Anda di halaman 1dari 3

METODE PENELITIAN

Nama : Maharani Ayu Lestari


NIM : D032211007
Dosen Pengajar : Prof.Dr.Eng. Syafaruddin, S.T, M.Eng
Tugas : 1 (Pengidentifikasian Masalah)
Tanggal Pertemuan : 16 Agustus 2021

Kursi Kerja Cerdas untuk Perkantoran

1. Latar Belakangan Masalah

Semenjak dimulainya Revolusi Industri di Inggris pada awal abad ke-18 Masehi
mengakibatkan perubahan yang sangat signifikan dalam kegiatan ekonomi dunia dan
hal itu menjadi titik balik perekonomian dunia. Dimulai dengan ditemukannya mesin uap
oleh James Watt sehingga lewat mesin uap ini orang-orang dapat memproduksi
berbagai barang yang bernilai ekonomi. Sehingga dengan seiring berjalannya waktu
orang-orang mulai mengenal kantor. Kantor menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan
dari tempat pekerjaan manusia. Kantor merupakan faktor penting dalam
mengkomunikasikan kepemimpinan dan memungkinkan kolaborasi dan komunikasi
antar manusia. Asal mula kantor modern terletak pada organisasi skala besar seperti
pemerintah, perusahaan perdagangan, dan ordo keagamaan yang memerlukan catatan
atau dokumentasi tertulis. Kantor dapat menggambarkan tidak hanya pekerjaan itu
berubah dari masa ke masa, tetapi juga bagaimana ruang fisik kerja (kantor)
menggambarkan kekuatan budaya, teknologi dan sosial.

Penerapan ergonomi dalam aktifitas perkantoran dinilai sangat penting dan


cukup krusial sebagai peningkatan kesehatan, keselamatan, dan produktivitas pekerja.
Menurut Adnyana, 2001 bahwa ergonomi, “merupakan satu upaya dalam bentuk ilmu,
teknologi, dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin pekerjaan, sistem, organisasi
dan lingkungan dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga
tercapai suatu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif,
melalui pemanfaatan tubuh mausia secara maksimal dan optimal”. Agar tercapai
kondisi seperti itu, seharusnya peralatan dan lingkungan dikondisikan sesuai dengan
kemampuan dan keterbatasan manusia, bukan sebaliknya manusia disesuaikan
dengan alat. Untuk keperluan perancangan alat dan lingkungan diperlukan nilai standar
ergonomis yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan dan batasan manusia. Pada
dunia design, telah dibuat perhitungan dan ukuran meja kerja yang ideal berdasarkan
tinggi masing-masing individu. Hal ini tentu sangat mendorong ergonomi pada pekerja
saat sedang beraktivitas di depan komputer misalnya. Namun hal ini masih cukup awan
bagi pekerja dan pemilik tempat kerja. Mereka lebih condong ke fasilitas kantor yang
membantu pekerjaan dibanding kondisi pekerja secara personal.
Saat ini hampir seluruh pekerja di dunia merupakan pekerja kantoran, tentu
dalam bekerja di kantor posisi yang paling nyaman adalah duduk. Untuk Indonesia,
rata-rata pekerjanya bekerja selama 8 jam per harinya dan selama 6 jam dihabiskan
untuk duduk. Entah sambil kerja, makan, bermain gawai, dan bercerita dengan pekerja
yang lain. Ditambah lagi posisi duduk kerja yang tidak ergonomi dan beban kerja yang
semakin meningkat sehingga hal ini memicu banyaknya penyakit yang dikeluhkan
pekerja diantaranya nyeri tulang punggung, ekor, bahu dan otot sehingga berpengaruh
pada efektifitas kerja. Postur kerja yang tepat sangat berkaitan erat dengan keilmuan
ergonomi, yang dengan keilmuan ergonomi ini dapat meningkatkan kesejahteraan fisik
dan mental pekerja sebagai upaya pencegahan postur tubuh yang salah, penyakit,
serta menurunkan beban kerja fisik dan mental.

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang


memberikan batasan terhadap ruang gerak manusia, salah satunya penggunaan
komputer yang memaksa kita untuk duduk berjam-jam dan bahkan kita pun tidak
menyadari berapa lama waktu telah dihabiskan untuk duduk. Duduk yang terlalu lama
akan memberikan beberapa resiko berikut diantaranya:
 Sakit punggung. Umumnya terjadi pada bagian bawah atau bagian tulang secara
keseluruhan. Posisi duduk yang sama menyebabkan otot gluteus dan tulang
belakang mengerut. Otot gluteus merupakan otot pada pinggul, yang merupakan
salah satu otot terbesar dalam tubuh. Fungsi utama pada otot ini adalah untuk
pergerakan pinggul. Pada otot gluteus yang tidak aktif akan mengencangkan otot
fleksor pinggul dan kurva tulang belakang, sehingga akan memperburuk postur
tubuh dan menyebabkan sakit punggung. NPB (Nyeri Punggung Bawah)
merupakan gangguan kesehatan yang sangat umum terjadi di seluruh dunia utama
bagi pekerja dan pelajar. NPB ini juga merupakan penyebab utama disabilitas.
Meskipun NPB ini cukup jarang fatal, namun nyeri yang dirasakan penderitanya
dapat berdampak pada aktivitasnya sehari-hari seperti nyeri, inflamasi yang
berkepanjangan, disabilitas bahkan hingga terganggunya psikologi dan sosial
penderita. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi NPB diantaranya usia,
jenis kelamin, IMT, masa kerja, kebiasaan merokok, riwayat pendidikan, kesegaran
jasmani, riwayat terkait penyakit rangka dan riwayat trauma. Khusus pekerja dapat
juga dipengaruhi oleh beban kerja, posisi kerja, repetisi serta durasi kerja.
 Resiko obesitas. Duduk terlalu lama mempengaruhi kemampuan fleksibilitas
metabolisme tubuh untuk merubah penggunaan karbohidrat sebagai energi
ataupun menjadi lemak. Sehingga peningkatan berat badan lebih cepat terjadi.
Duduk lama juga dapat menyebabkan insulin resistensi pada sel, yang kemudian
mengakibatkan terkuncinya lemak yang terdapat dalam sel-sel lemak. Sehingga
walaupun dilakukan diet rendah kalori pada orang yang kegiatan sehari-harinya
lebih banyak duduk (lebih dari 5 jam sehari), maka penurunan berat badan yang
terjadi hanyalah pengurangan cairan dalam tubuh saja. Tidak ada lemak yang
terbakar, karena lemak tersebut terkunci dalam sel-selnya.
 Berkurangnya daya ingat. Penelitian terbaru dari University of California, Los
Angeles (UCLA) Amerika Serikat, menghubungkan duduk terlalu banyak dengan
daya ingatan pada orang dewasa. Dalam penelitian tersebut menunjukan perilaku
diam dengan duduk terlalu lama dapat berakibat menipisnya bagian lobus temporal
medial pada otak. Penipisan ini dapat menjadi awal dari penurunan fungsi kognitif
dan penyakit demensia.
 Perubahan tubuh sesaat setelah duduk. Perubahan tubuh sesaat setelah duduk
membuat aktivitas elektrik pada otot melambat, demikian juga dengan tingkat
pembakaran kalori pun ikut melambat. Bila seseorang duduk selama 24 jam, maka
terjadi penurunan pembakaran kalori sebesar 40% yang dapat menyebabkan
diabetes.
 Meningkatkan risiko diabetes. Dengan adanya resistensi insulin yang dapat
disebabkan oleh duduk terlalu lama, maka risiko terkena diabetes pun meningkat.
Wanita yang duduk selama 7 jam sehari memiliki risiko terkena diabetes tipe 2 lebih
tinggi dibandingkan wanita yang selalu bergerak.
 Nyeri di leher. Duduk dalam posisi tegak berjam-jam akan menimbulkan rasa nyeri
pada bagian leher. Rasa sakit ini disebabkan karena adanya peradangan pada
bagian sendi tulang belakang.

Hal-hal diatas dapat diperparah dengan kurangnya asupan cairan dalam tubuh
disebabkan terlalu fokus dalam bekerja. Selain proses metabolisme di tubuh manusia
yang menghasilkan panas, beban kerja juga dapat menghasilkan panas dalam tubuh
layaknya layaknya sebuah komputer atau perangkat elektronik lainnya yang dapat
mengakibatkan dehidrasi. Dehidrasi jika dibiarkan terus menerus akan berakibat pada
gangguan kesehatan seperti gangguan pada ginjal.

Berdasarkan permasalah-permasalahan diatas, maka dianggap perlu untuk


menciptakan furnitur dalam hal ini kursi kerja yang berfungsi tidak hanya sebagai
tempat duduk saat bekerja namun juga memiliki fitur seperti peringatan apabila duduk
terlalu lama dan beberapa fitu-fitur tambahan lainnya yang dapat membantu dan
meningkatkan efektivitas dan keselamatan kerja serta bernilai ergonomi.

Anda mungkin juga menyukai