Anda di halaman 1dari 7

PENATAAN ULANG PROGRAM BPJS KESEHATAN DENGAN

PENGGUNAAN CHAT EKSPERIMEN DAN MEMPERHATIKAN


KESEDIAAN MEMBAYAR (WILLINGNESS TO PAY)
MASYARAKAT TERHADAP IURAN JAMINAN KESEHATAN
Petty Primatury Anjani Pungky, Nia Budi Puspitasari

Program Studi Teknik Industri


Fakultas Teknik – Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH Tembalang Semarang 50239
Email : petty.anjani@gmail.com; niabudipuspitasari@gmail.com

Abstrak

Bagi Negara berkembang seperti Indonesia kesehatan penduduk merupakan salah satu
hal yang perlu diperhatikan, untuk itu guna menunjang hal tersebut dibentuklah Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan. Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 program tersebut sudah mulai berjalan
dan tidak sedikit masalah yang muncul. Salah satunya adalah mengenai batasan penggunaan
manfaat program BPJS Kesehatan yang dinilai masih sulit dimenegerti oleh masyarakat luas
dan masalah tarif iuran. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang dapat
digunakan untuk membuat suatu paket manfaat asuransi kesehatan, di mana peserta diberi
kebebasan untuk memilih paket manfaat asuransi mereka sendiri tetapi dibatasi oleh besarnya
tarif iuran yang bersedia mereka bayarkan, yaitu CHAT Eksperimen. Selain itu juga dibahas
mengenai bagaimana menganalisis willingness to pay (WTP) masyarakat dalam membayar iuran
asuransi kesehatan dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi WTP masyarakat
dengan menggunakan multinomial logit regression.
Kata Kunci : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, Willingness to Pay,
CHAT Eksperimen, Multinomial Logit Regression

Abstrak

For developing countries such as Indonesia, People Health is one of the things should
be noticed. One of the government ways that provide Indonesian people health is establish an
institution called National Health Insurance Agency (BPJS). It consists of the BPJS for Health
and the BPJS for Manpower. The BPJS for Health commenced on 1 January 2014 and many
problem appear, such us about the limitations of the benefit of BPJS for health program and the
premium rate. In this study will discuss about the method that can be used for making a package
of health insurance benefits, where the participant is given the right to choose their health
insurance benefits package but still restricted by the cost of the premium rate that they will pay,
it’s called the chat experiment. Beside that this study will also discuss about how to analyze the
people willingness to pay in paying the health insurance premium rate and knowing the factors
that affect people WTP by using the multinominal logit regression.

Key Word : National Health Insurance Agency (BPJS) for health, Willingness to Pay, CHAT
Eksperiment, Multinomial Logit Regression
1. PENDAHULUAN bersedia membayar premi yang lebih tinggi
untuk asuransi kesehatan (Okyere et al. 1997).
Program BPJS Kesehatan sudah Penelitian lainnya yang dilakukan di negara
berjalan terhitung mulai 1 Januari 2014 dengan berkembang yaitu India menunjukkan hasil
jumlah peserta mencapai kurang lebih 117 juta bahwa Nominal WTP berkorelasi positif
jiwa. Peserta program BPJS Kesehatan dengan pendapatan dan komposisi rumah
digolongkan ke dalam tiga golongan sesuai tangga tidak mempengaruhi WTP. Namun,
dengan besarnya tarif yang dipilih, yaitu kepala keluarga yang mengalami riwayat
golongan pertama untuk peserta dengan kesehatan dengan biaya tinggi dan responden
besarnya tarif iuran sebesar Rp 59.500,-, laki-laki memberikan nilai WTP sedikit lebih
golongan kedua untuk peserta dengan tinggi (Dror et al. 2006).
besarnya tarif iuran sebesar Rp 42.500,-, dan Banyak penulis mengatakan bahwa
golongan ketiga untuk peserta dengan jika penduduk di negara berkembang berhak
besarnya tarif iuran sebesar Rp 25.500,-. menerima asuransi yang manfaat di dalamnya
Besarnya iuran yang ditetapkan oleh BPJS sesuai dengan kebutuhan mereka
Kesehatan akan sangat mempengaruhi (Ahuja&Jutting. 2004; Gumber. 2002; Leftley.
keberlangsungan program tersebut. Beban 2005; Radwan. 2005). Kepuasan peserta
APBD yang terus meningkat tiap tahun untuk asuransi ditentukan dengan jenis paket
program jaminan kesehatan dapat mengancam manfaatnya, di Afrika Barat menunjukkan
keberlangsungan program jaminan kesehatan. bahwa desain asuransi berbasis masyarakat
Salah satu penyebab semakin meningkatnya membuat kontribusi masyarakat untuk
beban APBD tiap tahunnya untuk program berpartisipasi lebih tinggi (De Allegri et al.
jaminan kesehatan adalah belum adanya peran 2006). Di daerah yang sama pula, ketertarikan
serta masyarakat dalam membayar iuran masyarakat untuk lebih memilih fasilitas
(Handayani, 2013). kesehatan dengan tarif yang tinggi seperti
Peran serta masyarakat dalam operasi, obat-obatan, dan biaya konsultasi
membayar iuran sangat tergantung dengan dimasukkan ke dalam paket manfaat asuransi
willingness to pay (WTP) masyarakat itu mereka (Dong et al. 2004). Di negara
sendiri. WTP atau kesediaan/kemauan berkembang lainnya yaitu India, kebanyakan
membayar adalah kesediaan individu untuk masyarakatnya memilih obat-obatan, rawat
membayarkan sejumlah uang sebagai premi inap, konsultasi medis, dan tes laboratorium
(premium) dalam rangka memperbaiki kualitas untuk dimasukkan ke dalam paket manfaat
lingkungan (Wright et al,2009). asuransi mereka (Dror et al. 2006)
Besar atau kecilnya WTP seseorang Masyarakat dapat berperan aktif dalam
atau masyarakat tentunya tidak terlepas dari berpartisipasi memilih manfaat asuransi sesuai
faktor-faktor yang mempengaruhinya. keinginan mereka. Masyarakat juga mampu
Penelitian di Malaysia menunjukkan bahwa memilih paket manfaat asuransi mereka secara
status pernikahan dan tingkat pendidikan bijaksana. Dengan menerapkan kebijaksanaan
merupakan faktor yang mempengaruhi WTP ini dapat mendukung keberhasilan program
masyarakat Malaysia dalam membayar iuran asuransi bagi masyarakat. Paket manfaat yang
program jaminan kesehatan (VCHI plan) di sesuai dengan keinginan masyarakat akan
Malaysia. Masyarakat yang sudah menikah mendorong kemauan masyarakat dalam
dan berpendidikan lebih tinggi umumnya membayar iuran dan menekan subsidi
memiliki kemauan yang lebih besar untuk pemerintah bagi biaya kesehatan (Dror et al.
bergabung dengan VCHI plan (Shafie and 2006).
Hasali. 2013). Faktor lainnya yang Dengan menerapkan desain manfaat
mempengaruhi WTP dalam membayar iuran asuransi sesuai dengan keinginan peserta
jaminan kesehatan adalah pendapatan per diharapkan mampu membuat WTP masyarakat
bulan sehingga besarnya tarif iuran harus dalam membayar iuran asuransi dapat
disesuaikan dengan besarnya pendapatan per meningkat.
bulan (Dong et al. 2005). Seiring dengan
peningkatan pendapatan, atau proporsi
pengangguran anggota rumah tangga menurun,
orang
2. CHAT EKSPERIMEN Gambar 1 merupakan salah satu
contoh alat peraga untuk simulasi CHAT
Choosing Healthplans All Together eksperimen. Berbagai pilihat manfaat disajikan
(CHAT) merupakan metode yang digunakan dalam bentuk pie chart dimana masing-masing
untuk membantu responden memutuskan jenis pilihan memiliki harga yang dilambangkan
manfaat (misalnya rawat inap, konsultasi, tes dengan peg (penyumbat). Masing-masing
medis, obat-obatan) yang ingin mereka peserta nantinya akan diberikan sejumlah 50
masukkan dalam paket manfaat asuransi peg untuk kemudian didistribusikan ke
kesehatan serta tingkat pelayanan apa yang manfaat apa saja yang mereka inginkan. Nilai
mereka prioritaskan untuk memperoleh masing-masing peg yang tertera di dalam alat
manfaat tersebut (basic, medium, dan high). peraga di atas disesuaikan dengan harga jenis
Metode ini dirancang dan disesuaikan dengan asuransi kesehatan setempat (Goold et al.
kondisi lokal atau kondisi dimana simulasi ini 2000)
dilaksanakan. Tujuan dari metode ini adalah
untuk membantu responden memilih manfaat 3. WILLINGNESS TO PAY
asuransi kesehatan yang mereka inginkan
dengan anggaran dana yang terbatas. Dengan Willingness to Pay (WTP) atau
kata lain, dalam memilih paket manfaat kesediaan untuk membayar adalah kesediaan
asuransi kesehatan, responden dibatasi dengan individu untuk membayar terhadap suatu
besarnya biaya yang bersedia mereka bayarkan kondisi lingkungan atau penilaian terhadap
untuk mendapatkan manfaat tersebut. Metode sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka
CHAT asli dikembangkan pada tahun 1995 memperbaiki kualitas lingkungan. Dalam
oleh ahli etika dokter di National Institutes of WTP dihitung seberapa jauh kemampuan
Health dan University of Michigan di Amerika setiap individu atau masyarakat secara agregat
Serikat serta telah diuji di berbagai lokasi di untuk membayar atau mengeluarkan uang
Amerika Serikat dalam rangka memperbaiki kondisi lingkungan
Simulasi CHAT eksperimen terdiri agar sesuai degan kondisi yang diinginkan.
dari peserta (grup ataupun individu) dimana WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari
mereka dapat memilih jenis manfaat asuransi sumberdaya alam dan jasa lingkungan.
yang berbeda sesuai keinginan masing-masing. Beberapa pendekatan yang digunakan
Umumnya peserta dihadapkan pada beberapa dalam penghitungan WTP untuk menghitung
pilihan manfaat asuransi kesehatan dimana peningkatan atau kemunduran kondisi
masing-masing pilihan memiliki harga lingkungan adalah:
tertentu. Harga dari masing-masing pilihan 1. Menghitung biaya yang bersedia
disesuaikan dengan kondisi biaya kesehatan dikeluarkan oleh individu untuk mengurangi
dimana simulasi tersebut dilaksanakan. dampak negatif pada lingkungan karena
adanya suatu kegiatan pembangunan.
2. Menghitung pengurangan nilai atau harga
dari suatu barang akibat semakin menurunnya
kualitas lingkungan.
3. Melalui suatu survey untuk menentukan
tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar
dalam rangka mengurangi dampak negatif
pada lingkungan atau untuk mendapatkan
lingkungan yang lebih baik.
Penghitungan WTP dapat dilakukan
secara langsung (direct method) dengan
melakukan survey, dan secara tidak langsung
(indirect method), yaitu penghitungan terhadap
nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang
telah terjadi. Dalam penelitian ini
penghitungan WTP dilakukan secara langsung
(direct method), dengan cara survey dan
Gambar 1 Alat Peraga CHAT Eksperimen melakukan wawancara dengan masyarakat
(Hanley and Spash. 1993).
4. CONTINGENT VALUATION METHOD secara langsung (tatap muka) dengan
responden, melalui telepon, atau melalui e-
Valuasi Kontingensi (Contingent mail. Wawancara melalui telepon sebaiknya
Valuation Method, CVM) adalah cara merupakan alternatif terakhir karena
perhitungan secara langsung, dalam hal ini penyampaian informasi benda lingkungan
langsung menanyakan kesediaan untuk melalui telepon dinilai agak sulit, terutama
membayar (willingness to pay, WTP) kepada karena keterbatasan waktu. Survei melalui
masyarakat dengan titik berat preferensi surat sering digunakan, tetapi seringkali
individu menilai benda publik yang mengalami bias dari jawaban yang diterima.
penekanannya pada standar nilai uang (Hanley Wawancara dengan menggunakan petugas
dan Spash, 1993). Metode ini memungkinkan yang terlatih akan menghasilkan jawaban yang
semua komoditas yang tidak diperdagangkan memadai, tetapi perlu juga diwaspasdai bias
di pasar dapat di-estimasi nilai ekonominya. yang mungkin terdapat pada petugas yang
Dengan demikian nilai ekonomi suatu benda melaksanakan wawancara. Didalam kuesioner,
publik dapat diukur melalui konsep WTP. setiap individu ditanya mengenai nilai uang
Kuesioner CVM meliputi tiga bagian, yaitu : yang bersedia dibayarkan (nilai WTP). Untuk
1. Penulisan detail tentang benda yang dinilai, mendapatkan nilai tersebut dapat dicapai
persepsi penilaian benda publik, jenis melalui cara-cara sebagai berikut :
kesanggupan dan alat pembayaran; a. “Bidding game” : Nilai tawaran mulai dari
2. Pertanyaan tentang WTP yang diteliti; nilai terkecil diberikan kepada responden
3. Pertanyaan tentang karakteristik sosial hingga mencapai nilai WTP maksimum yang
demografi responden seperti usia, tingkat bersedia dibayarkan responden;
pendapatan, tingkat pendidikan, dan lain- b. “Closed-ended referendum” : Sebuah nilai
lain. tawaran tunggal diberikan kepada responden,
Sebelum menyusun kuesioner, terlebih baik untuk responden yang setuju ataupun
dahulu dibuat skenario-skenario yang yang tidak setuju dengan nilai tersebut
diperlukan dalam rangka membangun suatu (jawaban ya atau tidak);
pasar hipotetis benda publik yang menjadi c. “Payment Card” (kartu pembayaran) : Suatu
obyek pengamatan. Selanjutnya dilakukan kisaran nilai disajikan pada sebuah kartu yang
pembuktian pasar hipotetis menyangkut mungkin mengindikasikan tipe pengeluaran
pertanyaan perubahan kualitas lingkungan responden terhadap jasa publik yang
yang dijual atau dibeli. diberikan;
d. “Open-ended question” (pertanyaan
4.1 Tahap-tahap Studi CVM terbuka). Setiap responden ditanya maksimum
WTP yang bersedia dibayarkan dengan tidak
Tahapan studi CVM dapat diuraikan adanya nilai tawaran yang diberikan. Namun
sebagai berikut : dengan cara ini responden sering mengalami
1. Tahap satu : Pembangunan Pasar Hipotetis kesulitan untuk menjawab pertanyaan yang
Pembangunan sebuah pasar hipotetis yang diberikan, khususnya jika tidak memiliki
dipertanyakan adalah tahap pertama yang pengalaman mengenai nilai perdagangan
harus dilakukan dalam studi CVM. Skenario komoditas yang dipertanyakan.
kegiatan harus diuraikan secara jelas dalam 3. Tahap tiga : Memperkirakan nilai rata-rata
instrumen survei (kuesioner) sehingga WTP (Estimating Bid Curve)
responden dapat memahami benda lingkungan Setelah nilai tawaran WTP didapatkan maka
yang dipertanyakan serta keterlibatan segera rata-rata nilai WTP dihitung dengan
masyarakat dalam rencana kegiatan. Kuesioner menggunakan persamaan berikut :
yang digunakan juga harus menguraikan
apakah semua konsumen akan membayar
sejumlah harga tertentu, kuesioner juga harus (2.1)
menjelaskan bagaimanakah keputusan tentang Ukuran pemusatan yang digunakan adalah
dilanjutkan atau tidaknya rencana kegiatan nilai tengah dan/atau median. Nilai median
tersebut. tidak dipengaruhi oleh nilai tawaran ekstrim,
2. Tahap dua : Penentuan nilai tawaran (bid) namun hampir selalu lebih rendah
Begitu kuesioner selesai dibuat, maka kegiatan dibandingkan dengan nilai tengah. Sebuah
survei dapat dilakukan dengan wawancara kurva WTP dapat diperkirakan dengan
menggunakan nilai WTP sebagai variabel dependennya memiliki nilai sendiri-sendiri
dependen dan faktor-faktor yang tiap barisnya.
mempengaruhi nilai tersebut sebagai variabel
independen. 5.3 Multinomial Logit Regression

4.2 Kelemahan CVM Multinomial Logit Regression


digunakan untuk menganalisis data kategorik
Menurut Hanley dan Spash (1993), dari suatu variabel dependen berdasarkan
kelemahan yang harus diantisipasi dalam studi beberapa variabel independen. Variabel
CVM adalah adanya bias. Studi CVM independen dapat berupa data dikotomus
dikatakan mengalami bias jika nilai WTP yang (misalnya, biner) atau data kontinu (yaitu,
dihasilkan dalam studi CVM lebih rendah atau interval atau rasio dalam skala). Multinomial
lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Bias ini Logit Regression adalah pengembangan
dapat terjadi oleh beberapa sebab, yaitu bias sederhana dari binary logstic regression yang
strategi (strategic bias), bias rancangan memungkinkan variabel dependennya terdiri
(design bias), bias “mental account” (mental dari lebih dari 2 data kategorik. Seperti binary
account bias), dan kesalahan pasar hipotetis logstic regression, regresi logistik multinomial
(hypothetical market error). menggunakan estimasi maksimum likelihood.
Multinomial Logit Regression tidak
4.3 Kelebihan CVM memerlukan pertimbangan yang mendalam
untuk ukuran sampel (Schwab. 2002).
Salah satu kelebihan CVM atas teknik
valuasi yang lain adalah kapasitas CVM yang 6. APLIKASI DAN PRAKTEK
dapat menduga nilai bukan manfaat (non-use
value). Responden juga dapat dipisahkan ke Dalam aplikasinya di Indonesia untuk
dalam kelompok pengguna dan non pengguna program BPJS Kesehatan didapatkan bahwa
sesuai dengan informasi yang didapatkan dari masyarakat Indonesia yang terdiri dari 3
kegiatan wawancara. Hal ini memungkinkan golongan peserta mampu memilih paket
perhitungan nilai tawaran pengguna dan non manfaat asuransi mereka sendiri dengan
pengguna secara terpisah. (Hanley dan Spash. batasan besarnya iuran yang dibayarkan. Dari
1993). hasilnya didapatkan manfaat asuransi
kesehatan dengan persalinan bagi peserta
golongan 1 adalah manfaat Rawat Inap
5. MULTINOMIAL LOGIT REGRESSION (medium), Rawat Intensif (ICU) (High),
Operasi (High), Dokter (High), dan Persalinan
5.1 Persamaan Regresi (High), sedangkan manfaat asuransi kesehatan
tanpa persalinan berisi paket manfaat Rawat
Persamaan regresi adalah persamaan Inap (high), Rawat Intensif (ICU) (High),
matematik yang memungkinkan untuk Operasi (High), Dokter (High), Tes
meramalkan nilai-nilai suatu peubah tak bebas Laboratorium (Medium), dan Rawat Gigi
dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas (High). Kedua paket manfaat asuransi untuk
(Walpole. 1995) golongan 1 tersebut memiliki limit Rp
14.000.000,- tiap tahunnya. Untuk paket
5.2 Logistic Regression manfaat asuransi dengan persalinan bagi
golongan 2 berisi manfaat Rawat Inap
Logistic Regression adalah salah satu (Medium), Rawat Intensif (ICU) (Medium),
bentuk regresi non linier yang mempunyai Operasi (Medium), Dokter (Medium) dan
variabel dependen yang diskrit dan Persalinan (Medium), sedangkan paket
mempunyai sebaran binomial, sedangkan manfaat asuransi kesehatan tanpa persalinan
variabel independennya dapat terdiri dari golongan 2 berisi manfaat Rawat Inap
variabel kontinu, diskrit, dikotomus, ataupun (Medium), Rawat Intensif (ICU) (Medium),
gabungannya. Estimasi parameter dari regresi Operasi (Medium), Dokter (High) dan Tes
logistik itu menggunakan metode maximum Laboratorium (Medium). Kedua paket manfaat
likelihood. Probabilitas dari tiap nilai variabel asuransi untuk golongan 2 tersebut memiliki
limit Rp 10.000.000,- tiap tahunnya. Untuk
paket manfaat asuransi dengan persalinan bagi DAFTAR PUSTAKA
golongan 3 berisi manfaat Rawat Inap (Basic),
Rawat Intensif (ICU) (Basic), Dokter (Basic), Ahuja, R., & Ju¨ tting, J. (2004). Are the poor
dan Persalinan (Medium), sedangkan paket too poor to demand health insurance?.
manfaat asuransi kesehatan tanpa persalinan New Delhi: Indian Council for Research
golongan 2 berisi manfaat Rawat Inap (Basic), on International Economic Relations.
Rawat Intensif (ICU) (Basic), Operasi (Basic), Asenso-Okyere,W. K., Osei-Akoto, I., Anum,
Dokter (Medium). Kedua paket manfaat A., and Appiah, E. N. (1997). Willingness
asuransi untuk golongan 3 tersebut memiliki to pay for health insurance in a
limit Rp 6.000.000,- tiap tahunnya. developing economy. A pilot study of the
Dengan multinomial logit regression informal sector of Ghana using contingent
diketahui bahwa pekerjaan dan pendidikan valuation. Health Policy, 42(3), 223–237.
terkahir mempengaruhi WTP masyarakat. De Allegri, M., Sanon, M., Bridges, J., &
Keikutsertaan asuransi ditemukan Sauerborn, R. (2006). Understanding
mempengaruhi WTP responden golongan 2 consumers’ preferences and decision to
dan jumlah anggota keluarga diketahui enroll in community-based health
mempengaruhi WTP responden golongan 3. insurance in rural West Africa. Health
Policy, 76(1), 58–71.
7. KESIMPULAN Dong, H., Mugisha, F., Gbangou, A., Kouyate,
B., & Sauerborn, R. (2004). The
CHAT eksperimen merupakan suatu feasibility of community-based health
metode yang dikembangkan oleh ahli etika insurance in Burkina Faso. Health Policy,
dokter di National Institutes of Health dan 69(1), 45–53.
University of Michigan di Amerika Serikat. Dong H., Kouyate B., Cairms J., and
Dengan simulasi CHAT ini diharapkan dapat Sauerborn R. (2005).Inequality in
membantu responden memutuskan jenis willingness-to-pay for community-based
manfaat (misalnya rawat inap, konsultasi, tes health insurance. Journal of Health Policy
medis, obat-obatan) yang ingin mereka Volume 72 (2), Pages 149-156.
masukkan dalam paket manfaat asuransi Dror D., Radermacher R., and Koren R.
kesehatan serta tingkat pelayanan apa yang (2006). Willingness to pay for health
mereka prioritaskan untuk memperoleh insurance among rural and poor persons:
manfaat tersebut (basic, medium, dan high). Field evidence from seven micro health
Sebuah penelitian mengatakan bahwa insurance units in India. Journal of Health
Kepuasan peserta asuransi ditentukan dengan Policy Volume 82 (1), Pages 12-27.
jenis paket manfaatnya, di Afrika Barat Dror D.M., et al.(2006).Health insurance
menunjukkan bahwa desain asuransi berbasis benefit packages prioritized by low-
masyarakat membuat kontribusi masyarakat income clients in India:Three criteria to
untuk berpartisipasi lebih tinggi ( De Allegri et estimate effectiveness of choice. Journal
al. 2006). Dengan CHAT eksperimen of Social Science & Medicine 64 884-896.
masyarakat dapat berperan aktif dalam Goold S, Biddle A, and Danis M. (2000).
berpartisipasi memilih manfaat asuransi sesuai Choosing Healthplans All Together : A
keinginan mereka. Masyarakat juga mampu game to assess consumer values and
memilih paket manfaat asuransi mereka secara preferences for health insurance. J of Gen
bijaksana. Dengan menerapkan kebijaksanaan Intern Med.2000:15:68-9.
ini dapat mendukung keberhasilan program Gumber, A. (2002). Health insurance for the
asuransi bagi masyarakat. Paket manfaat yang informal sector: Problems and prospects.
sesuai dengan keinginan masyarakat akan New Delhi: Indian Council for Research
mendorong WTP dalam membayar iuran dan on International Economic Relations.
menekan subsidi pemerintah bagi biaya Handayani E., Gondodiputro S., and Saefullah
kesehatan (Dror et al. 2006). A. (2013). Faktor-faktor yang
Memengaruhi Kemauan Masyarkat
Membayar Iuran Jaminan Kesehatan di
Kabupaten Hulu Sungai Selatan.
Universitas Padjadjaran.
Hanley, N dan C.L. Spash.1993. Cost Benefit
Analysis and Enviromental.Edward Elgar
Publishing England.
Leftley, R. (2005). Technical assistance for the
promotion of micro insurance—The
experience of opportunity international.
Good and bad practices in
microinsurance. CGAP Working Group
on Microinsurance.
Radwan, I. (2005). India: Private health
services for the poor, a policy note.
Washington, DC: World Bank.
Schwab, J. A. (2002). Multinomial logistic
regression: Basic relationships and
complete problems.
Shafie, A.A. and Hassali, M.A. (2013).
Willingness to pay for voluntary
community-based health insurance:
Findings from an exploratory study in the
state of Penang, Malaysia. Journal of
Social Science and Medicine Volume 96,
Pages 272–276.
Wright E., Asfaw A., and Gaag
J.(2009).Willingness to pay for health
insurance: An analysis of the potential
market for new low-cost health insurance
products in Namibia.Science and
Medicine 69, 1351–1359.

Anda mungkin juga menyukai