Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ABORTUS

Pembimbing: Ns.Armina M.kep,S kep,An.kep

Oleh : Ahmad Pirdaus /NPM 202091107/zeta

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI, SEPTEMBER 2021
A. Definisi abortus
Abortus menurut Prawiharjo 2014 adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin bisa hidup diluar rahim dengan usia kehamilan kurang dari 20
Minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram.  abortus adalah keluarnya
hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluar rahim dengan berat badan
kurang dari 1000 gram atau dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu
manuaba 2013.  abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum usia
kehamilan 12 minggu Martin dan Griffin 2012 menurut Joseph 2011 abortus
adalah terhentinya kehamilan pada usia kurang 20 Minggu dan pengeluaran
hasil konsepsi dengan berat badan janin kurang 500 abortus adalah
pengeluaran hasil konsepsi sebelum Janin dapat hidup diluar kandungan
Muchtar 2012.  abortus adalah pengertian kehamilan sebelum umur 20
Minggu dengan berat janin kurang dari 500 gram Benson 2009. 

B. Jenis-Jenis Abortus
Jenis-jenis abortus antara lain sebagai berikut
1. abortus imminens
Abad ke sini sifatnya baru mengancam dan masih ada harapan untuk
mempertahankannya, Ostium uteri masih tertutup dan TFU sesuai usia
kehamilan 
2. Abortus insipiens
 Abortus  abortus sudah terjadi dan tidak dapat dicegah lagi,  Ostium
uteri terbuka,  teraba ketuban dan berlangsung hanya beberapa jam
saja.Hasil konsepsi masih lengkap di dalam uterus.  Kehamilan tidak dapat
dipertahankan dan akan berkembang menjadi Abortus inkomplet atau
komplet
3. Abortus inkompletus
 Merupakan Pengeluaran sebagian hasil konsepsi sedangkan
sebagian lagi masih tertinggal di dalam uterus, terjadi pada usia kehamilan
kurang dari 20 Minggu.
4. Abortus kompletus
Seluruh jaringan janin sudah keluar atau dikeluarkan dengan lengkap
ukuran rahim lebih kecil dibandingkan usia kehamilan dan kavum uteri
sudah kosong.
5. Abortus habitualis 
Disebut juga abortus berbakat,   merupakan abortus spontan yang
terjadi 3 kali atau lebih secara berturut-turut. umumnya akibat adanya
gangguan sistem reproduksi. pada umumnya Ibu tidak susah menjadi
hamil kembali,  tetapi rahim lebih kecil dibandingkan usia kehamilan
Kurang 28 minggu.
6. Missed abortion 
Kondisi yang mana janin sudah meninggal dalam kandungan
sebelum usia kurang 20 Minggu, tetapi janin masih tertanam di rahim
selama beberapa minggu, biasanya sampai 8 Minggu.
C.  Etiologi
Penyebab terjadinya abortus belum diketahui secara pasti, namun 
beberapa teori melaporkan bahwa abortus disebabkan oleh beberapa faktor, y
yaitu sebagai berikut: 
1. faktor gangguan pertumbuhan hasil konsepsi
Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi akibat berbagai
faktor, yaitu sebagai berikut
a. faktor kromosom
Gangguan kromosom biasanya terjadi Sejak pertemuan semua
kromosom termasuk  kromosom seks
b. faktor- faktor lingkungan endometrium
1) Endometrium yang belum siap menerima implantasi
2) anemia akibat malnutrisi atau karena jarak kehamilan yang pendek
c. pengaruh luar
1) infeksi endometrium endometritis, akibatnya endometrium tidak
siap menerima implantasi
2) faktor obat-obatan dan radiasi
2. kelainan plasenta
a.  infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab sehingga plasenta tidak
dapat berfungsi dengan baik
b. gangguan pembuluh darah plasenta,  terjadi pada ibu hamil dengan dmg
c.  hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menyebabkan abortus
3. penyakit ibu
Abortus dapat disebabkan oleh faktor penyakit yang secara langsung
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan Seperti hal
berikut
a. penyakit infeksi: hepatitis, tifus abdominalis,  malaria, hiv-aids Sifilis,,
kutil kelamin, keputihan,Atau berbagai infeksi lainnya.
b. anemia akibat gangguan nutrisi dan Peredaran O2 menuju sirkulasi
uteroplasenta
c. penyakit hipertensi gagal ginjal gangguan hati, hipertensi, dmg,  asma
dan lain-lain
4. kelainan rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya janin, abortus
dapat terjadi pada kondisi abnormal rahim seperti: mioma uteri, uterus
arkuatus, uterus septus,  Retroleksia  uteri, serviks inkompeten, post
operasi serviks dalam kurung dan amputasi serviks tutup kurung serta
robekan serviks akibat persalinan
5. Lain-lain
gaya hidup seperti perokok aktif maupun pasif, mengkonsumsi
alkohol, narkoba personal hygiene yang buruk dan lain-lain

D. Patofisiologi
Proses terjadinya abortus mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh
jaringan plasenta yang menyebabkan perdarahan sehingga janin kekurangan
oksigen.  bagian  yang terlepas tersebut dianggap sebagai benda asing,
sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan berkontraksi. 
pengeluaran hasil konsepsi tersebut dapat terjadi secara spontan seluruhnya
atau sebagian masih Tertinggal yang menyebabkan berbagai penyakit
penyakit.  oleh karena itu, abortus memberikan gejala umum berupa sakit
pada abdomen yang disebabkan oleh terjadinya Kontraksi rahim yang
menyebabkan terjadinya perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau
sebagian dari hasil konsepsi.
E. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala umum antara lain sebagai berikut:
1.  pada pemeriksaan fisik: lemah, tingkat kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun. nadi normal atau takikardi atau halus dan lemah,
suhu normal atau sedikit meningkat
2.  perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil
konsepsi
3. kram  abdomen,  terutama di atas simfisis dan nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus
Tanda dan gejala abortus Berdasarkan berbagai jenis abortus adalah
sebagai berikut
1. Abortus imminens
a.  gangguan siklus menstruasi, biasanya keterlambatan menstruasi.
b.  perdarahan pervaginam disertai sakit dan kram abdomen
c. TFU atau ukuran rahim sama dengan usia kehamilan dan adanya
Kontraksi Otot rahim
d. pada pemeriksaan dalam atau vaginal Toucher, adanya perdarahan
yang berasal dari  kanalis  servikalis dan kanalis servikalis masih
tertutup
2. abortus insipiens
a. perdarahan pervagina Lebih banyak
b. mules sakit atau kram abdomen yang lebih berat
c. kanalis servikalis terbuka dan hasil konsepsi dapat diraba 
3. abortus inkomplit
a. perdarahan memanjang sampai terjadi anemia.
b. perdarahan tiba-tiba dapat menimbulkan kegawatdaruratan
c. demam menunjukkan bahwa terjadi infeksi
d. resiko menjadi ganas yaitu choria carcinoma
4. Abortus kompletus
a. ukuran rahim telah mengecil
b. perdarahan sedikit berkurang
c. kanalis servikalis telah menutup
5. Missed abortion
Rahim tidak membesar dan mengecil karena absorbsi cairan ketuban
dan laserasi janin.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut 
1. Tes kehamilan : positif jika janin masih hidup,bahkan dua sampai tiga
minggu setelah abortus
2.  pemeriksaan djj untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan hasil fibrinogen darah, khususnya dilakkukan pada missed
abortion. 
G. Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang  dapat dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Inspeksi vulva :  untuk menilai perdarahan, ada/  tidaknya hasil konsepsi
yang tertinggal di dalam rahim, ada atau tidaknya aroma busuk dari
vulva.
2. inspekulo; adanya perdarahan yang berasal dari cavum uteri, Ostium uteri
terbuka atau sudah tertutup,  ada/ tidak cairan  yang berbau busuk dari
Ostium.
3. vaginal Toucher; partio masih terbuka atau tertutup, Teraba, tidaknya
kehamilan.  Ibu tidak merasakan nyeri ketika portio digoyang dan tidak
nyeri pada perabaan adneksa

H. komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah sebagai berikut
1. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan rahim dari sisa hasil
konsepsi, Kapan perlu pemberian transfusi darah. kematian dapat  terjadi
jika  pertolongan  tidak diberikan pada waktunya
2. Perforasi
perforasi pada kerokan(  kurtase)  dapat terjadi pada uterus dalam
posisi retrofleksi.  terjadi retakan pada rahim,  misalnya pada abortus
provocatus criminalis.  dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya
perforasi perforasi, laparatomi harus segera dilakukan kan untuk
menentukan luasnya perlukaan pada uterus atau organ reproduksi lainnya.
3. Syok 
Terjadi akibat perdarahan( syok hemoragik) dan karena infeksi berat
4. Infeksi
Pada genetalia eksternal dan vagina terdapat bakteri yang merupakan
streptococus  gram negatif eteric bacili, mycoplasma, treponema,
leptrosira, jamur dan trichomonas vaginalis. Pada vagina terdapat bakteri
lactobacilli, streptococus ,staphylochocus, gram negatif enteric bacili,
clostorium - sp, bakterides-sp, listeria dan jamur. infeksi tersebut dapat
terjadi di pada semua jenis  abortus, Tetapi lebih banyak terjadi pada
abortus inkomplitus  dan abortus buatan yang dilakukan tanpa
memperhatikan teknik sterilisasi. jika infeksi lebih berat, maka akan terjadi
peritonitis, sepsis atau syok yang dapat 
Menyebabkan kematian ibu. umum infeksiosa,  infeksi menyebar ke
perimetrium Tuba parametrium dan peritonium. organisme yang sering
menyebabkan infeksi pasca abortus adalah ecoli streptokokus hemolitikus dan
clostridium perfringens. bakteri lain yang dijumpai adalah neisseria gonorhea,
pneumococcus dan clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensialnya
berbahaya karena dapat berbentuk gas. 
faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya komplikasi pada abortus,
faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya abortus adalah usia pendidikan
paritas kadar HB, status gizi Ibu, serta penyakit yang diderita Ibu seperti
hipertensi atau penyakit jantung lainnya. 
1. usia ibu
Usia seorang wanita berhubungan dengan kematangan sistem
reproduksinya, usia yang dianggap aman untuk hamil dan melahirkan
adalah 25 sampai 35 tahun sedangkan usia kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun Dikatakan usia resiko tinggi pada usia kurang dari 20 tahun
organ reproduksi wanita belum matang untuk menerima kehamilan dan
melakukan persalinan sedangkan usia lebih 35 tahun Dikatakan sebagai
masa  sakemunduran bagi fungsi sistem reproduksi Wanita. oleh us
berpengaruh terhadap   mobilitas dan mortalitas ibu, termasuk risiko
abortus.  Menurut prawirohadrjo (2010). Usia berpengaruh  terhadap
persalinan dan kehamilan 
Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun memberikan
resiko terjadinya beberapa komplikasi obstetrik seperti abortus terutama
abortus inkomplet, toksemia, hipertensi preeklamsi, eksplansi, solusio
plasenta, perdarahan post partum, partus lama kelahiran prematur kematian
janin dalam uterus (IUFD)  atau komplikasi lainnya.
2. paritas
 paritas adalah Jumlah kelahiran hidup atau jumlah anak yang hidup
yang pernah dilahirkan. paritas mempengaruhi terjadinya abortus ibu
dengan paritas tinggi (grande multipara)  yaitu telah melahirkan janin
hidup lebih 5 kali titik abortus pada ibu paritas tinggi terjadi karena
menurunnya fungsi reproduksi
3. kadar hemoglobin (HB)
 anemia dalam kehamilan merupakan kondisi yang mana ibu hamil
Mengalami penurunan kadar HB(<11g%)  yang  menyebabkan gangguan
kapasitas daya angkut oksigen ke seluruh jaringan tubuh ibu dan janin.
salah satu komplikasi anemia pada ibu hamil adalah abortus komplikasi
lain seperti persalinan prematur, partus lama,  perdarahan
perinatal( kehamilan persalinan dan post partum) ,  penyakit jantung serta
kematian ibu dan janin. 
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada abortus yaitu sebagai berikut
1. Abortus imminens
a.  tirah baring Agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan
mekanik berkurang
b.  observasi  tanda-tanda tanda-tanda vital terutama nadi Dan suhu Dua
kali sehari apabila Ibu tidak demam dan setiap 4 jam Jika Ibu demam
c.   lakukan Uji kehamilan jika hasil negatif hal ini mungkin karena janin 
sudah meninggal dan pemeriksan usg untuk menentukan janin masih
hidup atau tidak
d. Berikan obat penenang ; fenobarbital 3x/ hari, preparat hemafinik
( dulfas ferosus 600-1000 mg)
e. Diet tinggi protein
2. Abortus insipiens
a. jika pendarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selam 36 jam dan berikan morfin
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu dan biasanya disertai
perdarahan, penatalaksanaan dilakukan dengan pengosongan rahim
memakai kuret vakum atau cunam abortus disusul dengan an an-nur at
tajam serta injeksi ergometrin 0,5 IM
c. jika janin sudah keluar tapi plasenta masih Tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual
3. Abortus inkomplementus
a.  jika disertai sok karena perdarahan maka Ibu berikan infus cairan NaCl
fisiologi atau RL dan Segera lakukan transfusi darah
b.  setelah  syok diatasi  lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu berikan
injeksi ergometrin 0,2 mg
4. Abortus kompletus
a. Jika kondisi ibu cukup baik berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5
hari
b. Jika ibu anemia berikan sulfus ferrous atau lakukan transfusi darah
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Anjurkan ibu mengkonsumsi diet tinggi protein vitamin dan mineral
5. Missed abortion
a.  bila kadar fibrinogen normal segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kurang tajam
b.  Bila kadar Febrinogen Berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan hasil konsepsi
c.  pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks
dengan gagang laminaria selama 12 jam selanjutnya lakukan dilatasi
serviks dengan dilatator header kemudian hasil konsepsi diambil
dengan cunam ovum dan koda tajam
d.  pada   kehamilan   >12 minggu berikan dietilstilbesterol 3x5 mg
e. selanjutnya infus oksitosin 10 UI  dan dextrose 5% sebanyak 500 mili
mulai dari 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus
f.  bila TFu  dua jari dibawah Pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan
memberikan injeksi larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui
dinding abdomen
6. abortus septik
 abortus jenis ini harus segera dirujuk untuk mendapat penanganan
yang lebih lengkap berupa hal berikut
a. obat  yang menjadi  pilihan  pertama adalahPenisilin prokain
Rp800.000 ui diberikan IM  setiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1
gram per oral selanjutnya adalah 500 mg per oral setiap 6 jam
b. obat pilihan kedua adalah ampisilin 1 gram per oral selanjutnya 500
gram tiap 4 jam ditambah Metro dinazol 500 mg tiap 6 jam
c. obat pilihan ketiga adalah kombinasi ampisilin dan kloramfenikol,
penisilin dan  metronidazole, gentamisin  dan ampisilin, penisilin dan
gentamisin)
d. perhatikan asupan cairan
e. bila terjadi perdarahan yang banyak, segera berikan transfusi darah
f. maksimal dalam waktu 24-48 jam  setelah pemberian antibiotik, jika
terjadi pendarahan maka sisa konsepsi harus dikeluarkan dari rahim.
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) identitas ibu= nama, usia, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan keberapa, jumlah anak hidup riwayat abortus dan
lain-lain
2) Identitas Penanggung jawab: suami atau anggota keluarga
lainnya: nama, usia, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan
lamanya perkawinan, dan alamat
b. keluhan utama 
perdarahan pervagina yang  mungkin dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi, kram abdomen terutama diatas simfisis, dan nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus 
c. Alasan masuk rumah sakit
ibu  Dirujuk ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya
Biasanya karena keluhan nyeri atau kram abdomen, nyeri pinggang,
adanya kontraksi uterus, dan perdarahan pervaginam disertai dengan
ada atau tidaknya jaringan janin
d.  kondisi kesehatan sekarang
Kaji  keadaan umum ibu, Keluhan nyeri atau kram abdomen,
nyeri pinggang, dan Kontraksi rahim yang terjadi. Kaji perdarahan
pervaginam( Sejak kapan, jumlah darah,  bau, ada atau tidaknya sisa
hasil konsepsi, dan lain-lain) ukur tanda vital, biasanya terjadi
penurunan tekanan darah, frekuensi nadi normal atau sedikit
berkurang, kadang disertai demam 
e. Riwayat kesehatan dahulu
1) Riwayat abortus
Kaji  adanya   riwayat  abortus  pada    kehamilan
sebelumnya, Hal ini penting dilakukan terutama pada ibu dengan
abortus habitualis
2)  riwayat penyakit
 Kaji   penyakit yang pernah Diderita Ibu sebelumnya,
misalnya penyakit jantung, hipertensi, DM, gangguan ginekologik,
gangguan endokrin  atau gangguan reproduksi lainnya
f. riwayat penyakit keluarga
 kaji riwayat abortus dalam keluarga, riwayat hipertensi, riwayat
penyakit ginjal, DM, riwayat gangguan ginekologi, dan gangguan
reproduksi lainnya
g. riwayat obstetri
1) riwayat menstruasi= kaji menarche, siklus  menstruasi,  lama
menstruasi, HPHT, jumlah dan warna darah,  ada atau tidaknya
keluhan menstruasi seperti Disminor dan gangguan menstruasi
lainnya
2) riwayat perkawinan: pengkajian riwayat  terkait perkawinan 
penting aktif Vitas seksual, meliputi: perkawinan ke berapa Apa, 
usiaperkawinan dan lain-lain
3) Riwayat kehamilan dan persalinan: pengkajian riwayat kehamilan
penting untuk menilai Apakah ibu primigravida atau primipara,
multigravida atau multipara atau Grande multigravida atau Grande
multipara resiko lebih besar pada ibu dengan paritas tinggi
h.  pemeriksaan fisik
prinsip pemeriksan  fisik pada  client abortus pada   umumnya
sama dengan gangguan lainnya yaitu head to toe meliputi hal berikut: 
1) keadaan umum
secara umum Ibu tampak lelah dan pucat akibat perdarahan
dan kehilangan cairan dan elektrolit yang ditandai dengan
penurunan kadar HB yang disebut dengan anemia. Ibu abortus
kemungkinan  kemung kemungkinan ibu gangguan aktivitas
2) tanda-tanda vital
a) tekanan tekanan darah sedikit menurun
b) nada sedih lebih menit lebih 90 kali per menit
c)  suhu: pada beberapa Ibu kemungkinan mengalami demam
ringan akibat kehilangan darah cairan dan elektrolit.
d)  respirasi  sedikit meningkat
3) Kepala
 Inpeksi = perhatikan kulit kepala, pada beberapa ibu mungkin
mengalami masalah kebersihan rambut dan kulit akibat
kelemahan fisik yang berdampak pada personal hygine. 
4) Wajah ( muka, mata, hidung, mulut dan bibir) perhatikan wajah
secara umum, bisasanya ibu tampak pucat, konjungtiva anemis,
bibir kering dan kelembaban mukosa bibir berkurang akibat
perdarahan dan penurunan asupan nutrisi terutama cairan.
Perhatikan kondisi skelera
5) Telinga dan leher
Pemeriksaan inii tidak perlu secarra spesifik, kecuali jika
ibu memiliki riwayat gangguan pendengaran atau gangguan
tyroid
6) Payudara
Inspeksi : perhatikan kesimterisan payudara kanan dan kiri,
ukuran payudara ( pembesaran payudara yang berlebihan
memnyebabkan striase pada permukaan kulit payudara), warna
kulit, pembuluh darah dan lesi iritasi pada putimg, kondisi
putting(normal/tidak normal), palpasi payudara dilakukan untuk
mengetahui konsistensi, ada/tidaknya nyeri tekan, massa pada
payudara dan produsi kolostum
7) Dada
Auskulatasi pergerakan dinding dada, frekuensi, irama,
kedalaman dan penggunaan otot bantu pernafasan serta
ada/tidaknya nyeri tekan; perkusi dada utnuk menilai
normal/tidaknya organ intratoraks dan auskultasi dada dilakukan
untuk menilai suara nafas tambahan
8) Perut
a. inpeksi : nilai pembesaran abdomen (sesuai dengan usia
kehamilan atau tidak ) pada ibu abortus biasanya pembesaran
rahim lebih cepat dibanding dengna usia kehamilan. Perhatikan
perdarahan pervaginam, (jumlah,warna, isi( ada atau tidaknya
sisa konsepsi) dan aroma busuk dari vulva
b. ausultasi
jika hasil konsepsi masih berada dalam rahim, auskultasi
penting dilakukan untuk menilai djj, frekuensi djj menurun
pada abortus imminens
c. palpasi : saat dilakukan palpasi abdomen teraba TFU 2 jari di
atas simfisis, adanya kontaksi uterus, tinus dalam keadaan
baik, abdomen teraba lembek dan ibu tidak merasakan nyeri
tekan,
d. perkursi : perkusi abdomen biasanya terdengan suara normal,
jika masih ada sisa hasil konsepsi yang berlum dikeluarkan
biasanya terdengar lebih pendek
9) Genetelia
pemeriksaan fisik pada genetelia harus dilakukan secara
cermat, hal ini penting untuk menilai perdarahan pervaginam,
terdapat bekuan/gumlan darah yang keluar dari vagina, seviks
tampat mendatar dan dilatasi. Selain iut, perhatikan juga
kebersihan genetelia ibu secara umum, pentingnya untuk
memperhatikan ada/tidaknya penyakit kelamin seperti kutil
kelamin ( kandiloma akuiminta), klamidia gonorea s, sifilis atau
penyakit kelamin lainya.
10) Ekstremitas
Inspeksi : perhatikan ada/tidaknya edema. Jika terpasang
infus, perhatikan jenis cairan, jumlah tetesan, edema, emboli dan
lain lain. Pada palpasi, CRT biasanya > 3 detik aikbat perdarahan
sehingga akral teraba dingin.
i. Pola aktifitas sehari –hari
Pada prinsipnya, pengkajian pla aktifitas sehari – hari selalu
dibandingkan dengan mengkaji pola aktifitas ibu sebelum mengenai
abortus
1) Nutrisi
Umunya ibu abortus mengalami gangguan nutrisi seperti
mual muntah ang berdampak kepada gangguan pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan penurunan BB. Melalui muntah, beberapa
zat gizi terbuang tidak hana cairan tetapi mikronutrien lainya
seperti elektolit, vitamin, mineral, protein dan lain lain

2) Eliminasi
Terjadi gangguan BAK seperti oliguria yang terjadi akibat
defisit asupan cairan, serta muntah. Pada beberapa kasus abortus
ditemui penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan
berkurangnya produksi urine sebanyak < 400 ml / 24 ja, bahkan
tidak ada sama sekali (anuria) akibat defisit cairan dan keluhan
konstipasi
3) Aktivitas / mobilitas
Pada ibu abortus umumnya mengeluhkan kesulitan untuk
beristirahat dan tidur karena nyeri dan kram abdomen, nyeri
pinggan, kembung atau karena pusing dan sakit kepala
4) Istirahat dan tidur
Ibu yang mengalami abortus umumnya mengeluhkan
kesulitan untuk beristirahat karena nyeri dan kram abdomen, nyeri
pinggang, kembung atau karena pusing dan sakit kepala
5) Aktifitas
Biasanyan aktifitas ibu dibatasi, sehingga memerlukan
bantuan orang lain tertama keluarga dan bantuan tenaga kesehatan
6) Kebutuhan psikososial
Pemenuhan kebutuhan psikososial sangat penting dilakukan,
oleh karena itu penting dikaji rasa aman/nyaman dan dukungan
dari suami dan keluarga lainya. Selian itu, perlu dilakukan
pengkajian komunikasi ibu dengan anggota keluarga lainya.
7) Kebutuhan spritual
Kemungkinan ibu mengalami gangguan pemenuhan
kebutuhan spritual akibat perdarahan , kelemahan fisik, nyeri dan
lain lain
8) Kebutuhan belajar
Pengkajian tentang pembelajaran yang diperoleh ibu dan
keluarga perlu dilakukan, hal ini berhubungan dengan koping yang
digunakan ibu menghadapi proses kehilangan atau berduka akibat
abortus. Pengkajian yang dilakukan misalnya bagaimana ibu dan
keluarga berusaha belajar untuk mendapatkan informasi tentang
masalah kesehatannya ( misalnya bertanya kepada petugas
kesehatan/ keluarga/ teman, membaca, memanfaatkan teknologi
informasi melalui internet, media sosial atau fasilitas lainnya.

2. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan konsep dasar tentang abortus beberapa diagnosis
keperawatan yang mungkin muncul pada klien abortus adalah sebagai
berikut
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jariangna intrauteri atau
kontraksi uterus
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan atau penurunan
sirkulasi
c. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam,
muntah, atau penurunan asupan cairan
d. Risiko infeksi berhubungan dengan perdarahan atau kondisi vulva
yang lembab
e. Berduka berhubungan dengan kehilangan janin

NO Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi


keperawatan keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen nyeri non
berhubungan keperatawan nyeri farmakologi
dengan kerusakan berkurang atau hilang 1. Kaji keluhan
jariangna dengan kriteria sebagai nyeri yang
intrauteri atau berikut : disampaikan ibu (
kontraksi uterus 1. Keadaan umum ibu lokasi,karakteristi
membaik k, durasi,
2. Ibu mengetahui frekuensi, tipe
penyebab nyeri, nyeri dan faktor
lokasim bangkitan pencetus)
nyeri dan lain lain 2. Observasi tanda-
3. Ibu dapat tanda non verbal
menggunakan teknik dari nyeri
non farmakologi ( meringis,
untuk mengurang dan memegang/
mencegah nyeri dan mengusap daerah
melaporkan nyeri nyeri, menairk
berkurang atau hilang napas dalam dan
4. Ibu mengenal faktor lain lain
pencetus nyeri 3. Terapkan
5. Tanda vital dalam komunikasi
batas normal terapeutik setiap
berinteraksi
dengan ibu dan
keluarga
4. Kaji dampak
nyeri terhadap
pola tidur,
penurunan nafsu
makan, aktifitas,
perubahan mood
hubungan ibu
dengan keluarga
atau orang
lainnya,
pekerjaan atau
tanggung jawab
peran dan dalam
kehidupan sehari
hari
5. Berikan
informasi tentang
nyeri seperti ;
faktor penyebab,
durasi/lamanya
nyeri, tipe serta
upaya untuk
mengurangi nyeri
6. Kaji faktor
lingkungan yang
dapat
meningkatkan
nyeri.ketidaknya
man adan
minimalkan
faktor tersebut
misalnya suhu
rungan yang
terlalu panas/
dingin,
pencahayaan
dalam ruangan,
suara /
kebisingan,
jumlah
pengunjung dan
lain lain
7. Kaji kualitas dan
kuantitias tidur
ibu serta anjurkan
untuk lebih
banyak tidur /
istirahat ( tidur
minimal 9-10
jam)
8. Edukasi ibu dan
elaurga tentang
penggunaan
teknik non-
farmakologi
untuk mengurang
seperti tekhnik
relaksasi nafas
dalam, massase
dna selalu
berfikir positif
terhadap
kehamilan dan
kehidupannya
9. Evaluasi
efektifitas
tindakan non
farmakologi
terhadap
penurunan nyeri
dan
ketidaknyaman
10. Modifikasi
tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan
respons fisiologi
atau psikolgis ibu
11. Motivasi ibu
untuk berdiskusi
dalam
mengungkapkan
pengalaman nyeri
12. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
obat penurun
nyeri
13. Evaluasi
ekfetifitas
analtegitk
terhadap
pengurangan
nyeri
2 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan Manajemen
aktifitas keperawatan, ibu energi, Meliputi
berhubungan menunjukan toleransi hal berikut
dengan aktifitas dengan kriteria 1. Kaji respon
kelemahan atau sebagai berikut : emosional ,
penurunan 1. Keadaan umum ibu sosial dan
sirkulasi membaik spritual ibu
2. Tanda tanda vital dalam terhadap
batas normal aktifitas
3. Ibu dapat melakukan 2. Kaji penyebab
aktifitas dengan kelelahan,
bantuan minimal atau penurunan
bahkan aktifitas nafsu makan
mandiri nyeri, mual,
4. Ibu melaporkan muntah,
peningkatan energi dan pusing atau
aktifitas sakit kepala,
tindakana
perawatan atau
pengobatan
dan lain lain
3. Pantau respon
kardiorespirasi
terhadap
aktifitas
(takikardi,
dispnea dan
lain lain)
4. Pantau asupan
nutrisi untuk
memastikan
keadekuatan
sumber energi
( gizi
seimbang
sesuai dengan
kondisi
abortus)
5. Kaji
pemenuhan
kenbutuhan
istirahat dan
tidur
( minimal 9-10
jam/hari)
6. Anjurkan ibu
untuk
menggunakan
tehnik
ralaksasi saat
melakukan
aktifitas
7. Ajarkan ibu
dan anggota
keluarga
tentang
pengaturan
keluarga
tentang
pengatuaran
aktifitas dan
manejemn
pencegahan
kelelahan
8. Anjurkan ibu
dan anggota
keluarga
lainnya untuk
mengenal
tanda dan
gejala
kelelahan
9. Batasi
stimulus
lingkungan
yang dapat
mengganggu
kenyamanan
( suhu ruangan
, pencahayaan,
suara bising
jumlah
pengunjung
dan lain lain
10. Sarankan
untuk memlai
aktifitas
( aktifitas
minimal) jika
ibu memliku
cukup tenaga
11. Motivasi
suami dan
anggota
keluarga
lainnya untuk
membantu ibu
dalam
memulai
aktiditas jika
sudah mampu
12. Kolaborasi
dengan dokter
dalam
pemberian
terapi
13. Kolaborasi
dfengan ahli
gizi dalam
pemberian
diet, terutama
tinggi kalori /
energi
3 Defisit volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan,
cairan keperawatan diharapkan meliputi hal berikut :
berhubungan kebutuhan cairan adekuat 1. Kaji derajat
dengan dan inu dapat kehilangna cairan (
perdarahan mempertahankan ringan, sedang,
pervaginam, kesimbangan carian denga berat) berdasarkan
muntah, atau kriteria sebagai berikut tanda dan gejala
penurunan asupan 1. Tanda tanda vital dalam atau pemeriksaan
cairan batas normal penunjang lainnya
2. Tidak ada tanda tanda 2. kaji pendarahan
dehidasi pervaginam
3. Input dan output ( perkiraan jumlah
seimbang perdarahan, warna
4. Muntah hilang atau bau, ada
berkurang gumpalan/tidak
dan lain lain
3. kaji keluhan
muntah (frekuensi,
volume, iisi bau
dan lain lain
4. monitor asupan
cairan dalam 24
jam ( iput dan
output)
5. monitor status
hidrasi ( membran
mukosa bibir,
turgor kulit, BB,
frekuensi nadai
dan tekanan darah,
muntah
pendarahan dan
lain lain
6. monitor tanda
tanda vital
7. kolabroasi dengan
dokter dalam
pemberian terapi
anti perdarahan,
terapi cauran dan
terapi mungtah
( jika ibu
mengalami muntah
)
8. kolaborasi dengan
ahli gizi dalam
pemberian diet
ayng sesuai
9. motivasi ibu untuk
miningkatkan
asupan gizi
seimbang
10. anjurkan kepada
keluarga terutama
suami dalam
memberikan
dukungan kepada
ibu untuk
meningkankan
asupan makanan
11. anjurkan ibu
mengkonsumsi
makanan lain selai
diet dari RS ( torit,
jus buah atau buah
segar dan lain lain)
yang tidak
bertentangan
dengan program
pengobatan
12. hindari
makanan/minuman
atau hal lainnya
yang meransang
muntah
4 Risiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Manajemen
berhubungan keperawatan, infeksi tidak pengendalian infeksi,
dengan terjadi dengan kriteria meliputi hal berikut :
perdarahan atau sebagai berikut 1. monitor tanda
kondisi vulva 1. tidak dijumpai adanya dan gejala infeksi
yang lembab tanda dan gejalan ( demma,
infeksi volumme dan
2. tanda – tanda vital warna urune,
dalam atas normal malaise, kondisi
3. vulva kering dan bersih perdarahan
( warna bau ,
jumlah dan lain
lain
2. monitor TTV
3. kaji berbagai
fakotr resiko
yang dapat
meningkatkan
kejadian infeksi
seperti asupan
dan status gizi,
personal hygine,
kebersihan
tempat tidur dan
alat tenun,
kondisi ruangan
perawatan,
jumlah
pengunjung dan
lain lain
4. analisis hasil
pemeriksaan
laboraorium
terutama leukosit
yang
berhubungan
dengan infeksi
5. pertahankan
persinal higine
yang adekuat
untuk
perlindungan
terhadap infeksi
6. monitor
kerengantan ibu
terhadap infeksi
seperti warna
kulit, suhu kulit,
membran atau
pengeluaran
cairan
pervaginam yang
abnormal
7. jelaskan kepada
ibu suami atau
anggota keluarga
lain bahwa
abortus dan
pengobatannya
dapat
meningkatkan
risiko infeksi
karena penurunan
daya tahan tubuh
ibu
8. ajarkan ibu,
suami atau
keluarga lainnya
tentang cara
mencucui tangna
yang benar
( tehnik 6
langkah ) dan
selalu mencuci
tangan saat
masuk dan
meningggalkan
ruang rawat
9. berikan edukasi
tentang infeksi
10. lindungi ibu
terhadap infeksi
silang ( infeksi
nasokomial )
dengan
mempertahankan
tehnik sterilisasi
dalam melakukan
tindakan
keperawatan serta
tidak menegaskan
perawat yang
sama bagi klien
infeksi
11. anjurkan ibu
mengganti duk /
pembalut
minimal 3-4
kali/hari
12. anjurkan ibu
istirahat dan tidur
yang cukup
13. kolaborasi
pemberian
antibiotik dan
terapi lainnya
dengan dokter
14. kolaborasi
dengan ahli gizi
dalam pemberian
diet
15. anjurkan ibu
mengkonsumsi
makanan lain
yang tidak
bertentangnan
dengan program
pengobatan, hal
ini penting untuk
membantu
meningkatkan
imunitas
Berduka Setelah dilakukan tindakan Manajemen berduka,
berhubungan keperawatan diharapkan meliputi hal berikut
dengan masalah berduka dapat 1. Bina hubungan
kehilangan janin diatasi dengan kriteria saling peracaya
sebagai berikut dengan ibu,
1. ibu menunjukan suami dan atau
mood yang baik keluarga lainnya
2. ibu dapat 2. Kaji respons fisik
menerima dengna dan psikologis
ikhlas kehilangan ibu suami dan
janinnya anggota keluarga
3. ibu melaporkan lainnya terhadap
mendapatkan kehilangan janin
dukungan daru yang baru saja
suami dan keluarga dialaminya
lainnya 3. Bantu ibu, suami
4. ibu menunjukan dan keluarga
perilaku positif dan lainnya
koping adaptif mengindetiikasi
proses kehilangna
4. Bantu ibu dan
keluarga
mengidentifikasi
strategi koping
adaptif yang
harus digunakan
misalnya :
menerima
kejadian abortus
dengan ikhlas
selalu berdoa dan
erfikri positif dan
lain lain
5. Berikan
kesempatan
kepada ibu,
suami dan atau
anggota keluarga
lain untuk
mengungkapkan
perasaan
kehilangan atau
berduka yang
baru dialaminya
6. Pertahankan
privasi dalam
memfasilitasi
proses berdka
7. Identifikasi
dukungan
keluarga ( suami
dan anggota
keluarga lainnya)
yang diberikan
kepada ibu
8. Identifikasi
sumber dukungan
komunitas dan
sumber lainnya
yang dapat
membantu ibu
dalam mengatasai
amsalah berduka
seperti tetangga,
temam, ketua RT
dan lain lain
9. Ingatkan ibu dan
keluarga untuk
selalu berdoa
agar segera
diberikan
kesempatan
hamil dan
memiliki anak
( sesuai
keinginan ibu dan
keluarga)

Anda mungkin juga menyukai