Anda di halaman 1dari 16

1

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA PASIEN BERKEBUTUHAN

KHUSUS

Disusun oleh :

1. Ditya Sucipto

2. Indra Kusuma

3. Indriyani

4. Nilam Febriyani

5. Rizal Jibran

AKADEMI KEPERAWATAN SAIFUDDIN ZUHRI

Jl.Pahlawan No.45 (Bunderan kijang)

Telp./fax. (0234) 274357 Indramayu 45212

2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Komunikasi Terapeutik pada Pasien Berkebutuhan Khusus ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan sebagai calon perawat, terutama kepada pasien di rumah
sakit. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik,
saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat. Mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran
yang membungun demi perbaikan.

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


           Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan oran
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari orang seringkali salah
berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah
proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta
memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya.
Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap
pesan, perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi.
Kalimat yang jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena
arti suatu kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk
mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
          Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan
non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi tetapi juga
pada perasaan dan emosi di mana individu menyampaikan hubungan ( Potter-Perry, 301
). Komunikasi pada lansia dan pasien yang berkebutuhan khusus membutuhkan
perhatian yang lebih khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik,
psikologi, emosi, dan sosial yang mempengaruhi pola komunikasi.

1.2  Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan komunikasi terapeutik ?
3. Jenis apa sajakah yang termasuk kedalam komunikasi terhadap klien yang
berkebutuhan khusus ?
4. Teknik apa saja yang harus diperhatikan perawat terhadap klien yang berkebutuhan
khusus

1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain :
1. Menambah wawasan mengenai komunikasi terhadap klien yang berkebutuhan
khusus.
2. Mengetahui teknik-teknik komunikasi yang harus diperhatikan perawat terhadap
klien yang berkebutuhan khusus.
4

3. Sebagai bahan pengembangan pengetahuan bagi Mahasiswa Keperawatan dalam


memenuhi tugas mandiri.

1.4  Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu untuk mengembangkan
pengetahuan mengenai teknik komunikasi terhadap klien dengan kebutuhan khusus
secara detail.
5

BAB II
KONSEP TEORI

2.1 Definisi komunikasi terapetik


Menurut Depkes RI tahun 2001 komunikasi adalah suatu proses
menyampaikan pesan yang dilakukan oleh seseorang kepada pihak lain yang
bertujuan untuk menciptakan persamaan pikiran antara pengirim dan penerima
pesan.
Menurut Dale Yoder dkk,kata communications berasal dari sumber yang sama
seperti kata common yang berarti bersama,bersama-sama dalam membagi ide.
Berdasarkan tempatnya komunikasi bisa terjadi dimana saja.Baik dalam kehidupan
sehari-hari (komunikasi informal) hingga komunikasi yang bersifat resmi
(komunikasi formal). Dunia kesehatan juga tidak lepas dari komunikasi.
Komunikasi di dunia kesehatan bisa terjadi sesama rekan kerja,perawat dengan klien
maupun sebaliknya. Komunikasi yang terjadi di dunia kesehatan sering juga disebut
dengan komunikasi secara terapeutik.
Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang dilakukan
secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Dalam melakukan komunikasi tiap pasien mempunyai tingkat kesulitan
masing-masing serta dibutuhkan teknik khusus untuk membangun kepercayaan
antara pasien dengan perawat.

2.2 Komunikasi Pada Klien yang berkebutuhan khusus


2.2.1 Klien dengan Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan dapat terjadi baik karena kerusakan organ, misal.,
kornea, lensa mata, kekeruhan humor viterius, maupun kerusakan kornea,
serta kerusakan saraf penghantar impuls menuju otak. Kerusakan di tingkat
persepsi  antara lain dialami klien dengan kerusakan otak. Semua ini
mengakibatkan penurunan visus hingga dapat menyebabkan kebutaan, baik
parsial maupun total. Akibat kerusakan visual, kemampuan menangkap
rangsang ketika berkomunikasi sangat bergantung pada pendengaran dan
sentuhan.
Oleh karena itu, komunikasi yang dilakukan harus mengoptimalkan
fungsi pendengaran dan sentuhan karena fungsi penglihatan sedapat mungkin
harus digantikan oleh informasi yang dapat ditransfer melalui indra yang lain.

a. Teknik Komunikasi
Berikut adalah teknik-teknik yang diperhatikan selama berkomunikasi
dengan klien yang mengalami gangguan penglihatan:
6

1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia


mengalami kebutaan parsial atau sampaikan secara verbal keberadaan /
kehadiran perawat ketika anda berada didekatnya.
2. Identifikasi diri anda dengan menyebutkan nama  (dan peran) anda
3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak
memungkinkanya menerima pesan verbal secara visual. Nada suara
anda memegang peranan besar dan bermakna bagi klien.
4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucapkan kata – kata
sebelum melakukan sentuhan pada klien.
5. Informasikan kepada klien ketika anda akan meninggalkanya /
memutus komunikasi.
6. Orientasikan klien dengan suara – suara yang terdengar disekitarnya.
7. Orientasikan klien pada lingkunganya bila klien dipindah ke
lingkungan / ruangan yang baru.
b. Syarat-Syarat Komunikasi
Dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien dengan
gangguan sensori penglihatan, perawat dituntut untuk menjadi
komunikator yang baik sehingga terjalin hubungan terapeutik yang efektif
antara perawat dan klien, untuk itu syarat yang harus dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan pasien dengan gangguan sensori penglihatan
adalah :
1. Adanya kesiapan artinya pesan atau informasi, cara penyampaian, dan
saluarannya harus dipersiapkan terlebih dahulu secara matang.
2. Kesungguhan artinya apapun ujud dari pesan atau informasi tersebut
tetap harus disampaikan secara sungguh-sungguh atau serius.
3. Ketulusan artinya sebelum individu memberikan informasi atau pesan
kepada indiviu lain pemberi informasi harus merasa yakin bahwa apa
yang disampaikan itu merupakan sesuatu yang baik dan memang perlu
serta berguna untuk sipasien.
4. Kepercayaan diri artinya jika perawat mempunyai kepercayaan diri
maka hal ini akan sangat berpengaruh pada cara penyampaiannya
kepada pasien.
5. Ketenangan artinya sebaik apapun dan sejelek apapun yang akan
disampaikan, perawat harus bersifat tenang, tidak emosi maupun
memancing emosi pasien, karena dengan adanya ketenangan maka
iinformasi akan lebih jelas baik dan lancar.
6. Keramahan artinya bahwa keramahan ini merupakan kunci sukses dari
kegiatan komunikasi, karena dengan keramahan yang tulus tanpa
dibuat-buat akan menimbulkan perasaan tenang, senang dan aman bagi
penerima.
7

7. Kesederhanaan artinya di dalam penyampaian informasi, sebaiknya


dibuat sederhana baik bahasa, pengungkapan dan penyampaiannya.
Meskipun informasi itu panjang dan rumit akan tetapi kalau diberikan
secara sederhana, berurutan dan jelas maka akan memberikan kejelasan
informasi dengan baik.

c. Hal-hal yang harus diperhatikan


Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan
dapat berjalan lancar dan mencapai sasarannya, maka perlu juga
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Dalam berkomunikasi pertimbangkan isi dan nada suara


2. Periksa lingkungan fisik
3. Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi
4. Komunikasikan pesan secara singkat
5. Komunikasikan hal-hal yang berharga saja.
6. Dalam merencanakan komunikas, berknsultasilah dengan pihak lain
agar memperoleh dukungan.

2.2.2 Klien dengan gangguan pendengaran


Pada klien dengan gangguan pendengaran, media komunikasi yang
paling sering digunakan ialah media visual. Klien menangkap pesan bukan
dari suara yang dikeluarkan orang lain, tetapi dengan mempelajari gerak
bibir lawan bicaranya. Kondisi visual menjadi sangat penting bagi klien ini
sehingga dalam melakukan komunikasi, upayakan supaya sikap dan gerakan
anda dapat ditangkap oleh indra visualnya.
Teknik-teknik komunikasi yang dapat digunakan klien dengan gangguan
pendengaran, antara lain :

1. Orientasiakan kehadiran anda dengan cara menyentuh klien atau


memposisikan diri di depan klien
2. Gunakan bahasa yang sederhana dan bicaralah dengan perlahan untuk
memudahkan klien membaca gerak bibir anda
3. Usahakan berbicara dengan posisi tepat didepan klien dan pertahankan
sikap tubuh dan mimik wajah yang lazim
4.  Jangan melakukan pembicaraan ketika anda sedang mengunyah sesuatu
(permen karet)
5. Bila mungkin gunakan bahasa pantomim dengan gerakan sederhana dan
wajar
6. Gunakan bahasa isyarat atau bahasa jari bila anda bisa dan diperlukan
8

7. Apabila ada sesuatu yang sulit untuk dikomunikasikan, cobalah


sampaikan pesan dalam bentuk tulisan atau gambar (simbol).

2.2.3 klien dengan gangguan wicara

Gangguan wicara dapat terjadi akibat kerusakan organ lingual,


kerusakan pita suara, ataupun gangguan persarafan. Berkomunikasi
dengan klien dengan gangguan wicara memerlukan kesabaran supaya
pesan dapat dikirim dan ditangkap dengan benar. Klien yang mengalami
gangguan wicara umumnya telah belajar berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa isyarat atau menggunakan tulisan atau gambar.
Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan wicara, hal - hal
berikut perlu di perhatikan:
a.     Perawat benar - benar dapat memperhatikan mimik dan gerak bibir
klien.
b.     Usahakan memperjelas hal yang disampaikan dengan mengulang
kembali kata kata yang diucapkan klien.
c.      Mengendalikan pembicaraan supaya tidak membahas terlalu banyak
topik.
d.     Mengendalikan pembicaraan sehingga menjadi lebih rileks dan pelan.
e. Memperhatikan setiap detail komunikasi sehingga pesan dapat diterima
dengan baik.
f.       Apabila perlu, gunakan bahasa tulisan dan simbol.
G Apabila memungkinkan, hadirkan orang yang terbiasa berkomunikasi
lisan dengan klien untuk menjadi mediator komunikasi.

2.2.4 Klien dengan keadaan tidak sadar

Ketidaksadaran mengakibatkan fungsi sensorik dan motorik klien


mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat
diterima klien dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut.
Keadaaan tidak sadar dapat terjadi akibat gangguan organik pada otak,
trauma otak yang berat, syok, pingsan, kondisi tidur dan narkose, ataupun
gangguan berat yang terkait dengan penyakit tertentu. Seringkali timbul
pertanyaan tentang perlu tidaknya perawat berkomunikasi dengan klien
yang mengalami gangguan kesadaran ini. Bagaimanapun, secara etika
penghargaan terhadap nilai nilai kemanusiaan mengharuskan penerapan
komunikasi pada klien dengan gangguan kesadaran.
9

 Pada saat berkomunikasi dengan klien gangguan kesadaran, hal hal


berikut perlu diperhatikan:
a. Berhati - hati ketika melakukan pembicaraan verbal dekat klien karena
ada kayakinan bahwa organ pendengaran merupakan organ terakhir yang
mengalami penurunan penerimaan rangsang pada individu yang tidak
sadar dan yang menjadi pertama kali berfungsi pada waktu sadar. Maka
perawat harus berhati - hati tidak mengatakan sesuatu pada klien yang
tidak sadar atau pada jarak pendengaran, hal hal yang tidak akan mereka
katakan pada klien yang sepenuhnya sadar. 
b. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan kita.
Usahakan mengucapkan kata dengan menggunakan nada normal dan
memperhatikan materi ucapan yang kita sampaikan di dekat klien.
c. Ucapkan kata - kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat
menjadi salah satu bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien
dengan penurunan kesadaran.
d. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk
membantu klien pada komunikasi yang dilakukan. 

2.2.5 Klien dengan berbahasa asing


Melakukan komunikasi dengan klien yang berbahsa asing dapat
menimbulkan gangguan komuniasi di tingkat kognitif, karena ada perberdaan
pengetahuan tentang penguasaan dan perbendaharaan kata serta kultur
komunikasi.
 Beberapa hal yang perlu di perhatikan ketika berkomunikasi dengan klien
yang mengguanakan bahasa asing, antara lain :
a. Usahakan mengguanaka penerjemah ( jika memungkinkan ).
b. Usahakan menggunakan kamus untuk menerjemahkan kata – kata. 
c. Usahakan berbicara dengan menggunakan bahasa yang sederhana dan
dengan nada suara normal. 
d. Usahakan menggunakan gerakan pantomim untuk membantu melakukan
komunikasi.

2.2.6 Klien atau gangguan kematangan kognitif.


Berbagai kondisi dapat mengakibatkan gangguan kematang an
kognitif, antara lain akibat penyakit : retardasi mental, syndrome down,
ataupun situasi sosial, misal, pendidikan yang rendah, kebudayaan primitif,
dan sebagainya.Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami
gangguan kematangan, sebaikanya Anda memperhatikan prinsip
komunikasi bahwa komunikasi dilakukan dengan pendekatan komunikasi
10

efektif, yaitu mengikuti kaidah sesuai kemampuan audience (capability of


audience) sehingga komunikasi dapat berlangsung lebih efektif.
Komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan kematangan
kognitif :

1. Berbicara dalam tema yang jelas dan terbatas. 


2. Hindari menggunakan istilah yang membingungkan klien, usahakan
menggunakan kata pengganti yang lebih mudah dimengerti, contoh, atau
gambar dan simbol
3. Berbicaralah dengan menggunakan nada yang relatif datar dan pelan.
4.  Apabila perlu, lakukan pengulangan dan tanyakan kembali pesan untuk
memastikan kembali maksud pesan sudah diterima.
5.  Berhati - hatilah dalam menggunakan teknik komunikasi non verbal
karena dapat menimbulkan interprestasi yang berbeda pada klien.

2.2.7 Klien Hallusinasi


Klien yang mengalami halusinasi sukar untuk mengontrol diri dan sukar
untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk itu perawat harus mempunyai
kesadran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima, dan mengevaluasi
perasaan sendiri sehingga dapat menggunakan dirinya secara teraupetik.
Dalam berkomunikasi dengan klien yang mengalami halusinasi perawat harus
bersikap jujur, empati, terbuka dan selalu memberi penghargaan namun tidak
boleh tenggelam juga menyangkal halusinasi yang klien alami.

Berikut tehnik komunikasi dengan klien yang mengalami gangguan


halusinasi :

1. Salam, Sapa klien dengan ramah, panggil nama klien, jujur / tepat
janji, empati dan menghargai.

2. Diskusikan hasil observasi klien, tanpa menyangkal, menyokong


hallusinasinya (Validasi persepsi sensoris klien)

3. Hadirkan realita, kontak yang singkat dan sering, topik yang


singkat (Menghadirkan realitas)

4. Terima hallusinasi kien dengan „ Saya percaya anda mendengar


suara itu, saya sendiri tidak mendengar“, Dorong untuk mengungkapkan
perasaan dengan tenang, perawat hangat, empati dan kalem.(Menurunkan
anxietas klien).
11

5. Hati – hati, Space ( melindungi klien dan orang lasin dari


bahaya).

BAB III

KOMUNIKASI
2.3 Contoh Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Berkebutuhan Khusus

2.3.1 FRA-INTERAKSI
“ Di Rumah sakit  X di kamar Y terdapat seorang pasien yang bernama
Wahyudin  umur 13 tahun dimana ia sekarang sedang duduk di bangku
kelas 2 SMP, ia menderita penyakit gangguan pendengaran sejak kecil
(tuna rungu), di rumah sakit tersebut ia ditemani oleh ayahnya yang
bernama Irawan, dimana wahyudin tersebut sedang menjalani perawatan
dengan penyakit dehidrasi, disana dia dirawat oleh suster liska “

2.3.2 FASE ORIENTASI

Nama Komunikasi Verbal Komunikasi Nonverbal

Perawat Assalamualaikum pak, selamat pagi Tersenyum


Orang Waalaikumsalam, pagi juga
tua
Perawat Pak nama saya suster liska, disini saya
akan membantu anak bapak selama
dirawat,
Orang Iya suster silahkan
tua
Perawat Bagaimana keadaan anak bapak hari
ini?
Orang Sudah agak mendingan suster,
tua panasnya sudah turun
Perawat wah ada perkembangan ya pak,
Orang Iya suster.
tua
“Suster langsung mendekati wahyudin ”

Perawat Selamat pagi, Sambil menyentuh pasien


12

Pasien Kebingungan tidak tahu apa


yang dikatakan perawat
Perawat Dek, nama saya suster liska Melakukan kontak mata dan
berbicara dengan gerakan
bibir pelan
Pasien Masih kebingungan
Perawat Saya suster liska Sambil menunjuk diri sendiri
dan menunjukan papan nama
Pasien Suster liska, Sambil tersenyum
Perawat Iya saya suster liska Dengan gerakan bibir pelan
Pasien Maaf ya suster, saya gak bisa dengar Tersenyum
Perawat Iya tidak apa-apa de, Mengangguk sambil
tersenyum
Pasien Hanya tersenyum
 

2.3.3 FASE KERJA

Nama Komunikasi Verbal Komunikasi Nonverbal

Perawa De, udah minum berapa gelas hari ini ? Bicara dengan bibir pelan
t dan Mengambil, menunjukan
gelas
Pasien Udah suster

Perawa Berapa de ? Simbil menunjujkan, 1 jari, 2


t jari, 3 jari
Pasien Satu Pasien menunjukan 1 jari

Perawa Bagus Memberikan jempol


t
Pasien Tersenyum

Perawa Nanti minum lagi ya Sambil mempraktekan


t minum
Pasien Mengangguk

Perawa Udah makan juga? sambil mengerakan tangan


t ke mulut (seperti menyuap)
Pasien Udah, pake bubur Mengguk ,tersenyum
13

Perawa Memberikan jempol lagi


t
Biar cepet sembuh ya Mengagkat lengan, (seperti
menunjukan kekuatan)
Pasien Iya suster Tersenyum

2.3.4 FASE TERMINASI

Nama Komunikasi Verbal Komunikasi Nonverbal

Menyentuh pasien,
Perawa
De, suster tinggal dulu ya menunjuk diri, kemudian
t
menunjuk pintu
Pasien Iya suster Sedih
Menyentuh pasien, menatap
Perawa
Jangan sedih mata, Meninjukan senyum
t
lebar
Mmenunjuk diri sendiri, dan
Nanti suster kesini lagi
ke bawah
Pasien Bener ya suster Senang
Perawa
Iya, Tersenyum sambil mengaguk
t
Perawa
Suster boleh pergi Sambil menunjuk pintu
t
Pasien Mengangguk tersenyum
“Kemudian perawat menghampiri orang tua pasien”

Bapak, saya permisi dulu ya, kalau ada


Perawa
apa-apa, panggil saya atau perawat yang
t
lain ya pak
Orang
Iya suster pasti
tua
Perawa Ya sudah, saya permisi dulu ya Tersenyum
14

t pak,Assalamualaikum..
Orang
Iya suster, waalaikumsalam…. Tersenyum
tua

BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut kelompok kami, dalam contoh kasus di atas di fase
orientasi ada kekurangan, yaitu perawat tidak menanyakan atau
memastikan kembali nama pasien, agar terhindar dari kesalahan dalam
pemberian pelayanan keperawatan.
Dan difase kerja perawat tidak memberikan penkes kepada
pasien atau keluarga pasien perihal masalah yang di hadapai pasien. Dan
yang terakhir perawat tidak memberikan rencana tindak lanjut dengan
pasien namun perawat hanya melakukan kontrak pertemuan selanjutnya.
Itu juga, perawat tidak memberikan spesifik kapan waktu kontrak
selanjunya di laksanakan
15

BAB V
PENUTUP
3.1Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses menyampaikan pesan yang dilakukan oleh
seseorang kepada pihak lain yang bertujuan untuk menciptakan persamaan
pikiran antara pengirim dan penerima pesan.
Komunikasi terapeutik sendiri maksudnya adalah komunikasi yang
dilakukan secara sadar,bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan
pasien.
Beberapa kriteria pasien dengan yang berkebutuhan khusus yaitu
diantaranya : klien dengan gangguan penglihatan, pendengaran, gangguan
wicara, pasien dengan keadaan tidak sadar, halusinasi, bahasa asing, dan
gangguan kognitif.

3.2 Saran
Perawat harus bisa menghadapi klien dengan gangguan penglihatan agar
terjadi hubungan terapeutik dengan klien. Walaupun pasien mempunyai
gangguan persepsi sensori, perawat harus merawat klien dengan baik dan
mengetahui teknik-teknik komunikasi yang harus lebih diperhatikan.
16

DAFTAR PUSTAKA

Https://Komunikasi Dengan Kelompok Kebutuhan Khusus ~ Jerry


Andrianto.htm (Diakses Pada Tanggal 16 September 2015, 15.30
WIB)
Https://Komunikasi/said bongkem tulen Komunikasi Keperawatan Pada
Klien Khusus.htm (Diakses Pada Tanggal 16 September 2015, 15.34 WIB)
Https://Penerapan Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Dengan Gangguan
Penglihatan _ flloraliwu.htm (Diakses Pada Tanggal 16 September 2015,
15.33 WIB)
Https://The Colour of Rainbow Makalah Komunikasi Pada Klien Dengan
Gangguan Pendengaran.htm(Diakses Pada Tanggal 16 September 2015, 15.36
WIB)

Anda mungkin juga menyukai