Anda di halaman 1dari 4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. IUD
2.1.1 Definisi
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device (IUD)
dikenal sejak tahun 1800 an berupa semacam kancing kecil yang dimasukkan
pada saluran servix. Perkembangannya bertambah pesat mulai tahun 1902 di
Jerman sebagai alat kontrasepsi non hormonal, hingga saat ini IUD juga terdapat
dalam bentuk hormonalnya. IUD hormonal AKDR yang mengandung hormon
steroid adalah Progestaset-T yang mengandung Progesteron dari Mirena yang
mengandung Levonorgestrel. Perangkat kontrasepsi berukuran kecil, yang
umumnya berbentuk 'T’ ini mengandung 52 mg levonorgestrel, yang dimasukkan
ke dalam rahim dan akan melepas hormone tersebut 20µg per hari (jeje1,33).
IUD hormonal adalah salah satu bentuk kontrasepsi jangka panjang reversibel
yang merupakan metode pengendalian kelahiran yang paling efektif sampai lima
tahun, tapi dapat mengurangi pengeluaran darah berlebih saat menstruasi dan
tingkat resiko infeksi pelvic hingga tujuh sampai lebih dari sepuluh tahun. (jeje 1;
Winner et al, 2012). Jenis
2.1.2 Mekanisme Kerja
a. Lendir serviks menjadi lebih kental sehingga menghambat perjalanan sperma
untuk bertemu sel telur
b. Menipiskan endometrium, lapisan dinding rahim yang dapat mengurangi
kemungkinan implantasi embrio pada endometrium
c. Mergurangi jumlah sperma yang mencapai tuba Fallopi;
d. Menginaktifkan sperma

(Rosa, 2012)

2.1.3 Indikasi
Menurut Arum (2011) yang dapat menggunakan IUD adalah sebagai berikut:
a. Usia reproduksi
b. Telah memiliki anak maupun belum
c. Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah
kehamilan
d. Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi
e. Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda-tanda radang panggul
f. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi
g. Sering lupa menggunakan pil
h. Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian
estrogen
i. Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit menular seksual.
2.1.4 Kontra Indikasi
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya;
c. Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis;
d. Menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septik;
e. Kelainan kongenital rahim;
f. Miom submukosum;
g. Rahim yang sulit digerakkan;
h. Riwayat kehamilan ektopik;
i. Penyakit trofoblas ganas
j. Terbukti menderita penyakit tuberkulosis panggul;
k. Kanker genitalia/payudara
l. Sering ganti pasangan;
m. Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan sedikit peningkatan
kadar gula dan kadar insulin.
n. Alergi terhadap levonorgestrel

(Rosa, 2012)

2.1.5 Efek Samping


a. Haid tidak teratur dan bercak sering terjadi dalam tiga sampai enam bulan
pertama penggunaan.
b. Kram dan nyeri selama dan segera setelah pemasangan.
c. Terkadang IUD bisa keluar dari rahim (ekspulsi)
d. Perforasi saat pemasangan karena IUD didorong melalui dinding rahim.
e. Dapat mempengaruhi toleransi glukosa
f. Pertambahan berat badan
g. Sakit kepala, migrain
h. Mual
i. Jerawat
j. Rambut yang berlebihan
k. Sakit perut bagian bawah atau punggung
l. Radang panggul

(Bayer, 2018)

2.1.6 Keuntungan dan Kerugian

Daftar Pustaka

BKKBN.2018.Upaya Meningkatkan Jumlah pesera KB.


https://www.bkkbn.go.id/detailpost/bkkbn-tingkatkan-jumlah-kesertaan-kb-dan-kesadaran-
masyarakat-akan-kesehatan-reproduksi-melalui-bakti-sosial-dalam-rangka-peringatan
harganas-xxvi-tahun-2019 diakses pada 27 September 2021 pukul 16.00 WIB

Kementerian Kesehatan. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2019. Jakarta : Kementrian Kesehatan

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2017. 2018. Buku Remaja. Jakarta: Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan

United Nations. 2020. Trends in Contraceptive Use Worldwide. New York : Department of
Economic and Social Affairs
WHO.2018.Unmet need for family planning. Available at:
http://www.who.int/reproductivehealth/topics/family_planning/unmet_need _fp/en/.

Anda mungkin juga menyukai