Anda di halaman 1dari 2

TRIBUNPADANG.

COM, PADANG- Sedari pagi Kakek Japril mengayuh sepedanya dari


rumahnya menuju tempat dirinya biasa mengais rezeki setiap harinya.

Kakek Japril tinggal di sebuah rumah sederhana bersama dua orang anak dan istrinya.
Rumahnya terletak di pinggiran kota, berlokasi di Pasir Nan Tigo Kecamatan Koto
Tangah, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar).
Meski beberapa hari belakangan, dagangannya sepi dibeli, diusinya sudah 63 tahun
tidak membuatnya patah semangatnya bekerja.
Saat ditemui TribunPadang.com, Rabu (9/4/2020) di Kawasan GOR Haji Agus Salim
(GHAS), Kakek Japril mengaku jualannya bewarna pink 'Harum Manis' belumlah laku.
Padahal pada hari biasanya, dagangannya sudah banyak terjual, dibeli para anak
sekolah.
Kakek Japril paham kondisi sekarang sudah tidak sama dengan beberapa minggu
belakangan.
Anak-anak sekolah yang menyukai dagangannya tidak lagi masuk sekolah.
Tempat wahanan yang biasanya banyak anak-anak bermain juga tutup.

Para pembeli di pasar juga sepi sebab adanya imbauan sosial distancing sebagai upaya
pencegahan penyebaran korona.

"Biasanya saya mulai dari pukul 7 pagi berangkat dari rumah pakai sepeda ini dari
rumah," kata Kakek Japri

Meskipun sudah beberapa orang positif corona di Padang, Kakek Japril mengatakan
mustahil dirinya berdiam diri di rumah.
"Sebab dengan bekerja saja belum tentu dapat uang, apalagi kalau di rumah saja, bisa
tidak makan," ungkapnya.
Kakek Japril mengaku harus sabar, termasuk ketika pagi ini ketika di jalan ban
sepedanya bocor.
"Di tengah jalan ban sepeda juga bocor, terpaksa pergi ke bengkel untuk memberbaiki
bannya terlebih dahulu," kata Kakek Japril.
Kakek Japril menjual satu bungkus 'Harum Wangi' seharga Rp3000.
Dibandingkan pada hari biasanya omset dagangan Kakek Japril bisa mencapai Rp 100
ribu hingga Rp150 ribu.
Efek siswa diliburkan dan imbauan sosial distancing, alhasil omsetnya menurun drastis.
Kakek Japril mengaku hanya bisa membawa uang kisaran Rp 30 ribu setiap harinya.
Bahkan, ada suatu hari dirinya praktis tidak membawa uang sama sekali ke rumahnya.

"Hari ini (Kamis 9/4/2020) saya belum ada yang beli, padahal sudah siang.

Saya sudah ke pasar pagi, Siteba lalu ke Gor (GHAS) ini. Semua tempat yang biasaya
ramai sekarang sepi," ungkap Kakek Japril

Kakek Japril khawatir jika keadaan terus seperti itu bisa-bisa keluarganya kelaparan.

"Kemana mau pergi berjualan. Di rumah sekolah, tapi orang libur, di pasar pagi sepi.
Kalau lama-lama saya bisa kelaparan," ungkapnya.
Saat ini Kakek Japril masih harus menanggung biaya seorang anak dan istrinya yang
tengah sakit.

"Dua anak masih sekolah istri sakit karena terjatuh disembret mobil beberapa tahun
yang lalu,"kata Japril.

Japril mengatakan istirnya tidak bisa bekerja setelah tangan kanannya patah disembret
mobil beberapa tahun yang lalu.

"Waktu dia mau ke Pasar Raya untuk berjualan pisang. Namun ketika dijalan mobil
lewat disembret istri saya, lalu jatuh dan tangannya patah," tambahnya.

Japril mengatakan dirinya pernah didata untuk mendapatkan bantuan pemerintah.

Namun sampai saat ini dirinya justru belumlah mendapatkan bantuan apapun.

"Ada RT yang mendata tapi belum ada dapat bantuan. Saya tidak berharap banyak,
hanya ingin keadaan normal lagi, banyak yang beli dagangan saya ini, itu saja sudah
cukup" kata Kakek Japril.

Anda mungkin juga menyukai