Anda di halaman 1dari 8

KEPERAWATAN JIWA I

ASKEP KECEMASAN

OLEH:

GAUDENSIUS OBE
NIM : 171111057

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2021
KONSEP TEORY KECEMASAN
1. PENGERTIAN
“Kecemasan mengandung arti sesuatu yang tidak jelas & berhubungan degan
perasaan yang tidak menentu & tidak berdaya” (Stuart & Sundeen, 1995)
Ansietas merupakan pengalaman individu yang bersifat subyektif yang sering
bermanifestasi sebagai perilaku yang disfungsional yang diartikan sebagai perasaan
“kesulitan” dan kesusahan tehadap kejadian yang tidak diketahui dengan pasti
(Varcarolis, 2007)
Ansietas menurut Kaplan (2005), adalah sebagai “kesulitan” atau “kesusahan”
dan merupakan konsekuensi yang normal dari pertumbuhan, perubahan,
pengalaman baru, penemuan identitas dan makna hidup.
a. Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber
yang dapat digunakan individu untuk mengatasi stres (Stuart & Laraia, 2005)
1) Biologi
Model biologis menjelaskan bahwa ekpresi emosi melibatkan struktur anatomi
di dalam otak (Fortinash, 2006). Aspek biologis yang menjelaskan gangguan
ansietas adalah adanya pengaruh neurotransmiter. Tiga neurotransmiter utama
yang berhubungan dengan ansietas adalah norepineprin, serotonin dan gamma-
aminobutyric acid (GABA)
2) Psikologis
Stuart dan Laraia (2005) menjelaskan bahwa aspek psikologis memandang
ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian
yaitu id dan superego. Menurut Tarwoto dan Wartonah (2003), maturitas
individu, tipe kepribadian dan pendidikan juga mempengaruhi tingkat ansietas
seseorang. Suliswati, dkk., (2005) memaparkan bahwa ketegangan dalam
kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya adalah peristiwa
traumatik individu baik krisis perkembangan maupun situasional seperti
peristiwa bencana, konflik emosional individu yang tidak terselesaikan dengan
baik, konsep diri terganggu.
3) Sosial Budaya
Suliswati, dkk., (2005) menerangkan bahwa riwayat gangguan ansietas dalam
keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik
dan cara mengatasi ansietas. Tarwoto dan Wartonah (2003) memaparkan jika
sosial budaya, potensi stres serta lingkungan merupakan faktor yang
mempengaruhi terjadinya ansietas
b. Presipitasi
Stuart dan Laraia (2005) menggambarkan stresor pencetus sebagai stimulus yang
dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan yang
memerlukan energi ekstra untuk koping. Stresor pencetus dapat berasal dari
sumber internal atau eksternal
1) Biologi (fisik).
Gangguan fisik adalah suatu keadaan yang terganggu secara fisik oleh
penyakit maupun secara fungsional berupa penurunan aktivitas sehari-hari.
Stuart & Laraia (2005) mengatakan bahwa kesehatan umum individu
memiliki efek nyata sebagai presipitasi terjadinya ansietas. Apabila kesehatan
individu terganggu, maka kemampuan individu untuk mengatasi ancaman
berupa penyakit (gangguan fisik) akan menurun.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa klien yang mengalami gangguan
fisik akan mengakibatkan ansietas. Prevalensi pasien dengan post stroke yang
mengalami gangguan cemas menyeluruh adalah 6% di rumah sakit akut dan
3,5% di komunitas. Salah satu studi di Swedia mengatakan bahwa 41,2%
pasien dengan cedera otak mengalami gangguan cemas menyeluruh (Kaplan,
2005).
2) Psikologi
Ancaman terhadap integritas fisik dapat mengakibatkan ketidakmampuan
psikologis atau penurunan aktivitas sehari-hari seseorang. Ancaman eksternal
yang terkait dengan kondisi psikologis dan dapat mencetuskan terjadinya
ansietas diantaranya adalah peristiwa kematian, perceraian, dilema etik,
pindah kerja, perubahan dalam status kerja. Sedangkan yang termasuk
ancaman internal yaitu gangguan hubungan interpersonal dirumah, ditempat
kerja atau ketika menerima peran baru (istri, suami, murid dan sebagainya).
3) Sosial budaya
Status ekonomi dan pekerjaan akan mempengaruhi timbulnya stres dan lebih
lanjut dapat mencetuskan terjadinya ansietas (Tarwoto & Wartonah, 2003).
Orang dengan status ekonomi yang kuat akan jauh lebih sukar mengalami
stres dibanding mereka yang status ekonominya lemah. Hal ini secara tidak
langsung dapat mempengaruhi seseorang mengalami ansietas, demikian pula
fungsi integrasi sosialnya menjadi terganggu yang pada akhirnya
mencetuskan terjadinya ansietas.
2. Tanda dan gejala
a. Respons fisik : Sering napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering,
anoreksia, diare/konstipasi, gelisah, berkeringat, tremor, sakit kepala, sulit tidur
b. Respons Kognitif : Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
c. Respons Perilaku : Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat,
perasaan tidak aman
d. Respons Emosi : Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian,
kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, distressed, khawatir, prihatin
3. Tingkat kecemasan
a. Kecemasan ringan (Mild Anxiety) - berhubungan dgn ketegangan dlm kehidupan
sehari-hari - menyebabkan seseorang menjadi waspada, lapang persepsinya
meluas, menajamkan indera - dapat memotivasi individu untuk belajar & mampu
memecahkan masalah secara efektif & menghasilkan pertumbuhan & kreativitas.
Contoh : Seseorang yg menghadapi ujian akhir, Pasangan yg akan memasuki
jenjang pernikahan, Individu yg akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih,
tinggi Individu yg tiba-tiba dikejar anjing.
b. Kecemasan sedang (Moderate Anxiety)
memusatkan perhatian pd hal-hal yg penting & mengenyampingkan yg lain -
perhatian seseorang menjadi selektif, namun dpt melakukan sesuatu yg lebih
terarah (dgn arahan orang lain)
Contoh : Pasangan yang menghadapi kelahiran anak pertama dgn resiko, tinggi
Keluarga yang menghadapi perpecahan, Individu yg mengalami konflik dlm
pekerjaan
c. Kecemasan berat (Severe Anxiety)
lapangan persepsi individu sgt sempit - perhatian terpusat pd hal yg spesifik & tdk
dpt berpikir tentang hal- hal lain - semua perilaku ditujukan utk mengurangi
ketegangan - diperlukan banyak arahan/perintah utk dpt terfokus pd area lain.
Contoh : Individu yg mengalami kehilangan harta benda & orang yg dicintai
karena bencana alam, kebakaran, dll Individu dlm penyanderaan
d. Panik
individu kehilangan kendali diri & detil perhatian kurang - tidak mampu
melakukan apapun meskipun dgn perintah - peningkatan aktivitas motorik,
berkurangnya kemampuan berhubungan dgn orang lain, penyimpangan persepsi &
hilangnya pikiran rasional - biasanya disertai dgn disorganisasi kepribadian.
Contoh : Individu dgn kepribadian pecah/depersonalisasi
Kecemasan yg diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis & perilaku,
sedangkan scr tdk langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sbg
upaya utk melawan kecemasan
4. Diagnosa keperawatan
pada klien adalah : ANSIETAS ….. (sebutkan derajatnya)
Misal : - Ansietas ringan
a. Ansietas sedang
b. Ansietas berat
c. Panik
5. Tindakan medis
Meskipun mekanisme kerja yang tepat tidak diketahui, obat ini diduga menimbulkan
efek yang diinginkan melalui interaksi dengan serotonin, dopamin dan reseptor
neurotransmiter lain (Halloway, 1996). Efek samping yang umum dari penggunaan
obat antiansietas yakni pada SSP, kardiovaskuler, mata dan THT, gastro intestinal,
kulit. Kontra indikasinya yaitu penyakit hati, klien lansia, penyakit ginjal, glaukoma,
kehamilan atau menyusui, psikosis, penyakit pernafasan yang telah ada serta reaksi
hipersensitivitas (Copel, 2007).
6. Rencana keperawatan
Secara umum tujuan yg diharapkan : “klien akan menunjukkan mekanisme koping yg
adaptif dlm mengatasi stres”
Tujuan untuk individu
a) Pasien mampu mengenal ansietas
b) Pasien mampu mengatasi ansietas melalui tehnik relaksasi
c) Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tehnik relaksasi untuk
mengatasi ansietas
7. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perludipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi.
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan
 saling percaya adalah: Mengucapkan salam terapeutik
 Berjabat tangan
 Menjelaskan tujuan interaksi
 Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien
b. Bantu pasien mengenal ansietas:
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
 Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas Bantu
pasien mengenal penyebab ansietas
 Bantu klien menyadari perilaku akibat ansietas
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri:
 Pengalihan situasi
 Latihan relaksasi:
 Tarik napas dalam
 Mengerutkan dan mengendurkan otot-otot
 Hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari)
d. Motivasi pasien melakukan tehnik relaksasi setiap kali ansietas muncul
8. Tindakan keperawatan keluarga
Tujuan tindakan untuk keluarga
 Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya
 Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas
 Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas
 Keluarga mampu mempraktekkan cara merawat pasien dengan ansietas
 Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas
Tindakan :
 Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
 Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala
 Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas 4. Diskusikan cara
merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengajarkan tehnik relaksasi :
 Mengalihkan situasi
 Latihan relaksasi, Menghipnotis diri sendiri (latihan 5 jari),
 Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien
 Terapi Aktivitas Kelompok
Daftar Pustaka
Stuart,GW dan Laraia,MT.(2005).Principles And Practice Of Psychiatric Nursing
(5th Ed).St.Louis:MonsBy.
Herdman,T.H& Shgemi K.2016 NANDA Diagnosis Keperawatan Definisi Dan
Klasifikasi 2015-2017 {Edisi 10}.Di Terjemahkan Oleh
Keliat,B>A.,Dkk.Jakarta.EGC.

Buku Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart, Buku 1

Anda mungkin juga menyukai