Anda di halaman 1dari 7

Kedudukan dan Perlindungan Anak Luar Kawin 26

Kedudukan Dan Perlindungan Anak Luar Kawin


Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia

(Legal Review On The Status And Protection Of Extra Marital Children in Indonesian Law)

EMILDA KUSPRANINGRUM
Dosen Fakultas Hukum Universitas Mulawarman
Jln. Ki Hajar Dewantara Kampus Gunung Kelua Samarinda 75123
0541 – 7095092/ e_kuspraningrum@yahoo.co.id

ABSTRACT

The status of extra marital children can be seen in Kitab Undang – Undang Hukum Perdata and
Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. The status of extra marital children
is only considered having legal and familial relationship, with all the consequences, with the
mother or the woman giving birth to the child. This also happens concerning the matters pertaining
to inheritance. Extra marital children can obtain the legal status only if their biological or
surrogate fathers acknowledge them legally through a formal certificate.

Key words : anak (children) orang tua (parents) pengakuan anak luar kawin (acknowledgement of
an extra marital child)

PENDAHULUAN memperbaiki moral bangsanya terutama


mengenai hal yang berkaitan dengan persoalan
A. Latar Belakang Masalah anak, antara lain dengan munculnya Undang-
Seorang wanita cantik berkerudung putih undang No 23 Tahun 2002 tentang
bernama Fanny berurai airmata di salah satu Perlindungan Anak, Rancangan Undang-
tayangan televisi swasta, memohon pengakuan undang tentang Pornografi dan Porno Aksi dan
atas putranya bernama Exel yang diakuinya terbitnya Undang-undang tentang
sebagai anak kandung dari pebulutangkis Kewarganegaraan. Seperti yang digambarkan
nasional Taufik Hidayat. oleh Prinst bahwa anak adalah bagian dari
Terlepas dari benar tidaknya, dan/atau generasi muda, sebagai salah satu sumber daya
selesai tidaknya masalah pemberitaan tersebut manusia, merupakan potensi dan penerus cita-
diatas, pada kenyataannya Ada saja peristiwa cita perjuangan bangsa. Anak memiliki peranan
kelahiran seorang anak manusia yang strategis dalam rangka menjamin pertumbuhan
dihasilkan dari sebuah hubungan diluar fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi,
pernikahan yang resmi sehingga selaras dan seimbang. ( Darwan Prinst, 2003; 2)
mengakibatkan anak anak yang terlahir Sedangkan satu sisi yang lain kita tidak
seringkali memiliki julukan sebagai anak bisa menutup mata melihat dan pada
haram, dalam ilmu hukum Perdata mereka kenyataannya pula masih banyak kasus-kasus
disebut sebagai anak luar kawin. Exel lainnya yang ada di negara tercinta ini.
Menjadi sebuah hal yang sangat ironi Benarlah kiranya bila sebagian pemikir di
dan memprihatinkan dalam perkembangan negara ini mengatakan bahwa jauhnya jarak
hukum di Indonesia, disatu sisi jelas terbaca yang sangat nyata antara pembangunan secara
bahwa Indonesia tengah menggeliat untuk fisik dan tidak diimbanginya dengan
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
Kedudukan dan Perlindungan Anak Luar Kawin 27
pembangunan moral dari anak bangsa akan berusia delapan belas tahun (18), termasuk yang
berakibat rusaknya fundamen tatanan masih berada didalam kandungan (Pasal 1 ayat
kehidupan didalam masyarakat itu sendiri. 1 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
Sedangkan kejelasan status dari seorang tentang Perlindungan Anak) dan anak yang sah
anak manusia sangat memegang arti penting adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat
dalam langkahnya menapaki kehidupan. Perlu perkawinan yang sah (pasal 42 Undang-undang
penulis pertegas disini bahwasannya bahasan Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan)
ini bukanlah dalam arti melindungi perbuatan Akan tetapi lain halnya bila seorang anak hadir
tercela manusia yang mengakibatkan hadirnya diluar kondisi yang normal, seperti yang
anak luar kawin, pembahasan ini lebih dikatakan oleh J Satrio, mengenai intisari dari
menekankan pada perlindungan terhadap fakta pasal 272 Kitab Undang-undang Hukum
bahwa ada seorang anak yang keberadaannya Perdata pada bukunya Hukum Waris bahwa
dianggap tidak jelas kedudukan hukumnya. “anak yang terlahir diluar perkawinan yang sah,
dalam hal ini anak yang dilahirkan oleh seorang
B. Rumusan Masalah ibu, tetapi tidak dibenihkan oleh seorang pria
Kepedulian bangsa ini akan yang berada dalam perkawinan yang sah
perlindungan dan kedudukan anak luar kawin dengan ibu dari si anak tersebut, dan tidak
sangat dinanti kejelasan sikapnya mengingat termasuk dalam kelompok anak zina dan anak-
bahwa tidak seorangpun dimuka bumi ini yang anak sumbang”. ( J.Satrio, 1992; 151) Maka
menginginkan ketidakjelasan status mengenai kedudukan anak luar kawin disini adalah
dirinya atau dengan kata lain tidak ada dianggap seagai anak yang tidak sah (Ridwan
seorangpun yang rela menyandang status Syahrani, 1992;82).
sebagai anak luar kawin atau “anak haram”. Kitab Undang undang Hukum Perdata
Oleh Karena itu penulis mencoba mengangkat (selanjutnya akan disebut dengan KUH Perdata)
permasalahan menyebut anak luar kawin dengan istilah
1. Bagaimana kedudukan anak luar kawin sebagai Naturlijk Kind (anak alam).
dalam perspektif hukum positif di Pada faktanya anak-anak luar kawin
Indonesia ? tersebut ada dan tidak dapat dipungkiri telah
2. Sejauhmana perlindungan anak luar kawin menjadi sebuah ‘pekerjaan rumah’ tersendiri
dalam perspektif hukum positif di bagi para pemikir hukum di negara kita untuk
Indonesia ? senantiasa diperhatikan, mengingat seperti yang
penulis katakana didepan bahwa negara kita
PEMBAHASAN tengah menggeliat untuk mencoba memperbaiki
moral anak bangsanya, dengan lebih
A. Kedudukan Anak Luar Kawin Dalam
memfokuskan perhatiannya pada persoalan
Perspektif Hukum Positif Di Indonesia
anak.
1. Kedudukan Anak Luar Kawin
Karena keberadaan Anak luar kawin
Kedudukan seorang anak pada
memiliki konsekuensi hukum tersendiri,
umumnya memiliki posisi yang cukup penting
dikatakan oleh J.Satrio dalam komentarnya
dalam tiap kehidupan berkeluarga dan
memandang Hukum Perdata dalam
bernegara karena bagaimanapun juga seperti
memposisikan kedudukan anak yang dilahirkan
yang dikatakan oleh Darwan Prinst, SH bahwa
diluar perkawinan yang sah “seorang anak luar
“anak adalah merupakan bagian dari generasi
kawin tidak bisa begitu saja langsung memiliki
muda, sebagai penerus cita-cita perjuangan
hubungan hukum kekeluargaan dengan ayah
bangsa.” (Darwan Prinst,2003; 2)
ataupun ibunya (orang tuanya). Si anak
Dalam beberapa literatur dikatakan
memang memiliki “kesamaan/kemiripan”
bahwa anak adalah seseorang yang belum
biologis dengan kedua orangtuanya akan tetapi
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
Kedudukan dan Perlindungan Anak Luar Kawin 28
sesecara yuridis mereka tidak memiliki hak 2. Anak di luar pekawinan yang telah diakui
dan kewajiban apapun terhadap anak luar oleh salah satu atau kedua orangtuanya
kawin tersebut”. (J. Satrio,1992;153) 3. Anak di luar perkawinan itu menjadi anak
Pendapat beliau dapat diartikan bahwa sah, sebagai akibat kedua orangtuanya
kedudukan seorang anak luar kawin menurut melangsungkan perkawinan sah.
kacamata KUHPerdata tidak memiliki Bisa dipahami disini untuk menjadikan
posisi/ikatan apapun baik secara hukum seorang anak luar kawin sah dimata Hukum dan
maupun biologis, dengan kata laian Anak Luar memperoleh haknya selaku anak dalam hal
Kawin hidup sebatang kara hidup dimuka mewaris maka anak luar kawin perlu
bumi ini, sungguh menyedihkan melihat mendapatkan sebuah pengakuan dari
kenyataan seperti ini suatu karya agung ciptaan orangtuanya.
Yang Maha Memberi tidak memiliki Jika pasangan kedua orangtua yang telah
kedudukan apapun dimuka bumi ini hanya melangsungkan perkawinan belum memberikan
dikarenakan aturan yang dibuat oleh pengakuan terhadap anaknya yang lahir
sesamanya. sebelum perkawinan, maka pengesahan anak
hanya dapat dilakukan dengan surat pengesahan
2. Pengakuan Terhadap Anak luar kawin dari Kepala Negara. Adapun bentuk pengakuan
Menurut pendapat R. Soebekti hanya atas anak luar kawin haruslah dilakukan melaui
apabila telah terjadi pengakuan maka barulah instasi yang telah ditunjuk dalam hal ini Kantor
muncul suatu talian kekeluargaan beserta Catatan Sipil, dan dituangkan dalam bentuk
dengan segala akibat-akibatnya terutama hak akta kelahiran anak, akta perkawinan oang tua,
mewaris antara anak dan orangtua yang dan/atau diperbolehkan dalam akta yang dibuat
mengakuinya. Hal ini tercermin dari isi pasal oleh seorang Notaris. Sependapat dengan
272 KUH Perdata, yang berbunyi : pandangan J.Satrio, memang cukup aneh dan
“Kecuali anak-anak yang yang tidak masuk dalam logika berpikir manusia
dibenihkan dalam zina, atau dalam sumbang, bahwasannya seorang anak manusia yang tidak
tiap-tiap anak yang diperbuahkan diluar berdosa dan tak pernah meminta dirinya
perkawinan, dengan kemudian kawinnya dilahirkan hanya karena perbuatan cela
bapak dan ibunya akan menjadi sah, apabila orangtuanya harus melalui perjalanan panjang
kedua orang tua itu sebelum kawin telah guna mendapatkan sebuah pengakuan sebagai
mengakuinya menurut ketentuan undang- anak yang sah. Dan tidak jarang pula dalam
undang, atau apabila pengakuan itu dilakukan proses mencari status tersebut terhalang oleh
dalam akta perkawinan sendiri”. kendala lainya, seperti halnya Taufik Hidayat
Pengakuan yang dimaksudkan dalam tidak mau mengakui Exel sebagai ”anak” nya.
KUH Perdata disini adalah pengakuan yang Dalam perkembangannya masalah anak
dilakukan oleh kedua orangtua dari anak luar luar kawin perlu pula ditinjau dari Undang-
kawin, dipertegas dalam Pasal 280 KUH undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
Perdata bahwa “dengan pengakuan yang Perkawinan pasal 43 ayat 1 yang menyatakan
dilakukan terhadap anak luar kawin, timbulah bahwa “Anak yang lahir diluar perkawinan
hubungan perdata antara si anak dan bapak yang hanya mempunyai hubungan perdata
atau ibunya”. dengan ibunya dan keluarga ibunya”
Menurut KUH Perdata ada tiga (3) Hal ini sejalan dengan prinsip yang ada
tingkatan status hukum dari anak luar kawin ( pada hukum Islam dalam memandang
Soedharyo Soimin, 1992;41) yaitu kedudukan anak luar kawin yang otomatis
1. Anak di luar perkawinan, anak ini belum memiliki hubungan hukum dengan ibunya tanpa
diakui oleh kedua orangtuanya. perlu adanya pengakuan dari si ibu ( Wirjono
Prodjodikoro, 1981)
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
Kedudukan dan Perlindungan Anak Luar Kawin 29
Penulis mencoba menggambarkan bahwa perlindungan anak luar kawin, antara lain
menurut peraturan perundang-undangan No 1 seperti yang diterangkan dalam tulisan Prinst
Tahun 1974 tentang Perkawinan seorang anak yang mengatakan bahwa Undang-undang
luar kawin hanya akan memiliki hubungan Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan
hukum dan kekeluargaan baik yang berkenaan Anak pasal 2 sampai dengan 9 mengatur hak-
dengan biaya kehidupan, pendidikan, beserta hak anak atas keejahteraan, sebagai berikut:
seluruh konsekuensinya termasuk menjadi ahli 1. Hak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan
waris dengan ibunya saja, bukan dengan dan bimbingan.
bapaknya. Anak berhak atas keejahteraan, perawatan,
Kecuali kemudian dilakukan sebuah asuhan dan bimbingan berdasar kasih sayang
pengakuan. Pengakuan menurut pandangan baik dalam keluarganya maupun didalam
Undang-undang Perkawinan terhadap seorang asuhan khusus, untuk tumbuh dan
anak luar kawin sesungguhnya adalah suatu berkembang dengan wajar.
perbuatan hukum yang hanya dapat dilakukan 2. Hak atas pelayanan
oleh seorang bapak atas anak yang dilahirkan Anak berhak atas pelayanan untuk
diluar perkawinan yang sah menurut hukum, mengembangkan kemampuan dan kehidupan
atau dengan kata lain seorang anak luar kawin sosialnya sesuai dengan kebudayaan dan
hanya memiliki hubungan hukum keperdataan, kepribadian bangsa untuk menjadi warga
kekeluargaan dan seluruh konsekuensinya Negara yang baik dan berguna (Pasal 4 ayat
dengan wanita yang melahirkannya dan juga 2 UU Nomor 4 Tahun 1979).
dengan keluarga wanita tersebut, bukan
dengan bapaknya. 3. Hak atas pemeliharaan dan perlindungan
Anak berhak atas pemeliharaan dan
B. Perlindungan Anak Luar Kawin perlindungan, baik semaasa dalam
Darwan Prinst mengatakan bahwa anak kandungan maupun sesudah dilahirkan (
adalah bagian dari generasi muda, sebagai Pasal 2 ayat 3 UU Nomor 4 Tahun 1979).
penerus cita-cita perjuangan bangsa. Dalam 4. Hak atas perlindungan lingkungan hidup
kedudukan demikian, anak memiliki peran Anak berhak atas perlindungan terhadap
yang strategis dan mempunyai ciri serta sifat lingkungan hidup yang dapat membahayakan
khusus. Oleh karena itu anak memerlukan atau menghambat pertumbuhan dan
perlindungan dalam rangka menjamin perkembangannya dengan wajar ( Pasal 2
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, ayat 4 UU Nomor 4 Tahun 1979).
dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan 5. Hak mendapat pertolongan pertama
seimbang. Dalam keadaan yang membahayakan,
Pada prinsipnya seorang anak luar kawin anaklah yang pertama-tama berhak mendapat
dan anak sah pada umumnya tidak memiliki pertolongan dan bantuan dan perlindungan (
pembedaan yang nyata dalam hukum positif di Pasal 4 ayat 3 UU Nomor 4 Tahun 1979).
Indonesia, Baik anak luar kawin maupun anak 6. Hak memperoleh asuhan
sah. keduanya masuk dalam katagori anak. Anak yang tidak mempunyai orang tua
Sebagai mana pada umumnya anak anak berhak memperoleh asuhan oleh negara, atau
lainnya di Indonesia maka anak luar kawin pun orang, atau badan lain ( Pasal 4 ayat 3 UU
berhak mendapatkan perlindungan dari negara Nomor 4 Tahun 1979).
melalui peraturan perundang undangan yang 7. Hak memperoleh bantuan
berkaitan dengan anak. Anak yang tidak mampu berhak memperoleh
Disini penulis mencoba menerangkan bantuan, agar dalam lingkungan keluarganya
beberapa peraturan hukum positif di Indonesia dapat tumbuh dan berkembang dengan
yang terkait dengan persoalan kedudukan dan
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
Kedudukan dan Perlindungan Anak Luar Kawin 30
wajar ( Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 4 Tahun kenyataannya muncul hal yang membedakan
1979) adapun hal tersebut adalah kedudukan dari anak
8. Hak diberi pelayanan dan asuhan tersebut, dimana berdasarkan dari kedudukan
Anak yang mengalami masalah kelakuan itu pula yang membedakan konsekuensi
diberi pelayanan dan asuhan yang bertujuan seseorang dalam memperoleh hak warisnya.
mendorong guna mengatasi hambatan yang Dalam sistem kewarisan KUH Perdata
terjadi dalam masa pertumbuhan dan pasal 832 mengemban azas bahwa untuk dapat
perkembangannya. (Pasal 6 ayat 1 UU mewaris seseorang harus mempunyai hubungan
Nomor 4 Tahun 1979). darah dengan si pewaris.
9. Hak memperoleh pelayanan khusus
Anak cacat berhak memperoleh pelayanan C. Pengakuan Terhadap Anak Luar Kawin
khusus untuk mencapai tingkat Sebagai Bentuk Perlindungan
pertumbuhan dan perkemangan sejauh batas Bila kita melihat pada azas pewarisan
kemampuan dan kesanggupannya ( Pasal 7 dalam KUH Perdata maka disana terdapat satu
UU Nomor 4 Tahun 1979) azas yang menyatakan Syarat agar Anak luar
10.Hak mendapat bantuan dan pelayanan kawin dapat mewaris adalah anak luar kawin
Anak berhak mendapat bantuan dan tersebut haruslah diakui secara sah.
pelayanan yang betujuan mewujudkan Sehingga dapat dipahami disini bahwa
kesejahteraan anak menjadi hak setiap anak, seorang anak luar kawin baru akan mendapat
tanpa membedakan jenis kelamin, agama, haknya khususnya atas pembagian harta
pendidikan dan kedudukan sosial. warisan milik orangtua kandungnya (dalam hal
Disamping itu persoalan perlindungan ini terutama orangtua laki-laki/Ayah) apabila
anak di pertegas pula dengan hadirnya Undang Ayah biologisnya ini mengakui secara yuridis
undang no 23 Tahun 2002 tentang keabsahan dari Anak luar kawin tersebut. Maka
Perlindungan Anak dimana disebutkan tidak terlalu berlebihan rasanya jika penulis
1. Bahwa anak adalah seseorang yang belum mencoba menggarisbawahi bahwa pengakuan
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk terhadap anak luar kawin oleh seorang ayah
anak yang masih dalam kandungan ( pasal biologis adalah merupakan bentuk sebuah
1 ayat1 UU Nomor 23 Tahun 2002) perlindungan tersendiri bagi seorang anak luar
2. Perlindungan anak adalah segala kegiatan kawin.
untuk menjamin dan melindungi anak dan Hal ini didukung oleh beberapa landasan
hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, hukum antara lain dalam pasal 42 bab IX
berkembang, dan barpartisipasi, secara Undang undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
optimal sesuai dengan harkat dan martabat Perkawinan bahwa: “anak sah adalah anak yang
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dilahirkan dalam atau sebagai akibat
dari kekerasan dan diskriminasi (pasal 1 perkawinan yang sah”. Dan selanjutnya dalam
ayat 2 UU Nomor 23 Tahun 2002) pasal 43 ayat 1 dikatakan bahwa : “Anak yang
3. Setiap anak berhak untuk diasuh oleh orang lahir diluar perkawinan hanya mempunyai
tuanya sendiri, kecuali jika ada alasan hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga
dan/atau aturan hukum yang sah ibunya.”
menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah Artinya Anak yang dilahirkan diluar
demi kepentingan terbik bagi anak dan perkawinan hanya mempunyai hubungan
merupakan pertimbangan terakhir ( pasal perdata dengan ibunya dan/atau keluarga
14 UU Nomor 23 Tahun 2002) ibunya. Dikatakan juga menurut perlindungan
Meskipun pada prinsipnya bahwa semua anak dalam Undang-undang Hak Asasi Manusia
ketentuan hukum positif yang berlaku bagi Tahun 1999 pasal 56 ayat 1 dikatakan bahwa
anak-anak adalah sama namun tetap dalam “Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
Kedudukan dan Perlindungan Anak Luar Kawin 31
orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh memiliki ikatan hukum dan kekeluargaan
orang tuanya sendiri”. hanya dengan ibu/wanita yang
Menjadi sebuah keunikan tersendiri melahirkannya.
dalam proses pengakuan anak, meskipun telah 2. Pada prinsipnya seluruh ketentuan dalam
tergambarkan bahwa pengakuan terhadap anak hukum positif Indonesia yang berkaitan
luar kawin adalah merupakan sebuah dengan anak dapat diberlakukan kepada
perlindungan akan tetapi pada relisasinya anak luar kawin. Hanya persoalan
untuk sebuah pengakuan diperlukan pula suatu pembagian waris yang membedakan
persetujuan dari ibu/wanita yang mengandung dengan anak lain pada umumnya. Karena
dan melahirkan anak luar kawin tersebut seorang anak luar kawin hanya terikat
sebagai satu syarat wajib dalam sebuah secara hukum adan kekeluargaan dengan
pengakuan. Hal ini dijelaskan dalam pasal 284 ibu/wanita yang melahirkannya.
KUH Perdata “ Suatu pengakuan terhadap B. Saran
anak luar kawin, selama hidup ibunya, tidak 1. Mengingat anak yang terlahir ke dunia
akan diterima jika si ibu tidak menyetujui”. selalu dalam keadaan suci, maka tidak
Dan mengenai persetujuan ini dikuatkan pula adil rasanya jika seorang anak yang
oleh pasal 278 KUH Pidana yang mengatur dilahirkan diluar perkawinan yang sah
ancaman pidana bagi orang yang mengakui hanya memperoleh status kedudukan
anak luar kawin yang bukan anaknya. terikat secara hukum dan kekeluargaan
Sedangkan kepastian serta kebenaran dari dengan ibunya saja, seyogyanya akan
siapa bapak biologis dari anak luar kawin lebih baik jika anak luar kawin
tersebut hanya Ibu/wanita yang melahirkannya. mendapatkan status kedudukan minimal
Konsekuensi bagi seorang laki-laki yang secara kekeluargaan dengan bapaknya.
mengakui seorang anak luar kawin, maka
selayaknya seluruh bapak dimanapun juga di 2. Permasalahan pembagian waris juga
Indonesia ia akan berlaku dan menjalankan dirasakan tidak adil bagi seorang anak
semua ketentuan hukum positif Indonesia yang luar kawin, mereka baru mendapatkan
terkait dengan permasalahan anak termasuk hak dari orang tuanya (terutama
didalamnya memberikan waris jika ia bapaknya) setelah melalui proses
meninggal dunia. pengakuan, demikian juga dengan jumlah
waris yang diterima dibedakan dari anak
PENUTUP yang telahir dari perkawinan yang sah.
A. Kesimpulan Alangkah lebih baik jika bagian
1. Kedudukan seorang anak luar kawin warisannya tidak dibedakan dengan anak
ditinjau dari hukum positif Indonesia, pada umumnya.
pada awalnya sebelum UU Nomor 1
tahun 1974 lahir kedudukan seorang DAFTAR PUSTAKA
anak luar kawin diatur dalam KUH
Perdata, dimana didalamnya diatur A. Literatur
bahwa anak luar kawin dianggap Prinst, Darwan, 2003, Hukum Anak Di
sebagai anak sah jika kedua orang Indonesia, PT.Citra Aditya Bakti,
tuanya melakukan sebuah pengakuan Bandung.
yang dituangkan dalam sebuah akta.
Dalam perkembangannya, setelah Salim, HS, 2001, Pengantar Hukum Perdata
adanya UU Nomor 1 Tahun 1974, maka Tertulis, Sinar Grafika, Jakarta.
kedudukan seorang anak luar kawin Satrio, J., 1992, Hukum Waris, Alumni,
secara otomatis sejak kelahirannya Bandung.
Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X
Kedudukan dan Perlindungan Anak Luar Kawin 32

Soimin, Soedharyo, 1992, Hukum Orang


Dan Keluarga, Sinar Grafika,
Jakarta.
Syahrani, Riduan, Seluk Beluk Dan Azas
Hukum Perdata, Alumni, Bandung.

B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979
tentang Kesejahteraan Anak
Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan
Kitab Undang-undang Perdata
Kitab Undang-undang Pidana

C. Lain – lain
www.yahoo.com
www.google.com

Risalah Hukum, Edisi Nomor 3, Juni 2006 ISSN 0216-969X

Anda mungkin juga menyukai