Oleh :
Abstract
The inheritance law is a rule governing the legal consequences of a person's death against the
intangible property: the transfer of wealth from the heir to the heirs. Either in the relationship
of their fellow heirs or between them and the third party. The child is still open to the
opportunity to inherit the property of his parents, with the record he has been recognized by
his ayah-ibunya, while the right to justify the mother's possessions by the law is determined
automatically without the need for a Recognition. Despite being born out of a legitimate
marriage, the acknowledged child of marriage is a hereditary heir.
pewaris tersebut kepada para ahi waris. disebut legataris. Penunjukan ahli waris
Baik dalam hubungan sesama ahli waris dan pemberian legaat termasuk dalam
maupun antara mereka dengan pihak genus making. Dalam hukum pewarisan
ketiga. dapat dikenal sebagai legitieme portie,
Oleh karena itu dalam suatu yaitu suatu bagian minimum dari warisan
pewarisan terdapat 3 (tiga) unsur penting, yang dijamin oleh Undang-Undang bagi
yaitu : (1) adanya orang yang meninggal ahli waris tertentu yang tidak boleh
dunia selaku pewaris, (2). Adanya harta diganggu gugat oleh ahli waris lainnya.7
kekayaan yang ditinggalkan, (3). Adanya Hukum waris yang berpindah di
ahli waris. Yang dimaksud dengan Pewaris dalam proses pewarisan adalah harta
adalah orang yang meninggal dunia kekayaan di pewaris. Jadi, obyek hukum
dengan meninggalkan suatu harta waris adalah harta kekayaan yang
kekayaan. Sedangkan yang dimaksud ditinggalkan oleh si pewaris (orang yang
dengan ahli waris adalah orang-orang yang meninggal dunia) untuk dibagi bersama di
menggantikan kedudukan si pewaris dalam antara para ahli waris sesuai dengan bagian
bidang hukum harta kekayaan, karena masing-masing, baik menurut undang-
meninggalnya pewaris. Sedangkan yang undang ataupun berdasarkan suatu wasiat.
dimaksud dengan Warisan adalah harta Harta kekayaan adalah semua hak-hak dan
kekayaan yang dapat berupa kumpulan kewajiban yang dipunyai orang, yang
aktiva dan pasiva dari si pewaris yang mempunyai nilai uang. Demikian maka
6
berpindah kepada para ahli waris. dapat dikatakan bahwa hukum waris
Testamen atau wasiat adalah per- merupakan hukum harta kekayaan
nyataan kehendak terakhir dari si pewaris Anak luar kawin yang dapat diakui
mengenai apa yang dikehendaki akan adalah anak yang dilahirkan oleh
terjadi dengan harta kekayaan sesudah ia seseorang ibu, tetapi yang tidak dibenihkan
meninggal dunia. Penunjukan seseorang oleh seorang pria yang berada dalaam
sebagai ahli waris di dalam suatu testament ikatan perkawinan sah dengan ibu si anak
atau wasiat disebut erfstelling.Pemberian tersebut, dan tidak termasuk dalam
warisan melalui testamen kepada orang- kelompok anak zinah dan anak sumbang.
orang tertentu atas barang-barang tertentu Menurut Hukum Islam, seseorang anak
disebut legaat dan si penerima legaat dikatakan sah apabila dilahirkan sekurang-
6
J. Andy Hartanto, 2015, Kedudukan dan Hak
kurangnya enam bulan sesudah atau di
Waris Anak Luar Kawin menurut “Burgerlijk
Wetboek” Pasca Putusan Mahkamah
7
Konstitusi, LaksBang Justitia Surabaya, hlm.10 Ibid, hlm. 11
dalam tenggang masa tunggu (iddah), yaitu Anak luar kawin yang tidak diakui
4 bulan dan 10 hari sesudah perkawinan itu tidak akan menimbulkan suatu akibat
putus.8 hukum dalam pewarisan, karena anak luar
Menurut Hukum Perdata Barat, kawin yang tidak diakui baik oleh ibunya
syarat agar anak luar kawin dapat mewaris maupun oleh bapaknya tidak dapat
adalah bahwa anak luar kawin tersebut mewaris harta peninggalan orang tuanya.
harus diakui secara sah oleh ayahnya. Sedangkan anak luar kawin yang diakui
Karena menurut sistem KUH Perdata pada sah baik oleh ibunya maupun oleh
asasnya hanya mereka yang mempunyai bapaknya akan menimbulkan akibat
hubungan hukum dengan si pewaris hukum dalam pewarisan. Dengan adanya
sajalah yang mempunyai hak waris pengakuan tersebut akan mengakibatkan
menurut undang-undang. Hubungan timbulnya hubungan perdata antara anak
hukum antara anak luar kawin dan orang luar kawin yang diakui dengan orang tua
tuamya lahir karena adanya suatu yang mengakuinya. Anak luar kawin
pengakuan. Sehingga anak-anak luar mendapat warisan dari ayahnya jika dia
kawin berhak mewarisi harta orang tuanya. diakui secara sah oeh ayahnya dengan
Sebagaimana di dalam Kompilasi menggunakan Akta Pengakuan Anak
Hukum Islam mengenai Waris, Pasal 186, secara autentik sesuai dengan Pasal 281
menjelaskan :“Anak yang lahir di luar KUH Perdata.
perkawinan hanya mempunyai hubungan Menurut Pasal 281 ayat (1) KUH
saling mewarisi dengan ibu dan keluarga Perdata : “Apabila anak luar kawin itu
pihak ibunya”. Oleh karena itu dia hanya mewaris bersama-sama dengan anak sah
diwarisi oleh ibunya saja. Anak luar kawin atau janda atau duda yang hidup terlama
masih terbuka peluang untuk mewarisi atas dari pada si pewaris, maka anak luar kawin
harta kekayaan orang tuanya, dengan itu akan mewaris sepertiga bagian dari
catatan ia telah diakui oleh ayah-ibunya, pada bagian anak sah”.Jadi untuk
sedangkan hak untuk mewaris terhadap menentukan bagian harus diterima oleh
harta ibu oleh Undang-Undang ditentukan anak luar kawin yang diakui terlebih
secara otomatis tanpa memerlukan adanya dahulu harus menentukan bagian yang ia
suatu pengakuan. terima seandainya ia adalah anak sah,
kemudian baru bisa mengambil secara
sepertiga.
8
Wirjono Prodjodikoro, 1981, Hukum Hak waris aktif anak luar kawin atas
Perkawinan di Indonesia, cetakan ke-7, Sumur
Bandung, hlm.72 harta warisan pada hakekatnya sepenuhnya
sama dengan hak dari keluarga sedarah selaku ahli waris (legitieme portie), yaitu
yang sah, demikian juga saudara-saudara ½ bagian dari hak yang seharusnya dia
sedarah yang sah, demikian juga saudara- terima jika dia anak sah.9
saudara sedarah luar kawin, ia merupakan Perhitungan harta waris melalui
ahli waris yang sesungguhnya. Hak waris Legitieme Portie. Legitieme Portie sama
pasif adalah apabila seorang anak luar dengan bagian mutlak, yaitu bagian yang
kawin meninggalkan harta warisan yang besarnya ditentukan oleh undang-undang.
harus dibagi-bagi di antara para hali Dalam ketentuan Pasal 913 KUH Perdata
warisnya baik anak-anak yang sah maupun disebutkan bahwa “Legitieme Portie
anak-anak luar kawin. Pihak yang berhak adalah suatu bagian dari harta peninggalan
atas harta warisan dari pewaris yang yang harus diberikan kepada para waris
merupakan anak luar kawin, pertama-tama dalam garis lurus menurut undang-undang,
adalah keturunannya yang sah suami/ isteri terhadap bagian mana si pewaris tak
yang hidup terlama. diperbolehkan menetapkan sesuatu baik
Bagian warisan untuk anak luar selaku pemberian antara yang masih hidup
kawin, berdasarkan Pasal 863 KUH maupun selaku wasiat”.Legitieme Portie
Perdata adalah sebagai berikut : hanya ada untuk ahli waris ab intestato
a. Jika mewaris bersama Golongan I, dalam garis lurus, baik dalam garis lurus
maka mendapat 1/3 bagian seandainya ke atas (adcendenten) maupun garis lurus
dia anak sah; ke bawah (decendenten), atau disebut juga
b. Jika mewaris bersama Golongan II dan ahli waris ab-intestato legitimaris.10Ahli
Golongan III, maka mendapatkan ½ waris ab intestatodalam garis lurus ke atas
bagian dari seluruh harta peninggalan; yaitu orang tua, kakek, nenek, sedangkan
c. Jika mewaris bersama Golongan IV, ahli waris ab intestato dalam garis lurus ke
maka mendapat ¾ bagian dari seluruh bawah yaitu, anak kandung dan anak
harta peninggalan; angkat.
d. Jika tidak ada satu pun ahli waris lain, Ketentuan dalam Pasal 914 KUH
maka seluruh harta peninggalan Perdata menyebutkan bagian mutlak untuk
menjadi bagian anak luar kawin. anak kandung. Bagian mutlak anak
Meskipun lahir diluar perkawinan 9
Irma Devita Purnamasari, 2014, Kiat-Kiat
yang sah, anak luar kawin yang diakui Cerdas, Mudah, dan Bijak Memahami Masalah
Hukum Waris, Kaifa : Bandung, hlm. 111
adalah keturunan pewaris. Oleh karena itu 10
Oemar Moechtar, 2019, Perkembangan Hukum
anak luar kawin juga merupakan Waris Praktik Penyelesaian Sengketa
Kewarisan di Indonesia, Kencana. Surabaya,
Legitimaris, sehingga memiliki hak mutlak hlm. 87
kandung bergantung dengan jumlah anak tiga orang atau lebih anak kandung. Bagian
kandung yang ditinggakan. Apabila anak ¾ ini di waris secara kolektif oleh bagian
kandung yang ditingalkan, maka bagian anak kandung.
mutlaknya adalah ½ bagian dari harta yang Legitieme portie BCD adalah ¾ x 1/3
ditinggalkan. Apabila dua orang anak (untuk BCD) = ¼ ( masing – masing dapat
kandung yang ditinggalkan maka bagian ¼ bagian ). Bagian bebas atau bagian sisa (
mutlaknya adalah 2/3 bagian dari bagian beschikbaar deel ) yang dapat diberikan
yang sedianya diterima. Bukan dari harta kepada ahli waris testamenter yaitu sisa
peninggalan, sedangkan jika tiga orang setelah diambil oleh ahli waris ab intestato
atau lebih anak kandung yang ditinggalkan legitimaris, yaitu 1 – ¾ - ¼ bagian.
maka bagian mutlaknya adalah ¾ bagian Legitieme portie dalam ketentuan
dari bagian yang sedianya diterima, bukan Pasal 915 KUH Perdata. Didalam
dari harta peninggalan.11 Untuk memudah- ketentuan Pasal 915 KUH Perdata
kan dalam menentukan Legitieme Portie disebutkan bahwa garis lurus ke atas
untuk anak kandung, maka perhatikan bagian mutlak itu adalah selamanya
contoh-contoh berikut ini: setengah dari apa yang menurut undang-
undang menjadi bagian tiap-tiap mereka
Pertanyaan : dalam garis itu dalam pewarisan karena
kematian. Atau dengan kata lain dalam
garis lurus ke atas, maka bagian yang
†A diterima ahli waris dalam garis lurus ke
atas yaitu, tetap ½ bagian dari bagian
menurut undang-undang menjadi bagian
B C D
tiap-tiap mereka, waris ab intestato non –
legitimaris tidak perlu diperhatikan. Untuk
A Meninggal dunia meninggalkan memudahkan dalam pemahaman
tiga orang anak kandung bernama A, B, C, penerapan ketentuan Pasal 915 KUH
dan D. Berapa besarnya legitieme portie Perdata, maka dapat dijelaskan sesuai
BCD ? dengan contoh berikut ini :
Dasar Hukum :Pasal 914 KUH
Perdata. Dalam hal ini legitieme portie
sebesar ¾ karena pewaris meninggalkan
11
Ibid, hlm. 113.
tetap menjadi kewajiban orang tua Menurut hubungan darah, (i) golongan
kandung atau kedua orang tua biologisnya. laki-laki terdiri dari : ayah anak laki-laki,
3.2. Penyelesaian Jika Terjadi Sengketa saudara laki-laki, paman dan kakek, (ii)
Dalam Pembagian Waris Islam golongan perempuan terdiri dari : ibu, anak
Faraid (hukum waris Islam) adalah perempuan, saudara perempuan dari nenek,
hukum yang mengatur tentang pemindahan (b) menurut hubungan perkawinan terdiri
hak pemindahan hak pemilikan harta atas : duda atau janda. namun apabila
peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan semua ahli waris ada, maka yang berhak
siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris mendapatkan warisan hanya : anak, ayah,
dan berapa bagian masing-masing. Dalam janda atau duda. Ahli waris dalam Islam
Islam istilah waris berasal dari kata dibedakan menjadi tiga macam : (a).
warasah yang berarti hukum yang Dzawil furudz, (b) ashabah,dan (c)
mengatur tentang pemindahan tirkah (hak Mawaali atau ahli waris pengganti.
pemilikan harta peninggalan) dari al- Pluralisme hukum waris di Indonesia
muwaris (orang yang mewariskan) kepada berakibat berlakunya tiga macam hukum
al-waris (ahli waris) dengan menentukan waris yang sama-sama berlaku, yakni : (1).
siapa yang berhak menjadi ahi waris dan Hukum waris Islam yang diperuntukan
berapa hak atau bagian yang berhak untuk bagi warga negara yang beragama islam,
diterimanya. Dalam kitab fiqh waris (2). Hukum waris Barat atau Burgerlijk
tersebut dinamakan dengan istilah faraid, Wetboek yang diperuntukan bagi golongan
yang merupakan bentuk jamak dari faridah Eropa dan golongan Timur Asing
yang berasal dari kata fard, yang berarti Tionghoa, (3). Hukum waris adat yang
ketentuan.13 diperuntukan bagi golongan bumi putra
Hal yang membedakan hukum waris yang tunduk pada hukum adat. Namun
Islam dengan hubungan waris lainnya dalam praktiknya, warga negara yang
yaitu adanya penggolongan macam ahli beragama Islam, enggan menggunakan
waris yang berbeda-beda. Bagian warisan hukum waris Islam yang dinilai tidak
pun berbeda-beda bergantung kondisi memberikan keadilan.
kasus pewarisan. Dalam ketentuan Pasal Berdasarkan Yurisprudensi Mah-
174 ayat (1) KHI disebutkan kelompok- kamah Agung Nomor : 172 K/ Sip/ 1974,
kelompok ahli waris terdiri dari : (a). Hukum yang diterapkan adalah hukum
13
Rahmad Taufiq Hidayat. et al. 2000. Almanak
agama dari pewaris itu sendiri. Dengan
Alam Islami Sumber Rujukan Keluarga Muslim adanya Yurisprudensi dari Mahkamah
Milenium Baru. Cetakan ke – 1, Jakarta :
Dunia Pustaka Jaya, hlm. 332 Agung tersebut, tidak dimungkinkan
adanya pilihan hukum (choice of laws) anak laki – laki, mendapatkan bagian
dalam menentukan hukum waris yang akan sisanya. Apabila tidak ada ashabah bisa
diterapkan/ digunakan. Isi Yurisprudensi jadi dalam pewarisan terjadi perhitungan
Mahkamah Agung Nomor : 172 K/ Sip/ aul atau radd.
1974, yaitu : Menurut pendapat dari Moh. Anwar
a. Bagi warga negara yang beragama bahwa sebelum melakukan perhitungan
Islam, berlaku sistem hukum waris asal masalah tersebut ada beberapa hal
Islam; yang harus diperhatikan sebelumnya yang
b. Bagi warga negara yang bukan antara lain 14:
beragama islam, berlaku sistem hukum a. Menentukan siapa yang berhak
waris Barat (Burgerlijk Wetboek) atau menerima bagian dari ahli waris yang
hukum waris Barat. ada, dalam hal ini perlu untuk diihat
Dalam hukum waris, pembagian siapa yang terhalang mewaris dan siapa
harta warisan yang diberikan kepada ahli yang tidak.
waris dalam prosesnya dapat berlangsung b. Menentukan beberapa besar bagian dari
tanpa sengketa atau dengan sengketa. Pada masing-masing ahli waris menurut
prinsipnya pelaksanaan pembagian harta ketentuan dari ahli waris dzawil
warisan berlangsung secara musyarawah. furudzyang berhak menerima warisan
Musyawarah dilakukan oleh keluarga tersebut dan menentukan siapa yang
internal untuk menentukan bagian masing- berhak menjadi ahli waris ashabah yang
masing ahli waris. Apabila musyawarah akan menerima kelebihan harta apabila
tidak dapat menyelesaikan sengketa, maka ada.
sengeketa tersebut diselesaikan melalui c. Setelah menentukan hal-hal diatas, maka
litigasi atau pengadian yang berwenang. barulah dilakukan perhitungan menurut
Cara menghitung kasus hukum faraidh, namun dalam hal ini selain
waris Islam yang paling praktis yaitu menentukan asal masalah perlu juga
dengan cara mengeluarkan terlebih dahulu untuk memperlihatkan kemungkinan
bagian dzawil furudz (ahlli waris munculnya masalah aul dan / atau radd.
bagiannya telah ditentukan oleh Al-
Qur’an), misalnya bagian ayah, ibu, janda,
anak perempuan. Sisa di luar dzawil
furudzyaitu : ashabah ,antara lain : (a).
14
laki-laki, (b). Laki-laki mewaris bersama Moh.Anwar,. 1981. Faraid Hukum Waris dalam
Islam dan Masalah-Masalahnya, Medan : al –
perempuan; dan (c). ayah. Bila tidak ada ikhlas, hlm. 39