Anda di halaman 1dari 1

Metode Fajans menggunakan indikator senyawa organik yang berupa asam/basa organik

lemah, yang muatannya berlawanan dengan ion titran, dan menghasilkan warna yang tajam pada
TA yang dapat diserap pada permukaan endapan yang terbentuk selama titrasi argentometri
berlangsung. Indikator yang biasa digunakan yaitu indicator adsorbs seperti diklorofluoresin,
eosin, fluoresen AgNO3 juga distandarisasi dengan NaCl dengan menggunakan indikator
fluorescein. Jika AgNO3 ditambahkan ke NaCl yang mengandung zat berpendar fluor
(ditambahkan indikator fluorescein), titik akhir ditentukan dengan berubahnya warna dari kuning
menjadi merah jingga dengan endapan berwarna merah muda. Pada saat itulah tercapai titik
ekivalen.
Senyawa organik yang berwarna digunakan untuk mengadsorbsi pada permukaan suatu
endapan sehingga mengubah struktur organiknya dan warna tersebut masih memungkinkan
untuk mengubah diri menjadi lebih tua lagi sehingga sering digunakan sebagai pendeteksi titik
akhir titrasi pada endapan perak disebut sebagai indikator adsorbsi (Underwood, 1999).
Melewati titik ekivalen, ion-ion perak(I) berlebih menyerap pada permukaan AgCl,
memberikan muatan positif. Pewarna anionik seperti diklorofluorescein tertarik ke partikel, dan
mengalami perubahan warna setelah adsorpsi, mewakili titik
akhir. Eosin (tetrabromofluorescein) cocok untuk titrasi terhadap anion bromida, iodida,
dan tiosianat, memberikan titik akhir yang lebih tajam daripada dichlorofluorescein tetapi tidak
cocok untuk titrasi terhadap anion klorida karena ia berikatan dengan AgCl lebih kuat
daripada klorida.

Anda mungkin juga menyukai