wolframat 10%,
H2SO4 2/3N, larutan dikromat asam, standar etanol 0,5 gr/dl, larutan Cu2+
alkalis, akuades, arsenomolibdat, vaseline, kertas saring, dan plastik kreb.
3.3 Prosedur Percobaan
A. Glikolisis Sel Ragi
1. Sebanyak 3 tabung peragian yang bersih dan kering disediakan,
tabung pertama digunakan sebagai kontrol positif, tabung kedua
digunakan sebagai kontrol negatif, dan tabung ketiga digunakan
untuk melihat pengaruh inhibitor.
2. Ke dalam setiap tabung dipipetkan, tabung pertama diisi dengan 7
ml suspensi ragi, tabung kedua diisi dengan 7 ml suspensi ragi
yang telah dididihkan, dan tabung yang ketiga diisi dengan 6,75 ml
suspensi ragi dan 0,25 ml larutan arsenat.
3. Pada ketiga tabung masing-masing ditambah 1 ml larutan glukosa
2% kemudian masing-masing tabung ditutup menggunakan plastik
kreb.
4. Campuran dalam tabung kemudian dibalik-blikan sebanyak 3-4
kali sehingga lengan tertutupnya terisi dengan suspensi ragi.
Kemudian larutan dibiarkan selama 15 menit dalam suhu kamar
dan tabung dalam kondisi tertutup. Pada tabung akan terbentuk gas
CO2 pada bagian tabung yang tertutup lalu dilakukan pengukuran
tinggi gas CO2 pada setiap tabung dan hasil dicatat.

4
5

B. Penetapan Kadar Glukosa dengan Cara Follin-Wu


1. Pipet sebanyak 7 ml akuades kedalam 2 erlenmeyer, pada
erlenmeyer pertama ditambah 1 ml larutan kontrol posistif, pada
erlenmeyer kedua ditambah 1 ml suspensi kontrol negatif, dan
pada erlenmeyer ketiga ditambah 1 ml larutan dengan inhibitor
arsenat, kemudian digoyangkan secara perlahan.
2. Pada masing-masing erlenmeyer ditambahkan 1 ml larutan Na-
Wolframat 10% campurkan dengan mengoyangkan labu. Masing-
masing labu erlenmeyer ditambah 1 ml laruan H2SO4 2/3 N tetes
demi tetes sambil terus mengoyangkan labu, kemudian didiamkan
selama 10 menit.
3. Setelah 10 menit masing-masing larutan disaring menggunakan
kertas saring. Filtrat yang keluar ditampung dalam tabung reaksi.
Filtrat akan digunakan untuk prosedur pengukuran kadar glukosa.
C. Pengukuran Kadar Glukosa
1. Sebanyak 6 tabung reaksi disediakan, setiap tabung diberi label,
tabung pertama sebagai blanko, tabung kedua sebagai standar 1,
tabung ketiga sebagai standar 2, tabung keempat sebagai kontrol
positif, tabung kelima sebagai kontrol negatif, dan tabung keenam
sebagai inhibitor.
2. Pada tabung pertama diisi akuades sebanyak 1 ml, tabung kedua
diisi standar glukosa 0,06 mg/ml sebanyak 1 ml, tabung ketiga diisi
standar glukosa 0,08 mg/ml sebanyak 1 ml, tabung keempat diisi
filtrat bebas protein dari tabung kontrol positif, tabung kelima diisi
filtrat bebas protein dari tabung kontrol negatif, dan pada tabung
keenam diisi filtrat bebas protein dari tabung inhibitor.
3. Pada masing-masing tabung ditambahkan pereaksi tembaga alkalis
sebanyak 1 ml, campurkan larutan dengan cara menggoyangkan
tabung, lalu letakan seluruh tabung dalam penangas air mendidih
selama 3 menit kemudian didinginkan dalam air selama 3 menit.
4. Pada setiap tabung ditambahkan 1 ml arsenomolibdat, kemudian
tambahkan akuades pada masing-masing tabung sebanyak 7 ml.
6

Serapan tiap tabung dibaca dengan spektrofotometer pada panjang


gelombang 660nm, absorbansi dicatat dan digunakan untuk
perhitungan kadar glukosa.
D. Penetapan Kadar Etanol
1. Sebanyak 4 piring Conway dengan penutupnya disediakan, piring
satu digunakan sebagai kontrol positif, piring dua digunakan
sebagai kontrol negatif, prinf tiga digunakan sebagai inhibitor, dan
piring empat digunakan sebagai standar.
2. Bagian tengah piring conwar diisi dengan 5 ml larutan dikromat
asam, lalu pipetkan bersebelahan pada bagian lingkaran luar piring
dengan 0,5 ml larutan yang dipriksa atau 0,5 ml larutan standar,
selanjutnya dimasukkan 1 ml larutan Na2CO3, lalu piring ditutup
dengan penutupnya yang telah diberi vaseline.
3. Keempat piring conway dimasukkan ke dalam oven pada suhu
90°C selama 20 menit. Kemudian larutan dikromat yang terdapat
dibagian tengah kiri diambil dan dimasukkan ke dalam gelas ukur
25 ml. Tempat tadi dibilas 2 kali dengan menggunakan akuades
kemudian masukkan hasil bilasan ke dalam tabung, lalu encerkan
sampai volumenya mencapai 25 ml.
4. Masing-masing larutan yang telah diencerkan dituangkan ke dalam
tabung reaksi. Untuk larutan blanko dibuat dengan memasukkan 3
ml dikromat asam dan diencerkan dengan air sampai volumenya
mencapai 25 ml. Masing-masing larutan dibaca serapannya
dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
450 nm lalu hasil dicatat dan digunakan pada perhitungan kadar
etanol.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
A. Glikolisis Sel Ragi
No Perlakuan Pengamatan
1. Sebanyak 3 tabung peragian yang bersih dan -
kering disediakan, tabung pertama digunakan
sebagai kontrol positif, tabung kedua digunakan
sebagai kontrol negatif, dan tabung ketiga
digunakan untuk melihat pengaruh inhibitor
2. Ke dalam setiap tabung dipipetkan, tabung -
pertama diisi dengan 7 ml suspensi ragi, tabung
kedua diisi dengan 7 ml suspensi ragi yang telah
dididihkan, dan tabung yang ketiga diisi dengan
6,75 ml suspensi ragi dan 0,25 ml larutan
arsenat.
3. Pada ketiga tabung masing-masing ditambah 1 Larutan berwarna
ml larutan glukosa 2% kemudian masing- putih susu
masing tabung ditutup menggunakan plastik
kreb.
4. Campuran dalam tabung kemudian dibalik- Gas CO2 yang
blikan sebanyak 3-4 kali sehingga lengan terbentuk setinggi 2
tertutupnya terisi dengan suspensi ragi. cm (tabung kontrol
Kemudian larutan dibiarkan selama 15 menit positif) tidak
dalam suhu kamar dan tabung dalam kondisi terbentuk CO2
tertutup. Pada tabung akan terbentuk gas CO2 (tabung kontrol
pada bagian tabung yang tertutup lalu dilakukan negatif) dan 1,5 cm
pengukuran tinggi gas CO2 pada setiap tabung (tabung inhinitor)
dan hasil dicatat.

7
8

B. Penetapan Kadar Glukosa dengan Metode Follin-Wu


No Perlakuan Pengamatan
1. Pipet sebanyak 7 ml akuades kedalam 2 Larutan berwarna
erlenmeyer, pada erlenmeyer pertama ditambah putih susu
1 ml larutan kontrol posistif, pada erlenmeyer
kedua ditambah 1 ml suspensi kontrol negatif,
dan pada erlenmeyer ketiga ditambah 1 ml
larutan dengan inhibitor arsenat, kemudian
digoyangkan secara perlahan
2. Pada masing-masing erlenmeyer ditambahkan 1 Terbentuk endapan
ml larutan Na-Wolframat 10% campurkan
dengan mengoyangkan labu. Masing-masing
labu erlenmeyer ditambah 1 ml laruan H2SO4
2/3 N tetes demi tetes sambil terus
mengoyangkan labu, kemudian didiamkan
selama 10 menit.
3. Setelah 10 menit masing-masing larutan Fitrat berwarna
disaring menggunakan kertas saring. Filtrat putih keruh
yang keluar ditampung dalam tabung reaksi.
Filtrat akan digunakan untuk prosedur
pengukuran kadar glukosa.

C. Pengukuran Kadar Glukosa


No Perlakuan Pengamatan
1. Sebanyak 6 tabung reaksi disediakan, setiap -
tabung diberi label, tabung pertama sebagai
blanko, tabung kedua sebagai standar 1, tabung
ketiga sebagai standar 2, tabung keempat
sebagai kontrol positif, tabung kelima sebagai
kontrol negatif, dan tabung keenam sebagai
inhibitor.
9

2. Pada tabung pertama diisi akuades sebanyak 1 -


ml, tabung kedua diisi standar glukosa 0,06
mg/ml sebanyak 1 ml, tabung ketiga diisi
standar glukosa 0,08 mg/ml sebanyak 1 ml,
tabung keempat diisi filtrat bebas protein dari
tabung kontrol positif, tabung kelima diisi filtrat
bebas protein dari tabung kontrol negatif, dan
pada tabung keenam diisi filtrat bebas protein
dari tabung inhibitor.
3. Pada masing-masing tabung ditambahkan -
pereaksi tembaga alkalis sebanyak 1 ml,
campurkan larutan dengan cara
menggoyangkan tabung, lalu letakan seluruh
tabung dalam penangas air mendidih selama 3
menit kemudian didinginkan dalam air selama 3
menit.
4. Pada setiap tabung ditambahkan 1 ml Larutan berwarna
arsenomolibdat, kemudian tambahkan akuades biru tua-biru muda
pada masing-masing tabung sebanyak 7 ml.
Serapan tiap tabung dibaca dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang
660nm, absorbansi dicatat dan digunakan untuk
perhitungan kadar glukosa.

D. Penetapan Kadar Etanol


No Perlakuan Pengamatan
1. Sebanyak 4 piring Conway dengan penutupnya -
disediakan, piring satu digunakan sebagai
kontrol positif, piring dua digunakan sebagai
kontrol negatif, prinf tiga digunakan sebagai
10

inhibitor, dan piring empat digunakan sebagai


standar.
2. Bagian tengah piring conwar diisi dengan 5 ml
larutan dikromat asam, lalu pipetkan
bersebelahan pada bagian lingkaran luar piring
dengan 0,5 ml larutan yang dipriksa atau 0,5 ml
larutan standar, selanjutnya dimasukkan 1 ml
larutan Na2CO3, lalu piring ditutup dengan
penutupnya yang telah diberi vaseline.
3. Keempat piring conway dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 90°C selama 20 menit.
Kemudian larutan dikromat yang terdapat
dibagian tengah kiri diambil dan dimasukkan ke
dalam gelas ukur 25 ml. Tempat tadi dibilas 2
kali dengan menggunakan akuades kemudian
masukkan hasil bilasan ke dalam tabung, lalu
encerkan sampai volumenya mencapai 25 ml.
4. Masing-masing larutan yang telah diencerkan Larutan berwarna
dituangkan ke dalam tabung reaksi. Untuk kuning kecoklatan
larutan blanko dibuat dengan memasukkan 3 ml
dikromat asam dan diencerkan dengan air
sampai volumenya mencapai 25 ml. Masing-
masing larutan dibaca serapannya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 450 nm lalu hasil dicatat dan
digunakan pada perhitungan kadar etanol.
11

4.2 Data Perhitungan


Au−Ab 100
Kadar glukosa = As−Ab × 0,2 × mg/100ml
0,2

Kadar glukosa 0,06 + =


0,330 − 0,92 100
× 0,2 × mg/100ml
0,254 − 0,92 0,2
88,588mg
=
100ml

Kadar glukosa 0,06 - =


0,890 − 0,92 100
× 0,2 × mg/100ml
0,254 − 0,92 0,2
= 4,504mg/100ml
Kadar glukosa 0,08 + =
0,330 − 0,92 100
× 0,2 × mg/100ml
0,523 − 0,92 0,2
= 148,61mg/100ml
Kadar glukosa 0,08 - =
0,890 − 0,92 100 mg
× 0,2 ×
0,523 − 0,92 0,2 100ml
= 7,556 mg/100ml

Tabung Kontrol Kontrol - Inhibitor Standar Standar Blanko


+ 0,06 0,08
Kadar 0,330 0,890 0,120 0,254 0,523 0,092
glukosa
(g/dL)

Ab−Au 0,5 100 100


Kadar etanol = As−Au × 0,5 × 100 × × g/dL
0,5 0,5
0,522−0,814 0,5 100 100
Kadar etanol kontrol + = × 0,5 × × × g/dL
0,748−0,814 100 0,5 0,5

= 44,42 g/dL
0,522−0,849 0,5 100 100
Kadar etanol kontrol - =0,748−0,849 × 0,5 × 100 × × g/dL
0,5 0,5

= 323,77g/dL
12

0,522−0,823 0,5 100 100


Kadar etanol inhibitor =0,748−0,823 × 0,5 × 100 × × g/dL
0,5 0,5

= 401,3 g/dL
Tabung Kontrol + Kontrol - Inhibitor Standar Blanko
Kadar 0,814 0,849 0,823 0,748 0,522
glukosa
(g/dL)

4.3 Pembahasan
Glikolisis merupakan rangkaian reaksi yang mengkonversi
glukosa menjadi piruvat. Pada organisme aerob, glikolisis adalah
pendahuluan daur asam sitrat dan rantai transport electron, saat sebagian
besar energi bebas glukosa dihasilkan. Sepuluh reaksi glikolisis terjadi
didalam sitosol. Pada tahap pertama, glukosa dikonversi menjadi fruktosa
1,6-bifosfat melalui reaksi fosforilasi, isomerasi, dan fosforilasi kedua.
Dua molekul ATP dipakai per molekul glukosa pada reaksi-reaksi ini
(Kimbal, 1983).
Metode Follen-Wu diperkenalkan pertama kali oleh Follen dan
Wu pada tahun 1919 (Berkman 1953). Metode ini merupakan metode
yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan
pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadi
akibat adanya kombinasi anion asam dengan bentuk kationik dari protein.
Metode ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan
dua pelarut, yaitu filtrat yang terbentuk lebih netral dan proses filtrasi lebih
cepat. Selain keuntungan tersebut, metode Follen Wu juga memiliki
kerugian seperti warna pereaksi yang diujikan akan berangsur-angsur
memudar sehingga warnanya berbeda dengan larutan standar glukosa
(Murray 2009).
Etanol (alkohol) adalah nama suatu golongan senyawa organik
yang mengandung C, H, dan O. Etanol dalam ilmu kimia disebut dengan
etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH (Siregar 1988). Karakteristik
etanol antara lain berupa zat cair, tidak berwarna, berbau spesifik, mudah
terbakar dan menguap, dapat bercampur dengan air dalam segala
13

perbandingan. Secara garis besar penggunaan etanol adalah sebagai


pelarut untuk zat organik maupun anorganik, bahan dasar industri cuka,
ester, spirtus, dan asetaldehid. Selain itu etanol juga digunakan untuk
campuran minuman serta digunakan sebagai bahan bakar yang terbarukan.
Pembuatan etanol dalam industri ada 2 macam, yaitu: (1) cara
nonfermentasi (sintetik) yaitu suatu proses pembuatan alkohol yang tidak
menggunakan enzim ataupun jasad renik, dan (2) cara fermentasi,
merupakan proses metabolisme di mana terjadi perubahan kimia dalam
substrat karena aktivitas enzim yang dihasilkan oleh mikroba (Endah et al.
2007).
Prosedur kerja pada percobaan pertama yaitu, sebanyak 3 tabung
peragian yang bersih dan kering disediakan, tabung pertama digunakan
sebagai kontrol positif, tabung kedua digunakan sebagai kontrol negatif,
dan tabung ketiga digunakan untuk melihat pengaruh inhibitor. Ke dalam
setiap tabung dipipetkan, tabung pertama diisi dengan 7 ml suspensi ragi,
tabung kedua diisi dengan 7 ml suspensi ragi yang telah dididihkan, dan
tabung yang ketiga diisi dengan 6,75 ml suspensi ragi dan 0,25 ml larutan
arsenat. Inhibitor arsenat digunakan untuk menghambat proses glikolisis.
Suspensi ragi digunakan sebagai sumber enzim yang akan mengubah
glukosa menjadi piruvat. Ragi yang telah dididihkan bertujuan untuk
menginaktivasi enzim. Pada ketiga tabung masing-masing ditambah 1 ml
larutan glukosa 2% kemudian masing-masing tabung ditutup
menggunakan plastik kreb. Campuran dalam tabung kemudian dibalik-
blikan sebanyak 3-4 kali sehingga lengan tertutupnya terisi dengan
suspensi ragi. Kemudian larutan dibiarkan selama 15 menit dalam suhu
kamar dan tabung dalam kondisi tertutup. Pada tabung akan terbentuk gas
CO2 pada bagian tabung yang tertutup lalu dilakukan pengukuran tinggi
gas CO2 pada setiap tabung dan hasil dicatat.
14

Gambar 4.3.1 Larutan sete;ah 15 menit


Prosedur kedua, pipet sebanyak 7 ml akuades kedalam 2
erlenmeyer, pada erlenmeyer pertama ditambah 1 ml larutan kontrol
posistif, pada erlenmeyer kedua ditambah 1 ml suspensi kontrol negatif,
dan pada erlenmeyer ketiga ditambah 1 ml larutan dengan inhibitor
arsenat, kemudian digoyangkan secara perlahan. Pada masing-masing
erlenmeyer ditambahkan 1 ml larutan Na-Wolframat 10% campurkan
dengan mengoyangkan labu. Masing-masing labu erlenmeyer ditambah 1
ml laruan H2SO4 2/3 N tetes demi tetes sambil terus mengoyangkan labu,
kemudian didiamkan selama 10 menit. Larutan H2SO4 2/N berfungsi
sebagai katalisator, yaitu untuk mempercpat reaksi pengendapan albumin
oleh Na-Wolframat dan memberi suasana asam. Setelah 10 menit masing-
masing larutan disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang keluar
ditampung dalam tabung reaksi. Filtrat akan digunakan untuk prosedur
pengukuran kadar glukosa.

Gambar 4.3.2 Filtar hasil penyaringan


15

Prosedur ketiga, sebanyak 6 tabung reaksi disediakan, setiap


tabung diberi label, tabung pertama sebagai blanko, tabung kedua sebagai
standar 1, tabung ketiga sebagai standar 2, tabung keempat sebagai kontrol
positif, tabung kelima sebagai kontrol negatif, dan tabung keenam sebagai
inhibitor. Pada tabung pertama diisi akuades sebanyak 1 ml, tabung kedua
diisi standar glukosa 0,06 mg/ml sebanyak 1 ml, tabung ketiga diisi
standar glukosa 0,08 mg/ml sebanyak 1 ml, tabung keempat diisi filtrat
bebas protein dari tabung kontrol positif, tabung kelima diisi filtrat bebas
protein dari tabung kontrol negatif, dan pada tabung keenam diisi filtrat
bebas protein dari tabung inhibitor. Pada masing-masing tabung
ditambahkan pereaksi tembaga alkalis sebanyak 1 ml, campurkan larutan
dengan cara menggoyangkan tabung, lalu letakan seluruh tabung dalam
penangas air mendidih selama 3 menit kemudian didinginkan dalam air
selama 3 menit. Fungsi dididihkan untuk mempercepat reaksi. Pada setiap
tabung ditambahkan 1 ml arsenomolibdat, arsenomolibdat berfungsi
sebagai pengkompleks untuk menstabilkan intensitas warna biru agar
semakin pekat dan terlihat jelas, kemudian tambahkan akuades pada
masing-masing tabung sebanyak 7 ml. Serapan tiap tabung dibaca dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 660nm, absorbansi dicatat dan
digunakan untuk perhitungan kadar glukosa. Panjang gelombang
digunakan karena pada larutan berwarna biru memiliki warna
komplementer merah dimana merah akan menyerap cahaya pada spektrum
660nm.

Gambar 4.3.3 Hasil Larutan


16

Prosedur keempat, sebanyak 4 piring Conway dengan penutupnya


disediakan, piring satu digunakan sebagai kontrol positif, piring dua
digunakan sebagai kontrol negatif, prinf tiga digunakan sebagai inhibitor,
dan piring empat digunakan sebagai standar. Bagian tengah piring conway
diisi dengan 5 ml larutan dikromat asam, lalu pipetkan bersebelahan pada
bagian lingkaran luar piring dengan 0,5 ml larutan yang dipriksa atau 0,5
ml larutan standar, fungsi dikromat untuk mengoksidasi etanol menjadi
asam asetat. Selanjutnya dimasukkan 1 ml larutan Na2CO3, larutan
tersebut berfungsi untuk membantu proes oksidasi etanol oleh dikromat,
lalu piring ditutup dengan penutupnya yang telah diberi vaseline. Tujuan
pemberian vaseline adalah untuk mempermudah ketika menutup dan
membuka penutup piring. Keempat piring conway dimasukkan ke dalam
oven pada suhu 90 °C selama 20 menit. Kemudian larutan dikromat yang
terdapat dibagian tengah kiri diambil dan dimasukkan ke dalam gelas ukur
25 ml. Tempat tadi dibilas 2 kali dengan menggunakan akuades kemudian
masukkan hasil bilasan ke dalam tabung, lalu encerkan sampai volumenya
mencapai 25 ml. Masing-masing larutan yang telah diencerkan dituangkan
ke dalam tabung reaksi. Untuk larutan blanko dibuat dengan memasukkan
3 ml dikromat asam dan diencerkan dengan air sampai volumenya
mencapai 25 ml. Masing-masing larutan dibaca serapannya dengan
menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 450 nm lalu
hasil dicatat dan digunakan pada perhitungan kadar etanol. Pada panjang
gelombang 450nm pada range panjang gelombang 450-460 warna asli
yang diserap adalah biru, sedangkan larutan dengan warna komplementer
adalah kuning.

Gambar 4.3.4 Hasil Larutan yang terbentuk


V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
1. Proses glikolisis di dalam sel ragi dengan gula menghasilkan etanol
danCO2 akan bereaksi dengan Ca(OH)2 menghasilkan CaCO3 dan
H2O. Kenaikan larutan ragi pada tabung kontrol positif sebanyak 2
cm, tabung kontrol negatif tidak terdapat kenaikan, dan tabung kontrol
dengan inhibitor sebanyak 1,5 cm. Kadar etanol kontrol + 44,42 g/dL
kadar etanol kontrol – 323,77g/dL dan kadar etanol inhibitor adalah
401,3g/dL
2. Pemanasan suspense ragi dan inhibitor berpengaruh terhadap glikolisis
karena dapat mendenaturasi dan menghambat kerja enzim sehingga
proses glikolisis berjalan tidak sempurna.
5.2 Saran
Praktikum telah dilaksanakan dengan lancar, saran saya pada
praktikum kali ini yaitu karena praktikum dilaksanakan secara online dan
informasi yang didapat kurang maksimal diterima oleh praktikan,
sebaikan pada saat diskusi dilakukan secara langsung atau lisan sehingga
akan lebih jelas dan mudah diterima informasinya oleh praktikan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdul HA. 2001. Biokimia: Metabolisme Biomolekul. Manokwari: Alfabeta.


Simanjuntak M.T, S.Silalahi. 2003. Karbohidrat. http://library.usu.ac.id

Endah RD, et al. 2007. Pengaruh kondisi fermentasi terhadap yield ethanol pada
pembuatan bioethanol dari pati garut, Gema Teknik-Nomor 2/ Tahun X Juli.

Haryadi, H. 2013. Analisa Kadar Alkohol Hasil Fermentasi Ketan dengan Metode
Kromatografi Gas dan Uji Aktifitas Saccharomyces Cereviceae Secara
Mikroskopis. Universitas Diponegoro Semarang. Skripsi.

Herlambang. (2006). Metabolisme sel. [Online]. Diunduh kembali dari


http://eprints.undip.ac.id/29352/3/Bab_2.pdf. Diakses 20 Juni 2021.

Husada, D. (2011). Cara Kerja Enzim. [Online]. Diunduh kembali dari


http://www.biokimiacute.blogspot.com/cara-kerja-enzim.html. Diakses 20 Juni
2021.

Kimball, John. 1983. Biologi Edisi Kelima Jilid 1 diterjemahkan oleh Hj. Siti Soetarni
Tjitrosomo, Nawangsari Sugiri. Jakarta : Penerbit erlangga.

Lehninger.(1982). Dasar-Dasar Biokimia Jilid 2.Jakarta: Erlangga.

Muray , Robert K. 2009. Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta : EGC

Wina, E. (1999). Pemanfaatan ragi (yeast) sebagai pakan imbuhan untuk meningkatkan
produktivitas ternak ruminansia. Wartazoa 9(2).

18

Anda mungkin juga menyukai