Anda di halaman 1dari 15

NAMA : Raudho Alfina Damayanti

NPM : 18040039

MATA KULIAH : SEJARAH MUHAMMADIYAH

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEMESTER : VI (ENAM)

RESUME MATERI 5-8

MATERI 5

A. Hakekat Muhammdiyah

Pengertian hakikat Muhammadiyah adalah sebuah bentuk dari entitas


permanen yang dimiliki oleh Muhammadiyah yang dimana pelaksanaannya
berada di bagian daripada puncak entitas permanen seperti a'yantsabitah dan
juga akan dapat terealisasi dengan menggunakan tajalli atau manifestasi unggul
Ilhai yang pada akhirnya akan menjadi sebuah bentuk media penampakan dari
segala macam bentuk kebaikan yang ada dan juga keberkahan yang dimana
berada di alam semesta serta keberadaan.

Muhammadiyah sebagai gerakkan Islam, dalam mengikuti perkembangan dan


perubahan itu, senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar
ma’ruf nahi mungkar. Di dalam usaha mencapai tujuan untuk menegakkan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Muhammadiyah berjalan di atas prinsip gerakkan seperti
yang dimaksud dalam Keyakinan dan Cita-Cita Hidup Muhammadiyah
(KCHM).
1. Muhammadiyah adalah gerakkan berasas Islam, bercita-cita dan bekerja
untuk terwujudnya masyarakat Islam yang sebenera-benarnya.
2. Muhammadiyah berkeyakinan, bahwa Islam adalah agama Allah yang
diwahyukan kepada para Rasul-Nya.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berasarkan :

 Al Qur’an, yaitu Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi


Muhammad SAW.
 Sunnah Rasul, yaitu penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al
Qur’an yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.

B. Dasar Amal Usaha Muhammadiyah


Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya atas prinsip-
prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu :

1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah dan taat pada Allah SWT.
2. Hidup manusia bermasyarakat.
3. Mematuhi ajaran Islam dengan keyakinan bahwa Islam satu-satunya
landasan kepribadian dan bersama untuk dunia dan akhirat.
4. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam adalah kewajiban sebagai
bentuk ibadah kepada Allah dan ikhsan pada masyarakat.
5. Itti’ba pada langkah perjuangan Nabi Muhammad SAW.
6. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi.

C. Pedoman Amal Usaha dan Perjuangan Muhammadiyah


Perpedoman Muhammadiyah yaitu : “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan
Rasul-Nya, bergerak membangun di segenap bidang dan lapangan dengan
menggunakan cara serta menempuh jalan yang diridhai Allah.”

D. Sifat Muhammadiyah
Sifat-sifat Muhammadiyah yaitu:
1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan,
2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah,
3) Lapang dada, luas pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam,
4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan,
5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan serta dasar negara
yang syah,
6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
teladan yang baik
7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan sesuai dengan ajaran Islam,
8) Kerja sama dengan golongan agama Islam mana pun dalam usaha
menyiarkan dan mengamalkan agama Islam,
9) Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain, sebagai
pemelihara dan membangun Negara, dan
10) Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan ke luar dengan bijaksana.

MATERI 6

A. Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah

Tujuh Pokok Pikiran Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah yaitu:


1. Hidup manusia harus berdasar tauhid, bertuhan, beribadah serta tunduk dan
taat kepada Allah SWT.
2. Kedua, hidup manusia itu bermasyarakat.
3. Hanya hukum Allah SWT yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk
pribadi utama dan mengatur ketertiban hidup bersama dalam menuju hidup
bahagia yang hakiki di dunia dan akhirat.
4. Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
5. Perjuangan menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya
6. Perjuangan mewujudkan pikiran-pikiran tersebut hanya dapat dilaksanakan
dengan berorganisasi.
7. Pokok-pokok pikiran yang diterangkan di muka bertujuan untuk
terwujudnya masyarakat adil makmur.

B. Identitas dan Asas Muhammadiyah


Identitas / hakikat Muhammadiyah adalah gerakan islam, dakwah amar ma’ruf
nahi munkar dan tajdid, bersumber pada Al Qur’an dan Sunnah. Maka secara
singkat identitas Muhammadiyah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Muhammadiyah sebagai gerakan
2. Muhammadiyah sebagai Gerakan Da’wah
3. Muhammadiyah sebagai Gerakan Tajdid disebut sebagai Gerakan Tajdid
(pembaharuan) karena:
a. Muhammadiyah selalu melakukan koreksi dan penafsiran ulang terhadap
berbagai persoalan pemikiran dan pengamalan yang terkait dengan
muamalah keagamaan
b. Muhammadiyah disebut sebagai gerakan tajdid (dalam konteks
purifikasi/pemurnian) terutama dalam bidang aqidah dan ibadah, yakni
mengembalikan semua persoalan yang menyangkut aqidah dan ibadah
tersebut pada keaslian ajarannya dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah.

C. Keanggotaan Muhammadiyah dan Keorganisasian


a. Keanggotaan Muhammadiyah
Keanggotaan Muhammadiyah secara resmi ditunjukkan dengan kartu
Nomor Baku Muhammadiyah.
Keanggota Muhammadiyah terdiri dari 3 macam yaitu :

1. Anggota Biasa ialah warga negara Indonesia beragama Islam


2. Anggota Luar Biasa ialah orang Islam bukan warga negara Indonesia
3. Anggota Kehormatan ialah perorangan beragama Islam yang berjasa
terhadap Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahliannya
bersedia membantu Muhammadiyah
Dalam Anggaran Rumah Tangga Pasal 4 disebutkan lebih jelas tentang
keanggotaan yaitu :
1. Anggota Biasa harus memenuhi persyaratan
2. Anggota Luar Biasa ialah seseorang bukan warga negara Indonesia,
beragama Islam, setuju dengan maksud dan tujuan Muhammadiyah.
3. Anggota Kehormatan ialah seseorang beragama Islam, berjasa terhadap
Muhammadiyah.

b. Organisasi Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang berlandaskan Al Qur’an dan


Sunnah, melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi mungkar guna
menegakkan serta menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

c. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi Muhammadiyah


Dalam organisasi ada dua corak kepemimpinan yang biasanya dijalankan
yaitu bersifat individual/tunggal dan kolektif kolegial.

Struktur organisasi Muhammadiyah terdiri atas :


1. Ranting ialah kesatuan anggota dalam satu tempat atau kawasan yang
terdiri atas sekurang-kurangnya 15 orang yang berfungsi melakukan
pembinaan dan pemberdayaan anggota. Struktur kepemimpinannya
disebut Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM).
2. Cabang ialah kesatuan Ranting dalam satu tempat di suatu tempat yang
terdiri atas sekurang-kurangnya tiga Ranting. Struktur kepemimpinannya
disebut Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM).
3. Daerah ialah kesatuan Cabang dalam satu Kota atau Kabupaten yang
terdiri atas sekurang-kurangnya tiga Cabang. Struktur kepemimpinan
disebut Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM)
4. Wilayah ialah kesatuan Daerah dalam satu Propinsi yang terdiri atas
sekurang-kurangnya tiga Daerah. Struktur kepemimpinannya disebut
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM).
5. Pusat ialah kesatuan Wilayah dalam Negara Republik Indonesia.
Struktur kepemimpinannya disebut Pimpinan Pusat (PP)
Muhammadiyah.

MATERI 7

A. Pengertian Tajrid dan Tajdid.


1. Pengertian Tajrid

Istilah Tajrid berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian,


pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan (Atabik Ali, 1999:410).
Sedangkan tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se
populer ketika menyebut istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah
memurnikan hal-hal yang bersifat khusus.

2. Pengertian Tajdid

Istilah tajdid berasal dari bahasa Arab yaitu jaddada, yang berarti
memperbaharui atau menjadikan baru. Bisa juga berarti membangkitkan,
menjadikan, (muda, tangkas, kuat).Dapat pula berarti memperbaharui,
memperpanjang izin, dispensasi, kontrak.Dalam kamus Bahasa Indonesia
tajdid berarti pembaruan, modernisasi atau restorasi.

B. Watak Muhammadiyah sebagai gerakan Tajrid dan Tajdid


Dalam Muhammadiyah kekuatan tajdidnya terletak pada upaya menjaga
keseimbangan (tawazun) antara purifikasi dan dinamisasi, Kalau kesimbangan
ini goyah, maka tajdid menjadi kurang sempurna dan sulit disandingkan
dengan perkembangan zaman.
C. Model Tajrid dan Tajdid Muhammadiyah
1. Model-model Tajrid Muhammadiyah.
Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat
danbid’ah. Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-
Qur’an dan al-Sunnah.Hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang.
Sedangkan bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual
tetapi pengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah
bukan dari ajaran Islam.
2. Model-model Tajdid Muhammadiyah.
Pertama; kongkrit dan produktif,
Kedua; tajdid Muhammadiyah bersifat terbuka.
Ketiga; tajdid Muhammadiyah sangat fungsional dan selaras dengan cita
cita Muhammadiyah

Dengan Demikian model Tajdid dibagi dalam tiga bidang, yaitu :


1) Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah penemuan kembali ajaran
atau prinsip dasar yang berlaku abadi.
2) Bidang pendidikan
Dalam bidang ini Muhammadiyah mempelopori dan meyelenggarakan
sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata.
Pembaharuan dari segi pendidikan memiliki dua segi yaitu:
a. Segi cita-cita
b. Segi teknik pengajaran
3) Bidang sosial masyarakat
Muhammadiyah merintis bidang sosial kemasyarakatan dengan mendirikan
rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah, panti jompo, Pusat
kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu orang-orang berbuat riya
dan enggan(menolong dengan) barang berguna.”.
D. Model dan Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah
1. Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah
Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi peregerakan. Dengan
demikian, kata gerakan atau pergerakan mengandung arti, unsur, dan esensi
yang dinamis dan statis. (Q.S.3:104). “perubahan/change”, yakni
kehadirannya untuk melakukan perubahan tertentu baik yang evolusioner
maupun revolusioner.
2. Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah
Secara harfiah ada perbedaan antara kata “gerak, “gerakan”, maupun
“pergerakan”. Gerak adalah perubahan sesuatu materi dari tempat yang satu
ke tempat lainnya[2], gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak,
sedangkan pergerakan adalah usaha atau kegiatan.

E. Gerakan Tajdid pada 100 Tahun Kedua


Dalam memasuki fase kedua gerakannya, yakni memasuki abad kedua
perjalanan sejarah Muhammadiyah, sudah tinggi waktu dan kesempatan untuk
melakukan pembaruan paradigma tajdid di tubuh persyarikatan ini. Kodifikasi
dan konsensus tajdid yang terpadu atau eklektik antara purifikasi dan
dinamisasi dapat menjadi titik tolak bagi transformasi paradigma tajdid
Muhammadiyah.

MATERI 8

A. NILAI-NILAI SOSIAL KEMANUSIAAN (TEOLOGI AL-MA’UN)

Ayat yang menjadi landasan bagi gerakan-gerakan sosial dalam Islam, itulah
Al-Ma'un. Surah ini pendek, ayatnya tidak banyak, hanya sekitar tujuh ayat.
Tapi maknanya yang menggetarkan dada, tidak sekadar menjadi bacaan di kala
shalatfardhu, melainkan juga memberikan inspirasi-inspirasi untuk melahirkan
sebuah kesadaran kolektif: kesadaran atas realitas sosial yang timpang. Al-
Maun dibuka dengan sebuah pertanyaan lebih tepatnya “sindiran”: Tahukah
engkau dengan para pendusta agama? Frase yang digunakan oleh Al-Qur'an
terasa sangat menohok: "pendusta agama". Kita tentu akan penasaran siapakah
mereka yang dihardik oleh Al-Qur'an dengan ungkapan "pendusta agama" itu?

Ayat kedua dan ketiga memberikan penjelasan. Pertama, orang yang


menghardik anak yatim (ayat 2). Kedua, menolak memberi makan orang
miskin (ayat 3). Buya Hamka memberi tafsir atas ayat ini dengan kata
"menolakkan". Di  dalam ayat kedua  tertulis yadu'-'u  (dengan tasydid), artinya
yang asal ialah menolak. Kata tersebut ditafsirkan orang lain dengan
"menghardik" atau sejenisnya, tetapi kata Hamka yang lebih tepat adalah
"menolakkan". Kata "menolak" itu bermakna  membayangkan kebencian yang
sangat. Artinya, jika seseorang merasa benci dengan anak yatim karena
keyatimannya, berarti ia mendustakan agama. Sebabnya ialah rasa sombong
dan rasa bakhil, menurut Hamka. Membenci anak yatim berarti membenci
keberasalan Nabi Muhammad. Sebab, Nabi adalah anak yatim, yang
dipinggirkan oleh keluarganya, hidup dengan menggembala, berkutat dengan
kemiskinan di masa kecilnya.

Islam adalah agama yang sangat menghargai kesetaraan egaliterisme. Islam


menolak stratifikasi sosial-ekonomis yang berarti meminggirkan orang miskin
dan anak yatim dalam sistem sosial yang bertingkat. Anak yatim adalah mereka
yang malang, tak mampu mengelak dari takdir bahwa kasih sayang yang ia
terima akan jauh, disebabkan oleh ayah dan ibu mereka yang telah tiada.
Menghardik anak yatim adalah refleksi kesombongan diri, merasa diri lebih
baik dan Allah menolak kesombongan. Oleh sebab itu, mereka yang sombong
dan bakhil seperti kata Hamka dengan menghardik anak yatim sebagai
simbolisasi, patut diucap sebagai "pendusta agama".

Ada tiga parameter celakanya (wail) orang-orang yang shalat (ayat 4-7).
Pertama, mereka yang lalai dalam shalatnya (ayat 5). Kedua, mereka yang
berbuat riya' (ayat 6). Ketiga, mereka yang menolak memberi pertolongan.
Buya Hamka menafsirkan bahwa "lalai" berarti shalat tanpa diikuti oleh
kesadaran sebagai hamba Allah. Kata Buya Hamka: "Saahuun; asal arti
katanya ialah lupa. Artinya dilupakannya apa maksud sembahyang itu, tidak
didasarkan atas pengabdian kepada Allah, walau ia mengerjakan ibadah.
Ibadah tanpa kesadaran, adalah sebuah kelalaian, begitu tafsir Buya Hamka.
Kesadaran penting, manakala kita melakukan purifikasi atas niat beribadah itu.

Maksud mengamalkan surat al-Ma’un. Menurut beliau, mengamalkan bukan


sekadar menghafal atau membaca ayat tersebut. Namun, mengamalkan berarti
mempraktikkan al-Ma’un dalam bentuk amalan nyata. “Oleh karena itu", lanjut
KH Ahmad Dahlan, “carilah anak-anak yatim, bawa mereka pulang ke rumah,
berikan sabun untuk mandi, pakaian yang pantas, makan dan minum, serta
berikan mereka tempat tinggal yang layak. Untuk itu pelajaran ini kita tutup,
dan laksanakan apa yang telah saya perintahkan kepada kalian". KH Ahmad
Dahlan lantas mengajak murid-muridnya mencari anak yatim, dan kemudian
melaksanakan apa yang sudah difirmankan Allah tersebut. Dari sana, lahirlah
Muhammadiyah dengan amal usahanya. Inilah teologi Al-Ma'un, landasan bagi
gerakan sosial Islam. Dan dimensinya yang universal menembus batas jama'ah,
menembus batas ormas, bahkan menembus batas-batas agama.

B. GERAKAN PEDULI PADA FAKIR MISKIN DAN YATIM PIATU

Gerakan peduli pada fakir miskin dan yatim piatu salah satunya adalah
berzakat. Di jelaskan dalam Surat At-Taubah : 60 tentang
kelompok penerimaan zakat, fakir miskin dan yatim piatu termasuk golongan
yang wajib menerima zakat. Karena anak yatim dan yatim piatu adalah anak
yang ditinggal meninggal oleh orang tuanya baik ayahnya atau ibunya atau
keduanya dan belum dewasa serta belum dapat mencari nafkah
sendiri. Sedangkan fakir miskin adalah golongan yang tidak mendapati sesuatu
yang mencukupi kebutuhan mereka. Ada yang mencontohkan bahwa fakir itu
pendapatan sehari-hari kurang dari separuh kebutuhannya, sedangkan miskin
pendapatannya kurang dari kebutuhannya tetapi pendapatannya diatas 50%
kebutuhannya namun masih kurang.
Muhammadiyah adalah institusi dan  institusionalisasi teologi Al-Ma’un yang
diharapkan perduli pada kaum tersebut dalam mengikis problematikasocial.
Muhammadiyah dalam praktisi sosial dengan pemihakan terhadap
kaum mustadl’afin, dhuafa, masakin, dan anak yatim, mengilhami
Muhammadiyah untuk mendirikan banyak lembaga pendidikan, panti asuhan,
rumah sakit, dan tempat layanan sosial lainnya. Pendirian tempat layanan sosial
adalah kepedulian Muhammadiyah kepada kaum miskin dan kepentingan umat.

C. BENTUK DAN MODEL GERAKAN SOSIAL MUHAMMADIYAH

Bidang-bidang yang terdapat dalam gerakan sosial muhammadiyah,


diantaranya:

1. BidangPendidikan
Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam
Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman
pendidikan Al-Qur’an, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332
madrasahdiniyah/ibtidaiyah, 2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP
dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat atas (SMA,MA, SMK), 101
sekolah kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah menengah farmasi,
serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun
ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54 akademi,
dan 4 politeknik. Nama-nama seperti BustanulAthfal/TK Muhammadiyah,
SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK
Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai
daerah.
2. Bidang Kesehatan
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus
mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk
kepedulian. Balai-balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina
Kesejahteraan Umat) Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya
Muhammadiyah bernama PKO (Penolong Kesengsaraan Oemat), kini
mulai meningkat baik kuantitas maupun kualitasnya. Berdasarkan buku
Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah& ‘Aisyiyah Bidang
Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a. Rumah sakit berjumlah 34
b. Rumahbersalinberjumlah 85
c. Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504. Balai Kesehatan
Masyarakat berjumlah 115
d. BalaiPengobatanberjumlah 846
e. Apotekdan KB berjumlah 4

3. BidangKesejahteraanSosial
Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a. 228 pantiasuhanyatim
b. 18 pantijompo
c. 22 balaikesehatansosial
d. 161 santunankeluarga
e. 5 pantiwreda/manula
f. 13 santunanwreda/manula
g. 1panti cacatnetra
h. 38 santunankematian
i. serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).

4. BidangKaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program
diantaranya:
a. Peningkatankualitaspengkaderan
b. Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara
berkelanjutan
c. MenyelenggarakabaitularqamdandarularqamMuhammadiyah
d. Tranformasikader per jenjang dan per generasi
e. Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi
Contoh kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah, pemuda
muhammadiyah, IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.

D. REVITALISASI GERAKAN MUHAMMADIYAH

Revitalisasi merupakan salah satu jenis atau bentuk perubahan (transformasi)


yang mengandung proses penguatan, meliputi peneguhan terhadap aspek-aspek
yang selama ini dimiliki (proses potensial) maupun dengan melakukan
pengembangan (proses aktual) menuju pada keadaan yang lebih baik dan lebih
maju dari kondisi sebelumnya.

Muhammadiyah dalam menjalankan amanat Muktamar dengan langkah-


langkah sebagai berikut:

a. Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan


masyarakat di daerah lokal, nasional, dan global.
b. Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham
agama.
c. Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih
dan ijtihad yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.
d. Pengembanganinfrastrukturdanperbaikan sistem pengelolaan organisasi
yang mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan semakin
mengarah pada pencapaian tujuan Muhammadiyah.
e. MendinamisasikepemimpinanPersyarikatandi semua tingkatan
(Wilayah, Daerah, Cabang, dan Ranting).
f. Peningkatankualitasdanmemperluas jaringan amal usaha
Muhammadiyah menuju tingkat kompetisi dan kepentingan misi
Persyarikatan yang tinggi, serta menjadikannya sebagai pelaksana
usaha yang terikat dan memiliki ketaatan pada kepemimpinan
Persyarikatan.
g. Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif
terhadap kepentingan-kepentingan aktual/nyata umat, masyarakat, dan
dunia kemanusiaan dengan pengelolaan yang lebih konsisten.
h. Menggerakkanseluruhpotensiangkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
i. Meningkatkanbimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh
tingkatan pimpinan dan warga Muhammadiyah.
j. MenggerakkankembaliRantingdan jamaah sebagai basis gerakan
Muhammadiyah.

Macam macam aspek revitalisasi gerakan yaitu:

a. Revitalisasi Teologis

Revitalisasi teologis menyangkut ikhtiar merekonstruksi atau menafsir


ulang pemikiran-pemikiran dasar kegamaan (keislaman) dalam
muhammadiyah sebagaimana prinsip-prinsipnya tentang agama islam,
dunia, ibadah sabilullah dan ijtihad.

b. Revitalisasi Ideologis

Revitalisasi ideologis menyangkut penyusunan ulang dan penguatan sistem


paham disertai langkah-langkah pelembagaannya yang menjadi landasan
membangun kesadaran dan ikatan kolektif dalam memperjuangkan
gerakan muhammadiyah.

c. Revitalisasi Pemikiran

Revitalisasi pemikiran menyangkut upaya mengembangkan wawasan


pemikiran seluruh anggota, termasuk kader dan pemimpin, baik mengenai
format pemikiran muhammadiyah maupun dalam memahami
permasalahan-permasalahan dan perkembangan kehidupan tingkat lokal,
nasional, dan global.

d. RevitalisasiOrganisasi
Revitalisasi organisasi berkaitan dengan perbaikan-perbaikan sistem
pengelolaan kelembagaan persyarikatan seperti menyangkut penataan
struktur dan fungsi organisasi.

e. RevitalisasiKepemimpinan

Revitalisasi kepemimpinan merupakan langkah penguatan kualitas fungsi


efektivitas pimpinan persyarikatandiseluruh lini, termasuk di lingkungan
organisasi otonom dan amal usaha, yang secara langsung menjadi kekuatan
dinamik dalam menggerakanmuhammadiyah.

f. Revitalisasi Amal Usaha

Revitalisasi amal usaha menyangkut pengembangan kualitas amal usaha


Amal usaha Muhammadiyah bukan ladang mencari nafkah bagi para
penghuninya, tetapi harus menjadi sarana atau media dakwah dan
perwujudan misi Persyarikatan.

g. RevitalisasiAksi

Revitalisasi aksi menyangkut pengembangan model-model kegiatan atau


aktivitas gerakan Muhammadiyah yang secara langsung dapat memenuhi
kepentingan masyarakat luas dengan misi dakwah dan tajdid seperti dalam
pemberdayaan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai