KHUSUS
Disusun oleh :
1. Ditya Sucipto
2. Indra Kusuma
3. Indriyani
4. Nilam Febriyani
5. Rizal Jibran
2020
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Komunikasi Terapeutik pada Pasien Berkebutuhan Khusus ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan sebagai calon perawat, terutama kepada pasien di rumah
sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membungun demi perbaikan.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Menambah wawasan mengenai komunikasi terhadap klien yang berkebutuhan
khusus.
2. Mengetahui teknik-teknik komunikasi yang harus diperhatikan perawat terhadap
klien yang berkebutuhan khusus.
4
1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengembangkan
pengetahuan mengenai teknik komunikasi terhadap klien dengan kebutuhan khusus
secara detail.
5
BAB II
KONSEP TEORI
a. Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi
dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
6
1. Salam, Sapa klien dengan ramah, panggil nama klien, jujur / tepat
janji, empati dan menghargai.
BAB III
KOMUNIKASI
2.3 Contoh Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Berkebutuhan Khusus
2.3.1 FRA-INTERAKSI
“ Di Rumah sakit X di kamar Y terdapat seorang pasien yang bernama
Wahyudin umur 13 tahun dimana ia sekarang sedang duduk di bangku
kelas 2 SMP, ia menderita penyakit gangguan pendengaran sejak kecil
(tuna rungu), di rumah sakit tersebut ia ditemani oleh ayahnya yang
bernama Irawan, dimana wahyudin tersebut sedang menjalani perawatan
dengan penyakit dehidrasi, disana dia dirawat oleh suster liska “
Perawa De, udah minum berapa gelas hari ini ? Bicara dengan bibir pelan
t dan Mengambil, menunjukan
gelas
Pasien Udah suster
2.3.4 FASE TERMINASI
Menyentuh pasien,
Perawa
De, suster tinggal dulu ya menunjuk diri, kemudian
t
menunjuk pintu
Pasien Iya suster Sedih
Menyentuh pasien, menatap
Perawa
Jangan sedih mata, Meninjukan senyum
t
lebar
Mmenunjuk diri sendiri, dan
Nanti suster kesini lagi
ke bawah
Pasien Bener ya suster Senang
Perawa
Iya, Tersenyum sambil mengaguk
t
Perawa
Suster boleh pergi Sambil menunjuk pintu
t
Pasien Mengangguk tersenyum
“Kemudian perawat menghampiri orang tua pasien”
t pak,Assalamualaikum..
Orang
Iya suster, waalaikumsalam…. Tersenyum
tua
BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut kelompok kami, dalam contoh kasus di atas di fase
orientasi ada kekurangan, yaitu perawat tidak menanyakan atau
memastikan kembali nama pasien, agar terhindar dari kesalahan dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
Dan difase kerja perawat tidak memberikan penkes kepada
pasien atau keluarga pasien perihal masalah yang di hadapai pasien. Dan
yang terakhir perawat tidak memberikan rencana tindak lanjut dengan
pasien namun perawat hanya melakukan kontrak pertemuan selanjutnya.
Itu juga, perawat tidak memberikan spesifik kapan waktu kontrak
selanjunya di laksanakan
15
BAB V
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh
seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan
pikiran antara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang
dilakukan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.
Beberapa kriteria pasien dengan yang berkebutuhan khusus yaitu
diantaranya : klien dengan gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan
wicara, pasien dengan keadaan tidak sadar, halusinasi, bahasa asing, dan
gangguan kognitif.
3.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar
terjadi hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien mempunyai
gangguan persepsi sensori, perawat harus merawat klien dengan baik dan
mengetahui teknik-teknik komunikasi yang harus lebih diperhatikan.
16
DAFTAR PUSTAKA