Anda di halaman 1dari 6

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA UNTUK KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh :

Putri Exa Lorenza ( 1932311034 )

S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI

Jl. R. Syamsudin, S.H, No.50 Tlp. (0266) 218345 Fax: (0266) 218342 Sukabumi 43113
Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Anemia Pada Remaja Putri

Putri Exa Lorenza


(Universitas Muhammadiyah Sukabumi)
Email: Putriexa89@ummi.ac.id

Abstrak.
Anemia merupakan keadaan dimana masa eritrosit dan masa hemoglobin yang beredar tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Di Indonesia prevalensi
anemia sebesar 57,1 % diderita oleh remaja putri, 27,9% diderita oleh Wanita Usia Subur
(WUS) dan 40,1% diderita oleh ibu hamil. Penyebab utama anemia gizi di Indonesia adalah
rendahnya asupan zat besi (Fe). Pada remaja wanita 26,50%, wanita usia subur (WUS) 26,9%,
ibu hamil 40,1%, dan anak balita 47,0%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran
pengetahuan tentang anemia pada remaja putri di SMA N 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan.
Desain penelitian ini menggunakan metode Deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi
korelasi (Correlation Study. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X dengan jumlah 42
remaja putri. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan bentuk pertanyaan
tertutup. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar yaitu 27 remaja putri (64,3%) tidak
mengetahui tentang anemia. Perlu adanya upaya untuk melakukan kegiatan yang berkaitan
dengan pendidikan kesehatan tentang bahaya anemia dan bagaimana pencegahannya agar
kejadian anemia pada remaja putri dapat ditanggulangi.
Kata Kunci : Pengetahuan, Anemia, Kejadian Anemia pada Remaja Putri

defisiensi zat besi, dapat mengenai


Pendahuluan semua kelompok status sosial-ekonomi,
Anemia merupakan keadaan terutama yang berstatus sosisal-
dimana masa eritrosit dan masa ekonomi rendah. Masalah
hemoglobin yang beredar tidak gizi merupakan masalah
memenuhi fungsinya untuk kesehatan masyarakat yang
menyediakan oksigen bagi jaringan serius karena berdampak pada
tubuh. Anemia dapat diartikan sebagai perkembangan fisik, psikis, perilaku dan
penurunan kadar hemoglobin serta etos kerja seseorang. Salah satu upaya
hitung eritrosit dan hematokrit dibawah yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, yaitu
normal (Handayani & Wibowo 2008, h.
peningkatan status gizi masyarakat.
37). Anemia terjadi akibat kadar
Suatu status gizi yang baik akan
hemoglobin atau ertrosit lebih rendah
mempengaruhi status kesehatan dan
daripada nilai normal. Anemia prestasi belajar seseorang. Masalah gizi
umumnya disebabkan karena ada perlu perhatian yang lebih khusus untuk
perdarahan kronik atau malnutrisi dapat meningkatkan derajat kesehatan
(kurang gizi) (Rusilanti 2007, h. 59). masyarakat (Akhmadi 2008, h. 1).
Remaja adalah salah Remaja putri berisiko menderita anemia
satu kelompok yang rawan terhadap lebih tinggi daripada remaja putra. Hal
masalah gizi salah satunya adalah ini didasarkan pada kenyataan remaja
putri sering melakukan diet agar tubuh rawan menderita anemia dari pada
tetap langsing, tetapi tidak remaja laki-laki. Karena setiap bulan
memperhitungkan kebutuhan tubuh remaja putri mengalami menstruasi
akan zat gizi, baik makro maupun mikro. selain itu remaja putri seringkali
Anemia terjadi karena kekurangan zat menjaga penampilan ingin kurus
besi dan asam folat. sehingga melakukan diet dan
Anemia gizi merupakan salah mengurangi makan. Diet yang tidak
satu masalah gizi di Indonesia tahun seimbang dengan kebutuhan tubuh akan
2006, dan masih menjadi masalah menyebabkan tubuh kekurangan zat-zat
kesehatan masyarakat (Public Health penting seperti zat besi. Dampak anemia
Problem). Di Indonesia prevalensi gizi besi pada remaja adalah
anemia sebesar 57,1 % diderita oleh menurunkan produktivitas kerja dan
remaja putri, 27,9% diderita oleh Wanita juga menurunkan kemampuan akademis
Usia Subur (WUS) dan 40,1% diderita di sekolah. Oleh karena itu, sasaran
oleh ibu hamil (Dyah, 2008) Penyebab program perbaikan gizi pada kelompok
utama anemia gizi di remaja wanita dianggap strategis dalam
Indonesia adalah rendahnya asupan zat upaya memutus simpul siklus masalah
besi (Fe). Anemia masih cukup tinggi, gizi (Briawan, 2008).
yaitu pada remaja wanita 26,50%, Berdasarkan data dari Survey
wanita usia subur (WUS) 26,9%, ibu Rencana Pembangunan Jangka
hamil 40,1%, dan anak balita 47,0% Menengah (RPJM) tahun 2007, tentang
yang dilaporkan oleh Depkes RI (2005). pengetahuan remaja mengenai Anemia,
Kekurangan zat besi adalah didapatkan 87,3% remaja pernah
Jenis anemia yang paling sering ditemui, mendengar tentang anemia, sedangkan
yang terjadi bila kita kehilangan banyak yang tidak pernah mendengar penyakit
darah dari tubuh, (baik karena anemia sebesar 12,7%. Diantara tanda
pendarahan luka maupun karena penyakit anemia jawaban tertinggi
menstruasi) ataupun karena makanan menjawab muka pucat sebesar 52,8%
yang kita konsumsi kurang mengandung selanjutnya mata berkunang-kunang
zat besi. Infeksi cacing tambang, malaria sebesar 46,5%. Sesuai hasil survey
ataupun disentri juga bisa menyebabkan masih perlu dilakukan sosialisasi
kekurangan darah yang parah. Ada mengenai pengetahuan remaja tentang
beberapa tahap sampai tubuh kita anemia karena masih banyak yang
kekurangan zat besi. Mula-mula, belum diketahui remaja tentang
simpanan zat besi dalam tubuh menurun. bagaimana cara pencegahan dan
Dengan menurunnya zat besi, produksi penanganan anemia (Badan Koordinasi
hemoglobin dan sel darah merah pun Keluarga Berencana Nasional, 2007).
berkurang. Anemia gizi besi dapat Pada tahun 2008 Dinas
menyebabkan penurunan kemampuan kesehatan kabupaten Pekalongan
fisik, produktivitas kerja, dan melakukan pemeriksaan hemoglobin
kemampuan berpikir. Selain itu anemia pada pelajar putri di dua sekolah SMA di
gizi juga dapat menyebabkan penurunan kabupaten Pekalongan. Diperoleh data
antibodi sehingga mudah sakit karena 53 pelajar putri (23.45%) yang
terserang infeksi (Utamadi dan Muljono, mengalami anemia dari 226 pelajar putri
2007). yang dilakukan pemeriksaan
Remaja putri (10-19 tahun) hemoglobin, dari ke dua sekolah yang
merupakan salah satu kelompok yang dilakukan pemeriksaan yaitu SMAN 1
Wiradesa dari 156 pelajar putri terdapat sectional merupakan rancangan
29 pelajar putri (18,58%) yang penelitian dengan melakukan
mengalami anemia, dan SMK Gondang pengukuran atau pengamatan pada saat
Wonopringgo dari 110 pelajar putri bersamaan atau sekali waktu
terdapat 24 pelajar putri (21,81%) yang (Notoatmodjo, 2005).
mengalami anemia (Data Dinkes kab Populasi merupakan
Pekalongan, 2008). keseluruhan subjek atau objek yang
Dari latar belakang diatas memiliki sifat atau ciri yang bisa diteliti
peneliti tertarik untuk melakukan (Machfoedz 2010, h. 47). Populasi target
SHQHOLWLDQ WHQWDQJ · bersifat umum, dan biasanya pada
*DPEDUDQ pengetahuan tentang penelitian klinis dibatasi
anemia pada remaja putri di SMA N 1 oleh karakteristik demografis, meliputi
Wiradesa .DEXSDWHQ jenis kelamin dan usia (Nursalam,
3HNDORQJDQ 2005).
Permasalahan yang Populasi pada penelitian ini adalah siswi
dapat diuraikan berdasarkan latar SMAN 1 Wiradesa.
belakang di atas DGDODK ·Gambaran Sampel dalam penelitian ini
Pengetahuan tentang anemia pada adalah kelas X dengan jumlah 190
remaja putri di SMA N 1 Kabupaten dihitung dengan menggunakan rumus
Pekalongan Tujuan dalam penelitian Notoatmodjo didapatkan sampel
ini adalah untuk mengetahui sebanyak 128 remaja putri. Setelah
gambaran pengetahuan tentang dilakukan penelitian peneliti hanya
anemia pada remaja putri di mendapatkan 42 remaja putri yang bisa
SMA N 1 Wiradesa Kabupaten dijadikan sampel yang sesuai dengan
Pekalongan. kriteia inklusi karena peneliti tidak dapat
bertemu langsung dengan remaja putri
Metodologi Penelitian kelas X yang dijadikan sampel dalam
Desain penelitian ini penelitian ini dalam memberikan
menggunakan metode Deskriptif dengan pengarahan maksud dan tujuan
menggunakan pendekatan studi korelasi dilakukan penelitian.
(Correlation Study) dimana pada Instrumen penelitian ini adalah
hakikatnya merupakan penelitian atau alat untuk memperoleh data dari suatu
penelaahan hubungan antara dua penelitian dengan menggunakan
variabel pada suatu situasi atau kuesioner dan Lembar persetujuan.
sekelompok subjek (Notoatmodjo, Lembar yang berisi tentang ketersediaan
2005). Hal ini dilakukan untuk melihat menjadi responden dalam penelitian.
antara gejala satu dengan gejala yang Peneliti mengumpulkan data secara
lain, atau variabel satu dengan variabel formal kepada subjek untuk menjawab
yang lain. Pada penelitian ini untuk pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan
mengetahui apakah ada hubungan antara yang diajukan adalah pertanyaan secara
pengetahuan anemia dengan angka terstruktur, yaitu subjek hanya
kejadian anemia pada remaja putri di menjawab sesuai pedoman yang sudah
SMAN 1 Wiradesa. dengan metode ditetapkan (Nursalam 2008, h. 114).
pendekatan cross sectional yaitu Kuesioner dalam penelitian ini adalah
pendekatan dengan observasi atau bentuk pertanyaan tertutup
pengumpulan data sekaligus pada saat (closedended) yaitu, kuesioner yang
yang sama. Rancangan penelitian cross
menanyakan tentang pengetahuan es teh setelah makan dan olah raga yang
remaja putri tentang anemia. teratur (Soetjiningsih, 2004).

Hasil Penelitian Simpulan


1. Dari hasil penelitian menunjukan 1. Dari hasil penelitian menunjukan
bahwa umur terbanyak remaja putri bahwa umur terbanyak remaja putri
yang menjadi responden adalah 15 yang menjadi responden adalah 15
tahun yaitu 21 remaja putri (50%), tahun yaitu 21 remaja putri (50%),
umur 16 tahun sebanyak 11 remaja umur 16 tahun sebanyak 11 remaja
putri, umur 14 sebanyak 7 dan umur putri, umur 14 sebanyak 7 dan umur
17 sebanyak 3 remaja putri. 17 sebanyak 3 remaja putri.
2. Remaja putri kelas X Sekolah 2. Remaja putri kelas X Sekolah
Menengah Atas Negeri 1 Wiiradesa Menengah Atas Negeri 1 Wiiradesa
sebagian besar responden yaitu 27 sebagian besar responden yaitu 27
remaja putri (64,3%) tidak remaja putri (64,3%) tidak
mengetahui tentang anemia dan 15 mengetahui tentang anemia dan 15
remaja putri (35,7%) mengetahui remaja putri (35,7%) mengetahui
tentang anemia. tentang anemia.

Pembahasan Saran
Berdasarkan penelitian 1. Untuk Sekolah Menengah Atas
terhadap pengetahuan remaja putri Negeri 1 Wiradesa.
tentang anemia diketahui bahwa Berdasarkan hasil penelitian
sebanyak 27 remaja putri (64,3%) peneliti menyarankan kepada
berpengetahuan kurang tentang anemia, Sekolah Menengah Atas Negeri 1
dan sebanyak 15 remaja putri (35,7%) Wiradesa Kabupaten
berpengetahuan baik tentang anemia. Pekalongan, guna
Dapat disimpulkan bahwa remaja putri mensosialisasikan tentang
yang merupakan siswi kelas X Sekolah anemia agar remaja putri dapat
Menengah Atas Negeri 1 Wiradesa mengetahui tentang anemia dan
berpengetahuan kurang mengenai bagaimana cara pencegahannya.
anemia. 2. Untuk siswi Sekolah Menengah Atas
Pengetahuan remaja yang Negeri 1 Wiradesa
kurang tentang anemia mengakibatkan Saran bagi remaja putri
kurangnya pemahaman mereka tentang Sekolah Menengah Atas Negeri 1
anemia menurut Notoadmodjo (2003, h. Wiradesa Kabupaten Pekalongan
121) pengetahuan yang tercakup dalam agar para remaja putri termotivasi
domain kognitif mempunyai enam untuk menambah informasi
tingkatan yaitu tahu, memahami, mengenai anemia yang bisa didapat
aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi. dari buku, majalah, atau media cetak
Pengetahuan remaja putri tentang maupun internet karena anemia
anemia hanya sampai pada tahap tahu. merupakan penyakit paling sering
Dan tidak diikuti dengan diderita para remaja khususnya
pengaplikasian dalam kehidupan sehari- remaja putri dan diharapkan remaja
hari seperti makan-makanan yang putri bisa melakukan pencegahan
banyak mengandung zat besi, tidak minu agar tidak menderita anemia, dengan
cara mengkonsumsi makanan
berfariasi terutama makanan yang pengetahuan ramaja tantang
mengandung zat besi seperti hati, anemia.com.
daging, ikan,telur ayam, sayuran Baradero, Mary et al, 2008, Klien
hijau dan mengkonsumsi tablet besi Gangguaan
pada saat menstruasi. Kardiovaskular: Seri
3. Bagi tenaga kesehatan. Asuhan Keperawatan,
Perlu meningkatkan Jakarta, EGC.
kegiatan yang berkaitan dengan
pemberian informasi tentang
anemia dan program
pengobatan anemia melalui
penyuluhan. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan dengan mengikutsertakan
kader-kader kesehatan atau kegiatan
UKS, PMR yang ada di sekolah
dengan tujuan dapat meningkatkan
pengetahuan siswa tentang anemia
dan mengurangi angka kejadian
anemia pada remaja putri.
4. Bagi peneliti selanjutnya.
Bagi peneliti
selanjutnya diharapkan dapat
mengembangkan penelitian
dengan menggunakan
eksperimen atau quasi eksperimen
misalnya mengetahui angka kejadian
anemia pada daerah dataran tinggi
dan dataran rendah.

Daftar Pustaka
Akhmadi, 2008, Masalah kekurangan
zat besi, Diakses 8 Maret
2009,
http://multiplay.com/jurnal/
i tem.
Anwar, Faisal, & Khomsan, Ali, 2009,
Makan Tepat Badan Sehat, Jakarta,
Hikmah.
Arikunto, Suharsimi 2010, Prosedur
Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik,
Jakarta, Rineka Cipta.
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional, 2007,
Pengetahuan remaja
tantang KKR, diakses 21
Maret 2009, http://

Anda mungkin juga menyukai