Anda di halaman 1dari 2

KAMBING BOERKA

Kambing Pedaging HasiI Silangan


(naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)

(sumber : SINAR TANI Edisi 24 – 30 September 2008)

K
ambing boerka adalah kambing hasil persilangan antara pejantan Boer dengan induk
kacang. Kambing jenis ini telah diternakkan di Loka Penelitian Kambing Potong, Badan
Litbang Pertanian di Sungai Putih Sumatera Utara. Kambing hasil persilangan ini memiliki
kemampuan tumbuh dan penambahan bobot tubuh yang lebih baik dibandingkan kambing
kacang. Sifat baik lainnya, kambing boerka mampu beradaptasi dengan kondisi tropik-basah
dengan input produksi (pakan) yang moderat atau sedang.
Kambing ini dapat dijadikan salah satu pilihan bagi pengembangan usaha produksi
kambing, terutama untuk usaha produksi secara komersial-intensif, baik untuk kebutuhan
dalam negeri terlebih untuk
memenuhi kebutuhan pasar
internasional.
Kambing kacang dikenal
dengan sifatnya yang sangat
prolifik, dengan kemampuan
melahirkan anak sebanyak rata-
rata 1,67 ekor per kelahiran.
Dengan manajemen yang baik
frekuensi melahirkan pada
kambing kacang dapat diharapkan
3 kali melahirkan dalam dua
tahun. Akan tetapi kambing
kacang memiliki ukuran tubuh
yang kecil dengan kapasitas
tumbuh yang juga rendah.
Sedangkan kambing boer
merupakan kambing tipe
pedaging yang sangat baik dan telah digunakan di banyak negara dalam program persilangan
dengan kambing setempat.

PEMBENTUKAN KAMBING BOERKA


Kambing boerka adalah hasil persilangan
dua bangsa yaitu kambing boer sebagai
pejantan dan kambing kacang sebagai
induk. Koleksi populasi kambing kacang
sebagai induk diperoleh dari berbagai
sumber (peternak) dan diseleksi untuk
mendapatkan breeding stock yang memiliki
karakter kambing kacang murni yaitu telinga
kecil dan tegak dengan bobot tubuh yang
umumnya kecil antara 14 - 16 kg.
Pejantan kambing boer didatangkan
dari Australia dan digunakan sebagai
pejantan untuk dikawinkan secara alam
dengan induk kacang. Dalam proses
persilangan ini pencatatan data dilakukan
secara ketat untuk mengetahui tetua setiap
anak yang dilahirkan serta berbagai kriteria
performans yang nantinya dianalisis untuk
malakukan proses seleksi secara berkelanjutan.
Kambing boerka hasil perkawinan pejantan boer dengan induk kacang memiliki komposisi
darah 50% boer dan 50% kacang. Setelah melalui proses seleksi yang ketat berdasarkan
beberapa parameter produksi, maka pejantan boerka dan induk boerka yang terseleksi
selanjutnya dikawinkan (interse mating), sehingga keturunannya tetap memiliki komposisi 50%
boer dan 50% kacang generasi kedua (F2).
Pola ini terus dilakukan untuk menghasilkan generasi berikutnya (F3, F4, dst). Idealnya
perkawinan terus dilakukan sampai menghasilkan F5 untuk mendapatkan populasi boerka
dengan performans yang stabil. Kegiatan ini akan dilakukan di Loka Penelitian Kambing Potong.

KERAGAAN KAMBING BOERKA


Kambing boerka merupakan jenis kambing
tipe pedaging dengan ciri laju pertumbuhan
yang tinggi dan bobot tubuh yang relatif tinggi
(Tabel 1). Dengan laju pertumbuhan yang
cukup tinggi (Tabel 2) kambing ini mampu
mencapai bobot tubuh dewasa dalam waktu
yang lebih singkat sehingga dapat
meningkatkan efisiensi usaha. Keragaan ini
menunjukkan bahwa kambing boerka pada
umur satu tahun sudah mampu mencapai
kualifikasi bobot tubuh untuk tujuan ekspor.
Keragaan bobot badan maupun tingkat
pertumbuhan pada dasarnya cukup beragam,
namun dengan manajemen yang baik potensi
tersebut dapat dicapai.
Keragaan reproduksi kambing boerka cukup
tinggi Seekor induk dapat melahirkan sebanyak
3 kali dalam periode 2 tahun, yaitu dengan
selang beranak selama delapan bulan. Rata-rata
jumlah anak sekelahiran sekitar 1,6 - 1,7.
Berdasarkan parameter ini, maka jumlah anak
yang dapat dilahirkan oleh seekor induk yang
baik dalam periode dua tahun mencapai 4,8 - 5,1 ekor. Dengan asumsi tingkat mortalitas anak
kambing yang dipelihara pada manajemen yang baik antara 10 - 15%, maka jumlah anak
hidup yang dihasilkan seekor induk sekitar 4 ekor dalam waktu dua tahun.

Simon P Ginting - Loka Penelitian Kambing Potong-Sungai Putih,


Sumatera Utara, Badan Litbang Pertanian

Anda mungkin juga menyukai