B. Jenis-Jenis Abortus
Jenis-jenis abortus antara lain sebagai berikut
1. abortus imminens
Abad ke sini sifatnya baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya, Ostium uteri masih tertutup dan TFU sesuai usia
kehamilan
2. Abortus insipiens
Abortus abortus sudah terjadi dan tidak dapat dicegah lagi, Ostium
uteri terbuka, teraba ketuban dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.Hasil konsepsi masih lengkap di dalam uterus. Kehamilan tidak dapat
dipertahankan dan akan berkembang menjadi Abortus inkomplet atau
komplet
3. Abortus inkompletus
Merupakan Pengeluaran sebagian hasil konsepsi sedangkan
sebagian lagi masih tertinggal di dalam uterus, terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 Minggu.
4. Abortus kompletus
Seluruh jaringan janin sudah keluar atau dikeluarkan dengan lengkap
ukuran rahim lebih kecil dibandingkan usia kehamilan dan kavum uteri
sudah kosong.
5. Abortus habitualis
Disebut juga abortus berbakat, merupakan abortus spontan yang
terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut. umumnya akibat adanya
gangguan sistem reproduksi. pada umumnya Ibu tidak susah menjadi
hamil kembali, tetapi rahim lebih kecil dibandingkan usia kehamilan
Kurang 28 minggu.
6. Missed abortion
Kondisi yang mana janin sudah meninggal dalam kandungan
sebelum usia kurang 20 Minggu, tetapi janin masih tertanam di rahim
selama beberapa minggu, biasanya sampai 8 Minggu.
C. Etiologi
Penyebab terjadinya abortus belum diketahui secara pasti, namun
beberapa teori melaporkan bahwa abortus disebabkan oleh beberapa faktor, y
yaitu sebagai berikut:
1. faktor gangguan pertumbuhan hasil konsepsi
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi akibat berbagai
faktor, yaitu sebagai berikut
a. faktor kromosom
Gangguan kromosom biasanya terjadi Sejak pertemuan semua
kromosom termasuk kromosom seks
b. faktor- faktor lingkungan endometrium
1) Endometrium yang belum siap menerima implantasi
2) anemia akibat malnutrisi atau karena jarak kehamilan yang pendek
c. pengaruh luar
1) infeksi endometrium endometritis, akibatnya endometrium tidak
siap menerima implantasi
2) faktor obat-obatan dan radiasi
2. kelainan plasenta
a. infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi dengan baik
b. gangguan pembuluh darah plasenta, terjadi pada ibu hamil dengan dmg
c. hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menyebabkan abortus
3. penyakit ibu
Abortus dapat disebabkan oleh faktor penyakit yang secara langsung
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan Seperti hal
berikut
a. penyakit infeksi: hepatitis, tifus abdominalis, malaria, hiv-aids Sifilis,,
kutil kelamin, keputihan,Atau berbagai infeksi lainnya.
b. anemia akibat gangguan nutrisi dan Peredaran O2 menuju sirkulasi
uteroplasenta
c. penyakit hipertensi gagal ginjal gangguan hati, hipertensi, dmg, asma
dan lain-lain
4. kelainan rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya janin, abortus
dapat terjadi pada kondisi abnormal rahim seperti: mioma uteri, uterus
arkuatus, uterus septus, Retroleksia uteri, serviks inkompeten, post
operasi serviks dalam kurung dan amputasi serviks tutup kurung serta
robekan serviks akibat persalinan
5. Lain-lain
gaya hidup seperti perokok aktif maupun pasif, mengkonsumsi
alkohol, narkoba personal hygiene yang buruk dan lain-lain
D. Patofisiologi
Proses terjadinya abortus mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan
oksigen. bagian yang terlepas tersebut dianggap sebagai benda asing,
sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan berkontraksi.
pengeluaran hasil konsepsi tersebut dapat terjadi secara spontan seluruhnya
atau sebagian masih Tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit
penyakit. oleh karena itu, abortus memberikan gejala umum berupa sakit
pada abdomen yang disebabkan oleh terjadinya Kontraksi rahim yang
menyebabkan terjadinya perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau
sebagian dari hasil konsepsi.
E. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala umum antara lain sebagai berikut:
1. pada pemeriksaan fisik: lemah, tingkat kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun. nadi normal atau takikardi atau halus dan lemah,
suhu normal atau sedikit meningkat
2. perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
3. kram abdomen, terutama di atas simfisis dan nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
Tanda dan gejala abortus Berdasarkan berbagai jenis abortus adalah
sebagai berikut
1. Abortus imminens
a. gangguan siklus menstruasi, biasanya keterlambatan menstruasi.
b. perdarahan pervaginam disertai sakit dan kram abdomen
c. TFU atau ukuran rahim sama dengan usia kehamilan dan adanya
Kontraksi Otot rahim
d. pada pemeriksaan dalam atau vaginal Toucher, adanya perdarahan
yang berasal dari kanalis servikalis dan kanalis servikalis masih
tertutup
2. abortus insipiens
a. perdarahan pervagina Lebih banyak
b. mules sakit atau kram abdomen yang lebih berat
c. kanalis servikalis terbuka dan hasil konsepsi dapat diraba
3. abortus inkomplit
a. perdarahan memanjang sampai terjadi anemia.
b. perdarahan tiba-tiba dapat menimbulkan kegawatdaruratan
c. demam menunjukkan bahwa terjadi infeksi
d. resiko menjadi ganas yaitu choria carcinoma
4. Abortus kompletus
a. ukuran rahim telah mengecil
b. perdarahan sedikit berkurang
c. kanalis servikalis telah menutup
5. Missed abortion
Rahim tidak membesar dan mengecil karena absorbsi cairan ketuban
dan laserasi janin.
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut
1. Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup,bahkan dua sampai tiga
minggu setelah abortus
2. pemeriksaan djj untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan hasil fibrinogen darah, khususnya dilakkukan pada missed
abortion.
G. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Inspeksi vulva : untuk menilai perdarahan, ada/ tidaknya hasil konsepsi
yang tertinggal di dalam rahim, ada atau tidaknya aroma busuk dari
vulva.
2. inspekulo; adanya perdarahan yang berasal dari cavum uteri, Ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup, ada/ tidak cairan yang berbau busuk dari
Ostium.
3. vaginal Toucher; partio masih terbuka atau tertutup, Teraba, tidaknya
kehamilan. Ibu tidak merasakan nyeri ketika portio digoyang dan tidak
nyeri pada perabaan adneksa
H. komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan rahim dari sisa hasil
konsepsi, Kapan perlu pemberian transfusi darah. kematian dapat terjadi
jika pertolongan tidak diberikan pada waktunya
2. Perforasi
perforasi pada kerokan( kurtase) dapat terjadi pada uterus dalam
posisi retrofleksi. terjadi retakan pada rahim, misalnya pada abortus
provocatus criminalis. dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi perforasi, laparatomi harus segera dilakukan kan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus atau organ reproduksi lainnya.
3. Syok
Terjadi akibat perdarahan( syok hemoragik) dan karena infeksi berat
4. Infeksi
Pada genetalia eksternal dan vagina terdapat bakteri yang merupakan
streptococus gram negatif eteric bacili, mycoplasma, treponema,
leptrosira, jamur dan trichomonas vaginalis. Pada vagina terdapat bakteri
lactobacilli, streptococus ,staphylochocus, gram negatif enteric bacili,
clostorium - sp, bakterides-sp, listeria dan jamur. infeksi tersebut dapat
terjadi di pada semua jenis abortus, Tetapi lebih banyak terjadi pada
abortus inkomplitus dan abortus buatan yang dilakukan tanpa
memperhatikan teknik sterilisasi. jika infeksi lebih berat, maka akan terjadi
peritonitis, sepsis atau syok yang dapat
Menyebabkan kematian ibu. umum infeksiosa, infeksi menyebar ke
perimetrium Tuba parametrium dan peritonium. organisme yang sering
menyebabkan infeksi pasca abortus adalah ecoli streptokokus hemolitikus dan
clostridium perfringens. bakteri lain yang dijumpai adalah neisseria gonorhea,
pneumococcus dan clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensialnya
berbahaya karena dapat berbentuk gas.
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya komplikasi pada abortus,
faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya abortus adalah usia pendidikan
paritas kadar HB, status gizi Ibu, serta penyakit yang diderita Ibu seperti
hipertensi atau penyakit jantung lainnya.
1. usia ibu
Usia seorang wanita berhubungan dengan kematangan sistem
reproduksinya, usia yang dianggap aman untuk hamil dan melahirkan
adalah 25 sampai 35 tahun sedangkan usia kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun Dikatakan usia resiko tinggi pada usia kurang dari 20 tahun
organ reproduksi wanita belum matang untuk menerima kehamilan dan
melakukan persalinan sedangkan usia lebih 35 tahun Dikatakan sebagai
masa sakemunduran bagi fungsi sistem reproduksi Wanita. oleh us
berpengaruh terhadap mobilitas dan mortalitas ibu, termasuk risiko
abortus. Menurut prawirohadrjo (2010). Usia berpengaruh terhadap
persalinan dan kehamilan
Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memberikan
resiko terjadinya beberapa komplikasi obstetrik seperti abortus terutama
abortus inkomplet, toksemia, hipertensi preeklamsi, eksplansi, solusio
plasenta, perdarahan post partum, partus lama kelahiran prematur kematian
janin dalam uterus (IUFD) atau komplikasi lainnya.
2. paritas
paritas adalah Jumlah kelahiran hidup atau jumlah anak yang hidup
yang pernah dilahirkan. paritas mempengaruhi terjadinya abortus ibu
dengan paritas tinggi (grande multipara) yaitu telah melahirkan janin
hidup lebih 5 kali titik abortus pada ibu paritas tinggi terjadi karena
menurunnya fungsi reproduksi
3. kadar hemoglobin (HB)
anemia dalam kehamilan merupakan kondisi yang mana ibu hamil
Mengalami penurunan kadar HB(<11g%) yang menyebabkan gangguan
kapasitas daya angkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh ibu dan janin.
salah satu komplikasi anemia pada ibu hamil adalah abortus komplikasi
lain seperti persalinan prematur, partus lama, perdarahan
perinatal( kehamilan persalinan dan post partum) , penyakit jantung serta
kematian ibu dan janin.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada abortus yaitu sebagai berikut
1. Abortus imminens
a. tirah baring Agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan
mekanik berkurang
b. observasi tanda-tanda tanda-tanda vital terutama nadi Dan suhu Dua
kali sehari apabila Ibu tidak demam dan setiap 4 jam Jika Ibu demam
c. lakukan Uji kehamilan jika hasil negatif hal ini mungkin karena janin
sudah meninggal dan pemeriksan usg untuk menentukan janin masih
hidup atau tidak
d. Berikan obat penenang ; fenobarbital 3x/ hari, preparat hemafinik
( dulfas ferosus 600-1000 mg)
e. Diet tinggi protein
2. Abortus insipiens
a. jika pendarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selam 36 jam dan berikan morfin
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dan biasanya disertai
perdarahan, penatalaksanaan dilakukan dengan pengosongan rahim
memakai kuret vakum atau cunam abortus disusul dengan an an-nur at
tajam serta injeksi ergometrin 0,5 IM
c. jika janin sudah keluar tapi plasenta masih Tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual
3. Abortus inkomplementus
a. jika disertai sok karena perdarahan maka Ibu berikan infus cairan NaCl
fisiologi atau RL dan Segera lakukan transfusi darah
b. setelah syok diatasi lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu berikan
injeksi ergometrin 0,2 mg
4. Abortus kompletus
a. Jika kondisi ibu cukup baik berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5
hari
b. Jika ibu anemia berikan sulfus ferrous atau lakukan transfusi darah
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Anjurkan ibu mengkonsumsi diet tinggi protein vitamin dan mineral
5. Missed abortion
a. bila kadar fibrinogen normal segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kurang tajam
b. Bila kadar Febrinogen Berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan hasil konsepsi
c. pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam selanjutnya lakukan dilatasi
serviks dengan dilatator header kemudian hasil konsepsi diambil
dengan cunam ovum dan koda tajam
d. pada kehamilan >12 minggu berikan dietilstilbesterol 3x5 mg
e. selanjutnya infus oksitosin 10 UI dan dextrose 5% sebanyak 500 mili
mulai dari 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus
f. bila TFu dua jari dibawah Pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
memberikan injeksi larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui
dinding abdomen
6. abortus septik
abortus jenis ini harus segera dirujuk untuk mendapat penanganan
yang lebih lengkap berupa hal berikut
a. obat yang menjadi pilihan pertama adalahPenisilin prokain
Rp800.000 ui diberikan IM setiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1
gram per oral selanjutnya adalah 500 mg per oral setiap 6 jam
b. obat pilihan kedua adalah ampisilin 1 gram per oral selanjutnya 500
gram tiap 4 jam ditambah Metro dinazol 500 mg tiap 6 jam
c. obat pilihan ketiga adalah kombinasi ampisilin dan kloramfenikol,
penisilin dan metronidazole, gentamisin dan ampisilin, penisilin dan
gentamisin)
d. perhatikan asupan cairan
e. bila terjadi perdarahan yang banyak, segera berikan transfusi darah
f. maksimal dalam waktu 24-48 jam setelah pemberian antibiotik, jika
terjadi pendarahan maka sisa konsepsi harus dikeluarkan dari rahim.
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) identitas ibu= nama, usia, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan keberapa, jumlah anak hidup riwayat abortus dan
lain-lain
2) Identitas Penanggung jawab: suami atau anggota keluarga
lainnya: nama, usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan
lamanya perkawinan, dan alamat
b. keluhan utama
perdarahan pervagina yang mungkin dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi, kram abdomen terutama diatas simfisis, dan nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
c. Alasan masuk rumah sakit
ibu Dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya
Biasanya karena keluhan nyeri atau kram abdomen, nyeri pinggang,
adanya kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam disertai dengan
ada atau tidaknya jaringan janin
d. kondisi kesehatan sekarang
Kaji keadaan umum ibu, Keluhan nyeri atau kram abdomen,
nyeri pinggang, dan Kontraksi rahim yang terjadi. Kaji perdarahan
pervaginam( Sejak kapan, jumlah darah, bau, ada atau tidaknya sisa
hasil konsepsi, dan lain-lain) ukur tanda vital, biasanya terjadi
penurunan tekanan darah, frekuensi nadi normal atau sedikit
berkurang, kadang disertai demam
e. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat abortus
Kaji adanya riwayat abortus pada kehamilan
sebelumnya, Hal ini penting dilakukan terutama pada ibu dengan
abortus habitualis
2) riwayat penyakit
Kaji penyakit yang pernah Diderita Ibu sebelumnya,
misalnya penyakit jantung, hipertensi, DM, gangguan ginekologik,
gangguan endokrin atau gangguan reproduksi lainnya
f. riwayat penyakit keluarga
kaji riwayat abortus dalam keluarga, riwayat hipertensi, riwayat
penyakit ginjal, DM, riwayat gangguan ginekologi, dan gangguan
reproduksi lainnya
g. riwayat obstetri
1) riwayat menstruasi= kaji menarche, siklus menstruasi, lama
menstruasi, HPHT, jumlah dan warna darah, ada atau tidaknya
keluhan menstruasi seperti Disminor dan gangguan menstruasi
lainnya
2) riwayat perkawinan: pengkajian riwayat terkait perkawinan
penting aktif Vitas seksual, meliputi: perkawinan ke berapa Apa,
usiaperkawinan dan lain-lain
3) Riwayat kehamilan dan persalinan: pengkajian riwayat kehamilan
penting untuk menilai Apakah ibu primigravida atau primipara,
multigravida atau multipara atau Grande multigravida atau Grande
multipara resiko lebih besar pada ibu dengan paritas tinggi
h. pemeriksaan fisik
prinsip pemeriksan fisik pada client abortus pada umumnya
sama dengan gangguan lainnya yaitu head to toe meliputi hal berikut:
1) keadaan umum
secara umum Ibu tampak lelah dan pucat akibat perdarahan
dan kehilangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan
penurunan kadar HB yang disebut dengan anemia. Ibu abortus
kemungkinan kemung kemungkinan ibu gangguan aktivitas
2) tanda-tanda vital
a) tekanan tekanan darah sedikit menurun
b) nada sedih lebih menit lebih 90 kali per menit
c) suhu: pada beberapa Ibu kemungkinan mengalami demam
ringan akibat kehilangan darah cairan dan elektrolit.
d) respirasi sedikit meningkat
3) Kepala
Inpeksi = perhatikan kulit kepala, pada beberapa ibu mungkin
mengalami masalah kebersihan rambut dan kulit akibat
kelemahan fisik yang berdampak pada personal hygine.
4) Wajah ( muka, mata, hidung, mulut dan bibir) perhatikan wajah
secara umum, bisasanya ibu tampak pucat, konjungtiva anemis,
bibir kering dan kelembaban mukosa bibir berkurang akibat
perdarahan dan penurunan asupan nutrisi terutama cairan.
Perhatikan kondisi skelera
5) Telinga dan leher
Pemeriksaan inii tidak perlu secarra spesifik, kecuali jika
ibu memiliki riwayat gangguan pendengaran atau gangguan
tyroid
6) Payudara
Inspeksi : perhatikan kesimterisan payudara kanan dan kiri,
ukuran payudara ( pembesaran payudara yang berlebihan
memnyebabkan striase pada permukaan kulit payudara), warna
kulit, pembuluh darah dan lesi iritasi pada putimg, kondisi
putting(normal/tidak normal), palpasi payudara dilakukan untuk
mengetahui konsistensi, ada/tidaknya nyeri tekan, massa pada
payudara dan produsi kolostum
7) Dada
Auskulatasi pergerakan dinding dada, frekuensi, irama,
kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan serta
ada/tidaknya nyeri tekan; perkusi dada utnuk menilai
normal/tidaknya organ intratoraks dan auskultasi dada dilakukan
untuk menilai suara nafas tambahan
8) Perut
a. inpeksi : nilai pembesaran abdomen (sesuai dengan usia
kehamilan atau tidak ) pada ibu abortus biasanya pembesaran
rahim lebih cepat dibanding dengna usia kehamilan. Perhatikan
perdarahan pervaginam, (jumlah,warna, isi( ada atau tidaknya
sisa konsepsi) dan aroma busuk dari vulva
b. ausultasi
jika hasil konsepsi masih berada dalam rahim, auskultasi
penting dilakukan untuk menilai djj, frekuensi djj menurun
pada abortus imminens
c. palpasi : saat dilakukan palpasi abdomen teraba TFU 2 jari di
atas simfisis, adanya kontaksi uterus, tinus dalam keadaan
baik, abdomen teraba lembek dan ibu tidak merasakan nyeri
tekan,
d. perkursi : perkusi abdomen biasanya terdengan suara normal,
jika masih ada sisa hasil konsepsi yang berlum dikeluarkan
biasanya terdengar lebih pendek
9) Genetelia
pemeriksaan fisik pada genetelia harus dilakukan secara
cermat, hal ini penting untuk menilai perdarahan pervaginam,
terdapat bekuan/gumlan darah yang keluar dari vagina, seviks
tampat mendatar dan dilatasi. Selain iut, perhatikan juga
kebersihan genetelia ibu secara umum, pentingnya untuk
memperhatikan ada/tidaknya penyakit kelamin seperti kutil
kelamin ( kandiloma akuiminta), klamidia gonorea s, sifilis atau
penyakit kelamin lainya.
10) Ekstremitas
Inspeksi : perhatikan ada/tidaknya edema. Jika terpasang
infus, perhatikan jenis cairan, jumlah tetesan, edema, emboli dan
lain lain. Pada palpasi, CRT biasanya > 3 detik aikbat perdarahan
sehingga akral teraba dingin.
i. Pola aktifitas sehari –hari
Pada prinsipnya, pengkajian pla aktifitas sehari – hari selalu
dibandingkan dengan mengkaji pola aktifitas ibu sebelum mengenai
abortus
1) Nutrisi
Umunya ibu abortus mengalami gangguan nutrisi seperti
mual muntah ang berdampak kepada gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan penurunan BB. Melalui muntah, beberapa
zat gizi terbuang tidak hana cairan tetapi mikronutrien lainya
seperti elektolit, vitamin, mineral, protein dan lain lain
2) Eliminasi
Terjadi gangguan BAK seperti oliguria yang terjadi akibat
defisit asupan cairan, serta muntah. Pada beberapa kasus abortus
ditemui penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan
berkurangnya produksi urine sebanyak < 400 ml / 24 ja, bahkan
tidak ada sama sekali (anuria) akibat defisit cairan dan keluhan
konstipasi
3) Aktivitas / mobilitas
Pada ibu abortus umumnya mengeluhkan kesulitan untuk
beristirahat dan tidur karena nyeri dan kram abdomen, nyeri
pinggan, kembung atau karena pusing dan sakit kepala
4) Istirahat dan tidur
Ibu yang mengalami abortus umumnya mengeluhkan
kesulitan untuk beristirahat karena nyeri dan kram abdomen, nyeri
pinggang, kembung atau karena pusing dan sakit kepala
5) Aktifitas
Biasanyan aktifitas ibu dibatasi, sehingga memerlukan
bantuan orang lain tertama keluarga dan bantuan tenaga kesehatan
6) Kebutuhan psikososial
Pemenuhan kebutuhan psikososial sangat penting dilakukan,
oleh karena itu penting dikaji rasa aman/nyaman dan dukungan
dari suami dan keluarga lainya. Selian itu, perlu dilakukan
pengkajian komunikasi ibu dengan anggota keluarga lainya.
7) Kebutuhan spritual
Kemungkinan ibu mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan spritual akibat perdarahan , kelemahan fisik, nyeri dan
lain lain
8) Kebutuhan belajar
Pengkajian tentang pembelajaran yang diperoleh ibu dan
keluarga perlu dilakukan, hal ini berhubungan dengan koping yang
digunakan ibu menghadapi proses kehilangan atau berduka akibat
abortus. Pengkajian yang dilakukan misalnya bagaimana ibu dan
keluarga berusaha belajar untuk mendapatkan informasi tentang
masalah kesehatannya ( misalnya bertanya kepada petugas
kesehatan/ keluarga/ teman, membaca, memanfaatkan teknologi
informasi melalui internet, media sosial atau fasilitas lainnya.
2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan konsep dasar tentang abortus beberapa diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul pada klien abortus adalah sebagai
berikut
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jariangna intrauteri atau
kontraksi uterus
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan atau penurunan
sirkulasi
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam,
muntah, atau penurunan asupan cairan
d. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan atau kondisi vulva
yang lembab
e. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin