Anda di halaman 1dari 14

81

KEDUDUKAN HUKUM ANAK DILUAR KAWIN DALAM MENDAPATKAN


SUATU WARISAN

Oleh :

Billy Verian Salim


Email : billyverians@gmail.com

Abstract

The inheritance law is a rule governing the legal consequences of a person's death against the
intangible property: the transfer of wealth from the heir to the heirs. Either in the relationship
of their fellow heirs or between them and the third party. The child is still open to the
opportunity to inherit the property of his parents, with the record he has been recognized by
his ayah-ibunya, while the right to justify the mother's possessions by the law is determined
automatically without the need for a Recognition. Despite being born out of a legitimate
marriage, the acknowledged child of marriage is a hereditary heir.

Keywords : law, child out of marriage, inheritance

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


82

PENDAHULUAN Agama (KUA) maka dapat dikatakan


bahwa perkawinan tersebut tidak sah di-
1.1. Latar Belakang Masalah mata hukum baik segi perkawinan tersebut
Perkawinan merupakan ikatan lahir ataupun anak-anak yang lahir dari
bathin antara seorang pria dengan seorang perkawinan tersebut.
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan Mengingat kebayakan masyarakat
membentuk keluarga (rumah tangga) yang pada umumnya melakukan hubungan
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan suami istri belum pada waktunya. Se-
Yang Maha Esa.1 Pada dasarnya hingga terjadi permasalahan yang luar
perkawinan bertujuan untuk membentuk biasa, seringkali terjadi kelahiran seorang
keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk anak diluar adanya ikatan pernikahan yang
itu suami isteri perlu saling membantu dan sah. Anak yang lahir di luar suatu ikatan
melengkapi, agar masing-masing dapat perkawinan yang sah disebut juga sebagai
mengembangkan kepribadiannya mem- anak luar kawin. Dikalangan masyarakat
bantu dan mencapai kesejahteraan sprituil sekitar, banyak yang menyebutkan juga
2
dan material. anak diluar kawin disebut juga sebagai
Suatu perkawinan tidak dapat dikata- anak haram, tanpa adanya seorang
kan sempurna apabia tidak dikaruniai bapak/ayah yang sah hasil pernikahan yang
seorang anak oleh Tuhan Yang Maha Esa. sah menurut hukum atau peraturan pe-
Setiap anak yang lahir adalah buah dari rundang-undangan yang berlaku di Negara
perkawinan yang sah oleh kedua orang tua. Republik Indonesia. Sebagaimana dinyata-
Suatu ikatan perkawinan yang sah bisa kan dalam Pasal 43 ayat (1) UU Per-
dikatakan perkawinan tersebut didaftarkan kawinan menyatakan bahwa “Anak yang
ke Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dilahirkan diluar perkawinan hanya mem-
(Dispendukcapil) ataupun Kantor Urusan punyai hubungan perdata dengan ibunya
Agama (KUA) sehingga mempunyai ke- dan keluarga ibunya”.
dudukan sah di mata hukum. Apabila per- Sebagaimana diketahui, anak yang
kawinan tidak di daftarkan ke Dinas Ke- lahir diluar kawin dalam mendapatkan
pendudu-kan dan Catatan Sipil hak-hak dalam hukum. Permasalahan me-
(Dispendukcapil) ataupun Kantor Urusan ngenai hak yang harus di dapatkan oleh
anak luar kawin merupakan hal yang
1
Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 penting dalam mendapatkan hak untuk
Tentang Perkawinan;
2 hidup, hak untuk mendapatkan pen-didikan
Penjelasan Umum Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan; dan hak untuk mendapatkan pewarisan.

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


83

1.2. Perumusan Masalah Dalam setiap penelitian atau survei


Berdasarkan latar belakang yang terhadap sesuatu masalah dapatlah
telah dipaparkan di atas, maka per- digunakan bermacam-macam cara atau
masalahan yang akan diteliti dapat metode seperti melakukan penelitian atau
dirumuskan sebagai berikut : survei secara kepustakaan, melakukan
1. Apakah anak diluar perkawinan berhak interview dan sebagainya.
mendapatkan suatu warisan? Pendekatan konseptual atau
2. Bagaimana penyelesaian jika terjadi conceptual approach beranjak dari
sengketa dalam pembagian waris pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin
Islam? yang berkembang di dalam ilmu hukum,
sehingga dapat menemukan ide-ide yang
METODE PENELITIAN melahirkan pengertian-pengertian hukum,
konsep-konsep hukum, dan asas-asas
Tulisan ini menggunakan metode hukum yang relevan dengan isu yang
penelitian hukum normatif, yaitu meneliti dihadapi.4
hukum dari perspektif internal dengan
objek penelitiannya adalah norma hukum. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan kata lain penelitian hukum yang
meletakkan hukum sebagai sebuah 3.1. Hak Anak Luar Kawin Untuk
bangunan sistem norma. Sistem norma Mendapatkan Suatu Warisan
yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, Hukum waris adalah peraturan yang
norma, kaidah dari peraturan perundangan, mengatur perpindahan kekayaan seseorang
putusan pengadilan, perjanjian serta yang meninggal dunia kepada satu atau
doktrin (ajaran).3 beberapa orang lain.5 Dari suatu pengertian
Pendekatan yang digunakan adalah tersebut dapat disimpulkan bahwa hukum
pendekatan perundang-undangan dan pen- waris adalah suatu peraturan yang
dekatan konseptual. Pendekatan perun- mengatur akibat-akibat hukum dari ke-
dang-undangan atau statute approach matian seseorang terhadap harta kekayaan
digunakan jika permasalahan penelitiannya yang berwujud: perpindahan kekayaan dari
mempermasalahkan konflik norma yang 4
Ibid, hlm. 159
terjadi secara vertikal maupun horizontal. 5
Soebekti, 1983, Kaitan Undang-Undang
Perkawinan dengan Penyusunan Hukum Waris,
3
I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi Kertas Kerja pada Simposium Hukum Waris
Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Nasional, diselenggarakan oleh Badan
Teori Hukum (Jakarta: Prenada Media Grup). Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 10-12
Hlm.12 Februari 1983.

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


84

pewaris tersebut kepada para ahi waris. disebut legataris. Penunjukan ahli waris
Baik dalam hubungan sesama ahli waris dan pemberian legaat termasuk dalam
maupun antara mereka dengan pihak genus making. Dalam hukum pewarisan
ketiga. dapat dikenal sebagai legitieme portie,
Oleh karena itu dalam suatu yaitu suatu bagian minimum dari warisan
pewarisan terdapat 3 (tiga) unsur penting, yang dijamin oleh Undang-Undang bagi
yaitu : (1) adanya orang yang meninggal ahli waris tertentu yang tidak boleh
dunia selaku pewaris, (2). Adanya harta diganggu gugat oleh ahli waris lainnya.7
kekayaan yang ditinggalkan, (3). Adanya Hukum waris yang berpindah di
ahli waris. Yang dimaksud dengan Pewaris dalam proses pewarisan adalah harta
adalah orang yang meninggal dunia kekayaan di pewaris. Jadi, obyek hukum
dengan meninggalkan suatu harta waris adalah harta kekayaan yang
kekayaan. Sedangkan yang dimaksud ditinggalkan oleh si pewaris (orang yang
dengan ahli waris adalah orang-orang yang meninggal dunia) untuk dibagi bersama di
menggantikan kedudukan si pewaris dalam antara para ahli waris sesuai dengan bagian
bidang hukum harta kekayaan, karena masing-masing, baik menurut undang-
meninggalnya pewaris. Sedangkan yang undang ataupun berdasarkan suatu wasiat.
dimaksud dengan Warisan adalah harta Harta kekayaan adalah semua hak-hak dan
kekayaan yang dapat berupa kumpulan kewajiban yang dipunyai orang, yang
aktiva dan pasiva dari si pewaris yang mempunyai nilai uang. Demikian maka
6
berpindah kepada para ahli waris. dapat dikatakan bahwa hukum waris
Testamen atau wasiat adalah per- merupakan hukum harta kekayaan
nyataan kehendak terakhir dari si pewaris Anak luar kawin yang dapat diakui
mengenai apa yang dikehendaki akan adalah anak yang dilahirkan oleh
terjadi dengan harta kekayaan sesudah ia seseorang ibu, tetapi yang tidak dibenihkan
meninggal dunia. Penunjukan seseorang oleh seorang pria yang berada dalaam
sebagai ahli waris di dalam suatu testament ikatan perkawinan sah dengan ibu si anak
atau wasiat disebut erfstelling.Pemberian tersebut, dan tidak termasuk dalam
warisan melalui testamen kepada orang- kelompok anak zinah dan anak sumbang.
orang tertentu atas barang-barang tertentu Menurut Hukum Islam, seseorang anak
disebut legaat dan si penerima legaat dikatakan sah apabila dilahirkan sekurang-
6
J. Andy Hartanto, 2015, Kedudukan dan Hak
kurangnya enam bulan sesudah atau di
Waris Anak Luar Kawin menurut “Burgerlijk
Wetboek” Pasca Putusan Mahkamah
7
Konstitusi, LaksBang Justitia Surabaya, hlm.10 Ibid, hlm. 11

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


85

dalam tenggang masa tunggu (iddah), yaitu Anak luar kawin yang tidak diakui
4 bulan dan 10 hari sesudah perkawinan itu tidak akan menimbulkan suatu akibat
putus.8 hukum dalam pewarisan, karena anak luar
Menurut Hukum Perdata Barat, kawin yang tidak diakui baik oleh ibunya
syarat agar anak luar kawin dapat mewaris maupun oleh bapaknya tidak dapat
adalah bahwa anak luar kawin tersebut mewaris harta peninggalan orang tuanya.
harus diakui secara sah oleh ayahnya. Sedangkan anak luar kawin yang diakui
Karena menurut sistem KUH Perdata pada sah baik oleh ibunya maupun oleh
asasnya hanya mereka yang mempunyai bapaknya akan menimbulkan akibat
hubungan hukum dengan si pewaris hukum dalam pewarisan. Dengan adanya
sajalah yang mempunyai hak waris pengakuan tersebut akan mengakibatkan
menurut undang-undang. Hubungan timbulnya hubungan perdata antara anak
hukum antara anak luar kawin dan orang luar kawin yang diakui dengan orang tua
tuamya lahir karena adanya suatu yang mengakuinya. Anak luar kawin
pengakuan. Sehingga anak-anak luar mendapat warisan dari ayahnya jika dia
kawin berhak mewarisi harta orang tuanya. diakui secara sah oeh ayahnya dengan
Sebagaimana di dalam Kompilasi menggunakan Akta Pengakuan Anak
Hukum Islam mengenai Waris, Pasal 186, secara autentik sesuai dengan Pasal 281
menjelaskan :“Anak yang lahir di luar KUH Perdata.
perkawinan hanya mempunyai hubungan Menurut Pasal 281 ayat (1) KUH
saling mewarisi dengan ibu dan keluarga Perdata : “Apabila anak luar kawin itu
pihak ibunya”. Oleh karena itu dia hanya mewaris bersama-sama dengan anak sah
diwarisi oleh ibunya saja. Anak luar kawin atau janda atau duda yang hidup terlama
masih terbuka peluang untuk mewarisi atas dari pada si pewaris, maka anak luar kawin
harta kekayaan orang tuanya, dengan itu akan mewaris sepertiga bagian dari
catatan ia telah diakui oleh ayah-ibunya, pada bagian anak sah”.Jadi untuk
sedangkan hak untuk mewaris terhadap menentukan bagian harus diterima oleh
harta ibu oleh Undang-Undang ditentukan anak luar kawin yang diakui terlebih
secara otomatis tanpa memerlukan adanya dahulu harus menentukan bagian yang ia
suatu pengakuan. terima seandainya ia adalah anak sah,
kemudian baru bisa mengambil secara
sepertiga.
8
Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Hak waris aktif anak luar kawin atas
Perkawinan di Indonesia, cetakan ke-7, Sumur
Bandung, hlm.72 harta warisan pada hakekatnya sepenuhnya

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


86

sama dengan hak dari keluarga sedarah selaku ahli waris (legitieme portie), yaitu
yang sah, demikian juga saudara-saudara ½ bagian dari hak yang seharusnya dia
sedarah yang sah, demikian juga saudara- terima jika dia anak sah.9
saudara sedarah luar kawin, ia merupakan Perhitungan harta waris melalui
ahli waris yang sesungguhnya. Hak waris Legitieme Portie. Legitieme Portie sama
pasif adalah apabila seorang anak luar dengan bagian mutlak, yaitu bagian yang
kawin meninggalkan harta warisan yang besarnya ditentukan oleh undang-undang.
harus dibagi-bagi di antara para hali Dalam ketentuan Pasal 913 KUH Perdata
warisnya baik anak-anak yang sah maupun disebutkan bahwa “Legitieme Portie
anak-anak luar kawin. Pihak yang berhak adalah suatu bagian dari harta peninggalan
atas harta warisan dari pewaris yang yang harus diberikan kepada para waris
merupakan anak luar kawin, pertama-tama dalam garis lurus menurut undang-undang,
adalah keturunannya yang sah suami/ isteri terhadap bagian mana si pewaris tak
yang hidup terlama. diperbolehkan menetapkan sesuatu baik
Bagian warisan untuk anak luar selaku pemberian antara yang masih hidup
kawin, berdasarkan Pasal 863 KUH maupun selaku wasiat”.Legitieme Portie
Perdata adalah sebagai berikut : hanya ada untuk ahli waris ab intestato
a. Jika mewaris bersama Golongan I, dalam garis lurus, baik dalam garis lurus
maka mendapat 1/3 bagian seandainya ke atas (adcendenten) maupun garis lurus
dia anak sah; ke bawah (decendenten), atau disebut juga
b. Jika mewaris bersama Golongan II dan ahli waris ab-intestato legitimaris.10Ahli
Golongan III, maka mendapatkan ½ waris ab intestatodalam garis lurus ke atas
bagian dari seluruh harta peninggalan; yaitu orang tua, kakek, nenek, sedangkan
c. Jika mewaris bersama Golongan IV, ahli waris ab intestato dalam garis lurus ke
maka mendapat ¾ bagian dari seluruh bawah yaitu, anak kandung dan anak
harta peninggalan; angkat.
d. Jika tidak ada satu pun ahli waris lain, Ketentuan dalam Pasal 914 KUH
maka seluruh harta peninggalan Perdata menyebutkan bagian mutlak untuk
menjadi bagian anak luar kawin. anak kandung. Bagian mutlak anak
Meskipun lahir diluar perkawinan 9
Irma Devita Purnamasari, 2014, Kiat-Kiat
yang sah, anak luar kawin yang diakui Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah
Hukum Waris, Kaifa : Bandung, hlm. 111
adalah keturunan pewaris. Oleh karena itu 10
Oemar Moechtar, 2019, Perkembangan Hukum
anak luar kawin juga merupakan Waris Praktik Penyelesaian Sengketa
Kewarisan di Indonesia, Kencana. Surabaya,
Legitimaris, sehingga memiliki hak mutlak hlm. 87

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


87

kandung bergantung dengan jumlah anak tiga orang atau lebih anak kandung. Bagian
kandung yang ditinggakan. Apabila anak ¾ ini di waris secara kolektif oleh bagian
kandung yang ditingalkan, maka bagian anak kandung.
mutlaknya adalah ½ bagian dari harta yang Legitieme portie BCD adalah ¾ x 1/3
ditinggalkan. Apabila dua orang anak (untuk BCD) = ¼ ( masing – masing dapat
kandung yang ditinggalkan maka bagian ¼ bagian ). Bagian bebas atau bagian sisa (
mutlaknya adalah 2/3 bagian dari bagian beschikbaar deel ) yang dapat diberikan
yang sedianya diterima. Bukan dari harta kepada ahli waris testamenter yaitu sisa
peninggalan, sedangkan jika tiga orang setelah diambil oleh ahli waris ab intestato
atau lebih anak kandung yang ditinggalkan legitimaris, yaitu 1 – ¾ - ¼ bagian.
maka bagian mutlaknya adalah ¾ bagian Legitieme portie dalam ketentuan
dari bagian yang sedianya diterima, bukan Pasal 915 KUH Perdata. Didalam
dari harta peninggalan.11 Untuk memudah- ketentuan Pasal 915 KUH Perdata
kan dalam menentukan Legitieme Portie disebutkan bahwa garis lurus ke atas
untuk anak kandung, maka perhatikan bagian mutlak itu adalah selamanya
contoh-contoh berikut ini: setengah dari apa yang menurut undang-
undang menjadi bagian tiap-tiap mereka
Pertanyaan : dalam garis itu dalam pewarisan karena
kematian. Atau dengan kata lain dalam
garis lurus ke atas, maka bagian yang
†A diterima ahli waris dalam garis lurus ke
atas yaitu, tetap ½ bagian dari bagian
menurut undang-undang menjadi bagian
B C D
tiap-tiap mereka, waris ab intestato non –
legitimaris tidak perlu diperhatikan. Untuk
A Meninggal dunia meninggalkan memudahkan dalam pemahaman
tiga orang anak kandung bernama A, B, C, penerapan ketentuan Pasal 915 KUH
dan D. Berapa besarnya legitieme portie Perdata, maka dapat dijelaskan sesuai
BCD ? dengan contoh berikut ini :
Dasar Hukum :Pasal 914 KUH
Perdata. Dalam hal ini legitieme portie
sebesar ¾ karena pewaris meninggalkan

11
Ibid, hlm. 113.

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


88

Pertanyaan : ketentuan Pasal 859 KUH Perdata

C disebutkan bahwa ayah atau ibu yang


hidup terlama mewarisi seluruh harta
B C
peninggalan anaknya yang meninggal
tanpa meninggakan keturunan, suami atau
† A istri, saudara laki-laki atau perempuan.12
x = 100 % Karena dalam hal ini A tidak
meninggalkan keturunan maka B dan C
Kronologi Perkara : masing-masing seharusnya memperoleh ½
A meninggal dunia, meningalkan bagian.
orangtua kandungnya bernama B dan C. Namun karena ada wasiat yang
Dalam wasiatnya, A mengangkat X isinya mengangkat X sebagai 100 % harta
sebagai satu-satunya waris (100 %). Siapa warisan, maka berlakulah ketentuan Pasal
ahli waris A dan berapa bagian warisnya ? 915 KUH Perdata. Legitieme portie dalam
Dalam kasus diatas, A hanya garis lurus ke atas adalah 1/2 , maka jika
meninggalkan ahli waris golongan kedua dihubungkan dengan ketentuan Pasal 859
(ayah dan ibu) saja tanpa meninggalkan KUH Perdata maka perhitungannya
istri dan anak-anaknya. Dalam wasiatnya, sebagai berikut :
A mengangkat X untuk menerima 100 % Legitieme Portie B = ½ (Pasal 915
hartanya, yang secara tidak langsung KUH Perdata) x ½ (Pasal 859 KUH
walaupun tidak dinyatakan tegas dalam Perdata) = ¼ bagian
wasiat, orang tua A yaitu B dan C, di Legitieme Portie C = ½ (Pasal 915
onterfd oleh A, sebab seluruh hartanya KUH Perdata) x ½ (Pasal 859 KUH
hanya diwaris oleh X. Perdata) = ¼ bagian.
Namun perlu diperhatikan bahwa X dalam hal ini memperoleh bagian
dalam kasus ini, B dan C merupakan ahli sisa setelah dikurangi legitime portie,
waris dalam lurus ke atas ( adcedenten ) yaitu:
yang mana berdasarkan ketentuan Pasal = Harta Waris – LP B – LP C
915 KUH Perdata, B dan C memiliki = 1 – ¼- ¼
legitieme portie yaitu sebesar ½ dari =½
bagian menurut undang-undang. Andai Sehingga bagian waris yang harus
kata B dan C menurut legitieme portie diterima masing-masing yaitu :
maka berlakulah ketentuan Pasal 915 KUH
12
Perdata jo Pasal 859 KUH Perdata. Dalam Ibid, hlm. 115.

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


89

B = ¼ bagian pengetahuan dan teknologi dan/atau alat


C = ¼ bagian bukti lain yang menurut hukum mempunyai
X = ½ atau 2/4 bagian. hubungan darah, termasuk hubungan
Perkembangan hukum terkait dengan perdata dengan keluarga ayahnya”.
anak luar kawin, termasuk anak zina dan Namun pengakuan normatif dalam putusan
anak sumbang, diberikan oleh Mahkamah Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut
Konstitusi melalui Putusan Nomor : 46/ diisyaratkan harus dapat dibuktikan
PUU-VIII/ 2010. Putusan tersebut berdasarkan ilmu pengetahuan dan
menyatakan pada intinya menyatakan dua teknologi dan/atau alat bukti lain menurut
hal, yaitu : Pertama : Pasal 43 ayat (1) hukum
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Kendati sebuah Putusan Mahkamah
tentang Perkawinan yang menyatakan : Konstitusi tersebut dianggap sebagai
“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan reformasi hukum terkait pengakuan
hanya mempunyai hubungan perdata hubungan perdata anak luar kawin dengan
dengan ibunya dan keluarga ibunya”, orang tua kandungnya, namun ternyata
bertentangan dengan Undang-Undang tidak diputuskan secara bulat. Salah
Dasar Repubik Indonesia Tahun 1945 seorang Hakim Konstitusi, yakni Maria
sepanjang dimaknai menghilangkan Farida Indrati memiliki suatu alasan yang
hubungan perdata dengan laki-laki yang berbeda ( corcurring opinion) dalam
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu putusan tersebut, bahwa tidak diakuinya
pengetahuan dan teknologi dan/ atau alat hubungan keperdataan antara anak luar
bukti lain menurut hukum ternyata kawin dengan ayah kandungnya adalah
mempunyai hubungan darah sebagai sebagai suatu resiko dari perkawinan yang
ayahnya. tidak tercatatkan menurut Undang-Undang
Kedua, menyatakan Pasal 43 ayat (1) Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Akibat putusan tersebut merupakan
tentang Perkawinan tersebut tidak kerugian bagi laki-laki atau perempuan
memiliki kekuatan hukum mengikat, yang telah melakukan perkawinan, bukan
sehingga ayat tersebut harus dibaca : suatu resiko anak yang harus di tanggung
“Anak yang dilahirkan di luar perkawinan oleh anak yang telah dilahirkan. Oleh
hanya mempunyai hubungan perdata karena itu pemenuhan hak-hak anak yang
dengan ibunya dan keluarga ibunya serta terlahir dari suatu perkawinan, terlepas
dengan laki-laki sebagai ayahnya yang perkawinan tersebut sah atau tidak adalah
dapat dibuktikan berdasarkan ilmu

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


90

tetap menjadi kewajiban orang tua Menurut hubungan darah, (i) golongan
kandung atau kedua orang tua biologisnya. laki-laki terdiri dari : ayah anak laki-laki,
3.2. Penyelesaian Jika Terjadi Sengketa saudara laki-laki, paman dan kakek, (ii)
Dalam Pembagian Waris Islam golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak
Faraid (hukum waris Islam) adalah perempuan, saudara perempuan dari nenek,
hukum yang mengatur tentang pemindahan (b) menurut hubungan perkawinan terdiri
hak pemindahan hak pemilikan harta atas : duda atau janda. namun apabila
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan semua ahli waris ada, maka yang berhak
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris mendapatkan warisan hanya : anak, ayah,
dan berapa bagian masing-masing. Dalam janda atau duda. Ahli waris dalam Islam
Islam istilah waris berasal dari kata dibedakan menjadi tiga macam : (a).
warasah yang berarti hukum yang Dzawil furudz, (b) ashabah,dan (c)
mengatur tentang pemindahan tirkah (hak Mawaali atau ahli waris pengganti.
pemilikan harta peninggalan) dari al- Pluralisme hukum waris di Indonesia
muwaris (orang yang mewariskan) kepada berakibat berlakunya tiga macam hukum
al-waris (ahli waris) dengan menentukan waris yang sama-sama berlaku, yakni : (1).
siapa yang berhak menjadi ahi waris dan Hukum waris Islam yang diperuntukan
berapa hak atau bagian yang berhak untuk bagi warga negara yang beragama islam,
diterimanya. Dalam kitab fiqh waris (2). Hukum waris Barat atau Burgerlijk
tersebut dinamakan dengan istilah faraid, Wetboek yang diperuntukan bagi golongan
yang merupakan bentuk jamak dari faridah Eropa dan golongan Timur Asing
yang berasal dari kata fard, yang berarti Tionghoa, (3). Hukum waris adat yang
ketentuan.13 diperuntukan bagi golongan bumi putra
Hal yang membedakan hukum waris yang tunduk pada hukum adat. Namun
Islam dengan hubungan waris lainnya dalam praktiknya, warga negara yang
yaitu adanya penggolongan macam ahli beragama Islam, enggan menggunakan
waris yang berbeda-beda. Bagian warisan hukum waris Islam yang dinilai tidak
pun berbeda-beda bergantung kondisi memberikan keadilan.
kasus pewarisan. Dalam ketentuan Pasal Berdasarkan Yurisprudensi Mah-
174 ayat (1) KHI disebutkan kelompok- kamah Agung Nomor : 172 K/ Sip/ 1974,
kelompok ahli waris terdiri dari : (a). Hukum yang diterapkan adalah hukum
13
Rahmad Taufiq Hidayat. et al. 2000. Almanak
agama dari pewaris itu sendiri. Dengan
Alam Islami Sumber Rujukan Keluarga Muslim adanya Yurisprudensi dari Mahkamah
Milenium Baru. Cetakan ke – 1, Jakarta :
Dunia Pustaka Jaya, hlm. 332 Agung tersebut, tidak dimungkinkan

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


91

adanya pilihan hukum (choice of laws) anak laki – laki, mendapatkan bagian
dalam menentukan hukum waris yang akan sisanya. Apabila tidak ada ashabah bisa
diterapkan/ digunakan. Isi Yurisprudensi jadi dalam pewarisan terjadi perhitungan
Mahkamah Agung Nomor : 172 K/ Sip/ aul atau radd.
1974, yaitu : Menurut pendapat dari Moh. Anwar
a. Bagi warga negara yang beragama bahwa sebelum melakukan perhitungan
Islam, berlaku sistem hukum waris asal masalah tersebut ada beberapa hal
Islam; yang harus diperhatikan sebelumnya yang
b. Bagi warga negara yang bukan antara lain 14:
beragama islam, berlaku sistem hukum a. Menentukan siapa yang berhak
waris Barat (Burgerlijk Wetboek) atau menerima bagian dari ahli waris yang
hukum waris Barat. ada, dalam hal ini perlu untuk diihat
Dalam hukum waris, pembagian siapa yang terhalang mewaris dan siapa
harta warisan yang diberikan kepada ahli yang tidak.
waris dalam prosesnya dapat berlangsung b. Menentukan beberapa besar bagian dari
tanpa sengketa atau dengan sengketa. Pada masing-masing ahli waris menurut
prinsipnya pelaksanaan pembagian harta ketentuan dari ahli waris dzawil
warisan berlangsung secara musyarawah. furudzyang berhak menerima warisan
Musyawarah dilakukan oleh keluarga tersebut dan menentukan siapa yang
internal untuk menentukan bagian masing- berhak menjadi ahli waris ashabah yang
masing ahli waris. Apabila musyawarah akan menerima kelebihan harta apabila
tidak dapat menyelesaikan sengketa, maka ada.
sengeketa tersebut diselesaikan melalui c. Setelah menentukan hal-hal diatas, maka
litigasi atau pengadian yang berwenang. barulah dilakukan perhitungan menurut
Cara menghitung kasus hukum faraidh, namun dalam hal ini selain
waris Islam yang paling praktis yaitu menentukan asal masalah perlu juga
dengan cara mengeluarkan terlebih dahulu untuk memperlihatkan kemungkinan
bagian dzawil furudz (ahlli waris munculnya masalah aul dan / atau radd.
bagiannya telah ditentukan oleh Al-
Qur’an), misalnya bagian ayah, ibu, janda,
anak perempuan. Sisa di luar dzawil
furudzyaitu : ashabah ,antara lain : (a).
14
laki-laki, (b). Laki-laki mewaris bersama Moh.Anwar,. 1981. Faraid Hukum Waris dalam
Islam dan Masalah-Masalahnya, Medan : al –
perempuan; dan (c). ayah. Bila tidak ada ikhlas, hlm. 39

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


92

PENUTUP Penunjukan ahli waris dan pemberian


4.1. Kesimpulan legaat termasuk dalam genus making.
Berdasarkan pembahasan diatas 2. Hal yang membedakan hukum waris
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Islam dengan hubungan waris lainnya
1. Oleh karena dalam suatu pewarisan yaitu adanya penggolongan macam ahli
terdapat 3 (tiga) unsur penting, yaitu : waris yang berbeda-beda. Bagian
(1) adanya orang yang meninggal warisan pun berbeda-beda bergantung
dunia selaku pewaris, (2). Adanya kondisi kasus pewarisan. Dalam
harta kekayaan yang ditinggalkan, (3). ketentuan Pasal 174 ayat (1) KHI
Adanya ahli waris. Yang dimaksud disebutkan kelompok-kelompok ahli
dengan Pewaris adalah orang yang waris terdiri dari : (a). Menurut
meninggal dunia dengan meninggalkan hubungan darah, (i) golongan laki-laki
suatu harta kekayaan. Sedangkan yang terdiri dari : ayah anak laki-laki,
dimaksud dengan ahli waris adalah saudara laki-laki, paman dan kakek, (ii)
orang-orang yang menggantikan golongan perempuan terdiri dari : ibu,
kedudukan si pewaris dalam bidang anak perempuan, saudara perempuan
hukum harta kekayaan, karena dari nenek, (b) menurut hubungan
meninggalnya pewaris. Sedangkan perkawinan terdiri atas : duda atau
yang dimaksud dengan Warisan adalah janda. namun apabila semua ahli waris
harta kekayaan yang dapat berupa ada, maka yang berhak mendapatkan
kumpulan aktiva dan pasiva dari si warisan hanya : anak, ayah, janda atau
pewaris yang berpindah kepada para duda. Ahli waris dalam Islam
ahli waris.Testament atau wasiat dibedakan menjadi tiga macam : (a).
adalah pernyataan kehendak terakhir Dzawil furudz, (b) ashabah,dan (c)
dari si pewaris mengenai apa yang Mawaali atau ahli waris pengganti.
dikehendaki akan terjadi dengan harta
kekayaan sesudah ia meninggal dunia. 4.2. Saran
Penunjukan seseorang sebagai ahli Hukum waris adalah peraturan yang
waris di dalam suatu testament atau mengatur perpindahan kekayaan seseorang
wasiat disebut erfstelling. Pemberian yang meninggal dunia kepada satu atau
warisan melalui testamen kepada beberapa orang lain. Jika pada nantinya
orang-orang tertentu atas barang- terjadi pembagian waris maka dihitung
barang tertentu disebut legaat dan si dengan ahli waris sesuai dengan legitimie
penerima legaat disebut legataris. portie sesuai hak ahli waris, agar nantinya

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


93

tidak timbul terjadinya sebuah sengketa. Soebekti, 1983, Kaitan Undang-Undang


Jika tidak maka salah satu pihak tidak Perkawinan dengan Penyusunan
terima terkait pembagian waris tersebut. Hukum Waris, Kertas Kerja pada
Simposium Hukum Waris Nasional,
diselenggarakan oleh Badan
DAFTAR PUSTAKA Pembinaan Hukum Nasional,
Jakarta, 10-12 Februari 1983.
Irma Devita Purnamasari, 2014, Kiat-Kiat
Cerdas, Mudah, dan Bijak Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum
Memahami Masalah Hukum Waris, Perkawinan di Indonesia, cetakan ke
Kaifa : Bandung, – 7, Sumur Bandung,

I Made Pasek Diantha, 2016, Metodologi


Penelitian Hukum Normatif dalam Peraturan Perundang-undangan :
Justifikasi Teori Hukum (Jakarta: - KUH Perdata
Prenada Media Grup).
- Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
J. Andy Hartanto, 2015, Kedudukan dan
- Tentang Perkawinan
Hak Waris Anak Luar Kawin
menurut “Burgerlijk Wetboek”
- Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Pasca Putusan Mahkamah
Konstitusi, LaksBang Justitia
Surabaya
- Yurisprudensi Mahkamah Agung
Nomor : 172 K/ Sip/ 1974
Oemar Moechtar, 2019, Perkembangan
Hukum Waris Praktik Penyelesaian
Sengketa Kewarisan di Indonesia,
Kencana. Surabaya

Rahmad Taufiq Hidayat. et al. 2000.


Almanak Alam Islami Sumber
Rujukan Keluarga Muslim Milenium
Baru. Cetakan ke – 1, Jakarta : Dunia
Pustaka Jaya

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019


94

BIODATA SINGKAT PENULIS

BILLY VERIAN SALIM adalah Praktisi


Bidang Pekerja Migrant Indonesia.
Menyelesaikan pendidikan S1 pada
Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen,
President University, Bekasi. Pada saat ini
sedang menyelesaikan program pendidikan
S2 pada Fakultas Hukum Universitas
Narotama Surabaya.

JURNAL RECHTENS, Vol. 8, No. 1, Juni 2019

Anda mungkin juga menyukai